Tag Archives: The Westin Jakarta

Review: The Westin Jakarta

Sebetulnya baru lewat sekitar sebulan lebih setelah kunjungan saya ke sini, tapi rasanya udah cukup lama. Sepertinya karena kesibukan dan segala macam, saya jadi lupa terus untuk bahas tentang hotel ini. Ditambah lagi, kemarin-kemarin ini perhatian sempat teralihkan sama beberapa hotel lain.

Jadi, saya berkunjung ke hotel ini Desember kemarin tahun 2018 untuk Natal. Sebetulnya Natalannya nggak di sana sih, tapi di Ascott Sudirman. Hanya saja sebelum ngungsi ke Ascott, saya menyempatkan diri untuk nyobain nginep di hotel yang (setidaknya) sampai saat ini masih jadi hotel tertinggi di Jakarta (atau Indonesia). Lebih tepatnya lagi, hotel ini berada di bangunan tertinggi di Indonesia.

westin
The Westin Jakarta. Foto milik pihak manajemen hotel.

The Westin Jakarta adalah sebuah hotel bintang lima yang berlokasi di Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-22 A, Jakarta. Hotel mewah ini menempati 20 lantai teratas Gama Tower yang sejak tahun 2018 memegang rekor bangunan tertinggi se-Jakarta (dan se-Indonesia) dengan tinggi 310 meter ketika dihitung dari dasar sampai puncaknya. The Westin Jakarta sendiri merupakan properti milik Marriott. Di Jakarta sendiri, Marriott memiliki beberapa properti lain seperti Ritz-Carlton, JW Marriott, The Hermitage, Aloft, dan masih banyak lagi.

Ada 256 kamar dan suite room di hotel ini yang terbagi ke dalam beberapa tipe: Westin, Premium, Club Westin, Renewal, Executive Suite, Westin Suite, dan Presidential Suite. Kalau saya baca-baca lagi, untuk Club Westin dan Renewal sendiri sebetulnya versi “club“-nya dari Westin dan Premium yang memberikan akses ke Concierge Lounge untuk para tamu. Tipe Renewal sendiri kalau dilihat dari segi ukuran, lebih besar daripada Premium.

Untuk memenuhi kebutuhan tamu, The Westin Jakarta punya tiga restoran, spa, gym, kolam renang, dan fasilitas penunjang bisnis dan produktivitas. Saat berkunjung, saya sempat coba beberapa fasilitasnya, dan yang paling saya suka adalah kolam renangnya dan Henshin. Oh, ya, waktu berkunjung saya menginap di Premium Room yang berada di lantai 59. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Kamar Premium saya memiliki luas 56 meter persegi. Cukup besar untuk dua orang, apalagi sendirian. Berada di lantai 59 dan di sudut gedung, saya mendapatkan pemandangan kota Jakarta yang keren banget. Posisi kamar saya berada di barat daya Gama Tower. Jadi, pemandangan yang saya dapat adalah kawasan utara Rasuna Said dan Jalan Dr. Satrio (termasuk Mega Kuningan).

IMG_20181222_141517
IMG_20181222_141500
IMG_20181222_141448
IMG_20181222_141505

Bicara tentang desain, menurut saya kamar Premium ini mengusung gaya kontemporer dengan sentuhan mid-century. Pemilihan warna-warna earthy dalam palet cokelat, ash, dan kuning memberikan nuansa hangat dan nyaman. Mengingat space yang ada cukup besar, pemilihan warna yang kurang tepat bisa-bisa bikin atmosfer ruangan terasa dingin. Di atas headboard, ada lukisan floral memanjang yang memberikan semacam color pop di tengah-tengah warna ashy. Meskipun temanya bunga, lukisan tersebut nggak lantas bikin kamar terkesan seperti “kamar anak perempuan” atau “kamar Barbie”.

King bed dengan seprai dan bantal putih cukup besar dan nyaman. Di pojok selatan ruangan, ada sofa, coffee table, dan armchair hijau yang secara otomatis jadi spot favorit saya buat baca buku. Selain tempatnya yang nyaman, posisi sofa berada di samping jendela, memungkinkan saya buat sesekali lihat pemandangan di luar sambil minum teh kalau udah pusing karena baca buku terlalu lama. Untuk hiburan, ada televisi 55 inci dan mini audio system di atas salah satu end table. Ada settee di depan tempat tidur yang nggak dipakai sama saya karena jaraknya terlalu dekat dari televisi. Kalau mau nonton TV, ya saya naik ke tempat tidur dan bersandar ke headboard.

Jadi si settee itu fungsinya buat apa?

Sebut saja dia pemanis suasana.

giphy
Ya begitulah

Area kerja sendiri berada di dekat televisi. Kursi dan meja kerja ditempatkan menghadap jendela, mungkin supaya tamu bisa refreshing lihat pemandangan kota kalau udah jenuh kerja. Oh, ya, curtain dan sheer jendela diatur melalui tombol yang terpasang di dinding, di samping tempat tidur. Praktis banget karena untuk nutup gorden di malam hari, saya nggak perlu turun dari tempat tidur (atau sebaliknya, ketika buka gorden di pagi hari).

IMG_20181222_141703
IMG_20181222_180531

Dari ketinggian 59 lantai, pemandangan kota Jakarta tampak cantik banget. Saya paling suka ketika matahari mulai tenggelam. Dari kamar, saya bisa ngeliat matahari perlahan tenggelam di balik bangunan-bangunan yang menjulang. Gradasi kuning, jingga, violet, biru tua di langit bener-bener menghipnotis. Untung banget saat berkunjung, cuaca lagi cerah. Puji Tuhan.

Kamar Mandi

Kamar mandi unit saya berada di belakang area tidur utama dan bisa diakses lewat pintu di samping area kerja dan satu pintu dari lorong. Kalau dari lorong sendiri, sebelum masuk kamar mandi ada semacam koridor kecil dengan lemari pakaian dan rak sepatu.

IMG_20181222_142431
IMG_20181222_142451
IMG_20181222_141538

Ukuran kamar mandinya luas, mungkin bisa dibilang seluas area tidur utama. Bathtub ditempatkan di samping jendela yang menghadap ke arah utara. Bathtub-nya sendiri menurut saya nggak begitu panjang, tapi cukup dalam. Lumayan lah untuk deep soaking sih. Si bathtub ini “ditanamkan” di dalam semacam fondasi yang dibalut dengan lapisan marmer. Kalau dari samping, keliatannya kayak semacam tembokan “nanggung” karena ujung tembokannya kelihatan jelas. Gimana menjelaskannya ya? Intinya sih secara personal, saya agak kurang suka dengan penempatannya. Saya lebih suka kalau bathtub-nya pakai free-standing bathtub, bukan yang tertanam begitu. Kelihatannya lebih mewah.

Bathroom products yang dihadirkan punya aroma white tea aloe yang subtle, tapi tetap manis. Di end table samping tempat tidur sendiri sebetulnya ada lavender oil yang bisa kita gosokkan ke pelipis. Katanya sih untuk membantu tidur. Ketika mau tidur, saya sempat coba pakai. Lumayan lah efeknya cukup menenangkan.

IMG_20181222_142458
Bathroom sink
IMG_20181222_141535_HHT
Rak-rak sepatu, termasuk in-room safe
IMG_20181222_141547
Area shower. Kloset ada di nook terpisah.

Di kamar mandi memang nggak ada his-and-hers sink, tapi untuk bathroom sink-nya sendiri dilengkapi sama vanity mirror dengan lampu LED. Hair dryer ada di dalam laci. Di rak bawah wastafel ada handuk badan dan handuk muka. Bathrobe sendiri digantung di dinding (penampakannya bisa dilihat di foto).

Area shower-nya cukup luas, dibatasi oleh dinding kaca dari area kamar mandi yang lain. Sayangnya, dinding kacanya menurut saya terlalu tipis, jadi rentan pecah kalau misalnya nggak sengaja kesenggol atau semacamnya. Selain itu, dinding kacanya pun kurang lebar sehingga air masih bisa muncrat ke luar area shower. Bahkan, area dengan split-level pun kurang luas menurut saya. Pada intinya, masih bisa becek ke area kamar mandi yang lain. Saya sendiri sebetulnya nggak begitu mempermasalahkan karena masih ada keset, tapi buat orang yang lebih suka sama kamar mandi kering, mungkin ini bisa jadi sesuatu yang agak unsightly.

Area ini dilengkapi dengan shower tangan dan rainshower. Untuk rainshower-nya sendiri, piringannya nggak begitu besar, tapi keluaran airnya cukup deras. Hanya saja, drainase area shower menurut saya kurang lancar. Air sempat tergenang, meskipun nggak lama. Kalau digabungkan dengan split-leveled area yang kurang luas dan dinding kaca yang kurang panjang, air yang menggenang bisa-bisa malah meleber ke area kamar mandi yang lain. You don’t want a Titanic, don’t you? 

tenor31
No, no, no~

Urusan pencahayaan sih jangan ditanya. Saya suka banget, apalagi dengan perpaduan marmer warna cokelat gading, lampu berwarna kuning, dan pemandangan Jakarta di malam hari. Bisa dibilang, berendam di bathtub sambil minum kopi, baca buku, dan lihat pemandangan dari ketinggian 59 lantai itu definisi dari mandi mewah.

Fasilitas Umum

The Westin Jakarta sebetulnya punya banyak fasilitas, dari kolam renang, spa, gym, sampai ballroom.  Hanya saja, yang saya kunjungi memang nggak banyak. Saya cuma sempat berenang, berendam di vitality pool yang ada di ruang ganti, masuk ke sauna, dan ke Henshin di lantai 67. Untuk Henshin, nanti pembahasannya saya kasih di segmen terpisah.

Sekarang saya mau bahas tentang kolam renangnya. Untuk kolam renangnya sendiri sih ukurannya sebetulnya lumayan besar. Hanya saja, bentuknya ini memanjang, bukan melebar. Jadi, kesannya kayak kecil. Bagian panjang kolam renang menghadap ke jendela yang mengarah ke utara. Meskipun demikian, view dari jendela nggak begitu kelihatan jelas. Kalau mau view yang lebih jelas, bisa lihat dari jendela-jendela di area tempat duduk. Pas berkunjung, kolam renang lagi rame banget. Saya nggak berenang terlalu lama karena pengunjung yang datang banyak. Nggak nyaman juga karena berenang satu lap aja kehalangin orang yang lewat atau sekadar berdiri di tengah kolam.

IMG_20181222_170843
IMG_20181222_170902
IMG_20181222_170832

Untuk handuk, kita bisa pinjam dari petugas di meja resepsionis area kolam renang. Di meja ini juga ada lemon-infused water buat kalau capek habis berenang. Kedalaman kolam sebetulnya nggak begitu tinggi, dan kalau diperhatikan lagi, nggak ada kolam anak. Yang ada sebetulnya semacam area kolam yang lebih dangkal, tapi itu pun nggak ada pemisah dari area kolam dewasa. Jadi, kalau mau bawa anak-anak berenang di sini, pastikan awasi ya anak-anaknya. Oh, ya, suhu air kolam juga cenderung dingin, bukan hangat. Entah kenapa, bahkan di Jakarta pun kalau kolam renang airnya terlalu dingin, saya malah malas berenang.

Sauna dan vitality pool (ini sebetulnya whirlpool) ada di setiap ruang ganti. Sayangnya, saya nggak sempat ambil foto-fotonya karena memang ponsel saya simpan di loker. Selain itu, ruang ganti pada saat itu lagi ramai banget dan pengunjung yang datang nggak bisa ditebak. I mean, ada beberapa pengunjung yang beneran ganti baju di depan loker. Ya, ganti baju dan termasuk buka pakaian dalam. Agak kurang aman sih buat anak kecil sebetulnya. Bahkan, ada bapak-bapak yang masuk ke vitality pool, telanjang bulat, dan nggak berapa lama kemudian ada dua orang anak kecil yang masuk ke kolam. Not the right time for skinny dipping, sir.

IMG_20181222_211624_HHT
IMG_20181222_211537_HHT

Di lantai lobi, ada lounge (tapi bukan executive lounge ya) buat para pengunjung. Interiornya bergaya kontemporer dengan dominasi palet beige, cokelat, dan putih. Di sini juga tamu bisa pesan minuman. Kalau siang-siang, salah satu area di lounge ini dijadikan tempat bermain anak. Pihak hotel menempatkan mainan rumah-rumahan dan semacamnya buat anak-anak. Di bagian tengah lounge, ada tangga menuju lantai 51, dan di lantai tersebut ada Seasonal Tastes.

Seasonal Tastes menyajikan menu sarapan di pagi hari untuk para tamu. Restoran ini juga tetap bisa dikunjungi oleh non-hotel guest dan buka pada jam sarapan, makan siang, dan makan malam. Di The Westin Jakarta, Seasonal Tastes ini mungkin bisa dibilang restoran yang family-friendly.

IMG_20181222_140244

Pengunjung bisa pilih menu a la carte, tapi ketika saya berkunjung, ternyata lagi ada semacam gelaran sajian Asia. Menurut head chef Hajime Kasuga sih, nama Seasonal Tastes sesuai dengan konsep setiap bar menyajikan menu yang beda-beda. Season. Musim. Anggaplah setiap bar mewakili musim yang berbeda. Musim ceri ada nggak ya? Musim kawin? Musim duren?

IMG_20181222_232417_HHT
IMG_20181222_232504_HHT
IMG_20181222_232547_HHT

Area restorannya lumayan expansive. Dari ketinggian 51, para pengunjung bisa bersantap sambil menikmati pemandangan kota Jakarta. Selain itu, pilihan menu yang ditawarkan juga cukup variatif. Sayang banget saya nggak sempat nyoba dimsum-nya. Padahal saya lagi seneng sama dimsum, apalagi yang all you can eat. Oh, dumpling! Come to papa!

Henshin

Bertempat di lantai 67-69, Henshin adalah destinasi yang sayang buat dilewatkan ketika nginap di The Westin Jakarta. Di bawah komando head chef Hajime Kasuga, Henshin menyajikan “perkawinan” antara citarasa Peru dengan Jepang dan pemandangan kota yang mengagumkan dari ketinggian 270 meter.

Setiap lantai di Henshin punya “fungsi” yang berbeda. Lantai 67 adalah rooftop bar & lounge yang paling ramai dikunjungi, terutama outdoor seating area-nya yang paling sering nongol di feed Instagram. Ketika saya datang, saya langsung disambut alunan jazz house yang sexy dengan iringan melodi saxophone. Tujuan saya datang sebetulnya untuk ketemu teman kampus saya, Juwita, yang ternyata udah temenan sebelumnya sama head chef Hajime Kasuga. Karena malam minggu, situasi ramai dan padat pengunjung di lantai 67. Kami hampir nggak dapat tempat duduk, dan akhirnya harus “mojok” di sudut outdoor seating area yang menghadap ke arah timur.

IMG-20181222-WA0055
IMG_20181222_231248_HHT

Di indoor seating area, ada bar yang desainnya mengingatkan saya sama The Flinstones. Nggak jauh dari situ, ada stage kecil tempat bang DJ dan pemain saxophone menghibur kami semalaman. Oh ya, untuk pesanan sendiri, saya dan Juwita hanya pesan minuman. Saya pesan The Eden of Kyoto, cocktail cantik yang dihias edible flower berwarna nila. Juwita sendiri pesan Blackberry Mint Iced Tea.

IMG_20181222_221907_HHT

Nah, kunjungan saya ke Henshin ini semakin spesial karena kami bisa ketemu head chef Hajime Kasuga secara langsung, thanks to Juwita. Yang lebih bikin saya kaget lagi adalah kami diajak private tour keliling Henshin, dan itu bukan cuman ngelilingin lantai 67, tapi semua lantainya. Tur dimulai dari lantai 69 yang merupakan area private dining. Kawasan privat ini merupakan area “dewa”-nya Henshin dan hanya bisa digunakan melalui reservasi.  Bisa dibilang, ini tuh wilayah edarnya Astrid Leong-Teo, Nick Young, Araminta Lee, Colin Khoo, dan keluarganya. Area private dining memiliki ukuran yang nggak begitu besar, tapi punya jendela-jendela besar yang menawarkan pemandangan Jakarta dan suasana yang jauh lebih tenang.

Turun satu lantai ke lantai 68, kami ada di area Nikkei dining. Di sini, atmosfernya cenderung lebih ramai, tapi masih lebih private dibandingkan area lantai 67 yang ramai sama para party animals. Di area Nikkei dining, pengunjung bisa melihat langsung para chef membuat masterpiece-nya yang kemudian dihidangkan di meja untuk disantap.

IMG_20181222_225402_HHT

Oh ya, ada satu spot yang jadi spot foto favorit di Henshin, menurut head chef Hajime Kasuga. Spot itu adalah tangga yang menghubungkan lantai 68 dengan lantai 69. Dilatarbelakangi dinding kaca setinggi 2 lantai dan pemandangan kota yang menakjubkan, nggak salah sih ketika spot ini jadi spot keren pilihan pada pengunjung buat mengabadikan momen kunjungannya ke Henshin. Tentunya, kami juga nggak mau melewatkan spot ini.

1545497081408
Kiri ke kanan: Mike, saya, head chef Hajime Kasuga, dan Juwita

Sebetulnya, chef Hajime nggak hanya mengajak kami berkeliling ke area ini. Di sisi selatan lorong lift di lantai 67, ada satu area yang merupakan semacam private lounge. Ruangan besar ini mirip lounge di lantai 52, lengkap dengan meja bar, tapi kosong (ada sih satu orang perempuan, tapi ketika kami datang, dia langsung pergi lewat pintu dapur).

Oh ya, karena posisinya di sisi selatan, pemandangan dari jendela-jendelanya juga lebih bagus! Halo, kawasan Mega Kuningan dan Dr. Satrio! Di ujung ruangan, ada pintu menuju private balcony yang kosong. Ya, kosong banget! Nggak ada furnitur apa pun, just a plain balcony. Katanya sih ini balkonnya bisa dipakai kalau si lounge-nya disewa. Meskipun demikian, rasanya senang bisa mengakses kawasan-kawasan spesial seperti ini. Samar-samar saya bisa mendengar alunan musik house, meskipun yang lebih dominan terdengar adalah suara angin dan ingar bingar lalu lintas di Jalan Kasablanka dan Rasuna Said.

Lokasi

Bicara soal lokasi, menurut saya udah enak sih The Westin Jakarta ini karena dekat ke mal. Hotel ini memang nggak berada di pusat kota yang sepusat-pusatnya kayak kawasan Bundaran HI, tapi beberapa tempat umum tetap easily accessible. Nggak jauh dari hotel, ada Plaza Festival yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama sekitar 5 menit. Isinya ya ada banyak restoran sih, dan ada kios Chatime yang jelas. Kalau mau sambil belanja, bisa ke Lotte Shopping Avenue di Jl. Dr. Satrio atau ke Kota Kasablanka. Waktu nginap di sana, justru saya makannya ke Pelataran Menteng, dan itu pun karena ada traktiran. Ke Pelataran Menteng sendiri memakan waktu sekitar 10-15 menitan, dengan kondisi lalu lintas yang lancar.

Di depan Gama Tower, Jalan Rasuna Said masih agak hectic dengan pembangunan MRT. Selain itu, kawasan ini juga kalau jam pulang kerja bisa lumayan padat. Untung banget waktu saya berkunjung, jalanan lagi sepi karena sudah masuk masa liburan. Perlu diingat bahwa Gama Tower ini berada di kawasan perkantoran. Jadi, siap-siap aja berpacu dengan para karyawan yang pulang kantor di sore atau malam hari.

Kalau dari Stasiun Gambir sendiri, jarak yang ditempuh sekitar 15-20 menitan, tergantung kondisi lalu lintas, baik lewat jalur Tugu Tani maupun Thamrin (belok ke Sutan Syahrir, terus ambil kanan ke Rasuna Said).

Kesimpulan

You get what you pay for. Mungkin itu yang bisa saya bilang, in a positive way tentu saja. Pelayanan yang mengesankan, interior kamar yang elegan, pemandangan yang keren, fasilitas berkelas, dan kunjungan ke Henshin yang tak terlupakan jadi alasan saya untuk kembali ke The Westin Jakarta. Bicara tentang kamar, saya suka dengan interior bergaya kontemporer yang dipadukan dengan sentuhan mid-century dan warna-warna earthy yang bikin nyaman. Teknologi berperan cukup kentara di kamar, terutama dengan switch khusus untuk buka tutup gorden dan sheer yang ada di dekat end table sehingga saya nggak perlu repot-repot turun dari kasur.

Posisi kamar di sudut gedung membuat saya dapat dua view dari kamar. Meja kerja yang ditempatkan menghadap jendela seolah memberikan saya kesempatan untuk beristirahat sejenak sambil melihat kesibukan di bawah sana setelah lelah bekerja. Selain itu, definisi mandi mewah bisa ditemukan di kamar mandi unit. Bathtub panjang yang ditempatkan di samping jendela bikin saya bisa relaksasi sambil baca buku dan sesekali melihat pemandangan ke arah utara Jakarta di luar jendela. Ditambah lagi, produk-produk mandi beraroma white tea aloe terasa nyaman di kulit, dengan keharuman yang lembut.

Kolam renang hotel yang memanjang mungkin tampak kecil, tapi sebetulnya cukup besar, terutama buat yang suka renang satu lap bolak balik. Hanya saja, waktu saya berkunjung kolam renang sedang ramai. Jadi, berenang pun kurang nyaman pada saat itu. Ruang ganti dilengkapi dengan area bilas, sauna, dan vitality pool. Sayangnya, menurut saya area ini kurang kids-friendly karena ada beberapa tamu dewasa yang buka baju seenaknya di depan anak-anak. Bahkan, anak-anak bisa masuk ke vitality pool yang biasanya digunakan sama orang dewasa yang, beberapa di antaranya, telanjang bulat. I don’t think it’s a good sight for minors.

Henshin sendiri memberikan pengalaman berkunjung ke rooftop bar yang mengesankan. Terlebih lagi setelah bertemu head chef Hajime Kasuga yang sangat ramah dan diajak private tour keliling Henshin, rasanya senang sekali bisa ke sana (and I would love to come back, for sure).

Dengan rate mulai dari 2 juta rupiah per malam (berdasarkan info dari Tripadvisor, harga bisa berubah sewaktu-waktu), The Westin Jakarta menawarkan pengalaman menginap yang berkelas. Dengan pemandangan yang mengesankan dari gedung tertinggi di Jakarta, pelayanan terbaik, dan fasilitas yang lengkap, hotel ini harus dicoba kalau kamu pilih akomodasi bintang lima di Jakarta.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Untuk tipe kamar Premium, posisinya ada di sudut bangunan. Jadi, kita bisa dapat view ke dua arah. Untuk unit saya, view yang didapat adalah view kawasan Mega Kuningan dan Jalan Rasuna Said ke arah Menteng. Kalau pagi-pagi dan udara masih bersih, samar-samar laut bisa keliatan.
  • Bathtub di kamar mandi cukup panjang dan ditempatkan di samping jendela besar (tipe kamar Premium), jadi cocok lah buat memanjakan diri sambil nge-wine, lihat pemandangan di luar, atau baca novel. Mandi mewah lah pokoknya.
  • Kamar mandinya luas dan tampil cantik dalam balutan marmer.
  • Curtain dan sheer diatur lewat tombol-tombol khusus. Jadi, kita nggak perlu repot-repot buka atau tutup secara manual. Cocok buat yang males turun dari tempat tidur.
  • Fasilitasnya lengkap, tapi secara pribadi saya suka dengan vitality pool-nya di ruang ganti pakaian. Karena air di kolam renangnya weirdly terasa dingin (itu untuk ukuran di Jakarta padahal), vitality pool ini pas buat menghangatkan kembali tubuh. Ada juga sauna di ruang ganti.
  • Nginep di sini itu bisa dapat beberapa kebanggaan tersendiri: nginep di bangunan tertinggi di Jakarta dan dapat akses cepat ke rooftop bar tertinggi di Jakarta.
  • Lokasinya strategis. Dekat ke mana-mana, terutama kawasan perkantoran. Kalau mau makan, bisa jalan kaki lima menit ke Plaza Festival, atau ke Seasonal Tastes atau ke Henshin sekalian.

πŸ‘ŽπŸ» Cons 

  • Di area shower, split level-nya kurang signifikan dan pembuangan airnya kurang lancar waktu saya ke sana. Genangan air dan split level yang pendek bikin air bisa mengalir ke area kamar mandi yang lain.
  • Kamar gantinya kurang ramah buat anak-anak menurut saya. Beberapa orang dewasa dengan santainya masuk ke vitality pool telanjang bulat, sementara ada anak-anak yang lagi mandi atau ganti baju. Mungkin dikiranya onsen kali ya.
  • Lift dari ground level ke lantai lobi, dan dari lobi ke lantai kamar saya ini beda. Intinya, saya harus naik lift dua kali kalau mau turun dari kamar ke lantai dasar. Agak merepotkan sih, terutama ketika harus buru-buru.
  • Kolam renangnya memanjang, tapi kesannya jadi kecil. Ketika saya ke sana, area kolam renang lagi padat banget sehingga jatuhnya kerasa sempit.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😌
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Ά
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°