Tag Archives: savoy homann

Review: Savoy Homann Bandung

Sebelum masuk ke review, saya mau ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa buat yang menjalani. Semoga puasanya lancar sampai beres ya! Kayaknya baru kemarin ini bulan puasa, dan sekarang udah Ramadan lagi. Time flies so fast.

Berhubung urusan terjemahan saya di lapak sebelah udah beres, saya ada waktu luang buat nulis review ini. Sebetulnya, saya harusnya mulai dari hotel-hotel yang dikunjungi jauh lebih awal karena mereka udah di waiting list selama berminggu-minggu. Maafin ya. Jadi, bulan April kemarin ini saya berkesempatan menginap di salah satu hotel bersejarah di Bandung. Selain ditempati oleh para delegasi Konferensi Asia Afrika, hotel ini juga pernah dikunjungi beberapaย public figure terkenal. Lokasinya di pusat kota Bandung banget dan fasadnya yang cantik bikin hotel ikonik ini dikenal oleh, umh, mungkin sekitar 90% warga Bandung.

hotel-bidakara-grand
Fasad Hotel Savoy Homann. Foto milik pihak manjemen hotel.

Hotel Savoy Homann (dikenal juga dengan nama Savoy Homann Bidakara Bandung dan Grand Savoy Homann) adalah hotel bintang empat yang berlokasi di Jalan Asia Afrika nomor 112 Bandung. Hotel ikonik ini pertama kali dibangun pada tahun 1870an dan merupakan penginapan yang dikelola oleh keluarga Homann dari Jerman. Pada awalnya, bangunan Hotel Homann tidak sebesar sekarang (menurut Wikipedia, bangunan yang dulu mengusung gaya Gothic-Romantic).

Di tahun 1939, hotel ini mengalami renovasi besar-besaran dengan gaya streamlined moderne pada eksterior dan kolonial klasikย pada interiornya, tentunya masih dengan sentuhan art deco. Tulisan “SAVOY” terpampang jelas di satu menara langsing. Bangunan baru ini didesain oleh Albert Aalbers, yang mendesain gedung Bank Jabar di Jalan Braga pendek. Makanya desain kedua gedung itu mirip-mirip.

Ada 185 kamar di Hotel Savoy Homann yang terbagi ke dalam 7 tipe: Deluxe Room Tower Wing, Deluxe Room Millenium Wing, Executive Room Asia Afrika Wing, Executive Room Garden Wing, Junior Suite, Suite, dan Homann Suite. Secara keseluruhan, bangunan hotel ini bisa dibilang sangat kompleks, dengan lorong-lorong yang menurut saya sih walaupun membingungkan, setelah dipelajari baik-baik, I feel like playing hide and seek with my friends here. Kamar-kamar di Tower dan Millenium Wing tergolong cukup baru, sementara kamar-kamar di Asia Afrika Wing merupakan kamar “ori” dari jamannya, dengan pembaruan di sana-sini yang tidak merusak kecantikan asli si kamar itu. Di tambah lagi, kamar-kamar di Asia Afrika Wing punya balkon dengan pemandangan Jalan Asia Afrika.

Sebagai fasilitas penunjang, hotel ini punya tiga dining spots, kolam renang, gym, ruang bermain anak, spa, business center, dan ballroom. Dari semua fasilitas itu, saya paling suka Garden Restaurant dan Sidewalk Cafรฉ-nya (kalau ini karena ada grand piano di sana). Oh ya, saat berkunjung, saya menginap di kamar Executive Room Asia Afrika Wing. Saya juga berkesempatan berkunjung ke kamar Bung Karno. Kamar ini sebetulnya Homann Suite di lantai dua yang dulu ditempati oleh Bung Karno dan ajudannya. Bodohnya adalah, saya LUPA ambil foto-foto kamarnya karena terlalu asyik ikut tur singkat bersama staf dari hotel.

tenor4
Hmm… Pikunan

Anyway, ulasan lengkap kamar saya dibahas di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Bicara soal desain, interior kamar saya nggak tampak fully art deco kalau diperhatikan lagi. Beberapa elemen art deco masih terlihat, seperti panel dinding, meja bar, dan lampu meja. Hanya saja, selebihnya saya justru lebih dapat ambiance hotel mewah tahun 80-90an, dengan furnitur yang terbilang modern untuk jamannya. Sebagian besar furnitur kamar masih asli. Sisa-sisa teknologi pada era post-renovationย masih bisa ditemukan di hotel, seperti main control panel untuk AC, musik, TV, dan bahkan lampu peringatan di depan pintu kamar (macam “don’t disturb” atau “make up room for me“). Sayangnya, panel itu jalan nggak jalan. Maksudnya, beberapa tombol masih berfungsi dan sisanya macam “We’re here only to support our working friends!“.

IMG_20190413_151828

IMG_20190413_151845

IMG_20190413_151910

IMG_20190413_152005

IMG_20190413_151929

IMG_20190414_124220

Untuk teknologi sendiri, TV sudah diperbarui. Kamar ini punya banyak stopkontak. Jadi, nggak ada lagi namanya rebutan colokan buat charge HP. Dengan luas 46,98 meter persegi, unit Executive Room Asia Afrika di Hotel Savoy Homann punya banyak ruang dan terasa lapang. Meskipun nggak dipisahkan dengan tembok, seating area dipisahkan oleh split level dari area tidur. Area kerja berada di pojok barat ruangan, dengan kursi dan meja menghadap ke pintu kamar. Kenapa mesti menghadap ke pintu ya? Padahal masih ada view lain yang lebih bagus menurut saya. Untuk meja bar, ini hanya dilengkapi satu kursi bar, tapi setidaknya jadi pemanis buat ruangan.

Area tidur tampil mewah dan hangat dalam balutan warna-warna earthy. Tempat tidurnya sendiri sih cukup luas. Headboard-nya tampil cantik dengan motif anak panah dan lighting yang elegan. Ada sentuhan “tribal“-nya gitu jadinya. Oh ya, kamar ini juga punya vanity table sendiri. Biasanya kan work desk sama meja rias itu menyatu, kalau ini terpisah. Posisi vanity table ada di dekat lemari pakaian yang menurut saya cukup besar, lengkap dengan bathrobe. Di dinding pemisah kamar mandi, ada lukisan abstrak dengan goresan warna merah yang tebal dan mencolok. Entah kenapa, saya merasa kurang sreg dengan lukisan itu. Tampaknya terlalu “nyolot” buat interior kamar yang elegan dan, setelah dipikir baik-baik, ke arah austere.

Mengenai balkon, pihak hotel memang mengunci pintu menuju balkon demi alasan keamanan, tapi kita bisa minta mereka buat buka pintunya. Mereka akan kasih kita kunci pintunya. Hanya saja, kita akan diminta untuk menandatangani persetujuan bahwa masalah keamanan yang bisa terjadi akibat kelalaian kita (in this case, lupa nutup pintu balkon) bukan jadi tanggung jawab pihak hotel. Jujur, saya senang main ke balkon kamar dan lihat pemandangan Jalan Asia Afrika. Saya juga banyak foto-foto di balkon sebetulnya, dan salah satu foto saya masuk ke akun Instagram resmi Hotel Savoy Homann loh!

Ini bisa jadi claim to fame saya kayaknya.

giphy
BLEH… Wow.

Setelah bicara tentang desain interior yang jadi kelebihan kamar, saya mau bicara tentang kekurangannya. Beberapa amenities perlu diganti atau diperbaiki. Misalnya, tombol “status” kamar yang terpasang di dinding dekat meja kerja rusak. Jadi, sampai check-out pun lampu “Do not disturb” masih terus nyala. Padahal, sebetulnya saya nggak lagi kerja atau tidur. AC, meskipun produk lawas, untungnya masih berfungsi dengan baik.

Tapi, bukan itu hal yang menurut saya mengganggu. Kamar ini nggak begitu sound-proofed. Memang dinding pemisah antarkamar tebal dan suara-suara dari kamar sebelah nggak terdengar. Hanya saja, dengan pintu menuju balkon suara-suara dari jalan raya bisa terdengar cukup jelas. Apalagi, di persimpangan Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga Pendek ada lampu lalu lintas dengan alert yang cukup berisik ketika ada orang tekan tombol penyeberangan. Di siang hari, suaranya mungkin nggak begitu mengganggu dan kadang-kadang ketutupin suara lagu yang saya dengar atau TV, tapi malam-malam pada jam istirahat, suara itu bisa ganggu tidur.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, unit Executive Room Asia Afrika Wing di Hotel Savoy Homannย dilengkapi dengan bathtub dan shower area terpisah. Di bathtub pun ada shower sih, hanya saja aliran airnya nggak sekencang di shower area. Ukuran bathtub-nya panjang, mungkin karena hotel ini dulu dibangun untuk mengakomodasi orang-orang luar yang biasanya badannya lebih jangkung. Perlengkapan lainnya adalah hair dryer yang sudah terpasang di dinding dekat wastafel.

IMG_20190413_152031

IMG_20190413_152039

IMG_20190413_152051

IMG_20190413_152103

Di atas kloset, ada jendela yang menghadap ke kamar. Untuk menjaga privasi, tetap tersedia roller shades yang bisa diturunkan supaya kamu bisa do your business tanpa diintip. Shower area-nya agak sempit dan sayangnya, pintu pembatasnya sepertinya rusak. Pintu pembatas ini mungkin awalnya terdiri atas tiga panel geser. Sayangnya, satu panel hilang. Mungkin rusak atau gimana. Walhasil, ketika mandi pun air tetap bisa keluar. Selain itu, panel pintu pembatas ini terbuat dari metal ringan yang ringkih. Kesannya cheapo, I have to say.

Untuk desain kamar mandi sendiri, secara keseluruhan sih tampak elegan dalam balutan warna beige dan putih. Pencahayannya sedikit redup, tapi nggak sampai gloomy. Overall sih nggak ada masalah signifikan dengan kamar mandi. Everything was okay.

Dining Venues
Garden Restaurant

Reservasi saya di Hotel Savoy Homann mencakup sarapan pagi. Hotel ini menggelar sarapannya di Garden Restaurant yang berada di tengah-tengah bangunan hotel. Didesain ala palm court, restoran ini tampil cantik dengan pohon-pohon palm ornamental, set meja kursi bistro,ย dan atap kanopi yang memungkinkan cahaya matahari masuk secara maksimal. Restoran terbagi menjadi dua area: palm court (ini istilah saya aja sih) dan indoor area. Untuk indoor area, furnitur yang digunakan berbeda. Gaya art deco tampil lebih dominan di sini, meskipun di palm court sendiri ada beberapa elemen yang mewakili art deco, seperti detail pada dinding dan motif di kaca jendela.

IMG_20190413_155920

IMG_20190413_155950

IMG_20190413_155845

IMG_20190413_155553

IMG_20190413_155539

Secara keseluruhan, restoran ini cukup luas. Buffet area berada di sisi selatan restoran. Adanya tiang-tiang lampu hias di sekitar palm court dan air mancur kecil bergaya birdbath membuat saya merasa seperti sedang makan di luar ruangan. Secara teknis, ya bisa dibilang begitu karena ini seperti semi-outdoor area.ย Berada di tengah-tengah hotel, restoran ini bisa dilihat jelas dari balkon-balkon di Garden Wing.

IMG_20190414_084921

IMG_20190414_084114

Bicara soal menu makanan, saya nggak ada objection. Menu sarapannya cukup beragam. Ada sushi juga, walaupun secara pribadi saya ngerasa agak aneh saat makan sushi untuk sarapan karena biasanya saya makan sushi buat makan siang atau malam. Para staf di restoran juga ramah dan helpful.

Sidewalk Cafรฉ

Berlokasi di sisi timur bangunan hotel, Sidewalk Cafรฉ merupakan tempat favorit saya di Hotel Savoy Homann. Kafe ini bisa diakses dari pintu kaca di sebelah area resepsionis. Menempati sisi bangunan yang melengkung, kafe ini justru mendapatkan pesonanya dari posisinya itu. Bentuk ruangannya seperti huruf L terbalik dan memanjang.

IMG_20190413_223916
Enter a caption

IMG_20190413_223927

IMG_20190413_224309

IMG_20190414_093633

Mengenai desain, interior kafe tampil cantik dengan panel dinding berwarna putih, kursi dan sofa berwarna ruby dan amethyst, dan wall lamp bergaya modern classic. Di salah satu sudut kafe juga terdapat baby grand piano yang saya mainkan. Seperti biasa, di mana ada piano, di situ saya senang. Di atas piano, ada beberapa buku lagu. Di kafe juga ada semacam stand untuk mikrofon. Jadi sepertinya, di kafe ini suka digelar live music. Sayangnya waktu saya berkunjung, kafe sedang sepi banget. Hanya ada satu staf yang bertugas di meja kasir, dan itu pun dia masuk ke dapur nggak lama setelah saya duduk di depan piano. Sepertinya dia tau kalau saya hanya datang buat main piano, dan bukan buat pesan minuman.

Batavia Bar & Lounge

Berseberangan dengan Sidewalk Cafรฉ, terdapat Batavia Bar & Lounge. Dari segi desain, bar ini tampil lebih kasual. Di sini juga ada stageย untuk penampilan musik. Waktu saya menginap, di malam hari memang kafe ini penuh oleh para orang tua yang ngobrol sambil nyanyi diiringi keyboard.

Saya nggak masuk ke dalam bar lebih jauh, tetapi ketika mengintip, memang terlihat bahwa bar ini lebih “bright” daripada Sidewalk Cafรฉ. Kursi-kursi untuk tamu ditempatkan memanjang mengikuti jendela. Dengan lantai berpola checkerboard diagonal dan pilar bergaya art deco, bar ini rasanya cocok buat dikunjungi ketika ingin merasa galau di tengah keramaian.

IMG_20190414_093404

IMG_20190414_093413

Fasilitas Lain

Selain restoran dan kafe, Hotel Savoy Homann juga dipersenjatai beberapa fasilitas lain. Untuk hiburan, kita bisa coba kolam renang yang ada di bagian belakang hotel. Area kolam renang semi-outdoor dan ukuran kolam sendiri cukup luas. Kolam anak dibatasi oleh semacam pembatas apung. Di area kolam renang juga ada gym.

IMG_20190413_160217_BURST2

IMG_20190413_160221

IMG_20190413_160412

IMG_20190413_160439

Mengenai gym hotel, areanya tidak begitu luas dan hanya dipisahkan oleh pot-pot tanaman. Saya rasa akan lebih kondusif kalau gym dibangun di ruang khusus yang lebih besar untuk berbagai alasan, termasuk kenyamanan sih. Selain itu, dari segi jenis peralatan yang ditawarkan memang variatif, tapi jumlah setiap alatnya nggak banyak. Beberapa alat juga tampak jelas obsolete. Some upgrades, maybe?

Di Hotel Savoy Homann juga ada beberapa ruang rapat dan ballroom. Saya nggak masuk untuk lihat-lihat ballroom, tapi sempat lihat koridor besar menuju ballroom. Koridor besar ini bisa diakses melalui koridor marmer menuju Garden Restaurant. Untuk anak-anak, ada ruangan khusus untuk bermain anak di lantai 1. Ruang ini bisa diakses dengan naik tangga yang ada di area lobi, lalu belok ke koridor menuju Tower atau Millenium Wing. Ruangannya sendiri cukup luas ya kalau buat ukuran badan anak-anak. Bahkan, ada papan congklak di ruangan bermain ini.

IMG_20190413_223607

IMG_20190413_155907

IMG_20190413_223756

IMG_20190413_225245

IMG_20190413_162153

Oh ya, saya sempat cerita kalau saya ikut “tur” singkat dengan staf hotel ke kamar Bung Karno. Kamar ini sebetulnya merupakan unit Homann Suite yang berada di lantai 2. Homann Suite ini tipe terbesar dan terluas di Hotel Savoy Homann. Presidential Suite-nya lah istilahnya, which makes a good pun also. Sayangnya, saya lupa buat foto-foto interiornya karena terlalu asyik dengan turnya dan justru rekam video-video untuk Instagram Story. Lain kali, saya lebih waspada deh dengan kesempatan berharga seperti itu. Jangan sampai terlewatkan lagi.

Sebagai gambaran, Homann Suite terdiri atas dua kamar tidur, dengan living dan dining area terpisah. Master bath-nya dilengkapi jacuzzi, his-and-hers bathroom sinks, dan bidet terpisah (bukan bidet yang dipasang di kloset langsung, tapi bidet yang bentuknya kloset. Coba cari sendiri di internet gambarnya). Untuk kamar mandi di kamar kedua, memang tidak selengkap master bath, tapi ya sama mewahnya. Sebelum masuk ke living area, ada reception area untuk menerima tamu. Foto Presiden Soekarno saya ambil di reception area itu.

Lokasi

Berdiri megah di Jalan Asia Afrika, Hotel Savoy Homann merupakan akomodasi yang strategis. Hotel ini berada di pusat kota Bandung dan kawasan historisnya. Di dekat hotel ada banyak tujuan wisata yang bisa dikunjungi. Kalau suka wisata museum, pastinya Museum Konferensi Asia Afrika nggak boleh sampai dilewatkan ketika nginap di hotel ini. Dari hotel, kita hanya perlu jalan kaki selama sekitar 3 menit menuju museum.

Di seberang hotel juga ada Starbucks. Jadi, kalau mau ngopi-ngopi sih gampang. Tinggal nyeberang jalan. Kawasan Alun-Alun Bandung kira-kira sekitar 10 menit jalan kaki dari hotel. Dan di kawasan ini, kita juga bisa ke Mesjid Raya Bandung, Jalan Dalem Kaum yang terkenal dengan deretan tokonya, atau Jalan Kepatihan. Kalau mau makan atau nongkrong, bisa ke Jalan Braga. Jaraknya sekitar 10-15 menit dengan jalan kaki, tergantung juga sih sama restoran yang mau ditujunya apa.

Hotel ini dari Stasiun Bandung berjarak sekitar 10-15 menit kalau pakai kendaraan, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, jaraknya sekitar 20-30 menit pakai kendaraan roda empat.

Kesimpulan

Pengalaman menginap di Hotel Savoy Homannย buat saya secara pribadi sangat berkesan dan jujur, saya ingin menginap lagi di sana (mungkin nanti coba tipe kamar yang lain). Masuk ke hotel rasanya seperti mencoba membayangkan suasananya pada jaman dulu, meskipun tentunya ambiance hotel saat ini dan jaman dulu pasti beda, terutama dengan berbagai fasilitas baru dan modern yang dihadirkan.

Kamar Executive Room Asia Afrika Wing yang saya tempati menawarkan living space yang luas, bahkan lebih luas dari dugaan saya. Area tempat tidur dan seating area dipisahkan oleh split level. Interior kamar masih tampak cantik dan elegan, meskipun memang beberapa in-room amenities perlu dibenahi atau diperbaiki. Posisi kamar di sayap depan gedung dan kehadiran balkon menjadi semacam blessing and cursing. Di satu sisi, ada kesenangan sendiri bisa bersantai di balkon sambil lihat pemandangan Jalan Asia Afrika. Di sisi lain, bising dari jalanan juga bisa terdengar, terutama karena kamar nggak sound-proofed sepenuhnya.

Untuk fasilitas lain, saya rasa udah mumpuni. Garden Restaurant dengan konsep palm court-nya, Sidewalk Cafรฉ dengan grand piano, atau kolam renang yang cukup luas. Hanya saja memang untuk gym, alat-alatnya perlu di-upgrade dan kalau memungkinkan sih, lokasinya dipindahkan ke tempat khusus yang lebih tertutup.

Dengan rate mulai dari 500 ribu rupiah (berdasarkan Tripadvisor), Hotel Savoy Homann layak untuk dilirik, terutama kalau kamu suka sejarah dan menginap di hotel ikonik. Kamar Bung Karno sendiri sebetulnya bisa dikunjungi kalau kita bilang ke pihak hotel. Staf hotel bisa menemani kita masuk ke sana sambil menjelaskan ini itu. Secara keseluruhan, pengalaman menginap saya positif dan ada kesenangan sendiri karena bisa menginap di salah satu hotel yang menjadi saksi sejarah Bangsa Indonesia.

Pros & Cons

๐Ÿ‘๐Ÿปย Pros

  • Hotel ini bersejarah dan ikonik! Menginap di sini bisa jadi semacam kebanggaan tersendiri. Di koridor-koridor kamar juga banyak foto-foto lama yang mengajak kita buat menyelami kembali sejarah Bangsa Indonesia.
  • Desain streamlined moderne, art deco, dan modern classic yang dihadirkan hotel ini cocok buat orang-orang yang suka desain “lawas”, in terms of time ya.
  • Untuk kamar Executive Room Asia Afrika Wing, ukurannya cukup luas, dengan seating area dan meja bar. Ada juga balkon yang menghadap ke Jalan Asia Afrika. Cocok buat nyantai sambil ngopi.
  • Lokasinya strategis buat yang suka wisata sejarah. Di sekitar hotel, ada banyak tempat bersejarah yang bisa dicapai dengan berjalan kaki, seperti Toko de Vries, Museum Konferensi Asia Afrika, Majestic, kawasan Jalan Braga, Landmark, sampai Gereja Santo Petrus (if you don’t mind walking for 15 minutes).
  • Kolam renangnya besar.
  • Hadirnya balkon di unit Executive Room Asia Afrika Wing memberikan bonus tambahan ketika lagi ada acara di kawasan Jalan Asia Afrika (mis. light festival). Tanpa harus berdesak-desakan sama orang-orang, kita bisa nonton parade dari balkon. Mantul kaka!
  • Fasilitas hotel sudah cukup lengkap. Ada gym, kolam renang, kafe, restoran, ruang bermain anak, ruang rapat, ballroom, dan lounge.
  • Untuk level hotel bersejarah, rate rata-rata yang ditawarkan sih bisa dibilang terjangkau (paling murah untuk kamar deluxe).

๐Ÿ‘Ž๐Ÿปย Cons

  • Saya rasa semua unit di Asia Afrika Wing harus mengalami apa yang saya alami: outdoor noise! Sound proofing-nya kurang menyeluruh jadi suara-suara dari luar terdengar cukup jelas, apalagi suara lampu lalu lintas di pertigaan Asia Afrika dan Braga Pendek. Menyebalkan kalau malam-malam.
  • Beberapa in-room amenities perlu diperbaiki atau diganti.
  • Pintu shower area di kamar mandi tampaknya hilang satu panel.
  • Kolam renang anak dan kolam dewasa dipisahkan oleh pemisah terapung. Ada kemungkinan anak-anak bisa “nyelam” ke area kolam dewasa.
  • Perlengkapan di gym sudah obsolete. Posisinya juga kurang “nyaman” dilihat.
Penilaian

Kenyamanan: ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œโšช๏ธ
Desain: ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†
Lokasi: ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ
Harga: ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ