Tag Archives: reddoorz

Review: RedDoorz Plus @ Thamrin

Akhir-akhir ini, saya lagi tertarik sama hotel-hotel budget atau midscale. Biasanya, hotel yang nawarin desain yang unik jadi properti yang menarik perhatian saya.  Di sisi lain, karena rate-nya lebih terjangkau, saya juga bisa nginap lebih lama di sana. Ya, itung-itung staycation lah lumayan.

Bulan September kemarin, saya harus ke Jakarta untuk urus e-paspor. Karena ngurusnya di Bandara Soekarno-Hatta, saya pilih akomodasi yang dekat dengan Stasiun Kereta Bandara Sudirman. Kawasan itu sebetulnya punya banyak pilihan hotel, dari hotel budget sampai hotel bintang 4 (kalau ke arah utara sedikit, kita bisa dapat pilihan hotel-hotel bintang 5 di kawasan Bundaran HI). Nah, akhirnya pilihan saya jatuh sama properti ini karena selain interior kamarnya yang ternyata bagus, saya dan RedDoorz juga masih punya promo menarik nih buat dibagiin ke kalian semua.

IMG_20190904_141022

RedDoorz Plus @ Thamrin berlokasi di Jl. Blora No. 23, Jakarta Pusat. Dari segi lokasi, hotel bintang dua ini deket banget sama Stasiun BNI City dan Stasiun Sudirman. Kira-kira, kalau jalan kaki sih cuman makan waktu 3-5 menit. Saya pilih hotel budget ini juga karena lokasinya dekat dari Stasiun BNI City. Selain itu, properti RedDoorz yang satu ini juga dekat dengan Stasiun MRT Dukuh Atas dan masuk ke kategori Plus. Wih, kalo ngomongin soal lokasi sih saya jujur aja senang banget. Everything is within a walking distance!

Dari luar keliatan kecil, ternyata RedDoorz Plus @ Thamrin ini gedungnya cukup tinggi (saya lupa berapa lantai, tapi kalau nggak salah 7-8 deh? Apa lebih ya? Yang jelas sih di atas 5 lantai). Selain lokasi, aspek lain yang bikin saya pilih properti ini adalah interior kamarnya. Harus saya akui, properti ini adalah salah satu properti RedDoorz yang interiornya unik dan bisa dibilang sih cukup Instagrammable. Fasilitasnya sih nggak banyak. Ada lobi yang merangkap communal area buat santai, makan minum, dan kerja. Satu lantai di atas lobi, saya perhatikan ada seperti restoran, tapi masih dibangun atau direnovasi. Meskipun demikian, buat urusan perut sih saya rasa gampang diatur karena di dekat hotel ada banyak restoran dan kafe. Saya malah selama nginap di sana beberapa kali ke Stasiun BNI City buat makan. Sempet juga malah joging dari hotel ke Bundaran HI, terus ke GI buat makan, dan baliknya jalan santai ke hotel.

Oh, ya! Saya menginap selama sekitar 3 malam dan pesan kamar tipe Deluxe. Biar lebih menghemat biaya, saya pake kode promo RedDoorz yang, beuh! Mantap betul! Nanti di akhir review, saya share deh kodenya biar kalian juga bisa pakai. Pengalaman menginapnya secara keseluruhan sih positif, walaupun ada satu dua hal yang bikin saya agak geregetan. Lengkapnya saya bahas di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Seperti yang saya bilang, salah satu alasan saya pilih RedDoorz Plus @ Thamrin ini adalah interior kamarnya. Saya cerita ke Mas Kiky, sales officer RedDoorz tentang properti ini dan ingin pesan kamar yang desainnya “kayak di Agoda” (karena saya refer dia ke Agoda). Akhirnya, saya dipesankan kamar tipe Deluxe dan menurut Mas Kiky sendiri, kamar yang ada muralnya itu tipe Deluxe.

Kamar saya berada di lantai tiga, dua lantai di atas lobi. Nah, meskipun saya udah minta kamar yang ada jendelanya (sobat crazy rich Asian saya, si Ipah udah pernah nginap di sana dan bilang bahwa nggak semua kamarnya itu punya jendela dengan view), saya tetap dapat kamar yang nggak ada jendelanya. What was worse, kamar saya posisinya di ujung banget. Ada sih jendela, tapi ketika dibuka, saya malah liatnya dinding dan mesin AC. Intinya sih, personal request saya nggak terpenuhi.

IMG_20190904_141022
IMG_20190904_141140
IMG_20190904_141122

Anyway, interior kamarnya sih sesuai ekspektasi dan gambar. No tipu-tipu, ya. Di atas headboard, memang ada mural yang keren dan Instagrammable. Furniturnya juga bergaya kontemporer/mid-century dengan warna-warna earthy yang hangat. Lantai kamar pakai parket warna maple. Skema interior kamar sendiri mencakup warna abu-abu dan krem/beige. Sebagai colour pop, warna merah digunakan pada beberapa elemen, seperti bantal, uphosltery, dan pintu. Ya, sesuai dengan nama propertinya, RedDoorz. Pintunya warnanya merah. Oh, ya! Saya juga senang karena di sini, pintunya sudah pake sistem card. Lebih aman rasanya.

Seperti yang bisa dilihat di foto, ada jendela di salah satu sisi kamar. Nah, ketika dibuka, ya seperti yang saya bilang. Saya lihatnya langsung dinding dan mesin AC. Selama menginap, saya nggak bisa lihat kabar atau keadaan di luar karena nggak ada view ke luar. Secara pribadi, saya kurang suka dengan kondisi ruangan yang nggak ada jendela dengan view karena rasanya lebih claustrophobic. Meskipun dari segi luas, kamar ini cukup besar, ketidakhadiran view ke luar bikin saya jadi lupa dimensi waktu (saya lebih ngeuh sama waktu ketika bisa lihat langit/kondisi di luar ruangan).

IMG_20190904_141039
IMG_20190904_141256
IMG_20190904_141209

Untuk fasilitas kamar, yang paling mendasar sih terpenuhi. Ada TV dengan kanal lokal dan internasional (nanti saya mau cerita tentang satu channel yang bikin saya dan temen-temen ketawa-ketawa tengah malem), meja kerja dan kursi, lemari pakaian, telepon, dan koneksi internet. Di atas meja kerja, ada telepon, nampan dengan dua botol air mineral (dikasih gratis setiap hari), dan lampu meja. Di atas cermin ada semacam rak dengan tanaman artifisial yang bikin kamar tambah cantik.

Nah, yang disayangkan adalah nggak ada kulkas di kamar. Walhasil, minuman saya pun nggak bisa didinginkan dan jadinya encer keesokan harinya karena dibiarkan di suhu ruangan. Salah satu side lamp juga nggak berfungsi (lampu yang di ujung kamar). Oh, ya! Tentang channel TV yang lucu itu, saya harus ceritakan. Saya lupa nama channel-nya apa, tapi yang jelas itu channel Indonesia (dan regional/lokal). Jadi, malam terakhir nginap di RedDoorz, saya pergi karaoke sama teman-teman. Nah, karena pulangnya kemalaman, akhirnya dua orang teman saya ikut nginep (dan kita jadi kayak ikan pindang dijemur tidurnya). Pas sampai kamar, sambil nyantai, kami ganti-ganti channel TV dan nemu satu channel yang acaranya mutar video-video musik. Namun, penonton bisa request lagu dan kirim salam via SMS, dan nanti pesannya akan ditampilkan di scrolling text di bagian bawah layar. Saya dan teman-teman ketawa ngakak baca pesan-pesan di scrolling text itu, mulai dari ngetawain gaya nulis pesannya, typo-nya, sampai curhatan pengirimnya. Saya nggak ingat nama channel-nya apa, tapi kalau kebetulan nginep di RedDoorz Plus @ Thamrin, coba aja telusuri sendiri.

Kamar Mandi

Pamor desain industrial dan mid-century memang belum mati. Untuk kamar mandi sendiri, penggunaan tile persegi panjang berwarna putih dengan pola running bonds memberikan sentuhan industrial. Ditambah lagi penggunaan lampu gantung berbahan metal di samping cermin. Nah, cerminnya sendiri juga sudah cantik dan IKEA banget.

IMG_20190904_141319
IMG_20190904_141347
IMG_20190904_141333

Area shower tampil mencolok dengan ubin warna merah yang dipasang dengan pola herringbone. Pemanas airnya masih pakai unit pemanas terpisah (bukan sentral). Area ini hanya dipisahkan oleh shower curtain, tanpa split level. Walhasil, ketika mandi air selalu meluap ke sisi kamar mandi yang lain. Buat yang terbiasa dengan kamar mandi kering, ini pasti jadi hal yang mengganggu. Buat saya pun begitu. Rasanya risi ketika lagi cukuran, dan lantainya basah karena air yang meluap dari area shower.

Fasilitas Umum

Nah, fasilitas umum di RedDoorz Plus @ Thamrin sebetulnya nggak banyak. Satu lantai di atas lobi, saya sempat cek ada seperti restoran, tapi tutup dan sedang renovasi (karena berdebu dan ada ladder). Di lobi sendiri, seating area-nya tidak besar, tetapi ada banyak meja dan kursi. Ada juga charging station dan vending machine. Saya lupa foto-foto area ini. Jadi, maaf ya belum ada dokumentasinya.

Di lantai lobi juga ada semacam ruang rapat yang dipakai untuk simpan barang-barang yang dititipkan tamu, seperti tas atau koper. Di depan hotel sendiri, ada money changer dan kios pengiriman barang (ekspedisi). Sebenarnya, memang nggak banyak fasilitas umum di sini, tapi ya, as expected from a hotel budget, you get what you pay for. Untuk bersantap sendiri, ada banyak pilihan tempat makan di sekitar hotel. Terlepas dari fasilitas umumnya, kalau sebatas mencari hotel budget di Jakarta sih, properti ini bisa dibilang sudah cukup.

Lokasi

Meskipun nggak banyak fasilitas umum yang ditawarkan, RedDoorz Plus @ Thamrin menonjolkan lokasi sebagai aspek unggulannya. Properti ini adalah salah satu hotel budget terdekat dari Stasiun Sudirman. What’s better, Stasiun BNI City hanya berjarak sekitar 5 menit dari hotel dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki (lewat pedestrian tunnel yang di malam-malam tertentu, suka dijadikan sebagai tempat street performer). Karena waktu itu saya harus ke bandara, tentunya lokasi hotel memudahkan saya untuk mencapai Stasiun KA Bandara dengan cepat. Nggak harus terburu-buru. Bisa lebih santai. Hotel ini juga dekat dari Stasiun MRT Dukuh Atas. Untuk saya sih, kalau udah dekat MRT, ke mana-mana akan gampang. Saya malah sempat joging dari hotel sampai Grand Indonesia, dan balik lagi.

Untuk bersantap, ada banyak pilihan di sekitar hotel. Ada juga beberapa minimarket yang saya lihat. Dari warung sampai kafe, opsinya cukup variatif. Saya rasa nggak akan susah deh kalau mau cari makan di dekat hotel. Kalau memang bingung, tinggal naik MRT dan turun di Stasiun MRT Bundaran HI untuk cari makan di Grand Indonesia, Plaza Indonesia, atau Sarinah.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. Ke depannya, saya akan sertakan segmen ini di ulasan-ulasan berikutnya. 

Bicara soal service di RedDoorz Plus @ Thamrin, berdasarkan yang saya alami bisa dibilang kualitasnya tidak spesial, tapi juga tidak benar-benar jelek. Memang ada beberapa kejadian yang bikin saya agak kesal. Kejadian pertama adalah ketika saya tanya lokasi KFC dan McDonald’s terdekat dari hotel. Saat itu, Mbak resepsionis yang bertugas bilang bahwa kedua gerai terdekat ada di Sarinah dan cukup jauh. Dia menyarankan saya untuk pakai GO-Jek atau Grab. Saya bilang bahwa sebetulnya bisa pakai MRT dan turun di Stasiun MRT Bundaran HI. Si Mbak keukeuh bahwa saya harus tetap jalan cukup jauh. Saya bilang jarak dari stasiun ke Sarinah nggak begitu jauh dan saya nggak masalah dengan jalan kaki. Yang saya nggak suka adalah si Mbak ini justru melemparkan tatapan meremehkan, seolah-olah bilang, “Try it if you can.” Mungkin ke depannya, jangan kayak begitu ya. Coba lebih ramah lah.

Masalah kedua yang saya alami terjadi di hari kedua menginap. Saat itu, saya harus ke bandara dan di sana seharian. Saat pulang, saya kaget karena kamar saya belum dibersihkan sama sekali. Padahal, di hari pertama, saya lihat ada staf yang sedang bersih-bersih kamar lain. Malam-malam saya tanya resepsionis hotel kenapa kamar saya belum dibersihkan, dan ternyata mereka lupa. Akhirnya, saya minta mereka bersihkan kamar saya besok dan sediakan dua botol air mineral baru. Setelah diminta, mereka baru mau membersihkan kamar. Ini hal yang mengecewakan buat saya karena saya nggak mengerti kenapa saya harus buat permintaan dulu, baru mereka mau bersihkan kamar. Apakah masalah privasi? Atau regulasinya seperti itu? Atau memang kamar saya dilewatkan? Apa pun alasannya, kejadian itu cukup mengesalkan.

Terlepas dari dua kejadian itu, interaksi saya dengan staf memang tidak banyak, kecuali pada hari berikutnya saat staf housekeeping datang dan merapikan kamar, sementara saya kerja. Selama membersihkan kamar, kami sempat mengobrol sambil sesekali nonton AFV di TV dan ketawa-ketawa. Sebagian staf cukup ramah dan helpful, dan ini sangat saya apresiasi.

Kesimpulan

Properti-properti RedDoorz hadir sebagai opsi hotel budget yang menawarkan penginapan dengan harga terjangkau, tetapi dengan kualitas yang masih terjaga. Namun, properti-properti itu juga punya “tingkatan” yang berbeda. Nah, RedDoorz Plus @ Thamrin ini bisa dibilang versi upgraded yang, kalau nggak lebih mewah, setidaknya lebih lengkap. Secara keseluruhan, pengalaman menginap di properti ini bisa dibilang positif. Dengan kombinasi harga yang ditawarkan dan lokasi yang super strategis, saya bisa pilih properti ini lagi kalau sedang butuh nginep lama di Jakarta, tanpa harus bikin dompet jebol. Rate-nya mulai dari kisaran 275 ribuan. Masih terjangkau, ‘kan?

Dari segi desain, kamar tipe Deluxe di sini juga menghadirkan suasana yang cukup cozy. Memang tidak ada jendela yang menghadap ke luar di kamar saya, tetapi dari segi ukuran kamar, desain interior, dan pemilihan furnitur, bisa dibilang saya cukup nyaman beristirahat dan kerja di kamar. Untuk ke-Instagrammable-annya, mungkin saya bisa bilang 8 out of 10 karena untuk level hotel budget di Jakarta, desain interior tipe Deluxe ini cukup eye-catching. Kamar mandinya pun cukup cantik, meskipun sayangnya nggak ada split level atau pemisah lain antara area shower dengan area kamar mandi yang lain. Seluruh lantai kamar mandi yang basah ini selain bikin risi, juga riskan, terutama kalau pakai electric shaver yang dicolok ke stopkontak.

Untuk pelayanan, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, ada plus minusnya. Harapan saya sih ke depannya para staf bisa lebih ramah dan nggak sampai lupa membersihkan kamar tanpa harus diminta atau diingatkan. Di luar itu sih, ya, everything was okay.

So, will I come back and stay there? I think I will. 

ADA HADIAH DARI A BOY IN A HOTEL ROOM!

Masih ingat nggak sih promo yang saya share di review RedDoorz sebelumnya? Promonya masih berlaku lho di tahun ini! Buat kalian yang ingin nginep di RedDoorz, nih manfaatkan diskon 25% dari A BOY IN A HOTEL ROOM!

Saat melakukan reservasi melalui aplikasi atau situs resmi RedDoorz, masukkan kode ini ya buat dapat diskon 25% dari saya:

HEYBOY

Lumayan, ‘kan diskon 25%? Eh, tapi ada ketentuan untuk promo ini:

  • Promo berlaku untuk semua properti RedDoorz di Indonesia (termasuk properti Plus dan Premium). Buat properti RedDoorz di luar negeri kayak Vietnam dan Singapura, maaf nih belum bisa πŸ˜ž (doakan semoga ada lagi ya kerja sama buat kode promo yang bisa dipakai di luar negeri)
  • Promo ini berlaku untuk pemakaian satu kali per satu akun. Jadi, kalau kamu udah pakai kode ini untuk akun kamu, kode ini nggak bisa dipakai untuk yang kedua kalinya, tapi temanmu bisa pakai kok selama dia belum pernah pakai kode ini.
  • Kode promo ini nggak case sensitive. Mau huruf kapital semua atau huruf kecil, bisa dipakai. Asal jangan ngetiknya alay macam β€œh3YboY” atau β€œH3YbOy”, apalagi β€œH3YTaYo”
  • Kode ini setara dengan diskon 25%.
  • Kode ini berlaku hingga Agustus 2020. Sekarang ini, memang lagi disarankan tidak bepergian atau berlibur karena virus outbreak masih panas-panasnya, tapi kalau kamu benar-benar harus pergi ke luar kota dan ingin menginap di RedDoorz, kamu bisa pakai kode promo itu. Semoga aja wabah COVID-19 ini segera berakhir, ya, supaya bisa cepat-cepat liburan lagi.
  • Kode hanya bisa dipakai untuk reservasi melalui situs web dan aplikasi resmi RedDoorz. Pemesanan via OTA nggak bisa pakai kode ini.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros 

  • Lokasinya super strategis. Dekat dari Stasiun KRL Sudirman, Stasiun BNI City, dan MRT Dukuh Atas. Restoran, kafe, dan minimarket juga banyak di sekitar hotel.
  • Desain interiornya cukup Insta-worthy, terutama buat yang senang gaya arsitektur seperti Industrial atau Scandinavian.
  • Untuk hotel budget, ukuran kamar cukup luas.
  • Dengan kombinasi lokasi strategis dan harga terjangkau, hotel ini jadi opsi yang menurut saya sih oke.

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Tidak semua kamar punya view ke luar gedung. Kamar-kamar yang tertutup ini membangun kesan claustrophobic.
  • Tidak ada split level pemisah area shower dengan area kamar mandi yang lain.
  • Beberapa kejadian kurang menyenangkan terkait pelayanan bikin saya cukup kesal selama menginap.

Penilaian

Kenyamanan: πŸ˜ŒπŸ˜ŒπŸ˜Œβšͺ️βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†βšͺ️
Lokasi: πŸ€©πŸ€©πŸ€©πŸ€©πŸ€©
Harga: πŸ’°

Review: RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2

Di Bandung, saya sering banget nemu properti-properti RedDoorz. Di setiap kawasan, setidaknya ada satu properti RedDoorz. Bahkan, di deket kompleks rumah saya pun ada satu properti mereka. Secara pribadi, saya memang jarang menginap di properti mereka, tapi kali ini saya berkesempatan buat melewati satu malam di salah satu properti RedDoorz yang lokasinya dekat banget sama Universitas Kristen Maranatha di Bandung. Kalau mau ke kampus, beneran bisa lewat pintu belakang! Lha wong saya aja makan siang di kampus sebelum check-in. He he he.

IMG_20190816_142003

RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 berlokasi di Jalan Sukamekar III No. 20, Bandung. Lokasinya persis bersebelahan dengan pintu belakang Universitas Kristen Maranatha. Gate ini dipakai buat akses motor atau pejalan kaki. Karena bangunannya homy banget, dulu saya mengira kalau properti ini semacam kost ekslusif. Fasadnya tampil cantik dengan dinding bata ekspos dan halaman depan yang cukup luas.Β Sebenarnya, properti bintang tiga ini punya namanya sendiri, yaitu Sekar Arum Butik Guesthouse, tapi karena listing yang lebih populer di Google adalah RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2, jadilah entri itu yang lebih sering muncul.

Ada 11 kamar yang ditawarkan di guest house mungil ini, tapi jangan salah! Walaupun kelihatannya kecil, kamar-kamarnya ternyata cukup luas. Desain interior menjadi daya tarik guest house ini, terutama dengan sentuhan tradisional Jawa dan permainan warna-warna earthy yang bikin nyaman saat menginap. Tipe kamarnya hanya satu dan dibedakan oleh penggunaan tempat tidur saja (double/twin). Untuk fasilitas sendiri, harus saya bilang nggak ada banyak pilihan selain public spaces dan ruang makan.

Nah, ulasan ini spesial karena saya kerja sama dengan pihakΒ RedDoorz. Di akhir ulasan juga ada kode promo yang bisa kalian pakai saat ingin melakukan pemesanan melalui aplikasi atau situs web RedDoorz. Ulasan lengkap dan kode promonya ada di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Saat check-in diΒ RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2, resepsionis yang bertugas menawarkan saya kamar yang mau dipilih. Karena kamar-kamar double bed tinggal di lantai bawah, akhirnya pilihan saya jatuh ke kamar nomor 1 yang posisinya tepat di samping area resepsionis (sebetulnya kamar ini disarankan karena sinyal WiFi-nya lebih kencang). Meskipun hanya punya satu tipe, ukuran kamar yang tersedia ternyata beda-beda, meskipun perbedaannya nggak begitu signifikan. Ketika saya cross-check ke Agoda, ukuran kamarnya berkisar antara 18-20 meter persegi. Saya rasa kamar saya luasnya 20 meter persegi karena cukup luas.

Interior kamar tampak hangat dengan dinding bata ekspos di salah satu sisi ruangan. Ada satu jendela kecil yang menghadap ke arah taman depan. Furnitur-furnitur kayu bergaya tradisional Jawa mendominasi ruangan. Salah satu furnitur yang menarik perhatian saya adalah cermin antik yang punya pengait pakaian. Dulu, cermin seperti ini ada di rumah nenek saya. Kesan homyΒ langsung terasa di kamar, terutama dengan pencahayaan warna hangat dan penggunaan warna-warna earthy. Atsmofer tradisional Jawa juga tercermin dari lukisan wayang dan penggunaan kain batik.

IMG_20190816_135149

IMG_20190816_135448

IMG_20190816_135522

Fasilitas kamar mencakup televisi, AC, koneksi WiFi. Air minum dan gelas juga tersedia di kamar. Yang saya sayangkan adalah di kamar nggak ada lemari pakaian. Kalau sebatas gantungan pakaian sih ada, tapi lemari sayangnya tidak ada. Selain itu, televisi yang dipakai juga televisi tabung. Memang membangun kesan nostalgic sih, tapi layarnya kecil dan suka berisik di bagian belakang tabungnya.

Oh ya, di kamar juga ada meja belajar yang merangkap sebagai vanity table. Sayangnya di dekat meja belajar nggak ada stopkontak. Ada sebetulnya, tapi terpakai untuk televisi. Akhirnya, saya terpaksa pakai counter table di dekat kamar mandi karena ada stopkontak kosong di sana. Mungkin kalau di kamar lain, posisi stopkontaknya lebih dekat dengan meja kerja.

IMG_20190816_135549

IMG_20190816_135326

IMG_20190816_141744

Satu lagi, karena konsepnya guest house dengan pintu kamar yang masih pakai kunci biasa, kamar nggak kedap suara. Ketika ada orang lain ngobrol di luar, suaranya pasti kedengaran ke kamar. Kebetulan posisi kamar saya juga ada di bawah kamar di lantai 2, perpindahan furnitur di kamar lantai atas kedengaran. Mungkin buat yang finicky dengan hal seperti ini akan merasa terganggu. Oh ya, tepat di depan kamar saya ada tea/coffee station. Kalau mau bikin teh, saya hanya perlu keluar kamar dan bisa langsung seduh teh atau kopi buat dinikmati di kamar. Teh, kopi, dan coffee maker tidak tersedia di kamar. Jadi, kita harus bikin kopi ya di luar kamar. Kayak tidur di rumah sendiri.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, desainnya terasa natural melalui penggunaan batu-batu alam di dinding dan lantai. Area shower dipisahkan dari kloset. Untuk air panas, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2Β menggunakan alat pemanas air rumahan (yang biasa dipasang di kamar mandi) sehingga volume air panas yang tersedia akan bergantung kepada air yang tersisa di tabung pemanas (dan buat manasin airnya pun cukup lama). Di sisi lain, ini ngingetin buat nggak buang-buang air sih.

Alat mandi sudah disediakan oleh RedDoorz. Ada sikat dan pasta gigi, sabun, sampo, sisir, dan handuk. Sebagai gantungan handuk, ada semacam tongkat kayu panjang yang diletakkan di dekat wastafel. Nuansa alaminya kerasa cukup kental di sini. Saya juga suka dengan penggunaan glass block sebagai akses masuk cahaya matahari dari luar. Oh ya, saya harus ingatkan ini. Kalau menginap di kamar nomor 1, siap-siap dengan split level di kamar mandi. Saya berapa kali kaget ketika masuk kamar mandi karena ada tiga split level di sini. Intinya sih watch your step.

IMG_20190816_135613

IMG_20190816_135628

IMG_20190816_141635

Fasilitas Umum

Bicara soal fasilitas, memang nggak banyak yang ditawarkan oleh RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 atau Sekar Arum Boutique Guesthouse. Ada banyak ruang publik yang bisa dimanfaatkan untuk ngobrol atau bersantai. Di dekat resepsionis pun ada ruang keluarga dengan televisi. Di dekatnya ada meja makan untuk enam orang. Layout furnitur dan interiornya homy banget. Beneran, rasanya kayak tinggal di rumah sendiri. Ada juga dapur, tapi saya nggak ke sana karena ketika saya intip, staf guest house pada diamnya di sana. BreakfastΒ disajikan di ruang makan, tetapi ketika tamu sedang banyak, saya rasa tamu bisa makan di ruang keluarga sambil nonton televisi, atau mungkin di teras depan. Ya, beneran deh rasanya kayak tinggal di rumah sendiri! Nyaman dan hangat!

IMG_20190816_142146

IMG_20190816_142049

IMG_20190816_142033

IMG_20190816_142317

IMG_20190816_142211

Di sisi timur ruang keluarga, ada koridor menuju kamar-kamar lainnya di lantai satu. Di depan koridor ini juga ada satu set meja dan kursi kopi bergaya antik, serta kolam ikan yang menjadi elemen air di ruang publik ini. Tangga menuju lantai dua berada tepat di depan kamar saya.

Melangkah keluar bangunan utamaΒ guesthouse, ada halaman depan yang cukup luas dan digunakan sebagai area parkir tamu. Ada ayunan di ujung teras, dan di dekatnya, ada kandang ayam hias. Staf guest house bilang bahwa pemilik memang pelihara ayam hias yang sengaja dibiarkan berkeliaran dan, uniknya, nggak kabur ke luar pagar! Oh ya, ayam-ayam ini juga kelihatannya jinak. Waktu saya dekati, dia nggak mencoba ngejar atau patuk. Such gentle chickens.

IMG_20190816_141833

IMG_20190816_141925

IMG_20190816_142003

IMG_20190816_142250

Beralih ke lantai dua, dari segi suasana nggak jauh beda dengan atmosfer di lantai satu. Furnitur-furnitur kayu antik mewarnai sudut-sudut ruangan. Ada juga tanaman hias yang bikin ruang publik terasa ijo royo-royo, dan tentunya masih dengan dinding bata ekspos yang membangun suasana hangat dan homy.

IMG_20190816_142449

IMG_20190816_142435

IMG_20190816_142518

IMG_20190816_142559

Untuk properti bintang tiga, minimnya fasilitas umum memang jadi sesuatu yang disayangkan. Informasi kelas hotel ini saya dapatkan dari halaman Tripadvisor-nya Sekar Arum Guesthouse dan halaman Agoda-nya RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2. Namun, kembali lagi sih. Dengan konsep guesthouse, saya rasa keterbatasan fasilitas mungkin terbayar oleh kenyamanan menginap dan desain interior yang Insta-worthy,Β nostalgic dan nyaman.

Lokasi

Berada di lingkungan kampus, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 dikelilingi banyak banget tempat makan mahasiswa. Di depan properti sendiri ada beberapa warung makan yang bisa dikunjungi sebagai opsi makan murah. Jalan kaki sekitar 5 menit, kita sudah sampai di Jalan Surya Sumantri yang menawarkan lebih banyak tempat makan dan kafe.

Kalau dari Gerbang Tol Pasteur sendiri, properti ini berjarak sekitar 5 menit dengan kendaraan roda empat (ambil aja jalur keluar di sisi kiri jalan utama sebelum perempatan). Berada di jalan pemukiman warga, guest house ini kadang dikira kost eksklusif atau rumah biasa. Saran saya sih kalau ingin bepergian pakai GO-Jek atau Grab, patokannya adalah pintu belakang Maranatha. Posisi guest houseΒ berada di samping pintu belakang Maranatha. Saya aja makan siang di food court kampus jadinya. Oh ya, meskipun ada di lingkungan mahasiswa, ketika saya menginap saya nggak terganggu dengan suara bising. Pas siang sih ada lah sekelebat suara para mahasiswa pulang kampus, tapi di malam hari sih tenang-tenang aja lingkungannya.

Kesimpulan

Hidden gem. Jujur saya pun kaget karena ternyata ada properti unik di dekat kampus. Betul-betul dekat karena saya keluar lewat pintu belakang kampus, jalan sedikit ke barat, eh udah sampai di guest house. Dengan interior bergaya Jawa tradisional dan sentuhan natural, serta penggunaan warna-warna earthy, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 menawarkan pengalaman menginap yang nostalgic, seperti ketika menginap di rumah nenek.

Ukuran kamar terbilang luas, terutama ketika menginap sendiri. Hanya saja, beberapa fasilitas kamar perlu di-upgrade atau ditambahkan (mis. TV tabung jadi LED TV). Terminal listrik juga bisa disediakan di kamar karena nggak ada stopkontak di dekat meja kerja. Kalau split level di kamar mandi, ya mau gimana lagi karena sudah bagian dari struktur bangunan sih. Selain itu, properti ini juga memang nggak punya banyak fasilitas umum, dan ini saya rasa cukup disayangkan berhubung guest house ini menyandang bintang tiga.

Selebihnya sih, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 menawarkan akomodasi yang terjangkau, cantik, dan strategis. Dengan rate mulai dari 270 ribuan per malam (berdasarkan rate menginap kemarin), kita sudah bisa menginap dengan nyaman dan menikmati suasana yang homy. Bagi penyuka interior bergaya Jawa tradisional, properti ini layak untuk dipertimbangkan.

 

ADA HADIAH DARI A BOY IN A HOTEL ROOM!

Seperti yang saya bilang di paragraf pembuka, saya ada hadiah nih buat kalian yang mau nginap di properti-properti RedDoorz! Jangan takut bokek lagi! Kalau kalian melakukan reservasi melalui situs web dan aplikasi resmi RedDoorz, kalian bisa masukkan kode promo buat dapatkan diskon menarik! Nah, RedDoorz kerja sama nih dengan A Boy in a Hotel Room buat ngasih kode promo ini:

HEYBOY

Dengan promo ini, kalian bisa dapatkan diskon 25%Β untuk semua properti RedDoorz di Indonesia. YA! DISKON 25% LOH! Mau nginap di properti RedDoorz di Yogyakarta? Pake aja kode promo ini! Di Jakarta? Pake juga lah! ‘Kan berlaku untuk semua properti RedDoorz di Indonesia. Ketentuannya saya jelaskan di poin-poin berikut:

  • Promo berlaku untuk semua properti RedDoorz di Indonesia (termasuk properti Plus dan Premium). Buat properti RedDoorz di luar negeri kayak Vietnam dan Singapura, maaf nih belum bisa 😞 (doakan semoga ada lagi ya kerja sama buat kode promo yang bisa dipakai di luar negeri)
  • Promo ini berlaku untuk pemakaian satu kali per satu akun. Jadi, kalau kamu udah pakai kode ini untuk akun kamu, kode ini nggak bisa dipakai untuk yang kedua kalinya, tapi temanmu bisa pakai kok selama dia belum pernah pakai kode ini.
  • Kode promo ini nggak case sensitive. Mau huruf kapital semua atau huruf kecil, bisa dipakai. Asal jangan ngetiknya alay macam “h3YboY” atau “H3YbOy”, apalagi “H3YTaYo”
  • Kode ini setara dengan diskon 25%.
  • Kode ini berlaku hingga Agustus 2020. Nah ‘kan masih banyak waktu nih buat liburan! Santuy lah.
  • Kode hanya bisa dipakai untuk reservasi melalui situs web dan aplikasi resmi RedDoorz. Pemesanan via OTA nggak bisa pakai kode ini.

 

Pros & Cons

πŸ‘πŸ»Β Pros

  • Lokasinya strategis. Dari Gerbang Tol Pasteur sih sekitar 5 menit dengan kendaraan roda empat. Di sekitar properti juga banyak warung makan, restoran, dan semacamnya.
  • Desain interiornya memikat banget, terutama buat yang suka interior bergaya Jawa tradisional. Atmosfernya pun hangat, rasanya kayak nginap di rumah nenek.
  • Rate-nya terjangkau, sekitar 270 ribu per malam.
  • Karena konsepnya guest house dan public space-nya pun homy, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 cocok banget buat yang ingin pesan banyak kamar untuk liburan keluarga. Waktu saya check-out, ada orang yang datang dan nanya-nanya untuk pesan beberapa kamar untuk keperluan acara keluarga.
  • Ada ayam hias πŸ“πŸ£

πŸ‘ŽπŸ»Β Cons

  • Untuk akomodasi bintang tiga, fasilitas umum yang tersedia dirasa sangat terbatas.
  • Beberapa fasilitas kamar perlu di-upgrade.
  • Dengan konsep guest house, mungkin ekspektasinya perlu diturunkan kalau mencari kamar yang kedap suara. Saya juga lupa bilang bahwa meskipun aksesnya 24 jam, pulang malam nggak sebebas yang dibayangkan. Memang sih ada satpam yang bertugas, tetapi ya… Bayangkan aja deh nginep di rumah nenek dan pulang malem, lalu harus pencet bel dan terpaksa ngebangunin orang yang lagi istirahat.

 

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😢βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Ά
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩βšͺ️
Harga: πŸ’°