Tag Archives: MaxOne

Review: MaxOne Platinum Hayam Wuruk

Tanggal 17 Oktober kemarin, Jakarta City Philharmonic mengadakan konser bertajuk “Yuwana” di Taman Ismail Marzuki. Sebagai penggemar musik klasik dan pianis yang masih hiatus karena kesibukannya di dunia translating dan content writing, kesempatan buat nonton konser klasik (dengan biaya yang relatif terjangkau) tentunya jangan sampai dilewatkan. Sebelum ke Jakarta, saya sempat bingung cari hotel untuk tinggal selama 2 malam. Setelah bersemedi di warnet selama satu jam, akhirnya saya putuskan untuk book hotel ini.

building
Fasad hotel MaxOne Platinum Hayam Wuruk. Foto milik manajemen.

MaxOne Platinum Hayam Wuruk adalah akomodasi bintang tiga yang berlokasi di jalan Hayam Wuruk nomor 5. Hotel ini bersebelahan dengan bangunan HXC yang juga jadi “rumah” buat Yello dan Harris Vertu.  Dari segi desain, fasadnya ini cukup nyentrik dan mainin banyak bentuk geometri, mirip kartu remi kalau ditumpuk, tapi ada beberapa kartu yang mencuat keluar. Oh ya, posisi lobinya ada di samping bangunan, dan bukan di depan. Berkali-kali naik Grab, driver-nya kira lobinya ada di depan. Eh taunya di depan ada rumah makan Padang.

Waktu menginap di sini, saya dapat kamar di lantai 7. Lucky number atau James Bond? Entahlah, tapi yang jelas posisi kamar saya cukup mojok. Teman saya udah takut kita dapat kamar di lantai 4. Ya, you know lah kepercayaannya gimana. Meskipun demikian view-nya lumayan bagus. Hotel ini juga punya restoran yang sayangnya nggak sempat dikunjungi karena saya bangunnya selalu siang dan setelah bangun, keburu sibuk siap-siap buat jalan-jalan atau pergi ke tempat lain.

Dengan interior kamar yang ceria, suasana lobi teduh, dan lokasi yang bagus, MaxOne Platinum Hayam Wuruk ini bisa jadi tempat nginap yang pas dengan harga cukup terjangkau. Sayangnya, ada beberapa hal yang kurang saya sukai dari kunjungan kemarin. Cerita lengkapnya saya bahas di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Oh ya, sebelumnya saya bilang kalau saya kebagian nginap di kamar di lantai 7. Cukup tinggi kamarnya, sayangnya posisinya agak mojok, walaupun bukan yang terpojok.

IMG_20181017_153122
Interior kamar. Kasurnya besar. Meja kerjanya juga cukup luas, dan ada white board
IMG_20181017_153130
Kanal di televisinya cukup banyak. View dari jendela juga bagus, tapi terhalang pembangunan gedung sebelah.
IMG_20181017_153216
Lemari gantungnya nggak tertutup

Bicara soal desain interior, kamar saya tampak rapi, modern, dan ceria dengan balutan lantai kayu dan wall paneling di beberapa sisi kamar. Ukuran kamarnya memang nggak begitu besar, tetapi cukup luas lah buat ukuran hotel sekelas MaxOne. Ada kaca buram di dinding diagonal yang memisahkan shower box dengan ruangan utama kamar jadi kalau ada yang mandi, yang terlihat dari luar hanyalah lekuk tubuhnya saja (apasih).

Pencahayaan kamar membangun atmosfer hangat, tapi karena warna dindingnya kalem jadi ada semacam keseimbangan antara hot and cold, udah macam Katy Perry aja. Nggak redup, tapi nggak menyilaukan juga. Lagi pula, cahaya dari luar jendela juga kalau siang-siang cukup banyak. Di atas headboard, ada panel kayu dengan semacam lukisan atau potongan dengan desain cetak yang sepintas kayak batik, tapi bukan batik. Unsur youthful-nya didapatkan dari pernak-pernik macam ini.

Untuk in-room amenities, saya rasa sih udah cukup lengkap. TV ada, pilihan channel-nya banyak, meja kerja ada, white board ada. Hanya saja, koneksi WiFi selama saya nginap dua malam itu bisa dibilang kurang bisa diandalkan. Pertama, jumlah perangkat yang bisa pakai satu akun itu nggak banyak. Kedua, meskipun udah terhubung ke jaringan, tapi nggak ada arus keluar masuk data, macam “connected / no internet” kalau di HP Android saya. Untungnya ada paket data HP yang masih bisa diandalkan.

Kamar Mandi

Bicara tentang kamar mandi, saya mempertanyakan satu hal yang saya lihat pas pertama kali masuk kamar.

IMG_20181017_153148
Itu kenapa ada stool di bawah shower?!

Saya nggak paham kenapa bisa ada stool di bawah shower. Apakah penghuni sebelumnya sempat ber-shower sambil duduk? Atau mungkin dipakai buat duduk sambil nungguin creambath? Entahlah tapi yang jelas, petugas cleaning service-nya seharusnya mengembalikan lagi si stool itu ke tempatnya, dan somehow saya jadi penasaran dengan posisi asli stool itu di kamar. Itu aslinya ada di mana?

IMG_20181017_153202
Kamar mandi, lengkap dengan perlengkapan mandi, dan toilet plus bidet.

Ukuran kamar mandi unit saya sebetulnya nggak luas. Shower-nya nggak bermasalah dari segi aliran air, tapi kalau dari segi suhu memang fluktuatif. Ada rainshower juga di shower box jadi yang ingin menggalau bisa lah nyanyi lagu Melly Goeslaw di bawah cucuran air shower. Kalau dari segi desain, kamar mandinya tampak lebih mewah dengan dinding dan countertop marble. Ditambah lagi dengan adanya rainshower, bisa lah menikmati pengalaman mandi mewah. Hanya saja, tolong dong buat pihak hotel itu stool-nya dikondisikan 🙄

Fasilitas Umum

MaxOne Platinum Hayam Wuruk punya restoran yang ada di lantai teratas. Dari restoran, kita bisa menikmati pemandangan kota Jakarta yang cantik, apalagi kalau malam-malam. Sayangnya, saya nggak sempat ke restorannya sama sekali karena terlalu sibuk. Sibuk persiapan nonton konser, kesiangan bangun pagi jadi nggak sempat sarapan, dan pada akhirnya lupa karena lebih banyak beraktivitas di luar hotel.

This slideshow requires JavaScript.

Sebelumnya saya sempat sebut rustic industrial. Sentuhan gaya ini juga bisa kita lihat di beberapa public space seperti lorong hotel atau lobi lift. Kalau untuk lobi sendiri, desainnya lebih ke arah kontemporer, dengan suasana teduh karena ada dinding rumput sintetis yang dihiasi oleh sangkar-sangkar burung. Cute deh buat jadi latar belakang foto.

This slideshow requires JavaScript.

Nah, sekarang saya mau bahas hal yang bikin kunjungan saya kurang maksimal. Staf hotel yang melayani saya pada awalnya ramah, tapi ke sininya kok jadi dingin ya? Kurang ramah jatuhnya. Bahkan, resepsionis lupa kembalikan SIM saya dan ketika telepon ke kamar, bilangnya malah saya yang lupa ambil SIM (saya ingat betul resepsionisnya nggak kasih lagi SIM, kenapa jadi melemparkan kesalahan padaku).

Selain itu, di lobi saya minta tolong resepsionis untuk kirimkan mangkuk dan sendok ke kamar. Resepsionisnya bilang belum tahu karena restorannya udah tutup (waktu itu masih jam empat sore). Saya tegasin ke dia ya kalau alat-alat makan sih mau restoran tutup atau buka, harusnya masih bisa diakses 😒 Akhirnya, sekitar setengah jam setelahnya barulah ada pegawai yang datang ke kamar untuk kasihkan mangkuk, dan hanya mangkuk saja. Sendoknya ketinggalan. Saya harus telepon room service untuk minta sendok yang ketinggalan dan nggak diangkat oleh pihak hotel. Sendok baru datang ketika makanan saya udah mau habis. Menyebalkan 😒

Lokasi

Dari aspek lokasi, MaxOne Platinum Hayam Wuruk ini memang bagus. Mau ke mana-mana gampang karena Halte Busway Harmoni bisa ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 5 menit dari hotel. Di dekat halte, ada Carrefour Duta Merlin yang bisa dikunjungi buat belanja segala macem. Restoran-restoran juga banyak di sekitar hotel (apalagi rumah makan Padang, itu sih tinggal turun ke lobi).

Mau ke Grand Indonesia? Dari hotel kalau pakai mobil sih sekitar 15 menit (selama lalu lintas nggak dialihkan). Mau ke Kota Tua juga bisa, pakai busway bisa lebih cepat. Mau belanja murah? Bisa ke Glodok atau Tanah Abang. Restoran 24 jam? Ada McDonald’s berjarak sekitar 10 menit dari hotel dengan berkendara. Ngopi? Ke Starbucks aja yang lokasinya tepat di sebelah bangunan hotel. Waktu WiFi kamar ngadat, saya kabur ke Starbucks buat kerja.

Kesimpulan

Untuk hotel bintang tiga, MaxOne Platinum Hayam Wuruk saya rasa berhasil menawarkan dua aspek utama yang saya cari kalau lagi masuk ke mood “nggak banyak maunya”, yaitu lokasi dan kenyamanan istirahat. Aspek lokasi harus saya kedepankan karena hotel ini memang deket ke mana-mana. Halte busway, mal, Starbucks, atau restoran bisa dicapai dari hotel dengan jalan kaki. Sebetulnya, kawasan Hayam Wuruk dan Gajah Mada ini memang kawasan yang bisa dibilang asyik buat pilih hotel saat berlibur ke Jakarta. Mau makan mewah ada, makan murah banyak. Ke Kota Tua deket, ke mal juga dekat.

Untuk aspek kenyamanan istirahat, tidur saya nggak terganggu meskipun di sebelah lagi ada pembangunan. Selain itu, nggak ada masalah dengan air di kamar mandi, AC, atau televisi. WiFi-nya memang kurang reliable, tapi yang penting tidur saya nggak terganggu dan gak ada hal aneh-aneh terjadi di kamar (kecuali sliding door kamar mandi yang agak susah dibuka, tapi tetap fungsional kok).

Hanya saja, yang disayangkan adalah pelayanan stafnya. Untuk urusan ini, saya memang dan selalu “bawel”. Dengan rate 400 ribuan, MaxOne Platinum Hayam Wuruk bisa jadi pilihan akomodasi budget yang strategis dengan interior youthful buat kita-kita para young traveler. Namun, buat saya secara pribadi akan lebih nyaman dan kunjungan saya akan lebih terasa lengkap ketika staf bisa lebih ramah dan helpful. Semoga sih ke depannya kalau saya nginap lagi di sana, stafnya bisa lebih baik lagi.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Desain kamar bernuansa youthful dengan dinding artsy di belakang headboard tempat tidur sebagai focal point.
  • Lokasi strategis. Dekat ke supermarket (Carrefour Duta Merlin), kafe (Starbucks), restoran (Padang Merdeka), dan lain-lain. Halte busway Harmoni juga cuman sekitar 5 menit dengan jalan kaki dari hotel.
  • Restoran hotel menawarkan city view yang keren.
  • Rate-nya cukup terjangkau untuk hotel budget ke arah midscale.

👎🏻 Cons

  • Internet putus nyambung, kurang reliable kalau buat dipakai kerja.
  • Beberapa staf dan resepsionis hotel kurang ramah dan terkesan perfunctory, kurang responsif dengan kebutuhan pengunjung (I know everyone is tired but hey, we did not even ask for something unexpected like a white elephant or something. Semoga saja kualitas layanan dan keramahan stafnya bisa lebih ditingkatkan).
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌⚪️⚪️
Desain: 😆😆😆😆⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰