Tag Archives: javanese

Review: de Java Hotel Bandung

Duh! Outbreak COVID-19 bikin kita semua kena imbas yang cukup serius. Pekerjaan dan kehidupan sehari-hari jadi terganggu. Saya sendiri udah 2 minggu lebih di rumah dan sejak weekend minggu kemarin, sudah mulai bosan. Stok camilan pun sempat habis, meskipun akhirnya saya belanja online buat beli beberapa barang. Namun, kebutuhan-kebutuhan lain masih belum saya beli karena toko-toko yang menjual produk-produk itu masih tutup. Ya, toko dan mal ‘kan pada tutup. Saya juga bete karena sudah lama nggak main Pump It Up! dan gatal banget kaki ini rasanya.

Anyway, daripada gabut, saya mau review satu properti di Bandung yang lokasinya tepat berseberangan dengan mal langganan saya, Paris van Java. Sebetulnya, saya nginep di sini tahun kemarin. Jadi, kebayang, ya, berapa lama saya nunggak nulis review untuk hotel ini. Mohon maaf, ya. Maklum kerjaan lagi padat banget. Setiap ke PVJ, saya pasti lewat hotel ini, tetapi memang saya baru nginap satu kali di sana dan itu pun tahun kemarin. Dengar cerita dari beberapa teman, hotel ini menonjolkan desain interiornya sebagai keunggulannya dan, tentunya, lokasinya yang super strategis. Setelah menginap, saya bisa mengonfirmasi cerita teman-teman.

206812929
Lobi De Java Hotel. Foto milik pihak manajemen hotel.

de Java Hotel adalah hotel bintang 4 di Bandung yang berlokasi di Jalan Sukajadi No. 148-150. Seperti yang saya bilang di atas, hotel Instagrammable ini berseberangan dengan PVJ, salah satu mal upscale di Bandung. Bisa dibilang hotel ini juga cukup terkenal di kalangan wisatawan karena lokasinya. Gimana nggak? Mau ke mal, tinggal nyeberang jalan. Sebelum sistem satu arah di Jalan Sukajadi diterapkan di akhir tahun 2019, lokasi hotel ini makin strategis karena bisa dicapai dari dua arah. Sekarang, sejak Jalan Sukajadi diubah jadi jalan satu arah, hotel ini hanya bisa diakses dari arah bawah ke atas (Lembang).

Saya coba browsing informasi tentang hotel ini dan nggak dapat banyak informasi. Namun, dari saya kuliah pun hotel ini sudah berdiri. Jadi, bisa dibilang usianya mungkin udah sekitar 5-6 tahun lebih. Bangunan hotel yang ada sekarang merupakan hasil perluasan karena dulu, bangunannya nggak sebesar itu. Meskipun dari luar kelihatan kecil, ternyata hotel ini lumayan besar. Lorong-lorong kamarnya cukup bikin bingung karena ada bagian hotel yang baru dan lorong yang ditutup. Saya agak susah menjelaskannya, tapi yang jelas, saya sempat agak kesulitan cari kamar. Saya juga nggak dapat informasi tentang jumlah kamar di hotel ini dan nggak sempat ngobrol dengan GM atau staf di sana. Yang jelas, sesuai namanya, de Java Hotel mengusung interior bergaya tradisional Jawa yang berhasil di-fusion dengan sentuhan modern. Di lobi, misalnya, sentuhan tradisional Jawa terlihat dari gunungan wayang di dinding belakang meja resepsionis. Elemen-elemen kayu dan warna-warna earthy juga mendominasi interior ruang-ruang publik di hotel. Karena ini, saya bisa bilang kalau hotel ini adalah salah satu hotel unik di Bandung.

Waktu berkunjung ke de Java Hotel, saya menginap di kamar tipe Superior. Dilihat dari kondisinya, kamar saya sepertinya merupakan hasil perluasan hotel. Jadi, masih terbilang baru. Ulasan lengkapnya saya sajikan di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Satu hal yang saya suka dari de Java Hotel adalah konsepnya. Sesuai namanya, interior bergaya tradisional Jawa diusung di hotel ini. Namun, yang bikin saya lebih senang adalah fusion-nya yang apik dengan sentuhan modern. Saya menempati kamar tipe Superior. Berdasarkan informasi dari situs resmi hotel, kamar ini punya luas 21 meter persegi. Bicara soal ukuran, saya nggak bisa bilang kalau kamar ini kecil, tetapi nggak luas juga. Sebenarnya, mungkin akan terkesan luas kalau jendela kamar punya view ke luar bangunan. Sayangnya, ketika jendela dibuka, view yang didapat adalah dinding kosong. Walhasil, selama menginap saya selalu tutup gorden dan kamar jadi terasa agak claustrophobic. Mungkin next time bisa coba minta assign kamar dengan view ke arah luar.

IMG_20190428_143911
IMG_20190428_143952
IMG_20190428_143940

Interior kamar tampak elegan dan unik dengan penggunaan panel kayu berwarna cokelat tua di belakang tempat tidur. Panel rotan dekoratif berfungsi sebagai headboard. Di panel ini juga tergantung satu cermin dan beberapa hiasan dinding dari batik. Sentuhan mewah makin ditonjolkan melalui penggunaan wall light. Sebenarnya, saya minta kamar dengan double bed, tetapi double bed ini ternyata twin bed yang digabungkan. Namun, nilai plus lain yang saya lihat adalah adanya guling mini dengan sarung batik. Oh! I love Dutch wives! Waktu saya kecil, kayaknya kalau tidur nggak pakai guling tuh, rasanya nggak pulas.

Fasilitas yang disediakan oleh de Java Hotel di tipe Superior mencakup TV, AC, coffee/tea maker, dan meja kerja. Untuk WiFi, saya sempat kesulitan akses jaringan ini lewat laptop, tapi berhasil kalau pakai handphone. Oh, ya! Di dekat jendela juga ada set kursi dan meja kopi. Kursi ini punya sandaran berbahan rotan yang cantik. Buat saya sih, meja dan kursinya terlalu pendek, tapi tetap jadi sweet addition to the bedroom.

IMG_20190428_144036
IMG_20190428_144003
IMG_20190428_143919

Suasana tradisional Jawa semakin diperkuat dengan lantai ubin berpola. Ini rasanya kayak main ke rumah Mbah di Yogyakarta. Pintu kamar mandi pun merupakan double door dengan pegangan bergaya tradisional dan kaca buram kekuningan dengan pola yang khas. Cantik banget dan saya suka! Di rumah nenek saya, ada satu jendela yang dipasangi kaca seperti itu, tetapi warnanya bukan kuning. Saya nggak tahu istilahnya. Kalau ada yang tahu, please let me know. Media penyimpanan di sini cukup banyak. Untuk closet, memang bukan lemari tertutup. Namun, saya rasa kalau pakai lemari yang tertutup, ruangan akan terasa lebih sempit. Saya rasa mungkin karena kamar didominasi warna-warna earthy yang cukup gelap sehingga kesannya kecil. Meskipun demikian, atmosfer kamar tetap terasa hangat dan cozy.

Namun, ada satu hal yang agak mengganggu ketika saya menginap di de Java Hotel. Kamar kurang kedap suara. Di pagi hari, saya dengar suara anak kecil nangis dari kamar sebelah, diikuti suara-suara lain seperti ringtone ponsel tamu dan suara ibu-ibu yang ngomel. Suara-suara seperti itu mengganggu istirahat. Namun, saya jadi sadar bahwa suara dari kamar saya pun mungkin bisa aja kedengaran oleh tamu di kamar sebelah. Privasi bisa agak terganggu nih.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi tipe Superior di de Java Hotel, desainnya masih in line dengan interior kamar. Namun, kalau dinding utama kamar bercat putih, dinding kamar mandi dipasangi ubin berwarna abu-abu. Sentuhan tradisional Jawa tercermin dari lukisan batik di atas kloset. Ukuran kamar mandi sendiri sebetulnya cukup kecil, dan ditambah pemilihan ubin berwarna gelap, kamar mandi terkesan “mengekang”. Untungnya, pencahayaan di kamar mandi cukup cerah. Selain itu, penggunaan ubin dengan warna dan pola kayu di area wastafel dan belakang kloset memberikan sentuhan elegan, terutama ketika dipadukan dengan cermin berbentuk lingkaran. Di area shower, tersedia shower tangan, tanpa rainshower. Area ini dipisahkan oleh dinding kaca dan split level. Namun, tetap sih ketika mandi, air bisa luber ke area kamar mandi yang lain, meskipun area kloset sih masih tetap kering.

IMG_20190428_144400
IMG_20190428_144405

Di kamar mandi, tersedia hair dryer. Fasilitas ini sendiri saya pikir jadi staple bathroom amenity untuk hotel bintang empat. Sampo, pasta gigi, sabun, dan sampo juga tersedia. Untuk toilet paper, penempatannya nggak tepat di samping kloset, dan ada di dekat wastafel. Untuk kita yang cebok pakai air sih, nggak masalah karena ada water gun. Nah, untuk tamu yang cebok pakai toilet paper, mungkin harus maju sedikit untuk ambil toilet paper. Oh, ya! Di atas area shower, saya perhatikan ada satu lubang yang terbuka dan jujur, ini bikin agak parno. Mungkin di lubang itu, nantinya akan dipasangi kipas angin, tapi jujur aja saya parno ketika pakai kamar mandi. Ya, semoga aja sih sekarang lubang itu sudah ditutup dan dipasangi exhaust.

IMG_20190428_144349
20190429_111134_900

Fasilitas Umum

Restoran

Sarapan di de Java Hotel disajikan di restoran yang ada di lantai lobi. Ukuran restorannya cukup luas menurut saya dan masih mengusung kombinasi desain kontemporer dengan sentuhan tradisional Jawa. Sebetulnya, area restoran ini punya extension di dekat lobi untuk mengakomodasi para tamu kalau main dining hall sudah penuh.

IMG_20190428_204048
IMG_20190428_204116
IMG_20190428_204042

Saya lupa foto menu sarapannya dan foto-foto restoran diambil di malam hari. Namun, buat gambaran aja, menu yang disajikan cukup variatif. Ya, standar hotel bintang empat kalau menurut saya sih. Untuk minuman, seperti biasa ada kopi, teh, air putih. Dari segi rasa, saya juga nggak punya complaint. Saat menginap, saya sarapan lebih awal, sekitar jam setengah 7 pagi dan kondisi restoran masih relatif sepi.

Oh, ya. de Java Hotel juga katanya punya bar, tapi saya nggak tahu di sebelah mana, dan saya juga nggak sempat cari. Setiap lewat depan hotel kalau mau ke PVJ, saya sering lihat promo yang diadakan bar. Biasanya sih, promo untuk bir (dan yang terakhir saya lihat sih, it was a pretty good deal!). Mungkin next time saya nginap lagi di sana, saya coba ke barnya. Ya, sekalian untuk update informasi di review ini.

Kolam Renang

Fasilitas lain di de Java Hotel yang sayang dilewatkan adalah kolam renangnya. Kalau dulu, kolam renangnya terbuka dan lihat di foto-foto sih, ada poolside bar. Namun, waktu saya ke sana, kolam renangnya sudah tidak lagi terbuka. Semi-outdoor lah bisa dibilang. Namun, view dari jendela-jendela besar di area kolam bagus banget, terutama view ke arah selatan.

IMG_20190429_080944
IMG_20190429_080930

Waktu saya datang ke kolam renang, ada banyak meja dan kursi yang sudah ditata. Sepertinya sih, akan ada acara di gelar di sini. Namun, ada satu dua orang tamu yang masih berenang. Ukuran kolam renang di de Java Hotel nggak begitu besar memang. Kalau untuk renang satu lap sih ini masih jarak pendek. Kolam anak dan kolam dewasa itu sama, tapi ada pemisahnya. Sayangnya, pemisahnya ini menurut saya sih kurang aman. Jadi, kalau bawa anak-anak berenang ke sini, pastikan harus diawasi.

Fasilitas Lain

Selain restoran, bar, dan kolam renang, de Java Hotel juga punya beberapa function room yang saya lihat waktu mau ke kolam renang. Hotel ini juga katanya punya gym, tapi saya nggak tahu di sebelah mana. Yang jelas, di sini juga ada spa, toko suvenir (lagi tutup waktu saya menginap), dan ATM (di depan hotel).

IMG_20190428_204018
IMG_20190428_204008

Lokasi

Faktor lokasi jadi salah satu keunggulan de Java Hotel. Bisa dibilang properti ini adalah salah satu hotel paling strategis di Bandung. Meskipun Jalan Sukajadi sekarang sudah menjadi jalan satu arah, secara lokasi hotel ini masih dibilang strategis. Buat hiburan, misalnya, di depan hotel ada Paris van Java, salah satu mal upscale di Bandung. Tinggal nyeberang jalan, sampai deh di PVJ. Mal ini sendiri punya beragam pilihan restoran. Di sekitar hotel juga ada minimarket dan warung-warung. Aman deh kalau urusan makan.

Dari Stasiun Bandung, de Java Hotel bisa dicapai dengan kendaraan roda empat selama sekitar 15-20 menit, tergantung kondisi lalu lintas. Biasanya, titik kemacetan ada di Jalan Pasirkaliki dan Sukajadi bawah. Kalau dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, hotel ini berjarak sekitar 30 menit.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. Ke depannya, saya akan sertakan segmen ini di ulasan-ulasan berikutnya. 

Faktor pelayanan jadi salah satu hal yang saya rasa cukup baik. Staf yang bertugas ramah-ramah. Selama menginap, interaksi saya dengan staf memang nggak banyak. Namun, kalau papasan sih, staf biasanya senyum atau menyapa. Waktu breakfast, staf yang bertugas juga cukup gesit menyiapkan berbagai hal. Proses check-in dan check-out juga lancar. Overall, bisa dibilang kualitas pelayanannya baik. Semoga kualitasnya tetap dipertahankan dan kalau bisa, lebih baik lagi.

Kesimpulan

An elegant fusion. Mungkin itu yang bisa saya bilang untuk menggambarkan de Java Hotel. Interior kamar jadi salah satu hal yang saya sukai dari hotel ini. Dari segi ukuran, memang tipe Superior bukan tipe yang luas. Namun, kalau yang dicari adalah desain interior, hotel ini layak dipertimbangkan. Yang jadi concern adalah tidak adanya view dari jendela kamar. Mungkin next time, kalau mau pesan kamar di hotel ini, coba minta kamar dengan view ke luar. Saya juga ngerasa terganggu dengan suara berisik dari kamar sebelah (terutama karena anaknya nangis terus). Kurang kedap suaranya kamar jadi sesuatu yang harus dipertimbangkan juga. Selain itu, adanya lubang di atas area shower jadi privacy concern. Karena udah satu tahun sejak saya ke sana, semoga aja sekarang lubang itu sudah ditutup.

Untuk aspek pelayanan dan fasilitas umum, saya nggak ada objection. My stay was fine. Staf cukup ramah dan helpful. Menu sarapan yang disajikan juga cukup variatif. Ya, standar hotel bintang empat lah, gimana. Adanya kolam renang dengan view kota Bandung bikin hotel ini jadi opsi yang tepat untuk liburan bareng keluarga. Ditambah lagi, lokasinya yang strategis memudahkan saya pergi ke mana-mana. Karena saya sering ke Paris van Java, main ke mal rasanya gampang banget.  Tinggal nyeberang jalan dan voila! Saya udah di PVJ.

Dengan rate mulai dari 500 ribu rupiah per malam (berdasarkan info dari Tripadvisor), de Java Hotel bisa jadi pilihan yang cocok untuk liburan di Bandung. Untuk staycation pun, hotel ini rasanya pas, terutama karena dekat dengan mal. Dengan desain interior yang cantik dan fasilitas yang terbilang mumpuni, de Java Hotel perlu dipertimbangkan untuk rencana liburan keluarga di Bandung.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Desain interiornya cantik, memadukan gaya tradisional Jawa dengan sentuhan kontemporer, tanpa terkesan “trying too hard“. Dominasi elemen kayu dan warna-warna earthy di kamar membangun atmosfer yang cozy.
  • Lokasi hotel cukup strategis. Dekat ke mal, di kelilingi minimarket dan beragam kedai atau warung. Buat makan sih, gampang banget lah.
  • Untuk hotel di tengah kota dan berseberangan dengan mal, rate yang ditawarkan masih affordable, ditambah lagi desain interiornya yang cantik.
  • Fasilitas yang ditawarkan, terutama kolam renangnya cocok untuk liburan bareng keluarga.

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Kamarnya dirasa kurang kedap suara. Saya pagi-pagi terganggu dengan suara anak kecil nangis di kamar sebelah, plus ibunya yang marah-marah. Di sisi lain, suara dari kamar kita bisa jadi terdengar ke kamar sebelah. Privacy concern number 1.
  • Nggak semua kamar menawarkan view ke luar bangunan. Kamar yang saya tempati nggak punya view. Walhasil, jendela harus selalu ditutup dan kamar terasa claustrophobic, terlebih dengan ukurannya (21 meter persegi).
  • Waktu saya menginap, di langit-langit area shower ada lubang terbuka. Mungkin lubang itu akan dipasangi exhaust, tapi yang jelas saya jadi parno. Privacy concern number 2.

Penilaian

Kenyamanan: πŸ˜ŒπŸ˜ŒπŸ˜ŒπŸ˜Άβšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†βšͺ️
Lokasi: πŸ€©πŸ€©πŸ€©πŸ€©πŸ˜Ά
Harga: πŸ’°πŸ’°

Review: RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2

Di Bandung, saya sering banget nemu properti-properti RedDoorz. Di setiap kawasan, setidaknya ada satu properti RedDoorz. Bahkan, di deket kompleks rumah saya pun ada satu properti mereka. Secara pribadi, saya memang jarang menginap di properti mereka, tapi kali ini saya berkesempatan buat melewati satu malam di salah satu properti RedDoorz yang lokasinya dekat banget sama Universitas Kristen Maranatha di Bandung. Kalau mau ke kampus, beneran bisa lewat pintu belakang! Lha wong saya aja makan siang di kampus sebelum check-in. He he he.

IMG_20190816_142003

RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 berlokasi di Jalan Sukamekar III No. 20, Bandung. Lokasinya persis bersebelahan dengan pintu belakang Universitas Kristen Maranatha. Gate ini dipakai buat akses motor atau pejalan kaki. Karena bangunannya homy banget, dulu saya mengira kalau properti ini semacam kost ekslusif. Fasadnya tampil cantik dengan dinding bata ekspos dan halaman depan yang cukup luas.Β Sebenarnya, properti bintang tiga ini punya namanya sendiri, yaitu Sekar Arum Butik Guesthouse, tapi karena listing yang lebih populer di Google adalah RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2, jadilah entri itu yang lebih sering muncul.

Ada 11 kamar yang ditawarkan di guest house mungil ini, tapi jangan salah! Walaupun kelihatannya kecil, kamar-kamarnya ternyata cukup luas. Desain interior menjadi daya tarik guest house ini, terutama dengan sentuhan tradisional Jawa dan permainan warna-warna earthy yang bikin nyaman saat menginap. Tipe kamarnya hanya satu dan dibedakan oleh penggunaan tempat tidur saja (double/twin). Untuk fasilitas sendiri, harus saya bilang nggak ada banyak pilihan selain public spaces dan ruang makan.

Nah, ulasan ini spesial karena saya kerja sama dengan pihakΒ RedDoorz. Di akhir ulasan juga ada kode promo yang bisa kalian pakai saat ingin melakukan pemesanan melalui aplikasi atau situs web RedDoorz. Ulasan lengkap dan kode promonya ada di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Saat check-in diΒ RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2, resepsionis yang bertugas menawarkan saya kamar yang mau dipilih. Karena kamar-kamar double bed tinggal di lantai bawah, akhirnya pilihan saya jatuh ke kamar nomor 1 yang posisinya tepat di samping area resepsionis (sebetulnya kamar ini disarankan karena sinyal WiFi-nya lebih kencang). Meskipun hanya punya satu tipe, ukuran kamar yang tersedia ternyata beda-beda, meskipun perbedaannya nggak begitu signifikan. Ketika saya cross-check ke Agoda, ukuran kamarnya berkisar antara 18-20 meter persegi. Saya rasa kamar saya luasnya 20 meter persegi karena cukup luas.

Interior kamar tampak hangat dengan dinding bata ekspos di salah satu sisi ruangan. Ada satu jendela kecil yang menghadap ke arah taman depan. Furnitur-furnitur kayu bergaya tradisional Jawa mendominasi ruangan. Salah satu furnitur yang menarik perhatian saya adalah cermin antik yang punya pengait pakaian. Dulu, cermin seperti ini ada di rumah nenek saya. Kesan homyΒ langsung terasa di kamar, terutama dengan pencahayaan warna hangat dan penggunaan warna-warna earthy. Atsmofer tradisional Jawa juga tercermin dari lukisan wayang dan penggunaan kain batik.

IMG_20190816_135149

IMG_20190816_135448

IMG_20190816_135522

Fasilitas kamar mencakup televisi, AC, koneksi WiFi. Air minum dan gelas juga tersedia di kamar. Yang saya sayangkan adalah di kamar nggak ada lemari pakaian. Kalau sebatas gantungan pakaian sih ada, tapi lemari sayangnya tidak ada. Selain itu, televisi yang dipakai juga televisi tabung. Memang membangun kesan nostalgic sih, tapi layarnya kecil dan suka berisik di bagian belakang tabungnya.

Oh ya, di kamar juga ada meja belajar yang merangkap sebagai vanity table. Sayangnya di dekat meja belajar nggak ada stopkontak. Ada sebetulnya, tapi terpakai untuk televisi. Akhirnya, saya terpaksa pakai counter table di dekat kamar mandi karena ada stopkontak kosong di sana. Mungkin kalau di kamar lain, posisi stopkontaknya lebih dekat dengan meja kerja.

IMG_20190816_135549

IMG_20190816_135326

IMG_20190816_141744

Satu lagi, karena konsepnya guest house dengan pintu kamar yang masih pakai kunci biasa, kamar nggak kedap suara. Ketika ada orang lain ngobrol di luar, suaranya pasti kedengaran ke kamar. Kebetulan posisi kamar saya juga ada di bawah kamar di lantai 2, perpindahan furnitur di kamar lantai atas kedengaran. Mungkin buat yang finicky dengan hal seperti ini akan merasa terganggu. Oh ya, tepat di depan kamar saya ada tea/coffee station. Kalau mau bikin teh, saya hanya perlu keluar kamar dan bisa langsung seduh teh atau kopi buat dinikmati di kamar. Teh, kopi, dan coffee maker tidak tersedia di kamar. Jadi, kita harus bikin kopi ya di luar kamar. Kayak tidur di rumah sendiri.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, desainnya terasa natural melalui penggunaan batu-batu alam di dinding dan lantai. Area shower dipisahkan dari kloset. Untuk air panas, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2Β menggunakan alat pemanas air rumahan (yang biasa dipasang di kamar mandi) sehingga volume air panas yang tersedia akan bergantung kepada air yang tersisa di tabung pemanas (dan buat manasin airnya pun cukup lama). Di sisi lain, ini ngingetin buat nggak buang-buang air sih.

Alat mandi sudah disediakan oleh RedDoorz. Ada sikat dan pasta gigi, sabun, sampo, sisir, dan handuk. Sebagai gantungan handuk, ada semacam tongkat kayu panjang yang diletakkan di dekat wastafel. Nuansa alaminya kerasa cukup kental di sini. Saya juga suka dengan penggunaan glass block sebagai akses masuk cahaya matahari dari luar. Oh ya, saya harus ingatkan ini. Kalau menginap di kamar nomor 1, siap-siap dengan split level di kamar mandi. Saya berapa kali kaget ketika masuk kamar mandi karena ada tiga split level di sini. Intinya sih watch your step.

IMG_20190816_135613

IMG_20190816_135628

IMG_20190816_141635

Fasilitas Umum

Bicara soal fasilitas, memang nggak banyak yang ditawarkan oleh RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 atau Sekar Arum Boutique Guesthouse. Ada banyak ruang publik yang bisa dimanfaatkan untuk ngobrol atau bersantai. Di dekat resepsionis pun ada ruang keluarga dengan televisi. Di dekatnya ada meja makan untuk enam orang. Layout furnitur dan interiornya homy banget. Beneran, rasanya kayak tinggal di rumah sendiri. Ada juga dapur, tapi saya nggak ke sana karena ketika saya intip, staf guest house pada diamnya di sana. BreakfastΒ disajikan di ruang makan, tetapi ketika tamu sedang banyak, saya rasa tamu bisa makan di ruang keluarga sambil nonton televisi, atau mungkin di teras depan. Ya, beneran deh rasanya kayak tinggal di rumah sendiri! Nyaman dan hangat!

IMG_20190816_142146

IMG_20190816_142049

IMG_20190816_142033

IMG_20190816_142317

IMG_20190816_142211

Di sisi timur ruang keluarga, ada koridor menuju kamar-kamar lainnya di lantai satu. Di depan koridor ini juga ada satu set meja dan kursi kopi bergaya antik, serta kolam ikan yang menjadi elemen air di ruang publik ini. Tangga menuju lantai dua berada tepat di depan kamar saya.

Melangkah keluar bangunan utamaΒ guesthouse, ada halaman depan yang cukup luas dan digunakan sebagai area parkir tamu. Ada ayunan di ujung teras, dan di dekatnya, ada kandang ayam hias. Staf guest house bilang bahwa pemilik memang pelihara ayam hias yang sengaja dibiarkan berkeliaran dan, uniknya, nggak kabur ke luar pagar! Oh ya, ayam-ayam ini juga kelihatannya jinak. Waktu saya dekati, dia nggak mencoba ngejar atau patuk. Such gentle chickens.

IMG_20190816_141833

IMG_20190816_141925

IMG_20190816_142003

IMG_20190816_142250

Beralih ke lantai dua, dari segi suasana nggak jauh beda dengan atmosfer di lantai satu. Furnitur-furnitur kayu antik mewarnai sudut-sudut ruangan. Ada juga tanaman hias yang bikin ruang publik terasa ijo royo-royo, dan tentunya masih dengan dinding bata ekspos yang membangun suasana hangat dan homy.

IMG_20190816_142449

IMG_20190816_142435

IMG_20190816_142518

IMG_20190816_142559

Untuk properti bintang tiga, minimnya fasilitas umum memang jadi sesuatu yang disayangkan. Informasi kelas hotel ini saya dapatkan dari halaman Tripadvisor-nya Sekar Arum Guesthouse dan halaman Agoda-nya RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2. Namun, kembali lagi sih. Dengan konsep guesthouse, saya rasa keterbatasan fasilitas mungkin terbayar oleh kenyamanan menginap dan desain interior yang Insta-worthy,Β nostalgic dan nyaman.

Lokasi

Berada di lingkungan kampus, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 dikelilingi banyak banget tempat makan mahasiswa. Di depan properti sendiri ada beberapa warung makan yang bisa dikunjungi sebagai opsi makan murah. Jalan kaki sekitar 5 menit, kita sudah sampai di Jalan Surya Sumantri yang menawarkan lebih banyak tempat makan dan kafe.

Kalau dari Gerbang Tol Pasteur sendiri, properti ini berjarak sekitar 5 menit dengan kendaraan roda empat (ambil aja jalur keluar di sisi kiri jalan utama sebelum perempatan). Berada di jalan pemukiman warga, guest house ini kadang dikira kost eksklusif atau rumah biasa. Saran saya sih kalau ingin bepergian pakai GO-Jek atau Grab, patokannya adalah pintu belakang Maranatha. Posisi guest houseΒ berada di samping pintu belakang Maranatha. Saya aja makan siang di food court kampus jadinya. Oh ya, meskipun ada di lingkungan mahasiswa, ketika saya menginap saya nggak terganggu dengan suara bising. Pas siang sih ada lah sekelebat suara para mahasiswa pulang kampus, tapi di malam hari sih tenang-tenang aja lingkungannya.

Kesimpulan

Hidden gem. Jujur saya pun kaget karena ternyata ada properti unik di dekat kampus. Betul-betul dekat karena saya keluar lewat pintu belakang kampus, jalan sedikit ke barat, eh udah sampai di guest house. Dengan interior bergaya Jawa tradisional dan sentuhan natural, serta penggunaan warna-warna earthy, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 menawarkan pengalaman menginap yang nostalgic, seperti ketika menginap di rumah nenek.

Ukuran kamar terbilang luas, terutama ketika menginap sendiri. Hanya saja, beberapa fasilitas kamar perlu di-upgrade atau ditambahkan (mis. TV tabung jadi LED TV). Terminal listrik juga bisa disediakan di kamar karena nggak ada stopkontak di dekat meja kerja. Kalau split level di kamar mandi, ya mau gimana lagi karena sudah bagian dari struktur bangunan sih. Selain itu, properti ini juga memang nggak punya banyak fasilitas umum, dan ini saya rasa cukup disayangkan berhubung guest house ini menyandang bintang tiga.

Selebihnya sih, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 menawarkan akomodasi yang terjangkau, cantik, dan strategis. Dengan rate mulai dari 270 ribuan per malam (berdasarkan rate menginap kemarin), kita sudah bisa menginap dengan nyaman dan menikmati suasana yang homy. Bagi penyuka interior bergaya Jawa tradisional, properti ini layak untuk dipertimbangkan.

 

ADA HADIAH DARI A BOY IN A HOTEL ROOM!

Seperti yang saya bilang di paragraf pembuka, saya ada hadiah nih buat kalian yang mau nginap di properti-properti RedDoorz! Jangan takut bokek lagi! Kalau kalian melakukan reservasi melalui situs web dan aplikasi resmi RedDoorz, kalian bisa masukkan kode promo buat dapatkan diskon menarik! Nah, RedDoorz kerja sama nih dengan A Boy in a Hotel Room buat ngasih kode promo ini:

HEYBOY

Dengan promo ini, kalian bisa dapatkan diskon 25%Β untuk semua properti RedDoorz di Indonesia. YA! DISKON 25% LOH! Mau nginap di properti RedDoorz di Yogyakarta? Pake aja kode promo ini! Di Jakarta? Pake juga lah! ‘Kan berlaku untuk semua properti RedDoorz di Indonesia. Ketentuannya saya jelaskan di poin-poin berikut:

  • Promo berlaku untuk semua properti RedDoorz di Indonesia (termasuk properti Plus dan Premium). Buat properti RedDoorz di luar negeri kayak Vietnam dan Singapura, maaf nih belum bisa 😞 (doakan semoga ada lagi ya kerja sama buat kode promo yang bisa dipakai di luar negeri)
  • Promo ini berlaku untuk pemakaian satu kali per satu akun. Jadi, kalau kamu udah pakai kode ini untuk akun kamu, kode ini nggak bisa dipakai untuk yang kedua kalinya, tapi temanmu bisa pakai kok selama dia belum pernah pakai kode ini.
  • Kode promo ini nggak case sensitive. Mau huruf kapital semua atau huruf kecil, bisa dipakai. Asal jangan ngetiknya alay macam “h3YboY” atau “H3YbOy”, apalagi “H3YTaYo”
  • Kode ini setara dengan diskon 25%.
  • Kode ini berlaku hingga Agustus 2020. Nah ‘kan masih banyak waktu nih buat liburan! Santuy lah.
  • Kode hanya bisa dipakai untuk reservasi melalui situs web dan aplikasi resmi RedDoorz. Pemesanan via OTA nggak bisa pakai kode ini.

 

Pros & Cons

πŸ‘πŸ»Β Pros

  • Lokasinya strategis. Dari Gerbang Tol Pasteur sih sekitar 5 menit dengan kendaraan roda empat. Di sekitar properti juga banyak warung makan, restoran, dan semacamnya.
  • Desain interiornya memikat banget, terutama buat yang suka interior bergaya Jawa tradisional. Atmosfernya pun hangat, rasanya kayak nginap di rumah nenek.
  • Rate-nya terjangkau, sekitar 270 ribu per malam.
  • Karena konsepnya guest house dan public space-nya pun homy, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 cocok banget buat yang ingin pesan banyak kamar untuk liburan keluarga. Waktu saya check-out, ada orang yang datang dan nanya-nanya untuk pesan beberapa kamar untuk keperluan acara keluarga.
  • Ada ayam hias πŸ“πŸ£

πŸ‘ŽπŸ»Β Cons

  • Untuk akomodasi bintang tiga, fasilitas umum yang tersedia dirasa sangat terbatas.
  • Beberapa fasilitas kamar perlu di-upgrade.
  • Dengan konsep guest house, mungkin ekspektasinya perlu diturunkan kalau mencari kamar yang kedap suara. Saya juga lupa bilang bahwa meskipun aksesnya 24 jam, pulang malam nggak sebebas yang dibayangkan. Memang sih ada satpam yang bertugas, tetapi ya… Bayangkan aja deh nginep di rumah nenek dan pulang malem, lalu harus pencet bel dan terpaksa ngebangunin orang yang lagi istirahat.

 

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😢βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Ά
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩βšͺ️
Harga: πŸ’°