Tag Archives: Jakarta

Review: Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada

Bulan Februari kemarin, saya berkunjung ke Jakarta selama sekitar 4 hari. Dalam kunjungan itu, saya sakit demam. Sebetulnya, dari sebelum ke Jakarta pun saya udah batuk-batuk dan sakit tenggorokan. Intinya sih kunjungan ke Jakarta waktu itu rasanya agak terganggu karena saya sakit. Apalagi di malam terakhir kunjungan, sakit saya malah tambah menjadi dan tengah malem saya mesti ke dokter.

Ngomong-ngomong, waktu ke Jakarta, saya menginap di dua hotel. Salah satunya adalah properti yang masih baru dari IHG. Dari segi umur sih, properti ini masih seumur jagung, tapi ketika saya ke sana, sekitar 90% fasilitasnya sih sudah siap digunakan. Amenities wajib seperti restoran dan kolam renang sih udah siap pakai.

holiday-inn-suites-jakarta
Tower Holiday Inn & Suites Gajah Mada. Foto milik pihak manajemen hotel.

Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada adalah akomodasi baru yang berlokasi di Jalan Gajah Mada no. 211, Jakarta. Hotel ini berada satu gedung dengan Citywalk Gajah Mada yang baru buka juga, jadi masih belum begitu rame sih. Dari segi kelas, menurut resepsionisnya properti ini merupakan Holiday Inn pertama di Jakarta yang menyandang gelar hotel bintang 4,5 karena proeprti Holiday Inn lainnya kebanyakan Holiday Inn biasa atau Holiday Inn Express.

Beroperasi sejak November 2018, hotel ini bisa jadi pilihan akomodasi yang pas buat keluarga. Sesuai namanya, ada tipe kamar biasa dan suite atau apartemen di hotel ini. Secara keseluruhan, properti ini punya 442 kamar berdesain kontemporer. Untuk fasilitas umum, ada restoran, kafe/lounge, gym, spa, dan rooftop pool yang kece banget. Ada juga fasilitas bisnis seperti  function room buat gelar acara seperti rapat atau semacamnya. Tipe standar atau yang paling kecil punya luas 40 meter persegi, sementara unit yang paling besar punya luas 91 meter persegi dan dilengkapi 2 kamar tidur.

Waktu berkunjung, saya menginap di unit corner room di lantai 16. Posisi kamar saya berada di sisi selatan gedung, dengan view ke arah timur dan selatan. Selama menginap, bisa dikatakan kunjungan saya terasa nyaman dan nggak ada masalah sama sekali. Yang jadi kekurangan adalah saya lagi sakit, jadi nggak bisa menikmati banyak fasilitas hotel (dan liburan secara keseluruhan). Ulasan lebih lengkapnya dijelaskan di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Di segmen sebelumnya saya sempat bilang kalau kamar-kamar di Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada ini bergaya kontemporer. Dengan luas 49 meter persegi, corner room saya terasa lapang dan mewah dengan interior bergaya kontemporer dalam balutan palet warna netral dan aksen merah sebagai color pop di beberapa elemen (misalnya, bed runner dan armchair). Jendela full-height dipasang di sisi timur dan selatan kamar, memungkinkan cahaya matahari pagi buat masuk secara penuh. Ini juga bagus sih karena jatohnya sehat ada cahaya masuk.

IMG_20190210_135759

IMG_20190210_135807

IMG_20190210_135830

IMG_20190210_135838

IMG_20190210_135848

Dari segi furnitur, desainnya sih kontemporer ke arah Ikea-ish kalau menurut saya. Lukisan di atas headboard punya vibe Asia yang cukup kental. Tempat tidur di unit saya cukup besar dan bisa muat buat 3 orang berbadan kecil kayak saya (in fact, memang ada tiga orang yang tidur di kasur itu. Maklum ngurus yang lagi sakit). Meja kerja di kamar merangkap TV stand. Ukurannnya panjang dan ringkas, tapi tampak kayak jadi barrier antara ruang di depan TV dengan ruang yang masih cukup luas di belakangnya. Rasanya kayak mubazir karena ada ruang “nanggung” yang nggak terpakai.

Dari segi pencahayaan, di malam hari ruangan terasa remang-remang elegan. Jujur, saya kurang suka ruangan yang remang, apalagi kamar mandi. Tapi mungkin karena kemarin ini saya lagi sakit, jadi pencahayaan kamar nggak jadi masalah besar sih. Saya lebih mikir gimana caranya tubuh ini bisa kembali bugar.

tenor3
Sakit tuh ga enak 🤒

Selain TV, AC, dan WiFi, di kamar juga tersedia coffee/tea maker yang disimpan di dalam laci TV stand. Pilihan tehnya lumayan sih, dari Ahmad. Ada teh aroma min, earl grey, English breakfast, dan semacamnya. Di lemari baju, tersedia ironing board, setrika, bathrobe, slippers, dan brankas buat simpan barang berharga. Lengkap lah di kamar.

IMG_20190210_135912

IMG_20190210_135935

IMG_20190210_141239

Sampai lupa. View dari kamar cukup keren. Apalagi dari ketinggian 16 lantai, kawasan Gajah Mada dan Hayam Wuruk bisa terlihat jelas, termasuk macet-macetnya. Posisi kamar juga berada di sisi selatan gedung, jadi ada lebih banyak gedung bertingkat yang bisa kelihatan. Meskipun gedung-gedung di kawasan Thamrin nggak kelihatan jelas, tapi menara-menara di kawasan Hayam Wuruk dan Gajah Mada sih terlihat jelas.

IMG_20190210_135657

IMG_20190210_135704

Kamar Mandi

Salah satu hal yang saya suka dari kamar saya di Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada ini adalah kamar mandinya. Ukurannya memang nggak besar, tapi ada cukup banyak ruang di antara setiap fixture. Interiornya sendiri tampak cerah dalam balutan warna krem dan pencahayaan warna hangat. Kamar mandi ini dilengkapi juga dengan shower tangan dan rainshower. Nggak ada bathtub memang, tapi setidaknya kehadiran rainshower cukup memuaskan.

IMG_20190210_135727

IMG_20190210_135721

IMG_20190210_135716

IMG_20190210_135647

Kalau diperhatikan, posisi rak handuknya berada di atas kloset. Menurut saya ini riskan karena bisa aja handuknya jatuh ke dalam kloset. Selain itu, pemasangannya pun agak miring. Masalah kecil ini sebetulnya nggak jadi big inconvenience buat saya, tapi sedikit kurang enak dipandang. Di samping wastafel, ada jendela yang cukup besar menghadap ke arah selatan. Posisi jendela di sini sebetulnya aman nggak aman. Aman karena dari segi ketinggian, dudukan kloset berada lebih rendah dari bagian bawah jendela. Jadi, kita bisa do our business while enjoying the view outside. Kurang amannya adalah orang-orang di tower tetangga yang tinggal di lantai lebih tinggi mungkin bisa lihat ke dalam toilet.

Botol air mineral ditempatkan di atas wastafel. Pertanyaannya adalah, kenapa harus ditaro di kamar mandi? Buat saya sih akan membingungkan karena saya biasanya nemu botol air mineral di atas counter di kamar, atau di atas meja kerja. Oh ya, di laci bawah wastafel ada hair dryer. Buat yang bingung nyari hair dryer di mana, ada di dalam laci itu.

Fasilitas Umum

Untuk melengkapi kunjungan, Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada menawarkan beberapa fasilitas buat para tamu. Salah satu fasilitas yang menurut saya paling unggul di sini adalah kolam renangnya. Berada di lantai 8, kolam renang hotel menawarkan panorama kawasan Jakarta Barat yang keren banget. Ditambah lagi, tanaman dan pohon-pohon yang ada menambah kecantikan area kolam.

IMG_20190210_142742

IMG_20190210_142725

IMG_20190210_142746

IMG_20190210_142752

IMG_20190210_142808

IMG_20190210_142000

IMG_20190210_141954

Untuk menuju kolam renang, kita harus melewati dulu koridor besar dan jalan mengelilingi taman-taman kecil. Di area kolam juga terdapat kolam anak. Hanya saja, area kolam anak ini dibatasi oleh half-wall, jadi nggak dapat view langsung ke arah Jakarta Barat dari ujung kolam. Nggak jauh dari kolam, ada bar untuk pesan minuman dan bangunan ruang ganti-bilas.

Sayangnya, ngga ada area teduh di sini buat duduk. Semuanya langsung kena cahaya matahari. Berdasarkan pengalaman, ponsel dan gadget saya jadi panas banget karena terpapar cahaya matahari saat ditinggal berenang, padahal sudah dimasukkan ke dalam tas atau dompet khusus. Selain itu, menurut saya sih kurang nyaman aja kalau orang yang nggak ikut berenang harus ikut kepanasan karena nggak ada parasol atau area teduh di sekitar kolam.

Oh ya, kolam renang juga buka dari jam 6 pagi sampai jam 6 malam saja. Ini artinya kita nggak bisa berenang malam-malam. Mungkin policy ini berlaku karena hotelnya baru buka. Kalau ke depannya, siapa tahu ada perubahan. Tapi seenggaknya, kita masih sempat lah liat matahari terbenam dari area kolam renang.

Masih di lantai yang sama, ada spa dan gym. Untuk Tea Tree Spa sih saat itu belum beroperasi, tapi gym-nya sendiri sudah bisa dipakai. Area gym cukup luas dan memiliki peralatan yang cukup lengkap. Di sini juga ada loker untuk simpan tas dan pakaian. Waktu itu, saya udah niat mau olahraga di sini, tapi apa daya karena kondisi tubuhnya drop, rencana olahraga itu hanyalah wacana.

IMG_20190210_142106

IMG_20190210_142115

Untuk bersantap, ada dua tempat di Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada yang bisa dituju. Duta Cafe & Restaurant berada di lantai 3 dan buka setiap hari. Restoran ini juga menyajikan menu sarapan buat para tamu hotel. Area restorannya memanjang dan cukup luas, dengan buffet counter berbahan granit putih dan jendela-jendela besar yang menghadap ke arah Jalan Gajah Mada. Dari segi interior, menurut saya sih elegan, tapi memang bukan tipikal elegan yang spektakuler atau sangat spesial. Restoran ini buka dari jam 6.30 pagi sampai jam 10.30 malam.

IMG_20190210_143141

IMG_20190210_143117

IMG_20190210_143049

IMG_20190210_143031

IMG_20190210_143022

Kalau ingin sekedar nyantai sambil ngopi, ngeteh, atau minum cocktail, ada Duta Lounge yang berada di lantai lobi. Posisinya berada di samping resepsionis. Lounge ini terbagi jadi dua area utama: area bar dan formal seating area. Saya sebut formal karena di sini, kursi-kursinya lebih nyaman dan suasananya jauh lebih tenang dan elegan, cocok buat ketemu sama tamu-tamu penting. Untuk area bar, interiornya semacam memadukan gaya kontemporer dengan sentuhan art-deco. Seating area yang lebih formal tampak lebih “kalem” dengan lounge sofa dan kursi bergaya kontemporer ke arah vintage.

IMG_20190210_204411

IMG_20190210_204438

IMG_20190210_204419

IMG_20190210_204457

IMG_20190210_143401

Lokasi

Untuk aspek lokasi, Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada menawarkan kemudahan untuk mengakses berbagai tempat di kawasan Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Kalau mau makan atau perlu belanja ke mal, kita bisa ke Citywalk Gajah Mada yang bisa dicapai lewat akses langsung dari hotel, tepatnya di samping area resepsionis. Malnya sendiri sebetulnya masih baru, jadi tenant-nya belum banyak pada saat itu.

Yang saya suka lagi dari hotel ini adalah jaraknya cukup dekat ke restoran favorit saya, Pantjoran Tea House. Kalau jalan kaki dari hotel mungkin sekitar 10 menitan. Hotel ini juga dekat dari Halte Busway. LTC dan beberapa pusat perbelanjaan di kawasan Glodok juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dari Stasiun Gambir, hotel ini bisa ditempuh selama sekitar 15-20 menit, tergantung kondisi lalu lintas.

Kesimpulan

Sebagai properti yang cukup baru, saya bisa bilang bahwa Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada sudah siap bersaing dengan properti-properti senior di kelasnya. Dari aspek kamar, ukurannya luas, bahkan untuk tipe standar (40 meter persegi). Untuk unit saya sendiri, corner room, ruang sebesar 49 meter persegi rasanya lapang, bahkan dengan furnitur yang ukurannya cukup besar. Interiornya didesain secara apik dengan gaya kontemporer yang memadukan palet warna netral dengan color pop merah yang menarik perhatian, serta sentuhan Asia dari lukisan. Kamar mandinya sendiri terang dan luas, dengan jendela yang memungkinkan saya buat jemur celana renang di ambangnya (saya berenang di hotel sebelumnya, bukan di hotel ini). In-room amenities sudah lengkap. Jadi, kalau perlu setrika baju, bisa langsung di kamar.

Dari segi properti secara umum, memang masih kelihatan beberapa bagian bangunan tampak masih diselesaikan, tapi pembangunan atau penyelesaiannya berjalan so smoothly, jadi nggak kerasa kayak masih ada konstruksi. Fasilitas umumnya cukup mumpuni dan nggak kalah bersaing dengan fasilitas properti lain, terutama kolam renangnya yang menawarkan buena vista ke kawasan Jakarta Barat. Gym-nya komplit. Spa saat itu belum beroperasi, tapi sepertinya sekarang sih sudah. Hanya saja, kurang tempat teduh di area kolam renang. Untuk restoran dan lounge, nggak ada objection. Mungkin karena saya juga lagi sakit pada saat itu jadi nggak begitu fokus, tapi so far sih dari pengamatan saya semuanya berjalan mulus.

Dengan rate mulai dari 750 ribu rupiah (info dari Tripadvisor), Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada menawarkan pengalaman menginap yang nyaman, dalam balutan interior kontemporer yang elegan, living space yang luas, dan fasilitas mumpuni. Lokasinya yang strategis juga memudahkan kita untuk ke mana-mana dengan berjalan kaki. Kalau mau cari opsi akomodasi yang masih baru dan ramah keluarga, saya rasa properti ini bisa jadi pilihan yang pas.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Ukuran kamarnya luas. Untuk tipe standar pun, luasnya sudah mencapai 40 meter persegi. Unit saya, corner room, punya luas 49 meter persegi. Furnitur yang ditempatkan pun terbilang besar, tapi ruangan masih terasa lapang.
  • Corner room menawarkan view ke dua arah. Saran saya, minta pihak hotel untuk kasih kamar yang posisinya di sisi selatan gedung supaya dapat view ke arah pusat kota (masih jauh sih kalo mau liat gedung-gedung di kawasan Thamrin)
  • In-room amenities sudah lengkap.
  • Kolam renangnya menawarkan pemandangan yang keren ke kawasan Jakarta Barat. Cocok buat foto-foto.
  • Lokasinya memudahkan buat ke mana-mana, bahkan dengan jalan kaki. Ada akses langsung ke Citywalk Gajah Mada juga.
  • Properti ini masih terbilang baru jadi semua amenities-nya pun masih pada baru.

👎🏻 Cons

  • Kurang tempat teduh di area kolam renang. Kalau disediakan parasol atau kanopi, akan lebih bagus. Baju, handuk, dan gadget yang terus-terusan terpapar sinar matahari ketika kita berenang kan bisa rusak.
  • Lokasinya memang enak buat jalan kaki ke sana sini, tapi buat bepergian pakai mobil, harus siap-siap dengan traffic kawasan Glodok yang kadang-kadang bikin naik pitam.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😌
Desain: 😆😆😆😆😶
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰💰

 

Review: The Westin Jakarta

Sebetulnya baru lewat sekitar sebulan lebih setelah kunjungan saya ke sini, tapi rasanya udah cukup lama. Sepertinya karena kesibukan dan segala macam, saya jadi lupa terus untuk bahas tentang hotel ini. Ditambah lagi, kemarin-kemarin ini perhatian sempat teralihkan sama beberapa hotel lain.

Jadi, saya berkunjung ke hotel ini Desember kemarin tahun 2018 untuk Natal. Sebetulnya Natalannya nggak di sana sih, tapi di Ascott Sudirman. Hanya saja sebelum ngungsi ke Ascott, saya menyempatkan diri untuk nyobain nginep di hotel yang (setidaknya) sampai saat ini masih jadi hotel tertinggi di Jakarta (atau Indonesia). Lebih tepatnya lagi, hotel ini berada di bangunan tertinggi di Indonesia.

westin
The Westin Jakarta. Foto milik pihak manajemen hotel.

The Westin Jakarta adalah sebuah hotel bintang lima yang berlokasi di Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-22 A, Jakarta. Hotel mewah ini menempati 20 lantai teratas Gama Tower yang sejak tahun 2018 memegang rekor bangunan tertinggi se-Jakarta (dan se-Indonesia) dengan tinggi 310 meter ketika dihitung dari dasar sampai puncaknya. The Westin Jakarta sendiri merupakan properti milik Marriott. Di Jakarta sendiri, Marriott memiliki beberapa properti lain seperti Ritz-Carlton, JW Marriott, The Hermitage, Aloft, dan masih banyak lagi.

Ada 256 kamar dan suite room di hotel ini yang terbagi ke dalam beberapa tipe: Westin, Premium, Club Westin, Renewal, Executive Suite, Westin Suite, dan Presidential Suite. Kalau saya baca-baca lagi, untuk Club Westin dan Renewal sendiri sebetulnya versi “club“-nya dari Westin dan Premium yang memberikan akses ke Concierge Lounge untuk para tamu. Tipe Renewal sendiri kalau dilihat dari segi ukuran, lebih besar daripada Premium.

Untuk memenuhi kebutuhan tamu, The Westin Jakarta punya tiga restoran, spa, gym, kolam renang, dan fasilitas penunjang bisnis dan produktivitas. Saat berkunjung, saya sempat coba beberapa fasilitasnya, dan yang paling saya suka adalah kolam renangnya dan Henshin. Oh, ya, waktu berkunjung saya menginap di Premium Room yang berada di lantai 59. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Kamar Premium saya memiliki luas 56 meter persegi. Cukup besar untuk dua orang, apalagi sendirian. Berada di lantai 59 dan di sudut gedung, saya mendapatkan pemandangan kota Jakarta yang keren banget. Posisi kamar saya berada di barat daya Gama Tower. Jadi, pemandangan yang saya dapat adalah kawasan utara Rasuna Said dan Jalan Dr. Satrio (termasuk Mega Kuningan).

IMG_20181222_141517
IMG_20181222_141500
IMG_20181222_141448
IMG_20181222_141505

Bicara tentang desain, menurut saya kamar Premium ini mengusung gaya kontemporer dengan sentuhan mid-century. Pemilihan warna-warna earthy dalam palet cokelat, ash, dan kuning memberikan nuansa hangat dan nyaman. Mengingat space yang ada cukup besar, pemilihan warna yang kurang tepat bisa-bisa bikin atmosfer ruangan terasa dingin. Di atas headboard, ada lukisan floral memanjang yang memberikan semacam color pop di tengah-tengah warna ashy. Meskipun temanya bunga, lukisan tersebut nggak lantas bikin kamar terkesan seperti “kamar anak perempuan” atau “kamar Barbie”.

King bed dengan seprai dan bantal putih cukup besar dan nyaman. Di pojok selatan ruangan, ada sofa, coffee table, dan armchair hijau yang secara otomatis jadi spot favorit saya buat baca buku. Selain tempatnya yang nyaman, posisi sofa berada di samping jendela, memungkinkan saya buat sesekali lihat pemandangan di luar sambil minum teh kalau udah pusing karena baca buku terlalu lama. Untuk hiburan, ada televisi 55 inci dan mini audio system di atas salah satu end table. Ada settee di depan tempat tidur yang nggak dipakai sama saya karena jaraknya terlalu dekat dari televisi. Kalau mau nonton TV, ya saya naik ke tempat tidur dan bersandar ke headboard.

Jadi si settee itu fungsinya buat apa?

Sebut saja dia pemanis suasana.

giphy
Ya begitulah

Area kerja sendiri berada di dekat televisi. Kursi dan meja kerja ditempatkan menghadap jendela, mungkin supaya tamu bisa refreshing lihat pemandangan kota kalau udah jenuh kerja. Oh, ya, curtain dan sheer jendela diatur melalui tombol yang terpasang di dinding, di samping tempat tidur. Praktis banget karena untuk nutup gorden di malam hari, saya nggak perlu turun dari tempat tidur (atau sebaliknya, ketika buka gorden di pagi hari).

IMG_20181222_141703
IMG_20181222_180531

Dari ketinggian 59 lantai, pemandangan kota Jakarta tampak cantik banget. Saya paling suka ketika matahari mulai tenggelam. Dari kamar, saya bisa ngeliat matahari perlahan tenggelam di balik bangunan-bangunan yang menjulang. Gradasi kuning, jingga, violet, biru tua di langit bener-bener menghipnotis. Untung banget saat berkunjung, cuaca lagi cerah. Puji Tuhan.

Kamar Mandi

Kamar mandi unit saya berada di belakang area tidur utama dan bisa diakses lewat pintu di samping area kerja dan satu pintu dari lorong. Kalau dari lorong sendiri, sebelum masuk kamar mandi ada semacam koridor kecil dengan lemari pakaian dan rak sepatu.

IMG_20181222_142431
IMG_20181222_142451
IMG_20181222_141538

Ukuran kamar mandinya luas, mungkin bisa dibilang seluas area tidur utama. Bathtub ditempatkan di samping jendela yang menghadap ke arah utara. Bathtub-nya sendiri menurut saya nggak begitu panjang, tapi cukup dalam. Lumayan lah untuk deep soaking sih. Si bathtub ini “ditanamkan” di dalam semacam fondasi yang dibalut dengan lapisan marmer. Kalau dari samping, keliatannya kayak semacam tembokan “nanggung” karena ujung tembokannya kelihatan jelas. Gimana menjelaskannya ya? Intinya sih secara personal, saya agak kurang suka dengan penempatannya. Saya lebih suka kalau bathtub-nya pakai free-standing bathtub, bukan yang tertanam begitu. Kelihatannya lebih mewah.

Bathroom products yang dihadirkan punya aroma white tea aloe yang subtle, tapi tetap manis. Di end table samping tempat tidur sendiri sebetulnya ada lavender oil yang bisa kita gosokkan ke pelipis. Katanya sih untuk membantu tidur. Ketika mau tidur, saya sempat coba pakai. Lumayan lah efeknya cukup menenangkan.

IMG_20181222_142458
Bathroom sink
IMG_20181222_141535_HHT
Rak-rak sepatu, termasuk in-room safe
IMG_20181222_141547
Area shower. Kloset ada di nook terpisah.

Di kamar mandi memang nggak ada his-and-hers sink, tapi untuk bathroom sink-nya sendiri dilengkapi sama vanity mirror dengan lampu LED. Hair dryer ada di dalam laci. Di rak bawah wastafel ada handuk badan dan handuk muka. Bathrobe sendiri digantung di dinding (penampakannya bisa dilihat di foto).

Area shower-nya cukup luas, dibatasi oleh dinding kaca dari area kamar mandi yang lain. Sayangnya, dinding kacanya menurut saya terlalu tipis, jadi rentan pecah kalau misalnya nggak sengaja kesenggol atau semacamnya. Selain itu, dinding kacanya pun kurang lebar sehingga air masih bisa muncrat ke luar area shower. Bahkan, area dengan split-level pun kurang luas menurut saya. Pada intinya, masih bisa becek ke area kamar mandi yang lain. Saya sendiri sebetulnya nggak begitu mempermasalahkan karena masih ada keset, tapi buat orang yang lebih suka sama kamar mandi kering, mungkin ini bisa jadi sesuatu yang agak unsightly.

Area ini dilengkapi dengan shower tangan dan rainshower. Untuk rainshower-nya sendiri, piringannya nggak begitu besar, tapi keluaran airnya cukup deras. Hanya saja, drainase area shower menurut saya kurang lancar. Air sempat tergenang, meskipun nggak lama. Kalau digabungkan dengan split-leveled area yang kurang luas dan dinding kaca yang kurang panjang, air yang menggenang bisa-bisa malah meleber ke area kamar mandi yang lain. You don’t want a Titanic, don’t you? 

tenor31
No, no, no~

Urusan pencahayaan sih jangan ditanya. Saya suka banget, apalagi dengan perpaduan marmer warna cokelat gading, lampu berwarna kuning, dan pemandangan Jakarta di malam hari. Bisa dibilang, berendam di bathtub sambil minum kopi, baca buku, dan lihat pemandangan dari ketinggian 59 lantai itu definisi dari mandi mewah.

Fasilitas Umum

The Westin Jakarta sebetulnya punya banyak fasilitas, dari kolam renang, spa, gym, sampai ballroom.  Hanya saja, yang saya kunjungi memang nggak banyak. Saya cuma sempat berenang, berendam di vitality pool yang ada di ruang ganti, masuk ke sauna, dan ke Henshin di lantai 67. Untuk Henshin, nanti pembahasannya saya kasih di segmen terpisah.

Sekarang saya mau bahas tentang kolam renangnya. Untuk kolam renangnya sendiri sih ukurannya sebetulnya lumayan besar. Hanya saja, bentuknya ini memanjang, bukan melebar. Jadi, kesannya kayak kecil. Bagian panjang kolam renang menghadap ke jendela yang mengarah ke utara. Meskipun demikian, view dari jendela nggak begitu kelihatan jelas. Kalau mau view yang lebih jelas, bisa lihat dari jendela-jendela di area tempat duduk. Pas berkunjung, kolam renang lagi rame banget. Saya nggak berenang terlalu lama karena pengunjung yang datang banyak. Nggak nyaman juga karena berenang satu lap aja kehalangin orang yang lewat atau sekadar berdiri di tengah kolam.

IMG_20181222_170843
IMG_20181222_170902
IMG_20181222_170832

Untuk handuk, kita bisa pinjam dari petugas di meja resepsionis area kolam renang. Di meja ini juga ada lemon-infused water buat kalau capek habis berenang. Kedalaman kolam sebetulnya nggak begitu tinggi, dan kalau diperhatikan lagi, nggak ada kolam anak. Yang ada sebetulnya semacam area kolam yang lebih dangkal, tapi itu pun nggak ada pemisah dari area kolam dewasa. Jadi, kalau mau bawa anak-anak berenang di sini, pastikan awasi ya anak-anaknya. Oh, ya, suhu air kolam juga cenderung dingin, bukan hangat. Entah kenapa, bahkan di Jakarta pun kalau kolam renang airnya terlalu dingin, saya malah malas berenang.

Sauna dan vitality pool (ini sebetulnya whirlpool) ada di setiap ruang ganti. Sayangnya, saya nggak sempat ambil foto-fotonya karena memang ponsel saya simpan di loker. Selain itu, ruang ganti pada saat itu lagi ramai banget dan pengunjung yang datang nggak bisa ditebak. I mean, ada beberapa pengunjung yang beneran ganti baju di depan loker. Ya, ganti baju dan termasuk buka pakaian dalam. Agak kurang aman sih buat anak kecil sebetulnya. Bahkan, ada bapak-bapak yang masuk ke vitality pool, telanjang bulat, dan nggak berapa lama kemudian ada dua orang anak kecil yang masuk ke kolam. Not the right time for skinny dipping, sir.

IMG_20181222_211624_HHT
IMG_20181222_211537_HHT

Di lantai lobi, ada lounge (tapi bukan executive lounge ya) buat para pengunjung. Interiornya bergaya kontemporer dengan dominasi palet beige, cokelat, dan putih. Di sini juga tamu bisa pesan minuman. Kalau siang-siang, salah satu area di lounge ini dijadikan tempat bermain anak. Pihak hotel menempatkan mainan rumah-rumahan dan semacamnya buat anak-anak. Di bagian tengah lounge, ada tangga menuju lantai 51, dan di lantai tersebut ada Seasonal Tastes.

Seasonal Tastes menyajikan menu sarapan di pagi hari untuk para tamu. Restoran ini juga tetap bisa dikunjungi oleh non-hotel guest dan buka pada jam sarapan, makan siang, dan makan malam. Di The Westin Jakarta, Seasonal Tastes ini mungkin bisa dibilang restoran yang family-friendly.

IMG_20181222_140244

Pengunjung bisa pilih menu a la carte, tapi ketika saya berkunjung, ternyata lagi ada semacam gelaran sajian Asia. Menurut head chef Hajime Kasuga sih, nama Seasonal Tastes sesuai dengan konsep setiap bar menyajikan menu yang beda-beda. Season. Musim. Anggaplah setiap bar mewakili musim yang berbeda. Musim ceri ada nggak ya? Musim kawin? Musim duren?

IMG_20181222_232417_HHT
IMG_20181222_232504_HHT
IMG_20181222_232547_HHT

Area restorannya lumayan expansive. Dari ketinggian 51, para pengunjung bisa bersantap sambil menikmati pemandangan kota Jakarta. Selain itu, pilihan menu yang ditawarkan juga cukup variatif. Sayang banget saya nggak sempat nyoba dimsum-nya. Padahal saya lagi seneng sama dimsum, apalagi yang all you can eat. Oh, dumpling! Come to papa!

Henshin

Bertempat di lantai 67-69, Henshin adalah destinasi yang sayang buat dilewatkan ketika nginap di The Westin Jakarta. Di bawah komando head chef Hajime Kasuga, Henshin menyajikan “perkawinan” antara citarasa Peru dengan Jepang dan pemandangan kota yang mengagumkan dari ketinggian 270 meter.

Setiap lantai di Henshin punya “fungsi” yang berbeda. Lantai 67 adalah rooftop bar & lounge yang paling ramai dikunjungi, terutama outdoor seating area-nya yang paling sering nongol di feed Instagram. Ketika saya datang, saya langsung disambut alunan jazz house yang sexy dengan iringan melodi saxophone. Tujuan saya datang sebetulnya untuk ketemu teman kampus saya, Juwita, yang ternyata udah temenan sebelumnya sama head chef Hajime Kasuga. Karena malam minggu, situasi ramai dan padat pengunjung di lantai 67. Kami hampir nggak dapat tempat duduk, dan akhirnya harus “mojok” di sudut outdoor seating area yang menghadap ke arah timur.

IMG-20181222-WA0055
IMG_20181222_231248_HHT

Di indoor seating area, ada bar yang desainnya mengingatkan saya sama The Flinstones. Nggak jauh dari situ, ada stage kecil tempat bang DJ dan pemain saxophone menghibur kami semalaman. Oh ya, untuk pesanan sendiri, saya dan Juwita hanya pesan minuman. Saya pesan The Eden of Kyoto, cocktail cantik yang dihias edible flower berwarna nila. Juwita sendiri pesan Blackberry Mint Iced Tea.

IMG_20181222_221907_HHT

Nah, kunjungan saya ke Henshin ini semakin spesial karena kami bisa ketemu head chef Hajime Kasuga secara langsung, thanks to Juwita. Yang lebih bikin saya kaget lagi adalah kami diajak private tour keliling Henshin, dan itu bukan cuman ngelilingin lantai 67, tapi semua lantainya. Tur dimulai dari lantai 69 yang merupakan area private dining. Kawasan privat ini merupakan area “dewa”-nya Henshin dan hanya bisa digunakan melalui reservasi.  Bisa dibilang, ini tuh wilayah edarnya Astrid Leong-Teo, Nick Young, Araminta Lee, Colin Khoo, dan keluarganya. Area private dining memiliki ukuran yang nggak begitu besar, tapi punya jendela-jendela besar yang menawarkan pemandangan Jakarta dan suasana yang jauh lebih tenang.

Turun satu lantai ke lantai 68, kami ada di area Nikkei dining. Di sini, atmosfernya cenderung lebih ramai, tapi masih lebih private dibandingkan area lantai 67 yang ramai sama para party animals. Di area Nikkei dining, pengunjung bisa melihat langsung para chef membuat masterpiece-nya yang kemudian dihidangkan di meja untuk disantap.

IMG_20181222_225402_HHT

Oh ya, ada satu spot yang jadi spot foto favorit di Henshin, menurut head chef Hajime Kasuga. Spot itu adalah tangga yang menghubungkan lantai 68 dengan lantai 69. Dilatarbelakangi dinding kaca setinggi 2 lantai dan pemandangan kota yang menakjubkan, nggak salah sih ketika spot ini jadi spot keren pilihan pada pengunjung buat mengabadikan momen kunjungannya ke Henshin. Tentunya, kami juga nggak mau melewatkan spot ini.

1545497081408
Kiri ke kanan: Mike, saya, head chef Hajime Kasuga, dan Juwita

Sebetulnya, chef Hajime nggak hanya mengajak kami berkeliling ke area ini. Di sisi selatan lorong lift di lantai 67, ada satu area yang merupakan semacam private lounge. Ruangan besar ini mirip lounge di lantai 52, lengkap dengan meja bar, tapi kosong (ada sih satu orang perempuan, tapi ketika kami datang, dia langsung pergi lewat pintu dapur).

Oh ya, karena posisinya di sisi selatan, pemandangan dari jendela-jendelanya juga lebih bagus! Halo, kawasan Mega Kuningan dan Dr. Satrio! Di ujung ruangan, ada pintu menuju private balcony yang kosong. Ya, kosong banget! Nggak ada furnitur apa pun, just a plain balcony. Katanya sih ini balkonnya bisa dipakai kalau si lounge-nya disewa. Meskipun demikian, rasanya senang bisa mengakses kawasan-kawasan spesial seperti ini. Samar-samar saya bisa mendengar alunan musik house, meskipun yang lebih dominan terdengar adalah suara angin dan ingar bingar lalu lintas di Jalan Kasablanka dan Rasuna Said.

Lokasi

Bicara soal lokasi, menurut saya udah enak sih The Westin Jakarta ini karena dekat ke mal. Hotel ini memang nggak berada di pusat kota yang sepusat-pusatnya kayak kawasan Bundaran HI, tapi beberapa tempat umum tetap easily accessible. Nggak jauh dari hotel, ada Plaza Festival yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama sekitar 5 menit. Isinya ya ada banyak restoran sih, dan ada kios Chatime yang jelas. Kalau mau sambil belanja, bisa ke Lotte Shopping Avenue di Jl. Dr. Satrio atau ke Kota Kasablanka. Waktu nginap di sana, justru saya makannya ke Pelataran Menteng, dan itu pun karena ada traktiran. Ke Pelataran Menteng sendiri memakan waktu sekitar 10-15 menitan, dengan kondisi lalu lintas yang lancar.

Di depan Gama Tower, Jalan Rasuna Said masih agak hectic dengan pembangunan MRT. Selain itu, kawasan ini juga kalau jam pulang kerja bisa lumayan padat. Untung banget waktu saya berkunjung, jalanan lagi sepi karena sudah masuk masa liburan. Perlu diingat bahwa Gama Tower ini berada di kawasan perkantoran. Jadi, siap-siap aja berpacu dengan para karyawan yang pulang kantor di sore atau malam hari.

Kalau dari Stasiun Gambir sendiri, jarak yang ditempuh sekitar 15-20 menitan, tergantung kondisi lalu lintas, baik lewat jalur Tugu Tani maupun Thamrin (belok ke Sutan Syahrir, terus ambil kanan ke Rasuna Said).

Kesimpulan

You get what you pay for. Mungkin itu yang bisa saya bilang, in a positive way tentu saja. Pelayanan yang mengesankan, interior kamar yang elegan, pemandangan yang keren, fasilitas berkelas, dan kunjungan ke Henshin yang tak terlupakan jadi alasan saya untuk kembali ke The Westin Jakarta. Bicara tentang kamar, saya suka dengan interior bergaya kontemporer yang dipadukan dengan sentuhan mid-century dan warna-warna earthy yang bikin nyaman. Teknologi berperan cukup kentara di kamar, terutama dengan switch khusus untuk buka tutup gorden dan sheer yang ada di dekat end table sehingga saya nggak perlu repot-repot turun dari kasur.

Posisi kamar di sudut gedung membuat saya dapat dua view dari kamar. Meja kerja yang ditempatkan menghadap jendela seolah memberikan saya kesempatan untuk beristirahat sejenak sambil melihat kesibukan di bawah sana setelah lelah bekerja. Selain itu, definisi mandi mewah bisa ditemukan di kamar mandi unit. Bathtub panjang yang ditempatkan di samping jendela bikin saya bisa relaksasi sambil baca buku dan sesekali melihat pemandangan ke arah utara Jakarta di luar jendela. Ditambah lagi, produk-produk mandi beraroma white tea aloe terasa nyaman di kulit, dengan keharuman yang lembut.

Kolam renang hotel yang memanjang mungkin tampak kecil, tapi sebetulnya cukup besar, terutama buat yang suka renang satu lap bolak balik. Hanya saja, waktu saya berkunjung kolam renang sedang ramai. Jadi, berenang pun kurang nyaman pada saat itu. Ruang ganti dilengkapi dengan area bilas, sauna, dan vitality pool. Sayangnya, menurut saya area ini kurang kids-friendly karena ada beberapa tamu dewasa yang buka baju seenaknya di depan anak-anak. Bahkan, anak-anak bisa masuk ke vitality pool yang biasanya digunakan sama orang dewasa yang, beberapa di antaranya, telanjang bulat. I don’t think it’s a good sight for minors.

Henshin sendiri memberikan pengalaman berkunjung ke rooftop bar yang mengesankan. Terlebih lagi setelah bertemu head chef Hajime Kasuga yang sangat ramah dan diajak private tour keliling Henshin, rasanya senang sekali bisa ke sana (and I would love to come back, for sure).

Dengan rate mulai dari 2 juta rupiah per malam (berdasarkan info dari Tripadvisor, harga bisa berubah sewaktu-waktu), The Westin Jakarta menawarkan pengalaman menginap yang berkelas. Dengan pemandangan yang mengesankan dari gedung tertinggi di Jakarta, pelayanan terbaik, dan fasilitas yang lengkap, hotel ini harus dicoba kalau kamu pilih akomodasi bintang lima di Jakarta.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Untuk tipe kamar Premium, posisinya ada di sudut bangunan. Jadi, kita bisa dapat view ke dua arah. Untuk unit saya, view yang didapat adalah view kawasan Mega Kuningan dan Jalan Rasuna Said ke arah Menteng. Kalau pagi-pagi dan udara masih bersih, samar-samar laut bisa keliatan.
  • Bathtub di kamar mandi cukup panjang dan ditempatkan di samping jendela besar (tipe kamar Premium), jadi cocok lah buat memanjakan diri sambil nge-wine, lihat pemandangan di luar, atau baca novel. Mandi mewah lah pokoknya.
  • Kamar mandinya luas dan tampil cantik dalam balutan marmer.
  • Curtain dan sheer diatur lewat tombol-tombol khusus. Jadi, kita nggak perlu repot-repot buka atau tutup secara manual. Cocok buat yang males turun dari tempat tidur.
  • Fasilitasnya lengkap, tapi secara pribadi saya suka dengan vitality pool-nya di ruang ganti pakaian. Karena air di kolam renangnya weirdly terasa dingin (itu untuk ukuran di Jakarta padahal), vitality pool ini pas buat menghangatkan kembali tubuh. Ada juga sauna di ruang ganti.
  • Nginep di sini itu bisa dapat beberapa kebanggaan tersendiri: nginep di bangunan tertinggi di Jakarta dan dapat akses cepat ke rooftop bar tertinggi di Jakarta.
  • Lokasinya strategis. Dekat ke mana-mana, terutama kawasan perkantoran. Kalau mau makan, bisa jalan kaki lima menit ke Plaza Festival, atau ke Seasonal Tastes atau ke Henshin sekalian.

👎🏻 Cons 

  • Di area shower, split level-nya kurang signifikan dan pembuangan airnya kurang lancar waktu saya ke sana. Genangan air dan split level yang pendek bikin air bisa mengalir ke area kamar mandi yang lain.
  • Kamar gantinya kurang ramah buat anak-anak menurut saya. Beberapa orang dewasa dengan santainya masuk ke vitality pool telanjang bulat, sementara ada anak-anak yang lagi mandi atau ganti baju. Mungkin dikiranya onsen kali ya.
  • Lift dari ground level ke lantai lobi, dan dari lobi ke lantai kamar saya ini beda. Intinya, saya harus naik lift dua kali kalau mau turun dari kamar ke lantai dasar. Agak merepotkan sih, terutama ketika harus buru-buru.
  • Kolam renangnya memanjang, tapi kesannya jadi kecil. Ketika saya ke sana, area kolam renang lagi padat banget sehingga jatuhnya kerasa sempit.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😌
Desain: 😆😆😆😆😶
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰💰💰💰

Review: Ascott Sudirman Jakarta

Waktu kemarin saya ke Jakarta pas libur Natal, saya cari properti yang pas buat ngundang teman-teman dan ngadain Christmas eve dinner. Awalnya saya sempat kepikiran pesan suite room dengan living area terpisah, tapi setelah dipikir-pikir lagi, kayaknya lebih asyik kalo dinner itu kita yang siapin makanannya sendiri. Walhasil, saya pun cari serviced apartment dengan unit yang punya kitchenette dan dining area.

Karena dari tanggal 21-22 Desember saya nginap di kawasan Rasuna Said, saya harus cari properti yang masih deket-deket kawasan sana supaya nggak terlalu capek pindah-pindahnya. Sebetulnya saya suka hotel-hopping, tapi saya nggak suka dengan ribetnya packing dan unpacking. Setidaknya kalau propertinya deket, saya nggak perlu tambah capek dengan kemacetan. Setelah menimbang-nimbang berbagai faktor, akhirnya pilihan saya jatuh kepada Ascott Sudirman Jakarta.

ascott-sudirman-jakrata
Ascott Sudirman Jakarta. Foto milik pihak manajemen.

Berlokasi di kawasan terpadu Ciputra World 2, Ascott Sudirman Jakarta merupakan properti yang masih baru. Seinget saya hotel bintang lima di Jakarta ini buka di pertengahan atau kuartal terakhir 2018 karena di awal 2018, saya belum lihat properti ini di listing Agoda dan Tripadvisor. Akomodasi bintang lima ini punya 192 unit serviced apartment yang terbagi ke dalam empat tipe utama, yaitu Studio Premier, One-Bedroom Premier, Two-Bedroom Premier, dan Three-Bedroom Premier. Untuk unit Studio dan One-Bedroom sendiri, kita bisa pilih mau kamar dengan double bed atau twin bed.

Saya lupa ada berapa lantai pastinya di tower apartemen ini, tapi pengunjung hanya bisa mengakses sampai lantai 30. Sepertinya sih lantai-lantai ke atasnya lagi belum siap dibuka buat publik. Fasilitas yang tersedia di Ascott Sudirman Jakarta cukup komprehensif dan family-friendly. Cocok lah buat yang mau liburan ke Jakarta sama keluarga atau bawa anak kecil.

Kunjungan saya ke apartemen ini selama tiga hari dua malam. Nah, pada awalnya saya pesan unit Studio Premier, tapi karena di malam berikutnya saya berencana untuk adakan makan malam dan undang teman-teman, akhirnya saya upgrade ke unit One-Bedroom Premier. Ada juga cerita lucu tentang teman saya ketika nginap di sini. Ulasan dan cerita lucunya akan saya bahas di segmen berikutnya. Karena saya coba dua unit yang berbeda, saya akan buat dua segmen yang masing-masing subpoints untuk desain kamar dan kamar mandi.

Studio Premier
Desain Kamar

Sebelumnya, saya sering lihat-lihat properti Ascott yang lain. Di Jakarta sendiri, ada tiga properti Ascott: Ascott Jakarta (di Kebon Kacang, dekat Grand Indonesia), Ascott Kuningan (tetanggaan dengan Raffles Jakarta dan Somerset Grand Citra), dan yang paling bungsu ini Ascott Sudirman Jakarta. Rate hotel memang fluktuatif, dan kadang-kadang naik turunnya signifikan. Waktu merencanakan kunjungan ke Jakarta, rate Ascott Sudirman Jakarta ini yang paling murah di antara properti-properti Ascott yang lain. Dengan rate yang lebih terjangkau dan usia properti yang masih sangat muda, pilihan saya ya jatuh ke sini.

Bicara tentang desain kamar, sebetulnya desain unitnya nggak jauh beda dengan desain unit di Ascott Kuningan. Dua-duanya sama-sama menerapkan interior bergaya kontemporer. Hanya saja, di Ascott Sudirman interior unitnya cenderung terasa lebih ceria dan berwarna karena ada mural di belakang headboard tempat tidur. Ini ngingetin saya sama interior kamar di de Braga by ARTOTEL yang pernah dibahas seblumnya. Bedanya, ambience di sini lebih hangat dan dewasa, sementara di de Braga itu cenderung lebih adem dan youthful.

Unit Studio Premier saya berada di lantai 12, dengan jendela mengarah ke timur. Posisi kamar ini punya keuntungan tersendiri karena ketika pagi, cahaya matahari bisa langsung masuk ke kamar. Kekurangannya ya kalo cahaya mataharinya lagi terik banget, lumayan panas sih suhu kamarnya. Eh, tapi posisi kamar juga memberikan view yang menurut saya sih lebih bagus karena menurut pihak hotel, kamar-kamar yang ada di sisi berlawanan punya view yang kurang asik karena kehalangin Tokopedia Tower.

img_20181223_130006
Area cuci di kitchenette

img_20181223_125943
Entrance dan kitchenette

img_20181223_130104
Living and study area

img_20181223_125952
Tempat tidur dan sofa

img_20181223_130347
View dari kamar

img_20181223_130354
View dari kamar

img_20181223_130122
Studio premier

img_20181223_130010
Mesin kopi. Mesin cuci ada di bawahnya

img_20181223_130333
Living area, dengan Samsung Soundbar

Dengan ukuran 48 meter persegi, unit apartemen saya terasa luas nggak luas. Apa ya istilah yang lebih tepatnya? Mungkin pas-pasan. Unit terasa kecil karena fitur-fitur di dalamnya sebetulnya. Kita mulai dulu dari entrance. Begitu masuk, kita langsung disambut kitchenette berbentuk koridor yang diapit oleh counter dan kabinet di kedua sisinya. Kitchenette ini lengkap dengan kompor induksi, kulkas mini, rice cookercoffee maker, teko pemanas air, bak cuci, dan mesin cuci (plus pengering). Alat-alat makan dan masak disimpan di dalam counter dan kabinet.

Living area punya ukuran yang seadanya, menyatu dengan area tidur. Jarak dari sofa ke televisi cukup dekat dan nggak besar, meskipun meja kopi yang digunakan juga berukuran kecil dan berbentuk silinder. Oh ya, untuk hiburan unit ini dilengkapi dengan entertainment box (ada iFlix) dan Samsung Soundbar yang bisa di-pair ke HP atau laptop buat dengerin lagu sambil goyang dua jari ala lagu tetew.

tenor
Popular culture anak jaman now susah dipahami

Furnitur-furnitur di kamar bergaya modern kontemporer, tapi nggak ke arah Scandinavian atau industrial. Atmosfernya lebih ke arah elegan dan bukan minimalis-fungsional. Untuk sejenak, saya bisa “menjauh” sejenak dari interior-interior khas Ikea. Oh ya, dari kitchenette ke area tidur nggak ada pintu atau pembatas yang lebih permanen jadi pastikan nggak masak yang baunya terlalu menyengat. Otherwise, kasurmu nanti bau.

giphy-1
Sehun muntah~

Salah satu spot yang saya suka dari unit Studio Premier ini area kerjanya. Membelakangi jendela, kalau malem-malem area ini bisa jadi spot foto yang bagus buat foto ala ala eksekutif muda dengan latar belakang pemandangan kota. Lampu mejanya punya desain yang unik.

Kamar Mandi

Di unit Studio Premier, kamar mandinya punya ukuran yang cukup luas. Ada lemari pakaian di kedua sisi jalan menuju kamar mandi. Salah satunya memuat ironing board dan bathrobe. Pas lah kalau perlu nyetrika baju, perlengkapannya udah tersedia. Ada juga safe box buat mengamankan barang berharga dan hati yang retak.

tenor3
Hatiku sedih, hatiku gundah

Untuk kamar mandi sendiri sih, desainnya tampak mewah dengan balutan dinding dan lantai berwarna gading. Area wastafel dilengkapi dengan vanity mirror. Kalau mau dandan, kebantu lah. Bath products-nya punya aroma yang beda-beda. Beberapa punya bau yang terlalu menyengat, sementara yang lainnya cukup pleasant di hidung. Oh ya, di kamar mandi juga ada timbangan badan. Waktu saya cek, berat badan saya ternyata 55 kilogram. Apakah ini karena dua hari sebelumnya saya kebanyakan jajan?

img_20181223_130256
Shower area

img_20181223_130232
Area wastafel

img_20181223_130240
Kloset

img_20181223_130155_hht
Safe box

img_20181223_130304
Bathtub

img_20181223_130211
Ironing board dan bathrobe

Area shower berada di samping bathtub dan dibatasi oleh dinding kaca dari area kamar mandi yang lain. Di unit ini, ada rainshower yang cocok untuk saya yang senang merenung. Bathtub-nya sendiri cukup panjang dan dalam, pas buat deep soaking. Intinya sih no objection lah kalau untuk shower dan bathtub. Nah, yang harus saya sesali adalah pintu kamar mandinya. Pintu yang digunakan adalah pintu geser ganda tanpa kunci. Bahkan, ketika pintu ditutup pun saya semacam harus memastikan kedua pintu sudah menempel rapat dan nggak ada celah. Ini jadi hal yang disayangkan karena privasi kita bisa jadi dalam bahaya. Kalau mau tahu apakah ada orang di kamar mandi atau nggak, ya kita harus lihat pintunya ketutup apa nggak. Sayangnya, kadang ada aja orang yang langsung buka pintu tanpa ketuk dulu. Kan nggak lucu kalau lagi doing your business tiba-tiba digrebek.

One-Bedroom Premier
Desain Kamar

Dari segi desain, sebetulnya nggak ada perbedaan signifikan antara setiap kelas unit di Ascott Sudirman Jakarta. Kalau ukuran unit, jelas beda. Unit One-Bedroom yang saya tempati berada di lantai 20, beda 8 lantai sama unit sebelumnya. Namun, jendelanya masih tetap menghadap ke timur dan dengan ketinggian seperti ini, view yang saya dapatkan sedikit lebih bagus (dan lebih tenang karena semakin jauh dari jalan).

Dengan luas 65 meter persegi, jelas One-Bedroom Premier memberikan lebih banyak ruang. Perubahan yang paling kentara adalah kitchenette-nya. Kalau di unit sebelumnya kitchenette menyatu dengan koridor menuju living area, kalau ini dia punya space sendiri yang sebetulnya bergabung dengan living area. Hanya saja, ada meja bar di kitchenette-nya yang menjadi pembatas. Dapurnya juga lebih besar jadi cukup leluasa lah kalau mau masak dengan beberapa orang. Waktu itu, saya masak-masak dengan empat orang dan nggak terasa begitu sesak sih. Senggol sedikit nggak apa-apa, asal nggak pake bacok.

Fasilitas dapur masih sama. Ada mesin cuci, bak cuci, oven, kompor induksi, dan semacamnya. Alat-alat masak dan makan ditempatkan di counter dan kabinet. Ah, perbedaan lainnya dengan unit sebelumnya adalah kulkasnya di sini lebih besar. Kita bisa simpan makanan beku di freezer-nya.

img_20181224_134903
Kitchenette dan mesin cuci

img_20181224_134927_hht
Living area di One-Bedroom Premier

img_20181224_134933
Kamar tidur, masih dengan mural di belakang headboard

img_20181224_134857
Area cuci di kitchenette, ada oven dan alat pembuat kopi

img_20181224_134949
Fasilitas hiburan di kamar tidur

img_20181224_134956_hht
Meja rias di kamar tidur, ada sentuhan midcentury-nya sedikit

Untuk living area, ukurannya memang cenderung lebih luas, tapi kalau rasionya disamakan, jatuhnya sih sama-sama “mepet”. Study area digabungkan dengan living area dan jadi lebih sempit. Di belakang meja kerja ada pintu ke balkon yang dikunci oleh pihak manajemen. Furnitur yang dipakai masih bergaya kontemporer, dengan dominasi warna-warna earthy yang hangat. Samsung Soundbar dan entertainment box juga dihadirkan di unit ini. Waktu malam Natal, saya seneng putar playlist Christmas Jazz di Spotify buat menemani masak-masak.

Kamar tidur berada terpisah dari ruang keluarga dan kitchenette jadi say goodbye to bau asap gorengan! Ukuran kamar tidurnya cukup luas, dengan TV layar datar, meja rias, dan armchair di dekat jendela. Ini jadi spot yang pas buat baca buku sambil ngopi, atau untuk sekadar ngegalau (aktivitas ini tidak disarankan). Mural kontemporer terpasang di belakang headboard. Dominasi warna-warna earthy juga ditemukan di kamar, bikin tidur terasa nyaman.

Kamar Mandi

Luasnya unit One-Bedroom Premier berimbas pada ukuran kamar mandi yang juga lebih besar. Di unit ini, ada his-and-hers bathroom sink. Jadi buat yang datang sama pasangan, nggak perlu takut rebutan wastafel dan bisa dandan bersama. Seperti unit sebelumnya, kamar mandi di unit ini tampak mewah dalam balutan warna beige.

img_20181224_135013
Shower area, sekarang terpisah dari bathtub

img_20181224_135006
His-and-hers bathroom sink

img_20181224_135002
Area bathtub

img_20181224_135027
Kloset kamar mandi

Perlengkapan kamar mandi sendiri ngga berbeda. Bath products seperti yang ada di Studio Premier masih bisa ditemukan di sini. Bathtub-nya dari segi ukuran pun sama. Nah, shower area di unit ini terpisah dari bathtub, dibatasi oleh dinding kaca. Saya sendiri ketika nginap di unit ini nggak sempat pakai bathtub-nya, tapi kehadiran rainshower cukup menjadi pelipur lara.

Kamar mandi bisa diakses melalui “foyer” kecil yang diapit oleh lemari pakaian. Sama seperti unit Studio Premier, lemari ini memuat safe box, ironing board, dan bathrobe. Pintu yang digunakan pun masih sama, double sliding door kayu kunci. Lagi-lagi privasi terpaksa “disunat” di unit ini. Meskipun demikian, kalau kita mau mengundang tamu, mereka nggak harus pakai kamar mandi en suite karena di unit ini, ada half bathroom di koridor menuju kitchenette dan living area.

Fasilitas Umum
Restoran

Untuk bersantap, Ascott Sudirman Jakarta punya restoran yang berada di lantai lobi. Nah, restoran ini punya akses ke taman. Waktu saya berkunjung, tamannya sebetulnya sudah rapi dan cantik. Hanya saja, masih keliatan ada pembangunan yang masih berlangsung. Di outdoor seating area, ada mesin pemanggang yang kayaknya dipakai untuk barbeque party atau semacamnya.

img_20181223_212906
Lobby, dengan pohon Natal

img_20181223_212936_hht
Lobby

img_20181223_212857_hht
Lobby

img_20181223_212926_hht
Restoran

img_20181223_212840
Lobby

img_20181223_212917_hht
Restoran dan tangga menuju The Library

img_20181223_212931_hht
Restoran

Lobinya sendiri menurut saya sih sedikit sempit. Mungkin karena penempatan set meja kursinya terlalu berdekatan satu sama lain. Di dekat restoran, ada tangga menuju The Library, salah satu public space di Ascott Sudirman Jakarta yang saya suka. Oh ya, di tangga juga ada mural besar yang pas buat dijadikan backdrop foto Instagram.

img_20181223_230754_hht

img_20181223_230805_hht

img_20181223_230819_hht

Naik satu lantai dari lobi lewat tangga, ada beberapa hall serbaguna untuk berbagai acara. Nah, di depannya ada area bernama The Library yang pada dasarnya sih semacam lounge dengan bar. Ketika saya keliling-keliling, saya nggak nemu rak-rak berisi buku (despite the name). Mungkin buku-bukunya belum disiapkan ya. Saya datang pas tengah malam jadi The Library ini kosong banget. Ada juga pintu menuju balkon, tapi sayangnya pintunya terkunci jadi saya nggak bisa main di balkon. The Library ini tampil mewah dan elegan dalam furnitur bergaya kontemporer, balutan palet warna gading, mahogany, dan putih, dan pencahayaan yang redup, tapi seksi.

Kolam Renang, Sauna, dan Steam Room

Nah, kalau menginap di sini, fasilitas yang satu ini jangan sampai dilewatkan. Berada di lantai 30, kolam renang di Ascott Sudirman Jakarta menghadirkan pemandangan kota ke arah barat. Kolam renangnya sendiri berbentuk memanjang, dengan dinding kaca sebagai pembatasnya.

img_20181224_102439

img_20181224_102350

View dari kolam renang bikin saya dan teman-teman betah nongkrong di sana. Ada juga beberapa kursi santai dan “sarang burung” gantung sebagai tempat duduk pengunjung. Sayangnya, area ini kekurangan tempat duduk. Mungkin karena keterbatasan ruang juga. Untuk bilas, pengunjung bisa pakai shower yang ada di salah satu sudut kolam renang atau langsung ke kamar mandi.

Habis berenang, pengunjung bisa coba relaksasi di sauna dan steam room yang ada di kamar mandi pria dan wanita. Untuk kapasitasnya sendiri memang nggak besar, mungkin sekitar enam atau tujuh orang. Waktu saya berkunjung, kebetulan lagi kosong saunanya jadi kita bisa coba tanpa ngerasa ditungguin.

 

img_20181224_122851
Wastafel

img_20181224_122855_hht
Area shower

img_20181224_122927_hht
Steamroom. Kelihatan masih belum beres

img_20181224_123040_hht
Sauna

Selain sauna, di kamar mandi ada dua shower box. Ada juga steam room di samping suana yang kelihatannya masih unfinished karena di bawah tempat duduk, masih ada keramik-keramik. Untuk ruangannya sendiri sih udah berfungsi karena kerasa banget uapnya. Hanya saja, ya itu tolong mungkin pihak manajemen ruangannya lebih dirapikan.

Gym

Nggak jauh dari kolam renang, ada gym dengan peralatan yang cukup lengkap. Di hari kedua kunjungan, gym ini penuh sama anak-anak kecil yang olahraga. Yap. Anak-anak kecil. Untungnya mereka berada di bawah pengawasan orang tuanya. Ada juga ruang yoga di ujung gym. Saya olahraga di sini di pagi hari terakhir. Kebetulan lagi sepi, saya bisa olahraga tanpa dikejar-kejar waktu.

This slideshow requires JavaScript.

Berseberangan dengan gym, ada satu ruangan bernama The Sanctuary. Sebetulnya, ruangan ini itu semacam ruang relaksasi sederhana dengan tiga massage chair yang menghadap ke arah dinding kaca. Sambil dipijat, kita bisa lihat pemandangan kota dan kolam renang. Fasilitas ini ternyata cukup populer karena yang ngantri pengen coba kursi pijatnya cukup banyak.

Gamesroom & Cubbies Kids’ Club

Di hari terakhir, saya berencana mengunjungi dua fasilitas umum di Ascott Sudirman Jakarta. Kedua fasilitas ini berada di lantai 29, hanya beda satu lantai dari lantai kolam renang. Menurut saya, gamesroom dan Cubbies Kids’ Club ini jadi fasilitas andalan properti.

This slideshow requires JavaScript.

Kalau datang bawa anak-anak, Cubbies Kids’ Club bisa jadi tempat yang pas buat ngasuh. Ruangannya cukup luas, dilengkapi dengan mainan anak, rumah-rumahan, kolam bola, set meja kursi untuk menggambar, dan televisi. Suasananya ceria, dengan mural-mural warna warni di setiap sisi dinding. Lantainya pakai karpet yang empuk. Saya ambil beberapa foto di sana karena properti dan ruangannya gemesin.

Untuk gamesroom, sayangnya fasilitas ini hanya bisa digunakan by request. Ini artinya kalau mau pakai, kita harus hubungi pihak hotel dulu. Di dalamnya, ada meja bilyar, televisi, dan sofa-sofa empuk. Oh ya, di sini juga kita bisa main PS4, tapi ya begitulah. Kita harus ngomong dulu ke pihak hotel.

Lokasi

Bicara soal lokasi, Jalan Prof. Dr. Satrio memang terkenal cukup padat pas jam berangkat atau pulang kerja. Untungnya, kondisi lalu lintas justru sepi waktu saya ke sana. Mungkin karena lagi musim liburan.

Berada di kompleks Ciputra World 2, Ascott Sudirman Jakarta tetanggaan dengan Tokopedia Tower. Properti ini juga berjarak sekitar 5 menit aja dari Lotte Shopping Avenue dan DBS Tower dengan berjalan kaki. Kalau dari Mega Kuningan, jalan kaki mungkin sekitar 15 menit (saya bahkan sempat joging pagi ke kawasan Mega Kuningan dari hotel).

Soal aksesibilitas, properti ini memudahkan kita buat ke mana-mana. Mau ke mal? Tinggal jalan kaki. Ada rapat di Tokopedia Tower? Tinggal jalan ke tower seberang. Hanya saja karena properti ini masih baru, kadang-kadang orang suka salah kira, seperti kasusnya teman saya. Jadi waktu itu, teman saya mau datang berkunjung untuk nginep. Saya udah bilang bahwa saya nginep di Ascott Sudirman. Karena sama-sama berakhiran “-an” dan berlokasi di Dr. Satrio, teman saya mengira saya nginep di Ascott Kuningan. Walhasil, dia kepaksa jalan kaki dari Ascott Kuningan ke Ascott Sudirman, malam-malam sekitar jam 11.

Kesimpulan

Sebagai properti yang masih seumur jagung, Ascott Sudirman Jakarta punya beberapa hal yang memang harus dibenahi, seperti pembangunan beberapa fasilitas yang belum diselesaikan. Untuk kualitas layanan sendiri, saya nggak ada objection tertentu. Kondisi unit juga bagus, dengan perlengkapan yang berfungsi dengan baik. Bahkan, ada buku manual lengkap yang memuat cara menggunakan berbagai peralatan di kamar, termasuk Samsung Soundbar dan mesin cuci.

Interior kamar bergaya kontemporer dengan balutan warna-warna earthy membangun suasana hangat dan nyaman. Christmas eve dinner saya dengan teman-teman terasa ceria. Kitchenette yang lengkap dan kehadiran fasilitas hiburan membuat pengalaman menginap jadi lebih menyenangkan. Ukuran unit memang segitu-gitunya, tapi seenggaknya masih terasa nyaman, bahkan untuk menjamu lima orang (termasuk saya).

Yang kurang disukai sih sebetulnya pintu kamar mandinya. Dengan double sliding door tanpa kunci, saya agak takut ada orang yang langsung masuk ke kamar mandi tanpa ketuk pintu, sementara di kamar mandi lagi ada orang yang pakai. Bath products-nya menarik. Memang secara personal saya kurang suka beberapa aromanya.

Dengan rate mulai dari kisaran 1,2 juta rupiah per malam (berdasarkan rate yang saya dapat waktu booking dari Agoda), saya mendapatkan pengalaman menginap yang cukup menyenangkan. In-room amenities dan fasilitas umum bintang lima tentunya menjadi faktor yang membuat pengalaman saya berkesan. Selain itu, lokasinya juga memudahkan saya untuk pergi ke mana-mana. Kalau ada rencana liburan di Jakarta bersama keluarga, saya rasa Ascott Sudirman Jakarta bisa jadi pilihan hotel bintang lima di Jakarta yang tepat dengan harga yang relatif terjangkau di kelasnya.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasinya prima. Ke mana-mana deket. Untuk kunjungan bisnis atau liburan, hotel ini menawarkan akses yang mudah, baik ke area perkantoran maupun mal.
  • Dibandingkan dengan teman-teman sejawatnya, Ascott Sudirman Jakarta ini si bungsu dengan rate yang bisa dibilang lebih terjangkau.
  • Usianya masih baru. Jadi, berbagai furnitur dan perlengkapan unit ya masih baru juga. Desain kontemporernya cocok buat orang-orang yang punya preferensi ke arah modern.
  • Fasilitas umumnya lengkap, dari mulai kolam renang, gym, sauna, steam room, sampai gamesroom.
  • Ada Cubbies Kids’ Club buat anak-anak. Cocok lah kalau menginap sama anak kecil.
  • Samsung Soundbar dan entertainment box (iFlix) jadi fasilitas hiburan en suite yang mengasyikkan. Pas banget buat movie night bareng teman-teman.

👎🏻 Cons

  • Ukuran living area untuk unit Studio Premier dan One-Bedroom Premier nanggung. Luas nggak, sempit juga nggak.
  • Akses ke tower apartemen dari gerbang Ciputra World 2 lumayan jauh. Datang pakai mobil pun, alur lalu lintasnya agak “membingungkan”.
  • Beberapa area hotel masih belum selesai dibangun. Persentasenya mungkin 80% beres lah. Fungsional, tapi ya secara estetika kurang enak dipandang aja.
  • Kamar mandi di unit Studio Premier dan One-Bedroom Premier pakai double sliding door tanpa kunci. Privasi bisa jadi agak terancam kalau ada orang yang tiba-tiba buka pintu dan nyelonong masuk ke kamar mandi, tanpa ngetuk dulu.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😶
Desain: 😆😆😆😆⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰💰💰

Review: Ibis Budget Menteng

Waktu libur Natal di Jakarta kemarin, saya sempat menginap satu malam di kawasan Menteng. Akhirnya setelah cukup lama menunggu liburan, yang dinanti datang juga. Hotel yang saya tempat untuk hari pertama di Jakarta ini ternyata memberikan akses mudah ke berbagai tempat makan dan kafe. Pembukaan ini nggak akan terlalu panjang dan aneh-aneh karena saya ingin langsung ke ulasan hotel.

exterior-view
Fasad Ibis Budget Menteng. Foto milik pihak hotel. 

Ibis Budget Menteng merupakan akomodasi bintang dua yang berlokasi di jalan HOS Cokroaminoto no. 79, Jakarta. Hotel ini berada tepat di samping Taman Menteng dan berseberangan dengan Menteng Central. Dari segi lokasi, hotel ini menawarkan akses mudah ke berbagai tempat makan, dari mulai warung pinggir jalan sampai bistro. Intinya sih kalau lapar, ada banyak pilihan tempat makan.

Hotel ini punya 135 kamar yang disebar di tiga lantai. Untuk tipenya sendiri hanya ada satu tipe, tapi yang membedakan hanya jenis kasurnya (double atau twin). Secara keseluruhan, Ibis Budget Menteng menawarkan fasilitas dan kamar standar, tipikal Ibis Budget lah (nggak jauh beda sama Ibis Budget Bandung). Hanya saja, lokasinya ini yang menurut saya bagus karena ke mana-mana deket. Ditambah lagi, kawasan ini relatif lebih tenang dengan lalu lintas yang nggak begitu padat.

Waktu menginap, kamar saya berada di lantai satu. Posisi kamar saya berada tepat di atas Starbucks, dengan jendela menghadap ke jalan HOS Cokroaminoto. Ekspektasi saya untuk hotel ini nggak neko-neko sebetulnya, meskipun ada beberapa hal yang disayangkan sih saat kunjungan. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Dari segi interior, Ibis Budget Menteng ini nggak banyak beda dengan hotel-hotel Ibis Budget lainnya. Satu tipe lah intinya karena memang satu line juga. Kamar saya berada di lantai satu jadi saya nggak perlu repot-repot naik turun lift atau eskalator. Hanya saja, buat mencapai kamar saya harus melewati koridor-koridor rumit yang rasanya kayak labirin. Ditambah lagi, suasana koridornya agak remang dan sepi. Agak-agak ngeri sih.

IMG_20181221_155620
Tempat tidur. Ukurannya standar lah ya.

IMG_20181221_155627
Meja kerja di bawah TV. Kalau mau nonton TV, kepalanya mesti nengadah. Pegel.

IMG_20181221_155647_HHT
Tak ada closet, gantungan pun jadi. 

Ukuran unit kamar terbilang cukup lapang untuk kamar Standard. Area kamar utama tampil youthful dengan dinding navy blue di belakang tempat tidur. Sebetulnya, pemilihan warna yang gelap ini memberikan kesan dingin pada kamar, terutama dengan pencahayaan yang ngga begitu terang. Namun, penggunaan lantai kayu menurut saya memberikan elemen hangat buat kamar, walaupun tetep sih suasana kamar masih kerasa dingin. Furniturnya sendiri standar Ibis Budget banget: minimalis, tapi fungsional. Full-height windows menghadap ke arah jalan raya. Kalau malem, lumayan sih bisa liat pemandangan jalan yang rame. Yang unik adalah ada railing di belakang kaca jendela. Mungkin railing ini dipasang supaya tamu nggak sampai kepeleset dan jatuh kena kaca, lalu jatuh ke bawah. Nggak tahu juga sih. Apa mungkin sebelumnya pernah ada insiden? Hopefully nggak ya.

IMG_20181221_155809
Area wastafel. No dental kit, no slippers. Kalau mau, harus beli.

Di dekat pintu keluar, ada wastafel dengan cermin. Di atas wastafel, tersedia dua botol air mineral. Udah, itu aja. Biasanya kan di atas wastafel ada dental kit atau shaving kit, tapi di Ibis Budget Menteng, kalau mau pakai dental kit, pengunjung harus beli sendiri. Untungnya saya sih bawa sendiri sikat gigi dan semacamnya, tapi buat pengunjung yang nggak bawa, this could be an inconvenience. Apa-apa harus beli jatohnya. Slippers juga loh.

Kamar Mandi

 

Penempatan wastafel di luar kamar mandi memberikan ruang yang lebih besar. Kamar mandi unit sendiri dilengkapi dengan kloset dan shower area yang dipisah oleh shower curtain.

IMG_20181221_155829_HHT
Kloset di kamar mandi

IMG_20181221_155840_HHT
Shower area. Lantainya licin dan kurang nyaman diinjek. 

Berbeda dari area utama di kamar, kamar mandi unit justru lebih cerah dengan tiled wall putih yang memberikan sentuhan industrial. Produk sabun plus sampo sudah tersedia di shower area. Secara pribadi, saya lebih suka pake produk sabun dan sampo terpisah. Sabun ya sabun, sampo ya sampo. Gitu.

Shower area dipisahkan oleh tirai. Keluaran air dari shower lumayan kencang, enak buat pijat bagian pundak. Hanya saja, saya sih kurang suka dengan penggunaan lantainya yang lebih cocok dipasang di dinding. Permukaan lantainya lebih licin jatohnya.

Fasilitas Umum

Ibis Budget Menteng punya satu restoran yang menyajikan makanan untuk sarapan. Posisi restoran ini ada di lantai lobi. Saya nggak sempat foto restorannya tapi menurut saya sih, tempatnya kurang nyaman karena jarak antara setiap meja terlalu dekat rasanya.

Di dekat lobi, ada lemari display yang menampilkan barang-barang yang dijual untuk pengunjung, seperti dental kit atau slippers. Ada juga boneka kanguru gemas. Tadinya mau beli sih tapi karena banyak pengunjung yang lagi mau check-in, jadi malu takutnya diliatin. Takut disangka nggak sadar umur.

tenor1

Oh ya, posisi kamar saya berada tepat di atas Starbucks. Kalau buka gorden, bisa keliatan tuh tulisan Starbucks. Di ground level ada beberapa restoran dan kafe. Dua kafe terdepan adalah Starbucks dan Liberica. Nah, Liberica ini ternyata punya live music performance kalau malam-malam. Dengan posisi kamar paling depan dan berada di atas ground level, bising dari luar kedengaran sampai kamar. Kalau kondisi lagi fit, saya nggak masalah sebetulnya. Hanya saja, waktu itu saya lagi agak sakit dan nggak bisa tidur akibat suara dari luar.

This slideshow requires JavaScript.

Lokasi

Aspek lokasi jadi salah satu keunggulan hotel ini. Berada di kawasan Menteng, Ibis Budget Menteng ini deket ke mana-mana. Di samping hotel ada Taman Menteng. Cocok lah buat ngadem atau jogging pagi-pagi. Di seberang hotel ada Menteng Central, shopping arcade yang juga punya beberapa restoran. Kalau mau jalan sedikit, ada Wendy’s. Nah, salah satu restoran yang saya kunjungi adalah Paloma Bistro yang berlokasi di lantai lobi Hotel Des Indes yang katanya bakalan dibuka Desember ini.

Kesimpulan

Melihat dari aspek lokasi, Ibis Budget Menteng cocok buat pengunjung yang butuh akses cepat ke mana-mana, terutama ke kawasan Bundaran HI. Di sekitar hotel ada banyak restoran dan kafe yang bisa dikunjungi, dari mulai warung pinggir jalan sampai bistro kece. Daerah sini juga relatif lebih tenang sih, dengan lalu lintas yang nggak begitu padat.

Untuk in-room amenities, hotel ini “ngirit”. Meskipun WiFi dan TV tersedia, dental kit dan semacamnya nggak dikasih secara gratis. Kalau mau pakai, ya harus beli. Saran saya sih mendingan bawa sendiri perlengkapan pribadi. Interior kamar ya standar lah. Minimalis nan fungsional. Suasana kamar cenderung dingin karena dindingnya berwarna navy blue, tapi balik lagi ke preferensi pribadi sih. Untuk kamar tidur, saya lebih suka suasana yang hangat.

Hadirnya dua kafe di ground level jadi kelebihan lain hotel ini. Mau ngopi? Tinggal turun ke ground floor. Hanya saja, perlu dipertimbangkan suara bising dari jalanan, terutama kalau kebagian kamar-kamar yang berada di bagian depan hotel.

Dengan rate mulai dari 350 ribu rupiah (berdasarkan Tripadvisor), Ibis Budget Menteng bisa jadi pilihan hotel murah di Jakarta dengan lokasi prima. Terlepas dari downside yang saya jelasin sebelumnya, hotel ini tetap memberikan kenyamanan beristirahat (in the end, saya tetep bisa tidur sih). Hanya saja, kalau finical dengan in-room amenities dan urusan kenyamanan yang lebih detail, mungkin ada pilihan hotel lain yang lebih baik.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasi hotel prima. Ke mana-mana deket. Ada banyak restoran dan kafe di sekitar hotel. Di samping hotel juga ada Taman Menteng.
  • Rate-nya terjangkau untuk ukuran hotel di lokasi strategis.
  • Ukuran kamarnya cukup luas untuk tipe Standard. Mungkin karena furniturnya juga nggak banyak.

👎🏻 Cons

  • Kamar-kamar yang ada di depan punya view bagus, tapi berisik kalau lagi ada live music performance.
  • Bathroom amenities harus pada beli. Kurang praktis kalau lupa bawa perlengkapan pribadi.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌⚪️⚪️
Desain: 😆😆😆⚪️⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰

 

Review: MaxOne Platinum Hayam Wuruk

Tanggal 17 Oktober kemarin, Jakarta City Philharmonic mengadakan konser bertajuk “Yuwana” di Taman Ismail Marzuki. Sebagai penggemar musik klasik dan pianis yang masih hiatus karena kesibukannya di dunia translating dan content writing, kesempatan buat nonton konser klasik (dengan biaya yang relatif terjangkau) tentunya jangan sampai dilewatkan. Sebelum ke Jakarta, saya sempat bingung cari hotel untuk tinggal selama 2 malam. Setelah bersemedi di warnet selama satu jam, akhirnya saya putuskan untuk book hotel ini.

building
Fasad hotel MaxOne Platinum Hayam Wuruk. Foto milik manajemen.

MaxOne Platinum Hayam Wuruk adalah akomodasi bintang tiga yang berlokasi di jalan Hayam Wuruk nomor 5. Hotel ini bersebelahan dengan bangunan HXC yang juga jadi “rumah” buat Yello dan Harris Vertu.  Dari segi desain, fasadnya ini cukup nyentrik dan mainin banyak bentuk geometri, mirip kartu remi kalau ditumpuk, tapi ada beberapa kartu yang mencuat keluar. Oh ya, posisi lobinya ada di samping bangunan, dan bukan di depan. Berkali-kali naik Grab, driver-nya kira lobinya ada di depan. Eh taunya di depan ada rumah makan Padang.

Waktu menginap di sini, saya dapat kamar di lantai 7. Lucky number atau James Bond? Entahlah, tapi yang jelas posisi kamar saya cukup mojok. Teman saya udah takut kita dapat kamar di lantai 4. Ya, you know lah kepercayaannya gimana. Meskipun demikian view-nya lumayan bagus. Hotel ini juga punya restoran yang sayangnya nggak sempat dikunjungi karena saya bangunnya selalu siang dan setelah bangun, keburu sibuk siap-siap buat jalan-jalan atau pergi ke tempat lain.

Dengan interior kamar yang ceria, suasana lobi teduh, dan lokasi yang bagus, MaxOne Platinum Hayam Wuruk ini bisa jadi tempat nginap yang pas dengan harga cukup terjangkau. Sayangnya, ada beberapa hal yang kurang saya sukai dari kunjungan kemarin. Cerita lengkapnya saya bahas di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Oh ya, sebelumnya saya bilang kalau saya kebagian nginap di kamar di lantai 7. Cukup tinggi kamarnya, sayangnya posisinya agak mojok, walaupun bukan yang terpojok.

IMG_20181017_153122
Interior kamar. Kasurnya besar. Meja kerjanya juga cukup luas, dan ada white board

IMG_20181017_153130
Kanal di televisinya cukup banyak. View dari jendela juga bagus, tapi terhalang pembangunan gedung sebelah.

IMG_20181017_153216
Lemari gantungnya nggak tertutup

Bicara soal desain interior, kamar saya tampak rapi, modern, dan ceria dengan balutan lantai kayu dan wall paneling di beberapa sisi kamar. Ukuran kamarnya memang nggak begitu besar, tetapi cukup luas lah buat ukuran hotel sekelas MaxOne. Ada kaca buram di dinding diagonal yang memisahkan shower box dengan ruangan utama kamar jadi kalau ada yang mandi, yang terlihat dari luar hanyalah lekuk tubuhnya saja (apasih).

Pencahayaan kamar membangun atmosfer hangat, tapi karena warna dindingnya kalem jadi ada semacam keseimbangan antara hot and cold, udah macam Katy Perry aja. Nggak redup, tapi nggak menyilaukan juga. Lagi pula, cahaya dari luar jendela juga kalau siang-siang cukup banyak. Di atas headboard, ada panel kayu dengan semacam lukisan atau potongan dengan desain cetak yang sepintas kayak batik, tapi bukan batik. Unsur youthful-nya didapatkan dari pernak-pernik macam ini.

Untuk in-room amenities, saya rasa sih udah cukup lengkap. TV ada, pilihan channel-nya banyak, meja kerja ada, white board ada. Hanya saja, koneksi WiFi selama saya nginap dua malam itu bisa dibilang kurang bisa diandalkan. Pertama, jumlah perangkat yang bisa pakai satu akun itu nggak banyak. Kedua, meskipun udah terhubung ke jaringan, tapi nggak ada arus keluar masuk data, macam “connected / no internet” kalau di HP Android saya. Untungnya ada paket data HP yang masih bisa diandalkan.

Kamar Mandi

Bicara tentang kamar mandi, saya mempertanyakan satu hal yang saya lihat pas pertama kali masuk kamar.

IMG_20181017_153148
Itu kenapa ada stool di bawah shower?!

Saya nggak paham kenapa bisa ada stool di bawah shower. Apakah penghuni sebelumnya sempat ber-shower sambil duduk? Atau mungkin dipakai buat duduk sambil nungguin creambath? Entahlah tapi yang jelas, petugas cleaning service-nya seharusnya mengembalikan lagi si stool itu ke tempatnya, dan somehow saya jadi penasaran dengan posisi asli stool itu di kamar. Itu aslinya ada di mana?

IMG_20181017_153202
Kamar mandi, lengkap dengan perlengkapan mandi, dan toilet plus bidet.

Ukuran kamar mandi unit saya sebetulnya nggak luas. Shower-nya nggak bermasalah dari segi aliran air, tapi kalau dari segi suhu memang fluktuatif. Ada rainshower juga di shower box jadi yang ingin menggalau bisa lah nyanyi lagu Melly Goeslaw di bawah cucuran air shower. Kalau dari segi desain, kamar mandinya tampak lebih mewah dengan dinding dan countertop marble. Ditambah lagi dengan adanya rainshower, bisa lah menikmati pengalaman mandi mewah. Hanya saja, tolong dong buat pihak hotel itu stool-nya dikondisikan 🙄

Fasilitas Umum

MaxOne Platinum Hayam Wuruk punya restoran yang ada di lantai teratas. Dari restoran, kita bisa menikmati pemandangan kota Jakarta yang cantik, apalagi kalau malam-malam. Sayangnya, saya nggak sempat ke restorannya sama sekali karena terlalu sibuk. Sibuk persiapan nonton konser, kesiangan bangun pagi jadi nggak sempat sarapan, dan pada akhirnya lupa karena lebih banyak beraktivitas di luar hotel.

This slideshow requires JavaScript.

Sebelumnya saya sempat sebut rustic industrial. Sentuhan gaya ini juga bisa kita lihat di beberapa public space seperti lorong hotel atau lobi lift. Kalau untuk lobi sendiri, desainnya lebih ke arah kontemporer, dengan suasana teduh karena ada dinding rumput sintetis yang dihiasi oleh sangkar-sangkar burung. Cute deh buat jadi latar belakang foto.

This slideshow requires JavaScript.

Nah, sekarang saya mau bahas hal yang bikin kunjungan saya kurang maksimal. Staf hotel yang melayani saya pada awalnya ramah, tapi ke sininya kok jadi dingin ya? Kurang ramah jatuhnya. Bahkan, resepsionis lupa kembalikan SIM saya dan ketika telepon ke kamar, bilangnya malah saya yang lupa ambil SIM (saya ingat betul resepsionisnya nggak kasih lagi SIM, kenapa jadi melemparkan kesalahan padaku).

Selain itu, di lobi saya minta tolong resepsionis untuk kirimkan mangkuk dan sendok ke kamar. Resepsionisnya bilang belum tahu karena restorannya udah tutup (waktu itu masih jam empat sore). Saya tegasin ke dia ya kalau alat-alat makan sih mau restoran tutup atau buka, harusnya masih bisa diakses 😒 Akhirnya, sekitar setengah jam setelahnya barulah ada pegawai yang datang ke kamar untuk kasihkan mangkuk, dan hanya mangkuk saja. Sendoknya ketinggalan. Saya harus telepon room service untuk minta sendok yang ketinggalan dan nggak diangkat oleh pihak hotel. Sendok baru datang ketika makanan saya udah mau habis. Menyebalkan 😒

Lokasi

Dari aspek lokasi, MaxOne Platinum Hayam Wuruk ini memang bagus. Mau ke mana-mana gampang karena Halte Busway Harmoni bisa ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 5 menit dari hotel. Di dekat halte, ada Carrefour Duta Merlin yang bisa dikunjungi buat belanja segala macem. Restoran-restoran juga banyak di sekitar hotel (apalagi rumah makan Padang, itu sih tinggal turun ke lobi).

Mau ke Grand Indonesia? Dari hotel kalau pakai mobil sih sekitar 15 menit (selama lalu lintas nggak dialihkan). Mau ke Kota Tua juga bisa, pakai busway bisa lebih cepat. Mau belanja murah? Bisa ke Glodok atau Tanah Abang. Restoran 24 jam? Ada McDonald’s berjarak sekitar 10 menit dari hotel dengan berkendara. Ngopi? Ke Starbucks aja yang lokasinya tepat di sebelah bangunan hotel. Waktu WiFi kamar ngadat, saya kabur ke Starbucks buat kerja.

Kesimpulan

Untuk hotel bintang tiga, MaxOne Platinum Hayam Wuruk saya rasa berhasil menawarkan dua aspek utama yang saya cari kalau lagi masuk ke mood “nggak banyak maunya”, yaitu lokasi dan kenyamanan istirahat. Aspek lokasi harus saya kedepankan karena hotel ini memang deket ke mana-mana. Halte busway, mal, Starbucks, atau restoran bisa dicapai dari hotel dengan jalan kaki. Sebetulnya, kawasan Hayam Wuruk dan Gajah Mada ini memang kawasan yang bisa dibilang asyik buat pilih hotel saat berlibur ke Jakarta. Mau makan mewah ada, makan murah banyak. Ke Kota Tua deket, ke mal juga dekat.

Untuk aspek kenyamanan istirahat, tidur saya nggak terganggu meskipun di sebelah lagi ada pembangunan. Selain itu, nggak ada masalah dengan air di kamar mandi, AC, atau televisi. WiFi-nya memang kurang reliable, tapi yang penting tidur saya nggak terganggu dan gak ada hal aneh-aneh terjadi di kamar (kecuali sliding door kamar mandi yang agak susah dibuka, tapi tetap fungsional kok).

Hanya saja, yang disayangkan adalah pelayanan stafnya. Untuk urusan ini, saya memang dan selalu “bawel”. Dengan rate 400 ribuan, MaxOne Platinum Hayam Wuruk bisa jadi pilihan akomodasi budget yang strategis dengan interior youthful buat kita-kita para young traveler. Namun, buat saya secara pribadi akan lebih nyaman dan kunjungan saya akan lebih terasa lengkap ketika staf bisa lebih ramah dan helpful. Semoga sih ke depannya kalau saya nginap lagi di sana, stafnya bisa lebih baik lagi.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Desain kamar bernuansa youthful dengan dinding artsy di belakang headboard tempat tidur sebagai focal point.
  • Lokasi strategis. Dekat ke supermarket (Carrefour Duta Merlin), kafe (Starbucks), restoran (Padang Merdeka), dan lain-lain. Halte busway Harmoni juga cuman sekitar 5 menit dengan jalan kaki dari hotel.
  • Restoran hotel menawarkan city view yang keren.
  • Rate-nya cukup terjangkau untuk hotel budget ke arah midscale.

👎🏻 Cons

  • Internet putus nyambung, kurang reliable kalau buat dipakai kerja.
  • Beberapa staf dan resepsionis hotel kurang ramah dan terkesan perfunctory, kurang responsif dengan kebutuhan pengunjung (I know everyone is tired but hey, we did not even ask for something unexpected like a white elephant or something. Semoga saja kualitas layanan dan keramahan stafnya bisa lebih ditingkatkan).
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌⚪️⚪️
Desain: 😆😆😆😆⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰