Tag Archives: iconic hotel

Review: Best Western Premier La Grande Bandung

Mau sedikit cerita dulu. Kemarin, saya sempat telepon pihak ISP karena koneksi internet sering down. Jangankan upload foto ke blog, buka e-mail pun lamanya minta ampun. Sebetulnya, saya udah jengah dengan ISP yang satu ini, tapi berhubung di daerah saya yang tersedia baru ini (dan opsi lainnya ternyata harganya nggak jauh beda, dengan kecepatan yang terbatas), mau nggak mau masih harus bertahan dulu. Biasanya, kalau internet udah lelet, saya jadi agak susah untuk tulis review. Gambar jadi lebih lama dimuat, saya nggak bisa upload foto, dan lain-lain.

Anyway, hotel yang akan saya bahas ini merupakan salah satu hotel yang menurut saya secara pribadi fasadnya kece banget. Bangunannya juga ramping dan tinggi. Kalau kebetulan saya lagi ada acara di Taman Balaikota, bangunan hotel ini jadi latar belakang bangunan kantor walikota bergaya kolonial Belanda. Semacam modern ketemu klasik.

1158696_17022409400051224328
Best Western Premier La Grande. Foto milik pihak manajemen hotel.

Best Western Premier La Grande adalah hotel bintang 4 yang berlokasi di Jalan Merdeka No. 25-29, Bandung. Hotel ini berada satu kompleks dengan La Grande Apartment dan berdiri di atas lahan yang dulunya ditempati Pujasera Merdeka, tempat makan murah meriah yang jadi langganan si Sebastian dan Michi makan es duren. Kalau orang Bandung sih sepertinya masih pada ingat tempat ini. Sekarang, Pujasera ada di bagian belakang area hotel dan apartemen. Di depan apartemen, ada KFC yang dulu juga pernah ada di Pujasera lama.

Ada 191 kamar dan suite di Best Western Bandung yang terbagi ke dalam 6 tipe: Superior, Deluxe, Executive, Junior Suite, Family Suite, dan Premier Suite. Secara keseluruhan, interior kamar menampilkan desain modern kontemporer dengan balutan warna-warna earthy dan sentuhan eksotis. Untuk fasilitas umum, hotel ini punya gym, restoran, kolam renang dengan air hangat, meeting room, business center, spa, dan executive lounge.

Salah satu keunggulan Best Western Premier La Grande adalah lokasinya. Hotel ini diapit oleh dua mal terkenal di Bandung, Bandung Indah Plaza (BIP) dan Bandung Electronic Center Mall (BEC Mall). Nggak jauh dari hotel juga ada Taman Balai Kota dan Taman Sejarah. Jalan kaki sedikit, ada Gramedia. Di sekitar hotel juga banyak restoran dan pusat jajanan buat bersantap. Intinya sih kalau nginep di sini, ke mana-mana bakalan gampang.

Waktu menginap, saya pesan kamar Superior. Posisi kamar berada di sisi kiri gedung kalau dilihat dari depan. Ini artinya jendela-jendela kamar saya menghadap ke arah pusat kota dan Taman Balai Kota. Ulasan lebih lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Bicara soal desain kamar, saya secara pribadi sih merasanya oke aja. Dibilang cookie-cutter nggak, tapi dibilang unik daripada yang lain juga nggak juga. Di Bandung, saya tahu ada banyak hotel yang mengusung interior kamar bergaya modern kontemporer dan memanfaatkan penggunaan panel kayu sebagai aksen dinding. Namun, harus saya akui bahwa dominasi warna-warna earthy dan dekorasi ruangan di kamar saya membangun atmosfer elegan.

Dengan luas 29 meter persegi, ada banyak ruang untuk bergerak bebas. Kamar jadi terasa lebih lapang. Meskipun demikian, pemilihan palet warna hangat dan pencahayaan yang tepat membuat kamar tetap terasa cozy. Area tidur utama juga dialasi oleh karpet berwarna krem dengan desain yang sederhana. Kenyamanan tetap bisa didapatkan melalui kesederhanaan.

IMG_20190421_150249
IMG_20190421_150300

Tempat tidur di kamar Superior berukuran cukup besar untuk dua orang. Headboard-nya tampil sederhana dengan bentuk persegi panjang. Di belakang headboard, ada panel kayu setinggi langit-langit dengan niche pada bagian tengahnya yang dipasangi lukisan dengan bentuk memanjang. Niche ini juga dipasangi lampu yang sengaja disembunyikan untuk efek pencahayaan yang mewah.

Di ujung kamar, ditempatkan kursi lengan dan end table. Posisinya membelakangi jendela yang menampilkan pemandangan Taman Balai Kota dan area pusat kota. Area kerja berada di samping televisi. Karena terhalang oleh dinding, cahaya dari jendela nggak menerangi area meja kerja. Sebagai gantinya, ditempatkan lampu meja di atas meja kerja. Oh ya, bisa dilihat di gambar bahwa di salah satu dinding di dekat jendela, ada panel kayu dengan motif floral ala-ala “menggambar batik” jaman SD dulu sebagai aksen dinding.  Waktu menginap di sini, hujan deras turun di sore hari sekitar jam 4 sore dan suasananya asyik banget buat ngopi sambil lihat pemandangan di luar.

IMG_20190421_150427
IMG_20190421_150436
IMG_20190422_083815

In-room amenities mencakup TV, AC, WiFi, coffee/tea maker, electronic safe, dan kulkas. Ya, fasilitas standar lah yang biasanya ada di hotel bintang empat. Ukuran televisinya memang nggak begitu besar, tetapi opsi kanalnya cukup banyak. Koneksi WiFi juga cukup cepat dan stabil. Secara keseluruhan, nggak ada keluhan dari saya. Good job, Best Western Premier La Grande!

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, ukurannya bisa dibilang luas. Bentuknya memanjang, dengan bathroom counter dan lantai berwarna hitam. Dinding kamar mandi sendiri menggunakan keramik besar berwarna abu-abu. Secara keseluruhan, palet monokromatik digunakan untuk interior kamar mandi.

IMG_20190421_150413
IMG_20190421_150406

Perlengkapan kamar mandi mencakup produk dan alat mandi, hair dryer, vanity mirror, dan telepon di samping kloset. Produk dan perlengkapan yang disediakan berfungsi dengan baik. Untuk shower area sendiri, ukurannya cukup luas. Hanya saja, nggak ada shower tangan dan rain shower. Kalau dikasih pilihan antara shower tangan dan rain shower, saya akan lebih pilih rain shower. Keluaran airnya bisa dibilang cukup kencang dan pengaturan suhunya cukup mudah. Again, nggak ada keluhan apa pun.

IMG_20190421_150349

Fasilitas Umum

Restoran

Bertempat di lantai tiga, Parc de Vile Restaurant adalah restoran utama di Best Western Premier La Grande. Bentuknya memanjang dan ukurannya cukup luas, dengan beberapa meja dan kursi di area balkon. Hanya saja, dengan lokasi di bagian depan hotel yang menghadap langsung ke Jalan Merdeka, saya rasa makan di area balkon ini agak kurang nyaman. Selain berisik, risiko makanan terkena debu juga lebih tinggi. Mungkin area ini lebih cocok dipakai buat nongkrong aja.

Dari segi desain sendiri, saya rasa tidak ada yang begitu spesial dengan restoran ini. Konsepnya kontemporer ke arah minimalis. Cukup banyak ditemui di tempat-tempat lain. Meskipun demikian, ukuran restoran yang cukup luas dan penggunaan jendela-jendela besar membuat restoran terasa lapang.

IMG_20190422_101547
IMG_20190422_101558
IMG_20190422_101623

Kolam Renang

Satu lantai di atas restoran, ada kolam renang hotel. Nah, si kolam ini sendiri menurut saya unik karena bentuknya menyerupai huruf “L”. Untuk mengakses kolam renang, kita harus berjalan ke arah gym, setelah itu naik tangga menuju area kolam. Sebagian besar wilayah kolam diteduhi langit-langit. Jadi, pas lah buat berenang tanpa perlu kepanasan karena terkena paparan cahaya matahari langsung (kecuali di pagi hari ketika matahari masih ada di timur).

IMG_20190422_074649
IMG_20190422_074626

Air kolam sendiri terasa hangat karena memang ada heater. Di dekat tangga menuju kolam renang, ada Cordial Pool Bar yang menyediakan beragam light meal dan minuman untuk menemani momen berenang bareng teman-teman dan keluarga. Seating area di pool bar ini terbilang cramped karena meja-meja ditempatkan berdekatan satu sama lain. Kamar bilas dan ruang ganti baju ada di dekat pool bar. Sebetulnya, saya senang sih nongkrong di area kolam renang ini. Hanya saja, saya sayangnya nggak bawa baju renang. Padahal kalau bawa sih, niatnya sekalian nyebur aja.

Gym

Satu lantai dengan kolam renang, ada gym yang cukup luas. Gym ini bisa diakses melalui koridor menuju kolam renang. Kalau dari lift sih, tinggal ikuti koridor menuju kolam renang aja. Si gym ini ada di sisi kiri koridor. Waktu saya ke sana, gym sedang kosong banget. Saya tadinya mau sekalian olahraga, tapi kerjaan menunggu jadi mau nggak mau, saya hanya bisa masuk untuk foto-foto tempat aja.

IMG_20190422_074529
IMG_20190422_074539
IMG_20190422_074514

Dari segi peralatan, gym ini cukup lengkap. Perlengkapan yang ada juga cukup modern. Ada treadmill, stationary bike, stepper, sampai weight lifter. Standar gym lah intinya sih. Space untuk senam bisa dibilang nanggung karena selain tempatnya di tengah-tengah gym, cermin yang ada terhalangi weight lifter. Untuk loker, ada di sisi barat ruangan, di dekat dispenser air. Next time kalau nginep di sana lagi, saya harus pakai fasilitas gym-nya.

Lokasi

Best Western Premier La Grande berada di salah satu distrik belanja Bandung, yaitu Jalan Merdeka. Di sekitar hotel sendiri, ada banyak restoran dan tempat makan terkenal, seperti Baso Malang Karapitan, Dunkin Donuts, dan KFC. Kalau mau jalan sedikit ke belakang, ada Pujasera yang menawarkan beragam makanan. Intinya sih kalau urusan bersantap, aman lah. Hotel ini juga berada di antara dua mal besar, yaitu BIP dan BEC. Dari depan gedung, kita tinggal menyeberangi JPO untuk ke BIP. Jalan sedikit ke belakang, kita tinggal nyeberang jalan ke BEC Mall 2.

Nggak jauh dari hotel, ada beberapa tempat wisata Bandung yang bisa dikunjungi secara gratis. Ada Taman Sejarah yang (sayangnya) lebih terkenal dengan kiddie pool gratisnya. Nggak jauh dari Taman Sejarah, ada Taman Balaikota Bandung yang jadi tempat berkumpulnya muda-mudi Bandung dan beberapa grup kreatif, mulai dari kelompok bahasa sampai dance group. Dari Stasiun Bandung, Best Western Premier La Grande bisa dicapai dengan mobil dalam waktu sekitar 15 menit. Kalau dari Bandara Internasional Huesin Sastranegara, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 20-25 menit, tergantung kondisi lalu lintas. Maklum, Bandung ‘kan katanya jadi kota termacet pertama se-Indonesia.

Kesimpulan

Dari semua aspek yang ada di hotel ini, lokasi jadi faktor unggulan Best Western Premier La Grande. Posisinya yang strategis bikin saya enak ke mana-mana. Saya cuma perlu parkir mobil dan ke mana-mana tinggal jalan kaki. Selain itu, dari segi segmentasi pasar pun, tempat makan dan mal yang ada di sekitar hotel bisa dibilang masih ada di segmen menengah. Nggak akan bikin cekak deh.

Bicara soal kamar, saya suka dengan ukuran dan palet warna earthy-nya yang bikin kamar terasa hangat. Pencahayaannya juga pas. Ditambah lagi dengan jendela yang menghadap ke arah kota dan hujan di sore hari, bersantai di kamar tuh rasanya nyaman banget. Sambil ngopi, sambil liat suasana kota di saat hujan. Cozy abis! Kamar mandi terasa luas, tapi ke arah unnecessary luas. Semua perlengkapan kamar mandi berfungsi dengan baik. Yang saya sayangkan adalah tidak adanya shower tangan atau rain shower, tapi secara keseluruhan sih nggak ada masalah.

Dengan rate mulai dari 600 ribuan per malam (berdasarkan Tripadvisor), Best Western Premier La Grande bisa jadi opsi yang tepat kalau ingin menikmati liburan di pusat kota dengan akses mudah ke berbagai tempat, tanpa pakai kendaraan. Hotel bintang empat ini juga punya beragam fasilitas yang keren, termasuk kolam renang dengan air hangat. Untuk yang suka suasana kota dan lihat pemandangan kota di malam hari, hotel ini layak buat dipertimbangkan.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Lokasinya strategis banget. Ke mana-mana bisa jalan kaki. Enak lah pokoknya. Banyak kafe dan restoran di sekitar hotel. Ada juga factory outlet, mal, dan toko buku. Oh, ya! Pasar hewan peliharaan di samping Dunkin Donuts juga bisa dikunjungi kalau mau liat kelinci, anjing, dan kucing.
  • Ukuran kamarnya luas. Ditambah dengan jendela besar yang mengarah ke pusat kota, nyaman banget rasanya buat istirahat di kamar.
  • Untuk ukuran hotel bintang empat dengan lokasi di pusat kota, rate rata-rata yang ditawarkan terbilang terjangkau.
  • Hotel ini punya kolam renang air hangat. Cocok buat berenang di malam hari, tanpa takut kedinginan.
  • Desain kamarnya cantik, memadukan warna earthy dengan motif floral ala “membatik” jaman SD.
  • Gym-nya cukup luas.
  • Meskipun berada di pusat kota, soundproofing kamar bagus banget. Suara berisik dari jalanan nggak kedengaran (ditambah lagi dengan posisi kamar di lantai yang cukup tinggi).

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Kalau ada shower tangan atau rain shower di kamar (tipe Superior), kayanya mandi jadi lebih enak.
  • Seating area di pool bar-nya terasa cramped.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😢
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†βšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Review: Savoy Homann Bandung

Sebelum masuk ke review, saya mau ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa buat yang menjalani. Semoga puasanya lancar sampai beres ya! Kayaknya baru kemarin ini bulan puasa, dan sekarang udah Ramadan lagi. Time flies so fast.

Berhubung urusan terjemahan saya di lapak sebelah udah beres, saya ada waktu luang buat nulis review ini. Sebetulnya, saya harusnya mulai dari hotel-hotel yang dikunjungi jauh lebih awal karena mereka udah di waiting list selama berminggu-minggu. Maafin ya. Jadi, bulan April kemarin ini saya berkesempatan menginap di salah satu hotel bersejarah di Bandung. Selain ditempati oleh para delegasi Konferensi Asia Afrika, hotel ini juga pernah dikunjungi beberapaΒ public figure terkenal. Lokasinya di pusat kota Bandung banget dan fasadnya yang cantik bikin hotel ikonik ini dikenal oleh, umh, mungkin sekitar 90% warga Bandung.

hotel-bidakara-grand
Fasad Hotel Savoy Homann. Foto milik pihak manjemen hotel.

Hotel Savoy Homann (dikenal juga dengan nama Savoy Homann Bidakara Bandung dan Grand Savoy Homann) adalah hotel bintang empat yang berlokasi di Jalan Asia Afrika nomor 112 Bandung. Hotel ikonik ini pertama kali dibangun pada tahun 1870an dan merupakan penginapan yang dikelola oleh keluarga Homann dari Jerman. Pada awalnya, bangunan Hotel Homann tidak sebesar sekarang (menurut Wikipedia, bangunan yang dulu mengusung gaya Gothic-Romantic).

Di tahun 1939, hotel ini mengalami renovasi besar-besaran dengan gaya streamlined moderne pada eksterior dan kolonial klasikΒ pada interiornya, tentunya masih dengan sentuhan art deco. Tulisan “SAVOY” terpampang jelas di satu menara langsing. Bangunan baru ini didesain oleh Albert Aalbers, yang mendesain gedung Bank Jabar di Jalan Braga pendek. Makanya desain kedua gedung itu mirip-mirip.

Ada 185 kamar di Hotel Savoy Homann yang terbagi ke dalam 7 tipe: Deluxe Room Tower Wing, Deluxe Room Millenium Wing, Executive Room Asia Afrika Wing, Executive Room Garden Wing, Junior Suite, Suite, dan Homann Suite. Secara keseluruhan, bangunan hotel ini bisa dibilang sangat kompleks, dengan lorong-lorong yang menurut saya sih walaupun membingungkan, setelah dipelajari baik-baik, I feel like playing hide and seek with my friends here. Kamar-kamar di Tower dan Millenium Wing tergolong cukup baru, sementara kamar-kamar di Asia Afrika Wing merupakan kamar “ori” dari jamannya, dengan pembaruan di sana-sini yang tidak merusak kecantikan asli si kamar itu. Di tambah lagi, kamar-kamar di Asia Afrika Wing punya balkon dengan pemandangan Jalan Asia Afrika.

Sebagai fasilitas penunjang, hotel ini punya tiga dining spots, kolam renang, gym, ruang bermain anak, spa, business center, dan ballroom. Dari semua fasilitas itu, saya paling suka Garden Restaurant dan Sidewalk CafΓ©-nya (kalau ini karena ada grand piano di sana). Oh ya, saat berkunjung, saya menginap di kamar Executive Room Asia Afrika Wing. Saya juga berkesempatan berkunjung ke kamar Bung Karno. Kamar ini sebetulnya Homann Suite di lantai dua yang dulu ditempati oleh Bung Karno dan ajudannya. Bodohnya adalah, saya LUPA ambil foto-foto kamarnya karena terlalu asyik ikut tur singkat bersama staf dari hotel.

tenor4
Hmm… Pikunan

Anyway, ulasan lengkap kamar saya dibahas di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Bicara soal desain, interior kamar saya nggak tampak fully art deco kalau diperhatikan lagi. Beberapa elemen art deco masih terlihat, seperti panel dinding, meja bar, dan lampu meja. Hanya saja, selebihnya saya justru lebih dapat ambiance hotel mewah tahun 80-90an, dengan furnitur yang terbilang modern untuk jamannya. Sebagian besar furnitur kamar masih asli. Sisa-sisa teknologi pada era post-renovationΒ masih bisa ditemukan di hotel, seperti main control panel untuk AC, musik, TV, dan bahkan lampu peringatan di depan pintu kamar (macam “don’t disturb” atau “make up room for me“). Sayangnya, panel itu jalan nggak jalan. Maksudnya, beberapa tombol masih berfungsi dan sisanya macam “We’re here only to support our working friends!“.

IMG_20190413_151828

IMG_20190413_151845

IMG_20190413_151910

IMG_20190413_152005

IMG_20190413_151929

IMG_20190414_124220

Untuk teknologi sendiri, TV sudah diperbarui. Kamar ini punya banyak stopkontak. Jadi, nggak ada lagi namanya rebutan colokan buat charge HP. Dengan luas 46,98 meter persegi, unit Executive Room Asia Afrika di Hotel Savoy Homann punya banyak ruang dan terasa lapang. Meskipun nggak dipisahkan dengan tembok, seating area dipisahkan oleh split level dari area tidur. Area kerja berada di pojok barat ruangan, dengan kursi dan meja menghadap ke pintu kamar. Kenapa mesti menghadap ke pintu ya? Padahal masih ada view lain yang lebih bagus menurut saya. Untuk meja bar, ini hanya dilengkapi satu kursi bar, tapi setidaknya jadi pemanis buat ruangan.

Area tidur tampil mewah dan hangat dalam balutan warna-warna earthy. Tempat tidurnya sendiri sih cukup luas. Headboard-nya tampil cantik dengan motif anak panah dan lighting yang elegan. Ada sentuhan “tribal“-nya gitu jadinya. Oh ya, kamar ini juga punya vanity table sendiri. Biasanya kan work desk sama meja rias itu menyatu, kalau ini terpisah. Posisi vanity table ada di dekat lemari pakaian yang menurut saya cukup besar, lengkap dengan bathrobe. Di dinding pemisah kamar mandi, ada lukisan abstrak dengan goresan warna merah yang tebal dan mencolok. Entah kenapa, saya merasa kurang sreg dengan lukisan itu. Tampaknya terlalu “nyolot” buat interior kamar yang elegan dan, setelah dipikir baik-baik, ke arah austere.

Mengenai balkon, pihak hotel memang mengunci pintu menuju balkon demi alasan keamanan, tapi kita bisa minta mereka buat buka pintunya. Mereka akan kasih kita kunci pintunya. Hanya saja, kita akan diminta untuk menandatangani persetujuan bahwa masalah keamanan yang bisa terjadi akibat kelalaian kita (in this case, lupa nutup pintu balkon) bukan jadi tanggung jawab pihak hotel. Jujur, saya senang main ke balkon kamar dan lihat pemandangan Jalan Asia Afrika. Saya juga banyak foto-foto di balkon sebetulnya, dan salah satu foto saya masuk ke akun Instagram resmi Hotel Savoy Homann loh!

Ini bisa jadi claim to fame saya kayaknya.

giphy
BLEH… Wow.

Setelah bicara tentang desain interior yang jadi kelebihan kamar, saya mau bicara tentang kekurangannya. Beberapa amenities perlu diganti atau diperbaiki. Misalnya, tombol “status” kamar yang terpasang di dinding dekat meja kerja rusak. Jadi, sampai check-out pun lampu “Do not disturb” masih terus nyala. Padahal, sebetulnya saya nggak lagi kerja atau tidur. AC, meskipun produk lawas, untungnya masih berfungsi dengan baik.

Tapi, bukan itu hal yang menurut saya mengganggu. Kamar ini nggak begitu sound-proofed. Memang dinding pemisah antarkamar tebal dan suara-suara dari kamar sebelah nggak terdengar. Hanya saja, dengan pintu menuju balkon suara-suara dari jalan raya bisa terdengar cukup jelas. Apalagi, di persimpangan Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga Pendek ada lampu lalu lintas dengan alert yang cukup berisik ketika ada orang tekan tombol penyeberangan. Di siang hari, suaranya mungkin nggak begitu mengganggu dan kadang-kadang ketutupin suara lagu yang saya dengar atau TV, tapi malam-malam pada jam istirahat, suara itu bisa ganggu tidur.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, unit Executive Room Asia Afrika Wing di Hotel Savoy HomannΒ dilengkapi dengan bathtub dan shower area terpisah. Di bathtub pun ada shower sih, hanya saja aliran airnya nggak sekencang di shower area. Ukuran bathtub-nya panjang, mungkin karena hotel ini dulu dibangun untuk mengakomodasi orang-orang luar yang biasanya badannya lebih jangkung. Perlengkapan lainnya adalah hair dryer yang sudah terpasang di dinding dekat wastafel.

IMG_20190413_152031

IMG_20190413_152039

IMG_20190413_152051

IMG_20190413_152103

Di atas kloset, ada jendela yang menghadap ke kamar. Untuk menjaga privasi, tetap tersedia roller shades yang bisa diturunkan supaya kamu bisa do your business tanpa diintip. Shower area-nya agak sempit dan sayangnya, pintu pembatasnya sepertinya rusak. Pintu pembatas ini mungkin awalnya terdiri atas tiga panel geser. Sayangnya, satu panel hilang. Mungkin rusak atau gimana. Walhasil, ketika mandi pun air tetap bisa keluar. Selain itu, panel pintu pembatas ini terbuat dari metal ringan yang ringkih. Kesannya cheapo, I have to say.

Untuk desain kamar mandi sendiri, secara keseluruhan sih tampak elegan dalam balutan warna beige dan putih. Pencahayannya sedikit redup, tapi nggak sampai gloomy. Overall sih nggak ada masalah signifikan dengan kamar mandi. Everything was okay.

Dining Venues
Garden Restaurant

Reservasi saya di Hotel Savoy Homann mencakup sarapan pagi. Hotel ini menggelar sarapannya di Garden Restaurant yang berada di tengah-tengah bangunan hotel. Didesain ala palm court, restoran ini tampil cantik dengan pohon-pohon palm ornamental, set meja kursi bistro,Β dan atap kanopi yang memungkinkan cahaya matahari masuk secara maksimal. Restoran terbagi menjadi dua area: palm court (ini istilah saya aja sih) dan indoor area. Untuk indoor area, furnitur yang digunakan berbeda. Gaya art deco tampil lebih dominan di sini, meskipun di palm court sendiri ada beberapa elemen yang mewakili art deco, seperti detail pada dinding dan motif di kaca jendela.

IMG_20190413_155920

IMG_20190413_155950

IMG_20190413_155845

IMG_20190413_155553

IMG_20190413_155539

Secara keseluruhan, restoran ini cukup luas. Buffet area berada di sisi selatan restoran. Adanya tiang-tiang lampu hias di sekitar palm court dan air mancur kecil bergaya birdbath membuat saya merasa seperti sedang makan di luar ruangan. Secara teknis, ya bisa dibilang begitu karena ini seperti semi-outdoor area.Β Berada di tengah-tengah hotel, restoran ini bisa dilihat jelas dari balkon-balkon di Garden Wing.

IMG_20190414_084921

IMG_20190414_084114

Bicara soal menu makanan, saya nggak ada objection. Menu sarapannya cukup beragam. Ada sushi juga, walaupun secara pribadi saya ngerasa agak aneh saat makan sushi untuk sarapan karena biasanya saya makan sushi buat makan siang atau malam. Para staf di restoran juga ramah dan helpful.

Sidewalk CafΓ©

Berlokasi di sisi timur bangunan hotel, Sidewalk CafΓ© merupakan tempat favorit saya di Hotel Savoy Homann. Kafe ini bisa diakses dari pintu kaca di sebelah area resepsionis. Menempati sisi bangunan yang melengkung, kafe ini justru mendapatkan pesonanya dari posisinya itu. Bentuk ruangannya seperti huruf L terbalik dan memanjang.

IMG_20190413_223916
Enter a caption

IMG_20190413_223927

IMG_20190413_224309

IMG_20190414_093633

Mengenai desain, interior kafe tampil cantik dengan panel dinding berwarna putih, kursi dan sofa berwarna ruby dan amethyst, dan wall lamp bergaya modern classic. Di salah satu sudut kafe juga terdapat baby grand piano yang saya mainkan. Seperti biasa, di mana ada piano, di situ saya senang. Di atas piano, ada beberapa buku lagu. Di kafe juga ada semacam stand untuk mikrofon. Jadi sepertinya, di kafe ini suka digelar live music. Sayangnya waktu saya berkunjung, kafe sedang sepi banget. Hanya ada satu staf yang bertugas di meja kasir, dan itu pun dia masuk ke dapur nggak lama setelah saya duduk di depan piano. Sepertinya dia tau kalau saya hanya datang buat main piano, dan bukan buat pesan minuman.

Batavia Bar & Lounge

Berseberangan dengan Sidewalk CafΓ©, terdapat Batavia Bar & Lounge. Dari segi desain, bar ini tampil lebih kasual. Di sini juga ada stageΒ untuk penampilan musik. Waktu saya menginap, di malam hari memang kafe ini penuh oleh para orang tua yang ngobrol sambil nyanyi diiringi keyboard.

Saya nggak masuk ke dalam bar lebih jauh, tetapi ketika mengintip, memang terlihat bahwa bar ini lebih “bright” daripada Sidewalk CafΓ©. Kursi-kursi untuk tamu ditempatkan memanjang mengikuti jendela. Dengan lantai berpola checkerboard diagonal dan pilar bergaya art deco, bar ini rasanya cocok buat dikunjungi ketika ingin merasa galau di tengah keramaian.

IMG_20190414_093404

IMG_20190414_093413

Fasilitas Lain

Selain restoran dan kafe, Hotel Savoy Homann juga dipersenjatai beberapa fasilitas lain. Untuk hiburan, kita bisa coba kolam renang yang ada di bagian belakang hotel. Area kolam renang semi-outdoor dan ukuran kolam sendiri cukup luas. Kolam anak dibatasi oleh semacam pembatas apung. Di area kolam renang juga ada gym.

IMG_20190413_160217_BURST2

IMG_20190413_160221

IMG_20190413_160412

IMG_20190413_160439

Mengenai gym hotel, areanya tidak begitu luas dan hanya dipisahkan oleh pot-pot tanaman. Saya rasa akan lebih kondusif kalau gym dibangun di ruang khusus yang lebih besar untuk berbagai alasan, termasuk kenyamanan sih. Selain itu, dari segi jenis peralatan yang ditawarkan memang variatif, tapi jumlah setiap alatnya nggak banyak. Beberapa alat juga tampak jelas obsolete. Some upgrades, maybe?

Di Hotel Savoy Homann juga ada beberapa ruang rapat dan ballroom. Saya nggak masuk untuk lihat-lihat ballroom, tapi sempat lihat koridor besar menuju ballroom. Koridor besar ini bisa diakses melalui koridor marmer menuju Garden Restaurant. Untuk anak-anak, ada ruangan khusus untuk bermain anak di lantai 1. Ruang ini bisa diakses dengan naik tangga yang ada di area lobi, lalu belok ke koridor menuju Tower atau Millenium Wing. Ruangannya sendiri cukup luas ya kalau buat ukuran badan anak-anak. Bahkan, ada papan congklak di ruangan bermain ini.

IMG_20190413_223607

IMG_20190413_155907

IMG_20190413_223756

IMG_20190413_225245

IMG_20190413_162153

Oh ya, saya sempat cerita kalau saya ikut “tur” singkat dengan staf hotel ke kamar Bung Karno. Kamar ini sebetulnya merupakan unit Homann Suite yang berada di lantai 2. Homann Suite ini tipe terbesar dan terluas di Hotel Savoy Homann. Presidential Suite-nya lah istilahnya, which makes a good pun also. Sayangnya, saya lupa buat foto-foto interiornya karena terlalu asyik dengan turnya dan justru rekam video-video untuk Instagram Story. Lain kali, saya lebih waspada deh dengan kesempatan berharga seperti itu. Jangan sampai terlewatkan lagi.

Sebagai gambaran, Homann Suite terdiri atas dua kamar tidur, dengan living dan dining area terpisah. Master bath-nya dilengkapi jacuzzi, his-and-hers bathroom sinks, dan bidet terpisah (bukan bidet yang dipasang di kloset langsung, tapi bidet yang bentuknya kloset. Coba cari sendiri di internet gambarnya). Untuk kamar mandi di kamar kedua, memang tidak selengkap master bath, tapi ya sama mewahnya. Sebelum masuk ke living area, ada reception area untuk menerima tamu. Foto Presiden Soekarno saya ambil di reception area itu.

Lokasi

Berdiri megah di Jalan Asia Afrika, Hotel Savoy Homann merupakan akomodasi yang strategis. Hotel ini berada di pusat kota Bandung dan kawasan historisnya. Di dekat hotel ada banyak tujuan wisata yang bisa dikunjungi. Kalau suka wisata museum, pastinya Museum Konferensi Asia Afrika nggak boleh sampai dilewatkan ketika nginap di hotel ini. Dari hotel, kita hanya perlu jalan kaki selama sekitar 3 menit menuju museum.

Di seberang hotel juga ada Starbucks. Jadi, kalau mau ngopi-ngopi sih gampang. Tinggal nyeberang jalan. Kawasan Alun-Alun Bandung kira-kira sekitar 10 menit jalan kaki dari hotel. Dan di kawasan ini, kita juga bisa ke Mesjid Raya Bandung, Jalan Dalem Kaum yang terkenal dengan deretan tokonya, atau Jalan Kepatihan. Kalau mau makan atau nongkrong, bisa ke Jalan Braga. Jaraknya sekitar 10-15 menit dengan jalan kaki, tergantung juga sih sama restoran yang mau ditujunya apa.

Hotel ini dari Stasiun Bandung berjarak sekitar 10-15 menit kalau pakai kendaraan, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, jaraknya sekitar 20-30 menit pakai kendaraan roda empat.

Kesimpulan

Pengalaman menginap di Hotel Savoy HomannΒ buat saya secara pribadi sangat berkesan dan jujur, saya ingin menginap lagi di sana (mungkin nanti coba tipe kamar yang lain). Masuk ke hotel rasanya seperti mencoba membayangkan suasananya pada jaman dulu, meskipun tentunya ambiance hotel saat ini dan jaman dulu pasti beda, terutama dengan berbagai fasilitas baru dan modern yang dihadirkan.

Kamar Executive Room Asia Afrika Wing yang saya tempati menawarkan living space yang luas, bahkan lebih luas dari dugaan saya. Area tempat tidur dan seating area dipisahkan oleh split level. Interior kamar masih tampak cantik dan elegan, meskipun memang beberapa in-room amenities perlu dibenahi atau diperbaiki. Posisi kamar di sayap depan gedung dan kehadiran balkon menjadi semacam blessing and cursing. Di satu sisi, ada kesenangan sendiri bisa bersantai di balkon sambil lihat pemandangan Jalan Asia Afrika. Di sisi lain, bising dari jalanan juga bisa terdengar, terutama karena kamar nggak sound-proofed sepenuhnya.

Untuk fasilitas lain, saya rasa udah mumpuni. Garden Restaurant dengan konsep palm court-nya, Sidewalk CafΓ© dengan grand piano, atau kolam renang yang cukup luas. Hanya saja memang untuk gym, alat-alatnya perlu di-upgrade dan kalau memungkinkan sih, lokasinya dipindahkan ke tempat khusus yang lebih tertutup.

Dengan rate mulai dari 500 ribu rupiah (berdasarkan Tripadvisor), Hotel Savoy Homann layak untuk dilirik, terutama kalau kamu suka sejarah dan menginap di hotel ikonik. Kamar Bung Karno sendiri sebetulnya bisa dikunjungi kalau kita bilang ke pihak hotel. Staf hotel bisa menemani kita masuk ke sana sambil menjelaskan ini itu. Secara keseluruhan, pengalaman menginap saya positif dan ada kesenangan sendiri karena bisa menginap di salah satu hotel yang menjadi saksi sejarah Bangsa Indonesia.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ»Β Pros

  • Hotel ini bersejarah dan ikonik! Menginap di sini bisa jadi semacam kebanggaan tersendiri. Di koridor-koridor kamar juga banyak foto-foto lama yang mengajak kita buat menyelami kembali sejarah Bangsa Indonesia.
  • Desain streamlined moderne, art deco, dan modern classic yang dihadirkan hotel ini cocok buat orang-orang yang suka desain “lawas”, in terms of time ya.
  • Untuk kamar Executive Room Asia Afrika Wing, ukurannya cukup luas, dengan seating area dan meja bar. Ada juga balkon yang menghadap ke Jalan Asia Afrika. Cocok buat nyantai sambil ngopi.
  • Lokasinya strategis buat yang suka wisata sejarah. Di sekitar hotel, ada banyak tempat bersejarah yang bisa dicapai dengan berjalan kaki, seperti Toko de Vries, Museum Konferensi Asia Afrika, Majestic, kawasan Jalan Braga, Landmark, sampai Gereja Santo Petrus (if you don’t mind walking for 15 minutes).
  • Kolam renangnya besar.
  • Hadirnya balkon di unit Executive Room Asia Afrika Wing memberikan bonus tambahan ketika lagi ada acara di kawasan Jalan Asia Afrika (mis. light festival). Tanpa harus berdesak-desakan sama orang-orang, kita bisa nonton parade dari balkon. Mantul kaka!
  • Fasilitas hotel sudah cukup lengkap. Ada gym, kolam renang, kafe, restoran, ruang bermain anak, ruang rapat, ballroom, dan lounge.
  • Untuk level hotel bersejarah, rate rata-rata yang ditawarkan sih bisa dibilang terjangkau (paling murah untuk kamar deluxe).

πŸ‘ŽπŸ»Β Cons

  • Saya rasa semua unit di Asia Afrika Wing harus mengalami apa yang saya alami: outdoor noise! Sound proofing-nya kurang menyeluruh jadi suara-suara dari luar terdengar cukup jelas, apalagi suara lampu lalu lintas di pertigaan Asia Afrika dan Braga Pendek. Menyebalkan kalau malam-malam.
  • Beberapa in-room amenities perlu diperbaiki atau diganti.
  • Pintu shower area di kamar mandi tampaknya hilang satu panel.
  • Kolam renang anak dan kolam dewasa dipisahkan oleh pemisah terapung. Ada kemungkinan anak-anak bisa “nyelam” ke area kolam dewasa.
  • Perlengkapan di gym sudah obsolete. Posisinya juga kurang “nyaman” dilihat.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°πŸ’°