Tag Archives: hotel review

Review: The 1O1 Bandung Dago

Bicara tentang pilihan hotel, saya sebetulnya buat satu thread Twitter yang memuat sekitar 20 atau 30-an hotel di Bandung yang Instagrammable dengan rate yang terjangkau. Salah satu goal saya adalah mengunjungi semua properti yang saya cantumkan di thread tersebut. Dari semua opsi yang saya cantumkan, baru 8 yang udah saya kunjungi. Sebetulnya saya ngerasa agak kecewa karena untuk bikin list rekomendasi, akan lebih baik kalau saya udah pernah menginap di hotel yang dicantumkan secara langsung. Jadi, saya bisa kasih komentar yang lebih legit berdasarkan pengalaman nyata.

By the way, hotel yang akan saya review ini adalah salah satu dari hotel yang sudah saya kunjungi dari thread tersebut. Saya udah dua kali menginap di sini dan di kedua kunjungan, saya menginap di tipe kamar yang sama. Bedanya adalah tipe tempat tidur dan posisi kamar. Secara pribadi, saya suka hotel ini karena lokasinya yang sangat strategis dan interior kamarnya yang unik dan youthful.

facade
Fasad The 1O1 Bandung Dago. Foto milik pihak manajemeh hotel.

The 1O1 Bandung Dago adalah akomodasi bintang 4 yang berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No. 3, Bandung, 40115. Buat orang Bandung asli yang udah tinggal di Kota Kembang dari tahun 90-an, pasti tahu bahwa sebelum jadi hotel, bangunan yang sekarang ini ditempat oleh The 1O1 Dago adalah Planet Dago, salah satu mal yang cukup ngetren di eranya, terutama karena bowling alley-nya. Nah, jangan sampai ketukar ya karena di kawasan Dago bawah juga dulu ada mal bernama Dago Plaza alias Dapla yang sama kecenya. Sayangnya, kedua mal sekarang sudah beralih fungsi. Yang satu jadi hotel, yang satu lagi jadi hardware store dan toko furnitur besar.

Ada 140 kamar di The 1O1 Dago yang terbagi ke dalam 5 tipe. Unit terkecilnya punya luas 24 meter persegi, sementara unit terluasnya merupakan unit duplex seluas 69 meter persegi untuk 4 orang, lengkap dengan ruang keluarga yang cukup luas. Secara keseluruhan, hotel ini mengusung desain yang trendi dan semi-resort-ish kalau dilihat dari luar. Apa lagi, di bagian depan hotel ada kafe dan taman yang cukup menyegarkan mata. Untuk desain kamar sendiri, interiornya memadukan sentuhan tropical resort, chic minimalism, dan mid-century.

Untuk menunjang kebutuhan para tamu, The 1O1 Bandung Dago punya kolam renang, spa, restoran (merangkap kafe), dan gym yang ternyata baru buka ketika saya berkunjung ke sana. Hotel ini juga 4 ruang rapat sebagai fasilitas bisnis. Ketika menginap, saya dapat kamar tipe Deluxe Smart di lantai 3. Nah, kamar ini dilengkapi balkon pribadi dengan pemandangan kawasan Jalan Ir. H. Juanda dan sekitarnya. Sayangnya, kehadiran balkon ini juga ternyata memberikan downside tersendiri. Terlebih lagi, kamar yang saya tempati punya connecting door dan saya harus bersebelahan dengan tamu yang cukup berisik. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Memiliki luas 24 meter persegi, kamar Deluxe Smart saya tidak terasa claustrophobic. Dulu, saya juga pernah menginap di The 1O1 Dago dan dapat kamar Deluxe Smart. Kamar di kunjungan sebelumnya terasa lebih lapang. Sayangnya, posisinya berada di lantai 5, dengan jendela menghadap ke arah utara dan tanpa kehadiran balkon pribadi. Jadi, view-nya lebih terbatas. Mungkin ukuran kamar itu lebih luas karena nggak ada balkon.

Bicara soal desain, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, interior kamar mengusung desain chic modern secara keseluruhan, dengan dominasi palet warna monokrom dan earthy. Interior kamar juga menonjolkan permainan tekstur. Dinding berwarna abu-abu tua tampil manis dengan mural kutipan warna-warni di atas tempat tidur. Di sisi seberangnya, ada dinding bertekstur kasar berwarna abu-abu kerikil. Headboard dan panel belakang televisi sama-sama memiliki tekstur sisik ikan dan warna light maple. Dari segi tekstur sih bisa dibilang there’s a lot going on, tapi untungnya nggak sampai overwhelming sih dan semuanya tetap membentuk kesatuan.

Bisa dilihat di gambar bawah, di dekat televisi ada pintu. Nah, itu connecting door ke kamar sebelah. Sayangnya, soundproofing kamar kurang baik karena suara dari kamar sebelah terdengar jelas. Terlebih lagi, saat itu tamu di kamar sebelah tampaknya adalah keluarga dengan dua orang anak kecil yang berisik banget. Bahkan, ada anak yang mau coba buka pintu kamar. Rasanya terganggu banget, terutama di pagi hari ketika salah satu anak itu nangis dan rewel. Don’t judge me but I don’t like kids.

IMG_20190630_142607

IMG_20190630_142543

In-room amenities dasar tersedia dan mencakup TV, AC, dan coffee/tea maker. Kulkas pun ada di kamar, ditempatkan di bawah rak gantung pakaian (bisa baca paragraf sebelumnya). Koneksi WiFi hotel secara keseluruhan sih cukup cepat dan bisa diandalkan. Saya kerja dari kamar dan koneksinya stabil dan cepat, terlebih lagi karena saya nggak banyak download konten dari internet dan sebatas pakai koneksi internet untuk upload kerjaan dan fetch teks sumber untuk diterjemahkan.

Vibe tropical resort terasa dari penggunaan furnitur minimalis dan upholstery dengan sentuhan eksotis. Kalau di foto sih nggak kelihatan jelas, tapi end table di samping tempat tidur punya sentuhan mid-century yang cukup kental. Di kamar memang tidak ada closet, tapi sebagai gantinya disediakan rak gantung pakaian yang posisinya berada di samping tempat tidur. Nah, di bawah rak gantung pakaian ada kulkas. Repotnya adalah untuk buka atau pakai kulkas ini, end table harus digeser dulu.

IMG_20190630_142650

IMG_20190630_142529

IMG_20190630_163140

Salah satu kelebihan kamar ini adalah private balcony dengan pemandangan kawasan Jalan Ir. H. Juanda. Ukuran balkonnya memang kecil, tetapi cukup nyaman untuk santai sore sambil ngopi atau ngeteh dan ngobrol-ngobrol. Bahkan, di malam hari pun saya sengaja buka pintu balkon supaya bisa nongkrong ketika lagi bosan. Sekali lagi, karena soundproofing kamar yang kurang baik (dan memang risiko kamar yang posisinya menghadap ke jalan yang ramai), suara kendaraan bermotor dari luar (terutama motor-motor yang berisik) terdengar sampai kamar, meskipun memang ributnya nggak sekencang suara dari kamar sebelah.

IMG_20190630_142848

IMG_20190630_142858

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, desainnya masih senada dengan ruangan utama kamar tidur. Interiornya didominasi warna-warna yang lebih terang. Penggunaan countertop beton dengan tekstur yang menyerupai batu memberikan sentuhan alami yang lebih kental pada kamar mandi. Sementara itu, di dekat kloset ada panel kayu bermotif sama dengan headboard tempat tidur. Di area bathroom sink, ada hair dryer dan dua stopkontak untuk shaver. Ada juga sabun cuci tangan dan produk-produk pribadi. Cukup lengkap lah.

IMG_20190630_142712

IMG_20190630_142749

Untuk shower box, areanya cukup luas dan dibatasi oleh dinding dan pintu kaca. Aliran airnya cukup kencang dan suhunya cukup stabil (untuk air panas). Memang tidak ada rainshower, tapi saya bisa atur posisi dan sudut kepala shower supaya air bisa diarahkan ke bahu. Niche untuk menyimpan botol sabun dan samponya tampak kotor dan ubin dinding area shower pun kelihatan kurang bersih. Agak disayangkan sebetulnya. Aroma sabun dan sampo hotel tidak menyengat. Jadi, cocok buat yang nggak begitu suka produk mandi berbau intens.

IMG_20190630_142740

IMG_20190630_142800

Fasilitas Umum
SODA Resto & Bar

Untuk fasilitas bersantap, The 1O1 Bandung Dago punya SODA Resto & Bar. Restoran ini juga bisa dikunjungi oleh umum, dan bukan hanya tamu hotel. Bertempat di lantai lobi, area restoran cukup luas dan didesain dalam gaya yang menurut saya cukup kompleks. Elemen-elemen rustic industrial dan boho chic bisa dilihat di SODA Resto & Bar. Waktu menginap, saya memang nggak reservasi dengan breakfast. Jadi, kedatangan saya lebih ke untuk foto-foto properti.

Penggunaan dinding bata ekspos berwarna putih di area prasmanan memberikan kesan sederhana dan bersih. Secara pribadi, saya nggak begitu suka desain langit-langit di sini karena jatuhnya semacam “there’s too much going on here“. Di beberapa sudut, ada tanaman (entah asli atau palsu ya) yang memberikan kesan segar dan rimbun. Opsi makanan yang disediakan juga cukup variatif. Ada long table bergaya industrial dengan selongsong lampu yang mengingatkan saya dengan lampu yang suka dipakai oleh tim lighting waktu jaman saya partisipasi pagelaran drama di kampus.

IMG_20190701_103125

IMG_20190701_103252

IMG_20190701_103306

Di bagian tengah restoran, dekat pintu keluar ada satu platform pendek dengan beberapa perlengkapan untuk penampilan musik seperti stand partitur dan pengeras suara. Di sini juga ada sofa berlapis kain perca dan sepintas, bentuk dan penempatannya mengingatkan saya sama sofa ikonik di Central Perk dari serial komedi F.R.I.E.N.D.S. Beberapa dekorasi bergaya shabby chic juga bisa ditemukan di area ini.

IMG_20190701_103333

IMG_20190701_103403

Area restoran ini meluas sampai ke teras depan. Nah, sejujurnya saya suka banget dengan teras ini karena terasa rimbun oleh tanaman rambat dan pepohonan. Outdoor seating area ini punya kanopi kaca sehingga cahaya matahari bisa masuk. Perlu diingat bahwa pepohonan dan tanaman rambat yang ada di sini berfungsi juga sebagai pembatas antara trotoar jalan dan area restoran.

Dekorasinya sendiri masih senada dengan interior bagian utama restoran. Hanya saja, di sini kesannya jauh lebih santai, mungkin karena posisinya di luar ruangan dan lebih banyak tanaman. Area ini digunakan juga sebagai smoking area untuk para tamu.

IMG_20190701_103516

IMG_20190701_103537

Tidak jauh dari area SODA Resto & Bar, di depan pintu masuk utama The 1O1 Dago ada semacam area duduk dan taman yang ukurannya memang kecil, tapi sangan rimbun dan menyegarkan mata. Di samping taman, ada jalan menuju jalur parkir dan di sisi kirinya terdapat tembok kayu setinggi bangunan hotel. Oh ya, area di depan pintu masuk utama ini cukup luas, tetapi tampak kosong karena memang nggak ada apa-apa (maksudnya, nggak ada furnitur apa pun). Ada gebyok warna sian di salah satu sisinya. Di sini juga, ada pintu kaca geser yang memisahkan antara area hotel dengan trotoar di depannya.

IMG_20190701_081147

IMG_20190701_081118

IMG_20190701_081059

Kolam Renang

Menurut saya, kolam renang di The 1O1 Bandung Dago ini lebih cocok sebagai kolam anak daripada kolam dewasa. Ya, bisa aja sih tapi mungkin jatuhnya semacam plunge pool karena memang ukurannya “nanggung” dan kedalamannya juga relatif dangkal, cocok lah buat anak-anak SD.

Di salah satu sisi kolam, ada dinding dengan tanaman rambat yang memberikan kesan sejuk. Lantai kolam pun berwarna kehijauan dan lebih cocok untuk konsep natural (warna biru memang memberikan kesan air yang bersih dan sejuk, tetapi memang kurang natural sih). Posisi kolam renang bersebelahan dengan SODA Resto & Bar dan saya secara pribadi sih merasa agak awkward ketika lagi berenang, eh diliatin orang-orang yang lagi makan.

Di dekat tangga menuju kolam renang, dipasang papan peraturan dengan desain teks dan gambar yang menggemaskan. Dengan kedalaman 90 sentimeter dan peraturan yang ternyata cenderung dialamatkan untuk anak-anak, bisa dibilang bahwa kolam ini memang kolam anak. Kolam ini hanya buka dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore.

IMG_20190701_102858

IMG_20190701_103109

IMG_20190701_103041

Di sisi barat kolam, ada area ganti pakaian dan toilet untuk tamu yang mau dan habis berenang. Ruang ganti pakaian dan toiletnya memang nggak banyak, tetapi waktu saya berkunjung pun bahkan nggak ada yang berenang. Entahlah kalau kebetulan tingkat okupansi hotel lagi penuh, dan dengan tamu keluarga, mungkin area ini akan sangat ramai.

IMG_20190701_102953

IMG_20190701_102940

Fasilitas Lain

The 1O1 Dago juga memiliki gym yang ternyata baru buka. Gym ini sebetulnya belum 100% siap dipakai karena masih proses persiapan. Dan karena alasan ini pula, saya nggak ke area gym. Posisi gym ada di sebelah SODA Resto & Bar, di bangunan kayu yang mungkin kelihatan di salah satu foto outdoor seating area restoran yang saya unggah sebelumnya. Hotel ini juga punya layanan spa dan pijat. Saya lupa kalau nggak salah Whales Spa & Massage itu ada di lantai 1 atau 2, yang jelas sih satu lantai di atas lobi.

Di area lobi hotel, ada banyak pernak-pernik dan beberapa dijual untuk para tamu. Area ini tampak elegan dengan kursi-kursi bergaya kontemporer, coffered ceiling berlampu neon biru, dan deretan jendela dan pintu besar menuju restoran. Di sisi barat lobi, ada meeting room yang kebetulan saat itu sedang digunakan untuk menggelar sebuah acara (dan entah gimana ceritanya, saya malah nyasar ke sana).

IMG_20190630_163528

IMG_20190630_163541

Lokasi

Bicara soal lokasi, The 1O1 Bandung Dago ini memang juara. Bertempat di persimpangan Jalan Merdeka, Jalan Ir. H. Juanda, dan Jl. Riau, posisinya memudahkan kita untuk mengunjungi dua mal terkenal di Bandung, BIP dan BEC Mall. Untuk menuju kedua mal itu, saya bisa jalan kaki selama 5 menit aja dari hotel. Selain itu, di kawasan Jalan Merdeka juga ada Gramedia dan beberapa restoran (untuk makan sih, saya malah pergi ke mal sebetulnya).

Kalau jalan ke arah utara sedikit, ada Harvest buat yang seneng kue dan segala kudapan berbahan cokelat. Dari hotel, kawasan butik Jalan Riau juga bisa ditempuh dengan berkendara selama sekitar 5 menitan. Jalan Ir. H. Juanda di depan hotel jadi tempat ajang car free day di hari Minggu, dan buat para tamu yang seneng jalan pagi di hari Minggu, ajang car free day tentunya jangan sampai dilewatkan. Oh ya, kawasan distro Jalan Sultan Agung juga cukup dekat dari hotel dan bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 10 menitan. Selain itu, The 1O1 Dago berjarak sekitar 15 menit dari Stasiun Bandung.

Kesimpulan

Lokasi dan desain jadi keunggulan hotel yang dibuka pada tahun 2013 ini. Mau ke mana-mana dekat dan bisa dengan jalan kaki. Hotel ini juga berada di kawasan yang dijadikan ajang car free day di hari Minggu. Intinya sih, kalau urusan lokasi, The 1O1 Bandung Dago ini salah satu opsi yang terdepan, terutama kalau ingin cari hotel yang posisinya di pusat kota dan dekat dari mal.

Untuk desain, saya senang dengan vibe tropical resort di kamar. Interior kontemporer yang chic dan youthful, terutama dengan mural dan panel kayu di dinding menjadikan hotel ini sebagai salah satu hotel Instagammrable di Bandung. Kehadiran private balcony di kamar juga jadi salah satu hal yang layak diunggulkan. Tidak semua kamar punya balkon memang, tetapi coba minta pihak hotel untuk siapkan kamar dengan balkon.

Hanya saja, perlu diakui bahwa posisi kamar yang menghadap ke jalan raya juga punya kelemahan tersendiri. Dengan soundproofing yang kurang mumpuni, suara rewel dan jerit-jerit anak dari kamar sebelah, serta motor berisik dari luar terdengar cukup jelas di kamar. Untuk kamar mandi, fasilitas yang disediakan sudah lengkap. Mungkin aspek kebersihannya perlu lebih ditingkatkan.

Saya nggak ada keluhan mengenai fasilitas hotel yang lain. Untuk kolam renang, dengan kedalaman 90 sentimeter tentunya lebih diperuntukkan bagi anak-anak. Orang dewasa ya bisa aja berenang, tetapi posisi kolam renang yang langsung bersebelahan dengan restoran bikin saya mikir-mikir lagi sih untuk berenang. Hotel-hotel lain banyak yang punya kolam renang dengan posisi bersebelahan dengan restoran. Hanya saja, mungkin karena ukuran kolamnya kecil dan posisinya sangat dekat dengan restoran, saya agak canggung kalau berenang dan dilihatin orang-orang yang lagi makan. Ini nggak jadi masalah besar sebetulnya dan sifatnya subjektif. Untuk gym, semoga saja persiapannya sudah selesai dan bisa segera digunakan oleh para tamu.

Dengan rate mulai dari 450 ribu rupiah per malam (berdasarkan info dari Tripadvisor), The 1O1 Bandung Dago bisa jadi pilihan sempurna buat staycation di pusat kota Bandung. Lokasi yang strategis dan desain kamar yang cantik dapat melengkapi liburan di Kota Kembang. Selain itu, kehadiran beberapa unit yang dapat mengakomodasi 3-4 orang juga memberikan kesempatan bagi para tamu yang datang dengan keluarga atau teman-teman untuk menikmati liburan dan beraktivitas bersama, tanpa harus terpisah kamar.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasinya strategis. Untuk ke BIP atau BEC Mall, hanya perlu jalan kaki selama sekitar 5 menitan. Di hari Minggu, tamu bisa coba ajang car free day secara langsung dengan keluar hotel karena Jalan Ir. H. Juanda di depan hotel termasuk ke area ajang car free day Bandung.
  • Desain kamar cukup Instagrammable. Coba lihat mural kutipan di foto yang saya lampirkan di atas. So sweet 🐩.
  • Ada balkon pribadi (tersedia untuk kamar-kamar tertentu). Balkon ini menghadap ke arah jalan raya dan menampilkan pemandangan pusat kota Bandung yang cantik, terutama di malam hari. Cocok buat santai sore sambil ngopi.
  • Ada kolam renang ramah anak, dengan desain natural yang cantik.
  • SODA Resto & Bar bisa jadi tempat hangout yang gak cuma Instagrammable, tapi juga cozy. Apalagi kalau duduk di sofa ala F.R.I.E.N.D.S.
  • Rate-nya reasonable. Untuk properti unik di pusat kota, rate mulai dari 450 ribuan menurut saya reasonable.
  • Tersedia beberapa tipe kamar yang bisa mengakomodasi 3-4 orang tamu. Cocok buat staycation bareng teman-teman atau keluarga.
  • Saya secara pribadi suka dengan outdoor seating area SODA Resto & Bar karena terkesan rimbun. Sayangnya, area ini juga dijadikan smoking area. Buat saya yang nggak merokok, kenyamanannya berkurang dengan asap rokok harus diakui.

👎🏻 Cons

  • Soundproofing kamar kurang baik. Suara anak kecil rewel dan nangis dari kamar sebelah terdengar jelas (terutama saat dapat connecting room). Dengan balkon pribadi, suara bising kendaraan bermotor dari luar juga terdengar, meskipun memang nggak sekencang suara nangis anak kecil.
  • Kolam renangnya kurang besar dan lebih cocok sebagai kolam anak. Mungkin buat orang dewasa, saat ini cukup mengawasi anak-anak dulu aja ya.
  • Gym hotel masih dalam proses persiapan. Semoga saat tulisan ini dirilis, gym-nya sudah siap digunakan.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😆😆😆😆😶
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰

Review: Erian Hotel Jakarta

Bulan Mei kemarin ini, saya ke Jakarta untuk urus perpanjangan paspor. Sayangnya, paspor saya nggak bisa diproses karena kurang satu berkas. Satu doang, loh! Padahal, saya udah jauh-jauh datang dari Bandung. Selain itu, saya juga udah baca persyaratan perpanjangan paspor apa saja dan persiapkan semuanya. Ternyata, hanya karena saya bukan pemegang KTP Jakarta, saya harus melampirkan surat domisili atau surat keterangan bahwa saya tinggal di Jakarta. Duh, repot ya.

Ketika ke Jakarta itu, saya nginap selama dua malam di salah satu hotel yang ada di Jalan Wahid Hasyim. Selain lokasinya yang strategis karena dekat ke Stasiun Gambir dan Bundaran HI, kawasan ini terkenal dengan deretan hotel, restoran, dan kafe yang beragam. Jalan Wahid Hasyim juga dekat sama Jalan Jaksa yang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata murah, terutama buat para turis asing.

Awalnya, saya mikir untuk cari hotel di kawasan Hayam Wuruk-Gajah Mada, tapi berhubung ketika terakhir ke Jakarta, properti yang saya kunjungi bertempat di kawasan itu, saya pikir perlu cari lokasi lain buat ganti suasana. Akhirnya, pilihan saya jatuh ke properti ini.

erian-hotel
Fasad Erian Hotel Jakarta. Foto milik pihak manajemen hotel.

Erian Hotel Jakarta adalah akomodasi bintang 3 yang bertempat di Jalan Wahid Hasyim no. 45, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Seperti yang saya bilang sebelumnya, kawasan Jalan Wahid Hasyim ini cukup terkenal di kalangan wisatawan yang berlibur di Jakarta karena banyaknya pilihan hotel, restoran, dan kafe yang beragam. Kawasan ini juga dekat dengan Jalan Agus Salim yang jadi surganya para foodie. Alasan saya pilih hotel ini adalah karena lokasinya dekat dari Stasiun Gambir dan pusat kota, serta kawasan di sekitar hotel cukup hidup di malam hari. Jadi, gampang deh intinya kalau tengah malam lapar dan perlu cari makanan.

Ada 71 kamar di Erian Hotel yang terbagi ke dalam 4 tipe, yaitu Superior, Deluxe, Premiere, dan Family. Ukuran kamarnya mulai dari 15 meter persegi untuk tipe paling kecil (Superior) sampai 33 meter persegi untuk tipe terbesar (Family). Nah, untuk tipe Superior sendiri, ada satu single bed sehingga hanya bisa mengakomodasi satu tamu. Tipe-tipe lainnya bisa mengakomodasi 2-3 tamu (atau 4 mungkin kalau kepepet). Hotel ini punya satu restoran/kedai kopi di lantai 2 dan 4 pilihan ruang rapat dengan opsi terbesar dapat menampung maksimal 120 orang. Berdasarkan info dari website resminya, Erian Hotel Jakarta sedang mempersiapkan rooftop bar dan waktu saya berkunjung Mei kemarin ini, rooftop bar-nya memang belum siap. Semoga aja saat tulisan ini diunggah, rooftop bar-nya sudah buka.

Waktu menginap di sana, saya pesan kamar Deluxe Twin. Reservasi saya nggak mencakup sarapan karena dipikir-pikir lagi juga, saya bakalan bangun siang dan mungkin terlalu males ke restoran. Sampai saat artikel ini ditulis, hotel ini menyandang skor 9,0 dari 10,0 di Agoda, dan 9.2 di Booking.com. Kunjungan saya kemarin sekalian membuktikan apa yang membuat properti ini bisa dapat skor tinggi seperti itu. Ulasan lengkapnya seperti biasa ada di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Salah satu hal yang saya suka ketika nge-review hotel adalah bahas desainnya. Kamar Deluxe saya punya interior bergaya modern kontemporer. Desain seperti ini sebetulnya bukan hal yang asing di hotel-hotel bintang tiga atau hotel budget, tapi menurut saya, apa yang ditawarkan Erian Hotel cukup berbeda dari hotel-hotel lainnya dan nggak terkesan cookie-cutter.

Dengan luas 18 meter persegi, space yang ada sebetulnya terbatas, tetapi untungnya nggak sampai terasa sempit atau bahkan claustrophobic. Interior kamar didominasi palet warna hangat, dengan headboard dan panel dinding berwarna cokelat bergaya minimalis. Flooring lantai menggunakan ubin persegi panjang berwarna abu-abu tua yang dipasang dalam pola running bonds, seperti pola pemasangan bata untuk tembok. Penggunaan ubin ini bikin kamar tampak lebih unik dan memberikan semacam sentuhan Industrial. Ada satu jendela berbentuk tinggi ramping yang menghadap ke arah timur. View dari jendela sendiri sebetulnya nggak menarik karena tepat di samping bangunan hotel sedang ada konstruksi bangunan.

IMG_20190510_172715

IMG_20190510_172721

Furnitur yang digunakan bergaya kontemporer semi-IKEA-ish kalau pake bahasa saya sih. Walaupun dari segi desain sendiri nggak begitu wah, palet warna furnitur senada dengan panel dinding dan lantai. Kamar saya dilengkapi dua twin bed yang cukup luas kalau untuk tidur sendiri. Di kamar ada cukup banyak stopkontak. Jadi, nggak perlu rebutan ketika nginep bareng temen. Televisinya memang nggak begitu besar, tapi pilihan kanalnya cukup banyak. Koneksi internet hotel juga terbilang cepat.

Karena keterbatasan ruang, wastafel ditempatkan di dekat area utama kamar. Penempatannya mirip dengan penempatan wastafel di Ibis Budget Asia Afrika Bandung. Hanya saja, menurut saya si wastafel ini jaraknya terlalu dekat dengan tempat tidur. Kalau yang pakai wastafelnya apik sih, mungkin air nggak akan sampai tumpah ke sana ke mari, tapi waktu saya di sana pun, sebesar apa pun usaha saya supaya air nggak sampai ke sana ke mari, tetap aja ke luar dari bathroom sink. Untungnya memang nggak ada kejadian air atau sabun sampai tumpah ke atas kasur, tetapi ya tetap aja sih ada rasa waswas.

IMG_20190510_172735

IMG_20190510_172753

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, area shower dan klosetnya dipisah. Lagi, konsep seperti ini mirip dengan konsep kamar mandi di Ibis Budget Asia Afrika (dan mungkin beberapa hotel budget semacamnya). Namun, ada satu hal yang saya suka dari area shower di Erian Hotel ini. Dari segi ruang, shower box-nya terasa lebih luas dan dia punya rainshower. Yay! Ini yang saya suka!

Area shower dibatasi dinding kaca buram. Buat sebagian orang yang ngerasa nggak nyaman dengan konsep kamar mandi semiterbuka seperti ini, kayaknya nggak akan nyaman saat mandi, terutama saat nginap bareng teman, meskipun kaca yang digunakan adalah kaca buram. Mungkin ada rasa awkward atau semacamnya. Pintu area shower memang rapat, tetapi setelah beres mandi dan pintu dibuka, air yang nempel di pintu pada akhirnya tetap turun ke lantai di depan wastafel setelah pintu dibuka dan area wastafel pun tetap becek. Kalau kurang suka dengan rainshower, ada shower tangan yang bisa dipakai buat tembakkan air ke bahu dan leher. Pijat gratis!

IMG_20190510_172826

Untuk kloset, ada kubikel kecil di dekat pintu masuk. Kubikel ini ukurannya sempit dan dibatasi pintu kaca buram. Sebetulnya, penggunaan pintu kaca sendiri bisa memberikan kesan yang lebih lapang dan menghilangkan efek claustrophobic. Sayangnya, interior kubikel ini menggunakan palet warna gelap sehingga tetap aja sih kubikel kloset ini terkesan gelap dan sempit. Selain itu, jarak dari lutut ke pintu saat duduk di atas kloset pun nggak begitu jauh. Buat saya secara pribadi, buang air di kubikel sempit itu kurang nyaman.

IMG_20190510_173028

Fasilitas Umum

Mengenai fasilitas umum sendiri, Erian Hotel memang nggak menawarkan opsi yang beragam, tapi setidaknya fasilitas bersantap tetap hadir di hotel ini. Satu lantai di atas lobi, ada restoran hotel yang juga berfungsi sebagai kedai kopi. Nah, menurut resepsionis, kafe ini buka 24 jam. Jadi, cocok lah buat nongkrong malem-malem atau kalau tiba-tiba tengah malam lapar pengen ngemil.

IMG_20190511_113223

IMG_20190511_113143

 

Area restoran/kedai kopi ini cukup luas. Ada seating area di balkon dengan view Jalan Wahid Hasyim. Area ini cukup panas kalau siang-siang dan enaknya sih ditempati di malam hari. View dari balkon juga kalau malam-malam lumayan bagus soalnya. Rencananya sih, Erian Hotel Jakarta mau punya rooftop bar. Sayangnya, waktu saya menginap, barnya masih dalam proses persiapan. Semoga aja barnya segera dibuka.

Selain restoran dan kedai kopi, hotel ini juga punya beberapa pilihan ruang rapat. Mengingat lokasinya di kawasan Jakarta Pusat, Erian Hotel merupakan pilihan hotel yang cukup mumpuni untuk kalangan pebisnis. Oh ya, hotel ini juga menawarkan layanan drop off gratis ke beberapa tempat di sekitar hotel, termasuk Grand Indonesia dan Stasiun BNI City kalau tamu melakukan reservasi secara langsung dari situs web resmi hotel.

Kalau seneng bersepeda, hotel ini juga menawarkan penyewaan sepeda gratis. Tamu bisa pinjam sepeda (dengan keranjang kayu) buat keliling-keliling kawasan Wahid Hasyim dan sekitarnya. Di hari Minggu, kalau mau tamu juga bisa bersepeda ke kawasan Thamrin sambil menikmati momen car free day. Mungkin lain kali kalau saya nginep di sana lagi, saya coba pinjem sepeda deh untuk keliling-keliling.

IMG_20190510_201948

IMG_20190511_113157

Lokasi

Bicara soal lokasi, Erian Hotel berada di tempat yang strategis. Kawasan Jalan Wahid Hasyim ini gudangnya hotel, restoran, dan kafe kece. Selain itu, hotel ini pun dekat dari Jalan Jaksa yang biasanya dikenal sebagai kawasan wisata terjangkau di kalangan turis asing. Jalan lebih jauh sedikit, kita bisa ke Jalan Agus Salim yang jadi surganya para pecinta makanan. Bahkan, dari hotel ke Sarinah pun hanya memakan waktu sekitar 10-15 menit kalau jalan kaki. Menurut saya sih, jarak segini masih terbilang dekat. Nggak tahu sih kalau malas jalan kaki. Yang jelas sih saya pernah jalan kaki dari Starbucks Jakarta Teater ke hotel. Ternyata nggak jauh-jauh amat.

Dari Stasiun Gambir, hotel ini berjarak sekitar 10 menit, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau dari Stasiun Gondangdia, wih jalan kaki 5 menit sih nyampe malahan karena dekat. Dari Stasiun BNI City, Erian Hotel Jakarta bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan roda empat.

Kesimpulan

Sederhana tapi manis. Saya rasa itu frasa yang pas buat menggambarkan hotel ini. Erian Hotel memang nggak menawarkan fasilitas super hebat, tapi untuk kunjungan bisnis atau kunjungan lainnya yang nggak menuntut harus ada ini itu, hotel ini bisa jadi pilihan yang cerdas. Lokasinya strategis dan ukuran kamarnya representatif. Desain kamarnya pun menarik dan nggak memberikan kesan cookie-cutter hotel.

Sayangnya, desain kamar mandi di kamar Deluxe (dan tipe Superior kalau saya lihat dari fotonya) mungkin kurang pas buat orang-orang yang nggak nyaman dengan konsep shower area yang hanya dipisah oleh dinding kaca buram. Selain itu, kubikel toilet juga tetap terasa sempit dan gelap, walaupun sudah pakai pintu kaca dan lampu yang cukup terang. Sebagai solusi, mungkin bisa pesan tipe kamar yang lain dengan desain kamar mandi yang lebih “standar” (tipe Premier, misalnya). Sisi positifnya, ada rainshower di kamar mandi.

Kehadiran restoran/kedai kopi yang buka 24 jam bisa jadi salah satu keunggulan Erian Hotel Jakarta. Kafe-kafe di kawasan Jalan Wahid Hasyim memang nggak selalu buka 24 jam, dan kalau kamu cari tempat yang buka 24 jam selain minimarket, kedai kopi di hotel bisa jadi opsi alternatif yang cocok. Hotel ini juga rencananya akan buka rooftop bar. Semoga saja ketika tulisan ini dirilis (atau sesegera mungkin), rooftop bar-nya sudah buka.

Dengan rate mulai dari 450 ribu rupiah (berdasarkan info dari Tripadvisor), Erian Hotel merupakan pilihan hotel budget yang menghadirkan kenyamanan dalam kesederhanaan. Kalau cari hotel berkualitas dan terjangkau di kawasan Thamrin, hotel ini bisa jadi pilihan yang tepat.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasinya strategis. Kawasan Jalan Wahid Hasyim sendiri punya banyak restoran dan kafe kece. Di dekat hotel juga ada Jalan Jaksa dan Jalan Agus Salim. Kalau pengen menikmati petualangan kuliner, gampang deh pokoknya!
  • Rate-nya terbilang terjangkau.
  • Meskipun tergolong hotel budget, interior kamar mencerminkan desain yang cukup unik, terutama dari penggunaan panel kayu dan ubin warna gelap dengan pemasangan pola running bonds.
  • Ada kedai kopi yang buka 24 jam di hotel. Cocok kalau ingin ngopi sambil ngobrol sampai malam banget.
  • Hotel ini menghadirkan sepeda yang bisa dipinjam secara gratis oleh para tamu. Lumayan lah bersepeda keliling Jakarta (meskipun mungkin panas, gerah, macet, dan polusinya bikin pusing).
  • Ada rainshower di kamar mandi.

👎🏻 Cons

  • Konsep shower area semiterbuka di tipe Superior dan Deluxe mungkin kurang cocok buat orang-orang yang ngerasa nggak nyaman dengan konsep tersebut. Sebetulnya, shower area ini dibatasi oleh dinding kaca buram, tapi tetap aja kan rasanya mungkin awkward.
  • Kubikel toiletnya terasa claustrophobic.
  • Rooftop bar-nya belum siap. Semoga saja sih saat artikel ini dirilis, rooftop bar-nya sudah buka.
  • Wastafel ditempatkan terlalu dekat dengan kasur. Kalau airnya ke mana-mana, bisa basah kena kasur.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😆😆😆😶⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰

Review: The Mayflower Jakarta – Marriott Executive Apartments

Karena kerjaan saya udah pada beres, akhirnya hari Sabtu bisa bersantai sambil nulis review. Seminggu kemarin ini, saya memang sengaja beresin kerjaan sesegera mungkin dan ternyata Tuhan mengizinkan kerjaan untuk cepat beres. Jadi, sekarang saya bisa back to the business.

Nah, untuk tulisan kali ini, saya mau mengulas salah satu serviced apartment di Jakarta. Saya rasa saya belum banyak ngulas serviced apartment, padahal sebetulnya saya udah pernah berkunjung ke beberapa properti. Yang udah saya tulis ulasannya sih Ascott Sudirman, tapi sebetulnya sebelum ke sana, saya pun udah pernah berkunjung ke beberapa properti, seperti Somerset Grand Citra dan Aston Kuningan Suites. Hanya saja, kalau untuk ulasan, saya lebih suka datang langsung ke tempatnya dan ambil foto propertinya. Waktu berkunjung ke dua properti itu, saya nggak banyak ambil foto so bisa dibilang materinya kurang komprehensif, and I want to give something better to my readers.

Oh, ya, kunjungan saya ke properti ini bisa dibilang sangat mengesankan. Terima kasih banyak buat teman-teman saya yang diam-diam ternyata bersekongkol dengan pihak properti, saya dikasih kejutan ulang tahun! Padahal, ulang tahun saya itu udah lewat sekitar 2 mingguan.

IMG_20190615_154837
Kolam renang The Mayflower Jakarta. Foto milik pribadi

The Mayflower Jakarta – Marriott Executive Apartments berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower Jl. Jenderal Sudirman Kav. 76-78, Kuningan, Jakarta Selatan. Dari segi lokasi, properti ini bisa jadi opsi yang mumpuni karena ke daerah Kuningan dekat, ke daerah Thamrin juga lumayan dekat. Ditambah lagi, Stasiun MRT Setiabudhi Astra ada tepat di depan properti. Jadi, ke mana-mana gampang lah ya. The Mayflower Jakarta ini merupakan salah satu serviced apartment punya Marriott yang ada di Jakarta, selain The Residences at The Ritz-Carlton Pacific Place.

Kalau baca informasi dari Tripadvisor sih, ada 96 unit apartemen di The Mayflower Jakarta. Nah, 96 unit tersebut terbagi ke dalam 6 tipe, yaitu One-Bedroom Superior Suite, One-Bedroom Deluxe Suite, One-Bedroom Executive Suite, Two-Bedroom Deluxe Suite, Two-Bedroom Executive Suite, dan Three-Bedroom Executive Suite. Untuk fasilitas umum, serviced apartment ini punya gym, studio senam, kolam renang dalam ruangan, steam room, sauna, restoran, dan spa. Menurut saya sih udah lengkap fasilitas yang tersedia untuk para pengunjung, apa lagi kolam renangnya. Wih! Saya suka banget kolam renang di sini. Selain besar, view-nya keren banget, meskipun memang enclosed. 

Ketika berkunjung, saya dan teman-teman menginap di unit Two-Bedroom Deluxe Suite. Pada awalnya, yang menginap itu hanya berempat, tapi ujung-ujungnya malah jadi tujuh orang karena malam harinya saya ada makan malam sama teman-teman, dan ada tiga orang yang akhirnya ikut nginap karena kemalaman. Pembahasan lengkap termasuk kejutan ulang tahunnya saya ceritakan di segmen berikutnya, ya!

Desain Apartment
Living & Dining Area

Dengan luas 106 meter persegi, unit Two-Bedroom Deluxe Suite saya terasa lapang, bahkan untuk menjamu teman-teman yang datang. Apartemen ini punya kitchenette, ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan, master bedroom dengan en-suite bathroom, kamar tidur kedua, dan kamar mandi bersama.

IMG_20190615_132910

IMG_20190615_132920

Untuk ruang keluarga sendiri, space yang ada bisa dibilang luas. Jarak dari ujung sofa yang berada di depan jendela ke TV stand cukup besar. Saya dan Haikal malahan bisa latihan freestyle untuk main Pump It Up! di Funworld Grand Indonesia. Ada dua sofa untuk tiga sampai empat orang, satu armchair, dan coffee table. Ruang keluarga ini bisa menampung sekitar 7-8 orang kira-kira, atau lebih kalau ambil kursi dari ruang makan. Di ruang makan sendiri, hanya ada meja makan lingkaran dan 4 kursi makan.

Secara keseluruhan, interior ruang keluarga, ruang makan, dan kitchenette mengusung desain modern atau kontemporer. Namun, palet warna dan desain secara keseluruhan apartemen tidak begitu spesial dan cenderung “polos” dengan dominasi warna putih di dinding, tanpa aksen atau paneling. Sepintas, saya malah jadi ingat showroom unit apartemen-apartemen yang suka ditampilkan di mal. Lantai unit menggunakan marmer warna gading. Seandainya warnanya lebih gelap atau flooring-nya diganti sama parket, saya rasa akan ada semacam kontras biar ruangan nggak terkesan monoton. Sofa di ruang keluarga mengingatkan saya sama salah satu sofa termahal yang ada di base game The Sims 3, dengan warna yang sama. Furnitur di ruang keluarga dan ruang makan sebetulnya mirip-mirip sih, semacam satu paket.

Nah, di malam hari, pencahayaan ruang keluarga dan ruang makan ini cenderung redup. Saya jujur kurang suka suasana yang redup, tapi kalau buka sheer, kita bisa menikmati pemandangan kota yang keren banget. Posisi apartemen saya berada di sudut utara gedung, jadi saya dapat view ke Jalan Sudirman, baik di depan gedung maupun jalan menuju kawasan Bundaran HI.

IMG_20190615_132935

IMG_20190615_133000

Untuk kitchenette, peralatan yang tersedia sudah lengkap. Ada kompor induksi, bak cuci, oven, coffee maker, toaster, dishwasher, dan kulkas. Peralatan makan dan memasak disimpan dengan rapi di dalam counter dan overhead cabinet. Di samping kulkas juga ada dispenser air minum yang keliatan “jadul” dibandingkan perlengkapan dapur lainnya. Ini nggak jadi masalah sih buat saya dan teman-teman.

Nah, di unit saya juga ada mesin cuci dan ironing board yang disembunyikan dengan apik di dalam lemari di hallway menuju pintu keluar. Mesin cuci front load ini juga dilengkapi detergen. Jadi, saya nggak perlu beli lagi detergen ketika mau cuci atau keringkan pakaian.

IMG_20190615_142131

Nah, sekitar setengah jam setelah tiba di apartemen, pintu depan diketuk. Ketika dibuka, ternyata beberapa staf The Mayflower Jakarta datang untuk kasih selamat ulang tahun sambil bawa kue dan nyanyi bersama. Wah! Saya senang banget rasanya! Di kartu ada nama-nama stafnya tapi karena tulisannya kecil, saya nggak begitu bisa bacanya. Ada Ms. Pricilla, Mr. Daniel, Ms. Regina, Pa Supri. Kalau ada yang kelewat, aduh maaf karena nggak kebaca he he. Terima kasih banyak atas kejutannya! Saya senang sekali.

Kamar Tidur

Unit apartemen saya punya dua kamar tidur. Master bedroom dilengkapi king-size bed, TV, meja kerja, dan lemari pakaian yang cukup besar. Selain itu, posisinya ada di sudut gedung jadi saya bisa dapat dua view dari kamar.

IMG_20190615_133433

IMG_20190615_133443

Interior kamar mengusung desain yang kurang lebih sama dengan interior ruangan lain di apartemen. Di sini, flooring menggunakan lantai parket untuk membangun atmosfer yang lebih hangat. Warna-warna kayu juga lebih menonjol di sini dibandingkan di ruang keluarga dan ruang makan. King-size bed di kamar utama cukup untuk tiga orang, apalagi badan saya kan kecil. Jarak dari ujung tempat tidur ke TV stand memang sempit, tapi nggak jadi masalah. Malahan, saya nggak nonton TV yang ada di kamar dan justru nonton TV yang ada di ruang keluarga.

Di atas meja kerja, ada lampu dengan patung kuda yang menarik perhatian saya. Desainnya mengingatkan saya sama lampu-lampu meja bergaya modern klasik yang cukup terkenal di tahun 2000-an. Entah kenapa, kalau lihat sinetron-sinetron yang menampilkan rumah-rumah orang kaya di era tahun 2000-an, ada aja patung atau hiasan berbentuk kuda. Oh ya, dari jendela kamar, saya bisa lihat gedung-gedung “tetangga” di Jalan Jenderal Sudirman, termasuk Astra Tower dan AYANA Midplaza.

IMG_20190615_133527

IMG_20190615_133509

Untuk kamar kedua, ukurannya lebih kecil dengan jendela menghadap ke arah utara. Jadi, di kamar ini, kita bisa menikmati view ke arah Bundaran HI (meskipun bundarannya sendiri nggak keliatan). Kamar ini dilengkapi queen-size bed, dua lemari pakaian, dan TV. Secara keseluruhan, unit apartemen ini punya tiga TV, dengan TV yang paling besar ditempatkan di ruang keluarga. Ini cocok banget buat saya yang suka rebutan channel TV ketika liburan sama keluarga atau teman-teman.

Kamar kedua pun menggunakan parket sebagai flooring untuk membangun atmosfer yang lebih hangat. Kedua kamar punya pencahayaan yang baik di malam hari. Nah, kalau di kamar kedua, lemari pakaiannya ini bukan semacam walk-in closet. Selain itu, warnanya agak nabrak dengan warna furnitur lain yang gelap. Desainnya pun biasa-biasa saja, meskipun hal ini nggak jadi masalah, baik untuk saya maupun teman-teman yang lain. Oh ya, di kamar kedua ini nggak ada meja kerja. Jadi, kalau kebagian kamar ini dan harus kerja, mungkin bisa kerja di ruang keluarga atau ruang makan. Selain itu, di kamar ini, stopkontaknya nggak banyak.

IMG_20190615_133325

IMG_20190615_133339

IMG_20190615_133348

Kamar Mandi

Unit Two-Bedroom Deluxe Suite di The Mayflower Jakarta ini punya dua full bath. Satu kamar mandi ada di dalam kamar tidur utama. Sementara itu, satu kamar mandi lagi posisinya berseberangan dengan kamar kedua. Master bath dilengkapi dengan bathtub, sementara kamar mandi bersama dilengkapi shower.

IMG_20190615_133555

IMG_20190615_133544

Di kamar mandi utama, hanya ada satu wastafel. Sebetulnya, ini agak disayangkan karena kalau ada his-and-hers sink, tamu pasangan nggak perlu rebutan wastafel, terutama mengingat The Mayflower Jakarta ini termasuk properti bintang lima. Meskipun demikian, hair dryer, vanity mirror, produk mandi, dan beragam handuk tetap tersedia.

Tampil elegan dalam balutan marmer berwarna gading, master bath dilengkapi bathtub yang ditempatkan di samping jendela yang menghadap ke Jalan Sudirman. Bathtub-nya sendiri nggak begitu besar, tetapi cukup dalam. Di sore atau malam hari, view dari jendela ini keren banget. Berendam dan relaksasi di sini malam hari tuh asyik banget! Ada semacam tembokan juga di samping jendela yang bisa dipakai buat duduk dan foto-foto buat Instagram, seperti foto-foto yang banyak diunggah para tamu The Mayflower Jakarta.

IMG_20190615_133540

Oh ya! Satu hal yang harus diingat adalah di kamar mandi ini, keset hanya ada satu dan ditempatkan di dekat pintu. Karena berbahan marmer, lantai kamar mandi jadi licin banget ketika basah. Saya hampir kepeleset ketika keluar shower. Saran saya adalah kesetnya di bawa ke dekat bathtub atau shower ketika mau mandi. Agak repot sih, tapi lebih baik aman daripada celaka. Di satu sisi, full marble bath ini tampak elegan. Di sisi lain, aspek keselamatan jadi korbannya.

Untuk kamar mandi kedua, ukurannya lebih kecil karena nggak ada bathtub. Di kamar mandi ini, hanya ada shower aja, dan itu pun bukan rainshower. Perlengkapan seperti vanity mirror dan hair dryer pun nggak ada di kamar mandi ini, tapi nggak jadi masalah karena bisa pakai hair dryer di kamar mandi utama. Ah, saya lupa foto, tapi di samping shower box, sebetulnya ada half wall yang memisahkan area shower dengan satu space kosong. Mungkin dulunya mau dipasang sesuatu, tapi akhirnya nggak jadi. Tidak bermasalah, cuman memang bikin gereget aja sih ketika dilihat.

IMG_20190615_133251

IMG_20190615_133303

Fasilitas Umum
Kolam Renang

Nah, ini nih fasilitas unggulan The Mayflower Jakarta yang wajib dicoba dan sayang banget kalau dilewatkan. Kolam renang di serviced apartment ini punya ukuran setengah olimpik dan ini pun udah luas banget! Kebayang ‘kan kalau ada olympic-size pool di sini besarnya kayak gimana. Kedalamannya memang hanya 1,2 meter, tapi luas kolamnya itu loh yang bikin saya senang banget. Di sisi barat kolam, berjajar recliner dan meja-meja untuk para tamu. Posisi recliner dan meja ini membelakangi floor-to-ceiling window yang menghadap ke Jalan Jenderal Sudirman. Kece banget!

IMG_20190615_154936

IMG_20190615_154837

Oh ya, di sini nggak hanya ada kolam dewasa, tapi ada juga kolam anak di sisi selatan. Di sisi utara kolam dewasa, ada dua jacuzzi yang bisa dipakai (saya lupa ambil fotonya). Nah, kedua jacuzzi ini juga mantap jiwa dan bisa jadi spot yang Instagrammable karena berada di samping jendela yang menghadap ke arah utara (Bundaran HI). Kebayang ‘kan habis capek berenang, bisa berendam di jacuzzi sama teman-teman sambil ngobrol dan menikmati pemandangan kota. Kolam renang dan jacuzzi ini buka dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam setiap hari. Di sini juga nggak ada penjaga. Jadi, tetap awasi adik-adiknya ya kalau berenang di sini.

IMG_20190615_154800

Ruang ganti pakaian berada di dekat area reception kolam renang dan spa. Ruangannya cukup besar, dan dilengkapi steam room dan sauna. Sehabis berenang, saya dan teman-teman coba steam room di sini. Sambil ngobrol-ngobrol, kami keluarin banyak keringat, ya hitung-hitung berkeringat karena selama ini jarang olahraga. Untuk sauna, saya coba sendiri, tapi hanya bertahan selama sekitar 10 menitan karena udah terlanjur gerah di steam room.

IMG_20190615_165738

IMG_20190615_165756

Ruang ganti ini punya cukup banyak loker. Untuk shower box, hanya ada 4 kubikel, tetapi waktu itu kolam renang lagi sepi. Jadi, nggak ada acara ngantri buat mandi. Di area wastafel disediakan perlengkapan seperti korek kuping, kapas, hair dryer, dan parfum. Oh ya, ruang ganti ini juga dipakai sama orang-orang yang habis nge-gym.

IMG_20190615_165714

IMG_20190615_165724

IMG_20190615_165810

Gym

Berlokasi di area yang sama dengan kolam renang, gym di The Mayflower Jakarta menawarkan pengalaman berolahraga dengan pemandangan kota Jakarta yang memukau. Untuk menuju gym, kita harus naik tangga dulu yang bisa diakses dari studio senam. Studio senamnya sendiri luas banget. Hanya saja, karena posisinya di sudut ruangan, cerminnya dipasang di satu sudut saja (sisi timur). Padahal, biasanya kan studio senam itu cerminnya di mana-mana. Studio ini juga dilengkapi stereo system. Jadi, pas lah buat latihan K-pop dance atau sekadar joget poco-poco. Saya sih sempet latihan dance di sini sebelum main ke gym.

IMG_20190615_172309

Untuk gym sendiri, ukurannya cukup luas, dengan peralatan olahraga kardio ditempatkan di dekat jendela yang menghadap ke arah selatan. Asyik banget rasanya ketika lari di atas treadmill, kita bisa dengerin lagu kesukaan sambil lihat view kota yang bagus. Mantap jiwa deh! Di dekat area kardio juga ada dispenser air minum dan keranjang handuk kotor.

IMG_20190615_172624

IMG_20190615_172324

Perlengkapan angkat beban ada di sisi timur ruangan. Area ini pakai rubber mat sebagai flooring untuk mencegah kepeleset, dan dinding di kedua sisi ruangan dipasangi cermin. Mungkin supaya bisa sambil mengagumi bentuk tubuh yang udah jadi sambil olahraga ya, atau sambil mirror selfie ala ala di gym. Secara keseluruhan, perlengkapan olahraga di gym sudah lengkap dan banyak sehingga tamu nggak perlu rebutan atau nunggu terlalu lama saat mau pakai salah satu alat.

IMG_20190615_172709

IMG_20190615_172658

The Cafe

Bertempat di lantai lobi, The Cafe merupakan dining venue di The Mayflower Jakarta yang menyajikan menu sarapan, makan siang, dan makan malam. Lokasinya berhadapan dengan area resepsionis. Kafe/restoran ini ukurannya menurut saya nggak begitu besar, tetapi jumlah mejanya cukup banyak. Hanya saja, mungkin nggak bisa menampung banyak tamu ketika tingkat occupancy properti lagi tinggi banget. Saya nggak sarapan di sana. Jadi, nggak tahu seperti apa kondisi restoran ketika jam sarapan. Hanya ya itu tadi, saya membayangkan restoran nggak bisa menampung semua tamu ketika tingkat occupancy sedang sangat tinggi, dan nggak tahu deh nanti para tamu yang nggak kebagian kursi, duduknya di mana.

Saya jadi ingat waktu menginap di Aryaduta Bandung bulan Januari kemarin ini. Tingkat occupancy hotel sedang sangat tinggi. Walhasil, untuk sarapan pun saya harus masuk daftar waiting list. Terlepas dari space restoran yang luas dan banyaknya tempat duduk, saya bahkan kesulitan cari meja kosong dan harus dibantu oleh staf di sana. Beberapa tamu malah diarahkan ke ruang VIP yang biasanya digunakan untuk momen tertentu.

IMG_20190615_132346

Di ujung restoran, ada bar untuk pesan beragam minuman. Dari segi interior, The Cafe tampil elegan dalam balutan warna-warna earthy dan furnitur bergaya kontemporer. Interiornya sendiri senada dengan interior lobi yang tampil cantik dengan double-height ceiling. Di samping The Cafe, ada eskalator menuju area parkir. Sebetulnya, akses masuk The Mayflower Jakarta ini ada dua, lewat area parkir dan lobi Indofood Tower (pintu masuk dari Jalan Jenderal Sudirman).

IMG_20190616_162141

IMG_20190615_132404

Lokasi

Bicara soal faktor lokasi, The Mayflower Jakarta merupakan properti yang strategis. Berada di Jalan Jenderal Sudirman, properti ini bisa jadi pilihan yang pas untuk kalangan pebisnis maupun wisatawan. Di lantai lobi Indofood Tower memang ada beberapa restoran, tetapi sayangnya pada tutup di hari Minggu. Cari minimarket pun agak susah dan minimarket terdekat ada di Jalan Setiabudhi Barat, di belakang kawasan Sudirman Plaza. Untuk ke sana, kita bisa jalan kaki dalam jarak yang nanggung–dekat nggak, jauh juga nggak, tapi jaraknya bikin males jalan kaki.

Di depan Indofood Tower, ada Stasiun MRT Setiabudhi Astra yang bisa membawa kita ke Bundaran HI atau kawasan Senayan. Hadirnya mode transportasi ini bisa jadi alternatif yang efektif, terutama ketika kondisi lalu lintas lagi padat banget. Selain itu, karena bertempat di Jalan Jenderal Sudirman, di hari Minggu kita bisa turun langsung ke jalanan buat menikmati Car Free Day. Saya dan teman-teman jalan pagi di ajang Car Free Day sambil cari sarapan dan menikmati suasana pagi Jakarta yang ternyata jam 9 aja udah kerasa gerah.

Mengingat lokasi minimarket cukup jauh dari properti, saran saya sih kalau kebetulan lagi ke mal atau toko swalayan, sekalian aja beli bahan-bahan masak. The Mayflower Jakarta menghadirkan kitchenette di setiap unit apartemen yang bisa kita manfaatin buat masak sendiri. Lumayan ‘kan bisa hemat juga.

Kesimpulan

Urban retreat. Entah kenapa frasa itu yang muncul di pikiran saya untuk menggambarkan The Mayflower Jakarta. Kalau cari properti di pusat kota untuk berlibur, saya rasa properti ini bisa jadi pilihan yang tepat. Untuk urusan bisnis, serviced apartment ini menawarkan akses cepat ke area perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman. Untuk liburan, kawasan Bundaran HI yang ikonik juga hanya berjarak sekitar 10-15 menitan. Ditambah lagi, ada Stasiun MRT Setiabudhi Astra yang memudahkan kita untuk bepergian, terutama ketika kondisi lalu lintas lagi nggak bersahabat. Hanya saja, di properti nggak ada minimarket dan untuk menuju minimarket terdekat, kita harus jalan kaki cukup jauh ke Jalan Setiabudhi Barat. Kurang praktis sih, terutama ketika kita perlu beli jajanan atau makanan di malam hari.

Dari segi interior, sayangnya saya nggak menemukan sesuatu yang spesial. Rasanya ya kayak berkunjung ke apartemen modern aja. Bagus memang, tapi nggak spesial sehingga tidak meninggalkan kesan yang mendalam. At least, in-room amenities berfungsi dengan baik dan ruangan pun tidak menampilkan kerusakan. View dari berbagai ruangan di unit apartemen juga keren dan memukau. Ditambah lagi, ukuran apartemen yang luas sehingga cocok untuk menerima tamu, terutama untuk acara kumpul-kumpul atau pesta.

Fasilitas umum The Mayflower Jakarta sangat mumpuni. Ketika saya baca tanggapan dari pihak properti di review saya di Tripadvisor, mereka mengatakan bahwa kolam renang indoor-nya in fact merupakan yang terbesar di Jakarta. No wonder karena memang ukurannya pun luas. Setengah olimpik itu besar loh, terutama untuk kolam renang yang dibangun di dalam gedung bertingkat. Studio senam dan gym-nya pun mengesankan dan menawarkan pemandangan kota yang mengagumkan. Saya bisa bilang bahwa salah satu daya tarik properti ini adalah pemandangan kota yang bisa dinikmati dari berbagai fasilitas.

Satu hal lagi yang saya perhatikan adalah dining venue di properti. Dengan ukuran yang bisa dibilang kecil, saya agak ragu bahwa restoran bisa menampung semua tamu ketika tingkat occupancy properti sedang sangat tinggi. The Mayflower Jakarta punya lebih dari 90 unit apartemen, dengan kapasitas 2-8 orang. Kalau dihitung rata-rata menjadi 5 orang per unit, saya rasa akan banyak tamu yang masuk waiting list untuk sarapan di pagi hari.

Dengan rate mulai dari sekitar 1 juta rupiah (harga nett, untuk unit terkecil berdasarkan info rate dari Marriott Bonvoy), The Mayflower Jakarta layak diperhitungkan. Untuk unit apartemen lengkap, rate segitu menurut saya masih terjangkau, apa lagi dengan view kota yang keren dan fasilitas berkelas. Unit yang saya pesan sendiri kemarin itu ditawarkan dengan harga sekitar 1,2 juta rupiah per malam (mungkin karena lagi low seasons ya). Tentunya, rate 1,2 juta per malam untuk apartemen dua kamar itu a big steal lah! Akhir kata, properti ini bisa menjadi pilihan luxury affordable bagi kalangan pebisnis maupun wisatawan yang ingin menikmati fasilitas bintang lima dan pemandangan khas kehidupan urban yang mengagumkan di pusat kota Jakarta dengan harga yang bersahabat.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Ukuran apartemen terbilang luas di kelasnya. Meskipun hanya memiliki 2 kamar untuk (maksimal) 5 orang, ruang keluarga unit saya cukup luas dan bisa menampung 7-8 tamu. Cocok untuk kumpul-kumpul atau pesta. Bahkan, mungkin bisa bawa sampai 10 orang kalau kepepet banget sih (if you don’t mind sleeping on the couch).
  • The Mayflower Jakarta punya kolam renang indoor terluas di Jakarta. Sejauh ini, saya pernah ke beberapa properti di Jakarta yang punya kolam renang dalam ruangan di gedung bertingkat, tetapi nggak ada yang seluas kolam renang di sini.
  • Ada dua jacuzzi di area kolam renang, masing-masing menawarkan pemandangan kota yang keren.
  • Studio senam di sini pun saya rasa jauh lebih besar dibandingkan studio di properti-properti lain yang pernah saya kunjungi.
  • Gym properti menawarkan pengalaman berolahraga ditemani pemandangan kota yang memukau. Cocok lah buat yang bosan lari di atas treadmill tanpa ngeliat view keren.
  • Lokasi properti sangat strategis. Di depan Indofood Tower banget ada Stasiun MRT Setiabudhi Astra. Selain itu, properti ini juga dikelilingi banyak gedung perkantoran sehingga pas untuk kalangan pebisnis.
  • Masih berkaitan dengan lokasi, di hari Minggu tamu bisa menikmati ajang car free day dengan langsung ke Jalan Jenderal Sudirman di depan Indofood Tower.
  • Rate-nya terbilang terjangkau. Unit terkecil bisa dipesan dengan harga sekitar 1 juta rupiah (pemesanan bisa dilakukan via aplikasi Marriott Bonvoy atau online travel agent).

👎🏻 Cons

  • Desain interior unit apartemen tidak begitu spesial. Bagus, tapi tidak sampai memberikan kesan yang membekas (halah bahasa gue).
  • Restoran properti dirasa terlalu kecil, terutama jika dibandingkan jumlah tamu yang banyak.
  • Minimarket terdekat jaraknya cukup jauh dari properti. Kalau jalan kaki, jaraknya ya lumayan bikin malas sih.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😶
Desain: 😆😆😆😆⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰💰💰

Review: Hotel Citradream Bandung

Niatnya saya mau beresin review ini minggu kemarin, tapi baru sempat lagi nulis sekarang. Selain itu, saya juga berkunjung ke hotel ini udah lama banget, tapi baru bisa buat review-nya sekarang. Intinya sih masih banyak hotel-hotel yang sudah dikunjungi, tapi belum sempat saya tulis review lengkapnya di blog. Kalau di halaman Tripadvisor saya sih udah ada, tapi saya pikir akan lebih lengkap kalau baca review di blog ini.

Saya nginap di sini dua kali sebetulnya, dengan jarak antara kedua kunjungan yang cukup lama (mungkin 8 atau 9 bulan). Kunjungan kedua ini sifatnya bener-bener leisure. Jadi, saya nggak bawa laptop atau beresin kerjaan sama sekali. Posisinya yang strategis memungkinkan saya buat menikmati suasana pagi di pusat kota Bandung dan jadi turis lokal di kota sendiri.

the-facade-of-the-hotel
Hotel Citradream Bandung. Foto milik pihak manajemen.

Hotel Citradream Bandung merupakan akomodasi bintang tiga yang berlokasi di Jalan Pasir Kaliki no. 36-42, Bandung. Berada tidak jauh dari persimpangan Jalan Kebon Kawung dan Jalan Pasir Kaliki, hotel ini gampang ditemukan dan berjarak sekitar 5 menit aja dari Stasiun Bandung dengan kendaraan bermotor.

Hotel berlantai 8 ini punya 76 kamar yang terbagi ke dalam dua tipe aja: Superior Twin dan Superior King. Jatuhnya pilihan kamar yang tersedia memang itu-itu aja, tapi saya rasa ini mungkin bukan masalah buat orang-orang yang cari akomodasi no-nonsense yang ramah di kantong. Untuk fasilitas sendiri, Hotel Citradream Bandung punya satu restoran dan empat meeting room untuk keperluan bisnis.

Waktu menginap, saya pesan kamar Superior King. Posisi kamar saya berada di bagian barat gedung dengan jendela menghadap ke Jalan Pasir Kaliki. View yang saya dapat dari kamar cukup bagus, meskipun nggak begitu city view karena yang lebih terlihat itu kawasan pemukiman warga. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Kalau bicara soal desain kamar di Hotel Citradream Bandung, sejujurnya sih saya nggak menemukan sesuatu yang sangat spesial. Interiornya bisa dibilang tipikal interior kamar di akomodasi-akomodasi cookie-cutter: kontemporer dan minimalis. Palet warna putih, abu-abu, dan cokelat butternut mendominasi interior kamar. Colour pop bisa dilihat pada penggunaan warna hijau neon di pintu. Secara pribadi, saya nggak ada keluhan dengan atmosfer kamar atau pemilihan warna interior. Hanya saja, balik lagi ke pernyataan awal saya. Nggak ada sesuatu yang begitu spesial.

Untuk ukuran kamar, saya menemukan informasi yang berbeda dari beberapa sumber. Di Traveloka, dikatakan kalau luas kamar adalah 15 meter persegi. Booking.com menyebutkan bahwa luas kamar adalah 17 meter persegi. Sementara itu, situs resmi hotel mencantumkan ukuran kamar adalah 16,5 meter persegi. Sepertinya bisa dibilang bahwa ukuran kamar berkisar antara 15-17 meter persegi, dan ini mungkin tergantung kepada posisi kamar. Waktu pertama kali menginap di sini, saya dapat kamar di sisi utara gedung. Meskipun view dari jendela nggak begitu bagus dan saya bisa melihat jendela-jendela kamar di hotel tetangga, ukuran kamar terasa lebih luas.

IMG_20190317_151314

IMG_20190317_151353

IMG_20190317_151408

Furnitur kamar bergaya kontemporer dan minimalis. Nggak ada desain ribet-ribet, yang penting fungsional. Bentuk-bentuk yang ditonjolkan dari furnitur yang ada menampilkan sudut-sudut tajam yang membangun nuansa kaku. Untungnya, pencahayaan kamar terasa cukup di malam hari. Jadi, suasana kamar tetap terasa nyaman, meskipun saya nggak bisa bilang hangat juga. Lebih ke arah sejuk sih. Sejuk dan nyaman.

Fasilitas kamar sendiri sangat basic. TV layar datar dan WiFi tetap tersedia di kamar. Dua botol air mineral juga disediakan. Lemari pakaian bentuknya hanya semacam gantungan baju terbuka, tanpa pintu. Untuk electronic safe sendiri ada di bawah lemari pakaian. Sayangnya, di kamar nggak ada tea/coffee maker. Namun, di koridor kamar tersedia galon air untuk para pengunjung. Hanya saja, repot sih menurut saya kalau mau bikin teh atau perlu air panas untuk minum, harus sampai keluar kamar dulu.

IMG_20190317_151421

IMG_20190317_151430

Oh ya, view dari jendela kamar menurut saya sih lumayan bagus. Kalau ngejar city view dengan banyak gedung-gedung tinggi, memang menurut saya sih kurang “kota”, tapi seenggaknya saya bisa lihat suasana jalan raya dengan lebih jelas. Di malam hari, kawasan di sekitar Hotel Citradream Bandung masih hidup, mungkin karena posisinya dekat dari stasiun, nggak jauh dari mal, dan memang ada banyak restoran, kafe, dan minimarket.

IMG_20190317_152009

IMG_20190317_152014

Kamar Mandi

Bicara soal luas, kamar mandi di kamar saya memang nggak begitu besar. Space yang ada terbatas. Area shower-nya nggak begitu besar dan remang karena cahaya lampu terhalang shower curtain. Interior kamar mandi sendiri didominasi ubin persegi panjang berwarna putih yang disusun ala bata untuk memberikan sentuhan Industrial. The trick kinda works, though, hanya mungkin kalau ukuran ubinnya lebih kecil, kesan Industrial-nya terasa lebih kental.

IMG_20190317_151506

IMG_20190317_151454

IMG_20190317_151446

Produk yang disediakan di kamar mandi mencakup sabun, sampo, dan sikat gigi. Nggak ada produk lain di kamar mandi. Hair dryer pun nggak disediakan (tapi mungkin bisa pinjam ke manajemen kalau perlu karena saya sendiri nggak tahu dan nggak perlu pakai pada saat itu). Saya suka dengan keluaran air shower yang cukup kencang dan suhu air yang relatif stabil. Meskipun memang area shower-nya agak remang, tapi saya menikmati pijat bahu gratis dengan air panas dari shower.

Fasilitas Umum

Hotel Citradream Bandung menawarkan dua fasilitas umum bagi para pengunjung: meeting room dan restoran. Untuk restoran sendiri, posisinya berada di lantai dasar, nggak jauh dari lobi dan area resepsionis.

Restoran hotel berbentuk memanjang, dilengkapi furnitur bergaya kontemporer dengan warna-warna neon dan lampu “cangkir” yang sepintas mengingatkan saya sama suasana perpustakaan modern, terutama dengan penempatan meja yang memanjang. Area duduk pengunjung ini meluas sampai ke luar. Biasanya, outdoor seating area ini dipakai para tamu yang ingin merokok karena pengunjung nggak boleh merokok di area makan utama.

IMG_20190317_192642

IMG_20190317_192648

IMG_20190317_192708

Selain restoran, Hotel Citradream Bandung juga memiliki empat ruang rapat yang bisa dipakai untuk keperluan bisnis. Saya nggak sempat main-main ke area sana, tapi kalau lihat dari foto-fotonya di website resmi hotel, ukuran ruang rapatnya memanjang dan nggak begitu lebar, tetapi kondusif sih untuk meeting kecil.

Dari segi fasilitas umum, Hotel Citradream Bandung memang nggak menawarkan banyak pilihan. Selain itu, lahan parkir hotel juga sangat terbatas, terutama untuk mobil. Waktu saya menginap di sana, untungnya saya dapat tempat parkir mobil. Kalau nggak, tamu mungkin perlu parkir di pinggir jalan. Memang ada petugas yang berjaga, tetapi saya sendiri ngerasa nggak tenang kalau harus parkir di pinggir jalan.

Oh ya, ini bukan fasilitas umum hotel sih, tapi saya ingin kasih tahu aja. Biasanya, makanan dan minuman hotel kan terkenal mahal. Nah, di Hotel Citradream Bandung ini, saya rasa pilihan makanan dan minuman yang bisa kita pesan untuk dinikmati di kamar ditawarkan dengan harga yang bisa dibilang terjangkau. Menu minuman sendiri ditawarkan dengan harga mulai dari 10 ribu rupiah. Kalau makanan, yang paling mahal pun dibanderol dengan harga 30 ribu rupiah. Dan yang bikin saya excited lagi adalah, harga yang tertera di menu itu sudah termasuk pajak dan biaya layanan! Pilihan menunya memang nggak begitu banyak, tetapi untuk level makanan hotel sih, harga segitu menurut saya terjangkau.

IMG_20190318_092326

Lokasi

Terlepas dari kurangnya variasi tipe kamar dan fasilitas umum yang tersedia, aspek lokasi jadi salah satu keunggulan Hotel Citradream Bandung. Dari Stasiun Bandung, hotel ini hanya berjarak sekitar 5 menit menggunakan kendaraan bermotor. Kalau jalan kaki, kira-kira sekitar 10 menitan sih. Dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15-20 menit, tergantung kondisi lalu lintas.

Untuk urusan makanan, di sekitar hotel ada banyak kafe dan restoran yang buka sampai larut malam. Di seberang hotel pun ada minimarket yang buka 24 jam, cocok buat yang ingin ngemil tengah malam. Kalau ingin belanja, ada Paskal 23 yang bisa ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 10 menit. Ada juga Istana Plaza alias IP yang berjarak sekitar 5 menit dengan kendaraan bermotor. Kalau mau ke IP, bisa pakai angkot dan biasanya ongkosnya 2 ribu.

Kesimpulan

Objectively speaking, tidak banyak yang ditawarkan oleh Hotel Citradream Bandung. Pilihan jenis kamar dan fasilitas umum yang terbatas menandakan bahwa hotel ini memang no-nonsense, in terms of tujuannya: orang datang untuk beristirahat. Meskipun demikian, restoran tetap tersedia dan beberapa ruang rapat hadir di hotel ini untuk menunjang keperluan bisnis tamu.

Desain kamar pun nggak begitu spesial, tipikal cookie-cutter bisa dibilang. Namun, fasilitas dasar tetap tersedia, minus tea/coffee maker. Pihak hotel menyediakan dispenser air panas/dingin di koridor kamar. Hanya saja, saya rasa ribet kalau harus bolak-balik keluar kamar hanya untuk ambil air panas. Luas kamar mandi pun terbatas, seperti halnya produk mandi yang ditawarkan. Meskipun demikian, secara keseluruhan kualitas istirahat saya baik dan fasilitas yang tersedia berfungsi dengan baik.

Dengan rate mulai dari 250 ribuan (berdasarkan info dari Tripadvisor), Hotel Citradream Bandung layak diperhitungkan, terutama untuk para pengunjung yang nggak finicky dengan fasilitas hotel dan hanya perlu tempat buat beristirahat di malam hari. Lokasinya yang sangat strategis dan dekat dari Stasiun Bandung membuat properti ini bisa jadi pilihan cerdas dan terjangkau untuk para wisatawan.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Harganya terjangkau. Dengan lokasi yang strategis, properti ini bisa dibilang salah satu hotel dengan rate yang terjangkau.
  • Lokasinya strategis. Ke mana-mana dekat. Mau ke mal, cukup jalan kaki sekitar 10 menit. Dari Stasiun Bandung, hotel ini hanya berjarak sekitar 5 menit dengan kendaraan bermotor. Di sekitar hotel juga banyak restoran dan kafe yang buka sampai tengah malam.
  • Harga menu makanan dan minuman terjangkau, terutama untuk level makanan dan minuman dari hotel.

👎🏻 Cons

  • Pilihan tipe kamar dan fasilitas umum kurang variatif.
  • Area parkir untuk tamu, terutama parkir mobil sangat terbatas. Kalau tempat parkir penuh, ada kemungkinan parkir mobil harus di pinggir jalan.
  • Di kamar tidak ada tea/coffee maker. Kalau perlu air panas, perlu keluar kamar untuk pakai dispenser di koridor kamar. Repot kalau harus bolak-balik begitu.
  • Desain kamarnya tipikal cookie-cutter hotel.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😆😆😆⚪️⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰