Tag Archives: harmoni

Review: Ibis Styles Jakarta Gajah Mada

Sudah hampir setahun sejak terakhir kali saya ke Jakarta. Kunjungan terakhir saya ke ibukota adalah di bulan Februari. Waktu itu, saya menginap di tiga properti yang lokasinya bisa dibilang saling berjauhan (si Pak Suneo milih lokasi dari ujung ke ujung banget soalnya). Oh, ya! Pada waktu itu juga, berita COVID-19 masih hangat-hangatnya dan kalau nggak salah, waktu saya di Jakarta itu, ada kabar soal kasus kedua apa ketiga gitu. Orang rumah sudah panik dan nyuruh saya segera pulang.

Nah, di kunjungan itu, saya sempat menginap di salah satu properti yang berada di kawasan Harmoni. Nah, saya baru tahu kalau ternyata Harmoni ini merupakan nama bangunan. Dilansir dari Liputan6.com, nama Harmoni berasal dari sebuah bangunan bernama Sociëteit Harmonie. Sayangnya, bangunan ini diruntuhkan di tahun 1985. Saya sendiri sudah nggak asing dengan istilah sociëtiet. Di era kolonial, sociëteit adalah tempat nongkrongnya orang-orang Belanda, terutama dari golongan elit. Di sana, mereka bisa berdansa, ngegosip, minum, dan berpesta. Saya jadi ingat lagu berjudul Toean dan Njonja yang dinyanyikan oleh Wieteke van Dort. Lagu tersebut menceritakan orang-orang Belanda, “tuan dan nyonya, sinyo dan noni” yang masih asyik dansa, sementara si sociëteit sudah masuk jam tutup dan para pegawainya sudah gereget pengen balik.

Anyway, daripada saya melenceng makin jauh dari topik utama, langsung aja saya akan bahas salah satu hotel yang saya kunjungi di bulan Februari.

Sudut kamar di Ibis Styles Jakarta Gajah Mada dengan jendela memanjang. Foto milik pribadi.

Ibis Styles Jakarta Gajah Mada adalah hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan KH. Zainul Arifin No. 5 & 7, Jakarta Pusat. Meskipun nggak secara tepat berlokasi di Jalan Gajah Mada, nama jalan tersebut tetap disebutkan dalam nama hotel. Oh, ya! Hotel ini juga dulunya bernama All Seasons Gajah Mada dan dilansir dari Hotel.com.au, properti ini menyandang nama Ibis Styles sejak bulan Januari 2019. Namun, kalau saya nggak salah ingat, ya, dari tahun 2018an pun, hotel ini namanya sudah jadi Ibis Styles (correct me if I’m wrong).

Berdasarkan informasi dari situs resmi hotel, ada 143 kamar dan 7 suite room di hotel budget Jakarta dengan desain yang unik ini. Secara total, ada 150 unit yang terbagi ke dalam tiga tipe: Superior, Deluxe, dan Deluxe Suite. Soal fasilitas, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada punya kolam renang, bar, restoran, dan ruang rapat. Ada juga kids corner di lantai lobi yang saya kunjungi untuk main lego dan mewarnai (I’m not kidding, lho). Saya ada buktinya, lho! Ntar saya kasih lihat (and I’m still good at colouring pictures, tho!). Satu hal yang saya sukai dari properti ini adalah lokasinya. Jadi, saya dan si Suneo baru tahu kalau ternyata ada pintu menuju Gajah Mada Plaza di hotel. Walaupun memang bukan akses langsung ke mal (tetap harus jalan sedikit ke pintu samping mal), tapi seenggaknya saya nggak harus jalan kaki lebih jauh ke jalan besar dulu.

Saat berkunjung, saya menempati kamar tipe Superior. Sejujurnya, begitu masuk ke kamar, ada beberapa aspek yang melebihi ekspektasi saya. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Mengusung konsep design economy hotel, Ibis Styles Gajah Mada memang mencerminkan aspek desain dalam interior kamarnya. Dengan luas 21 meter persegi, sebetulnya tipe Superior tidak menawarkan space yang besar. Furnitur-furnitur utama ditempatkan saling berdekatan sehingga memberikan kesan “mepet”. Namun, penggunaan warna krem dan beige sedikitnya membangun kesan ruangan yang lebih lapang. Ditambah lagi, jendela yang besar dengan bentuk memanjang dan semacam ambalan kayu pada bagian bawahnya membuat ruang jadi terasa lebih luas.

Double bed yang tersedia nggak dilengkapi headboard terpisah, tetapi dinding belakang tempat tidur terdapat mural avant garde (saya kurang tahu gaya-gaya seninya jadi mohon maaf kalau salah) yang sepertinya sih menggambarkan Jakarta (garis tinggi yang mencuat ke arah atas sepertinya mewakili Monas). Di pojok ruangan, ada kursi berwarna merah dengan bentuk mbulet yang memberikan kontras warna pada interior ruangan. Nah, penempatan meja kerja di samping jendela menurut saya jadi ide yang tepat karena seru rasanya bisa kerja sambil lihat view. Apalagi, jendela yang memanjang ini punya ambalan yang cukup kuat buat diduduki. Malam-malam, saya dan Pak Suneo kedatangan teman-teman. Jadi, sambil ngobrol dan ngemil, saya sambil duduk di ambalan itu dan sesekali lihat pemandangan ke luar jendela. Asyik juga. Rasanya kayak punya bay window seat.

Lemari pakaian, electronic safe, dan set coffee/tea maker berada di hallway menuju bagian utama kamar tidur. Untuk televisi, ukurannya memang kecil, tetapi seenggaknya berfungsi dan pilihan channel-nya cukup variatif. Koneksi internet pun cukup cepat dan bisa diandalkan. Kalau saya pikir-pikir lagi desain furniturnya, sebenarnya senada dengan desain furnitur di properti-properti Ibis Budget dan Ibis biasa. Namun, balik lagi ke sebelumnya, dengan konsep design economy hotel, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada hadir dengan interior yang lebih bergaya.

Oh, ya! Hampir lupa! Satu hal lagi yang saya suka dari kamar ini, selain jendela besar dengan ambalannya adalah hadirnya guling sebagai pelengkap tempat tidur. Oh, God! Yang belum tahu nikmatnya tidur pake guling itu, aduh, I pity you. Asli! Cobain deh tidur pake guling! Nyenyak tahu tidurnya! Nah, sisa-sisa All Seasons Gajah Mada juga bisa terlihat di sarung bantal dan guling yang dipakai. Sarung-sarung ini masih memiliki label All Seasons. Meskipun nama propertinya sudah ganti, saya pikir ini masih sah-sah aja dan bisa dipahami sih. Lha wong Ibis dan All Seasons itu brand punya chain hotel yang sama.

Kamar Mandi

Soal kamar mandi tipe Superior di Ibis Styles Gajah Mada, saya perlu bilang kalau ukurannya tidak sekecil yang saya duga. Terlepas dari luas kamar 21 meter persegi secara keseluruhan, kamar mandi masih memiliki ruang yang cukup lega. At least, lebih luas daripada kamar mandi di Ibis Budget.

Amenities di kamar mandi mencakup produk kebersihan pribadi (oh tentu saja!), handheld shower, kloset, dan hairdryer. Nggak ada rainshower dan keran terpisah. Jadi, buat teman-teman yang Muslim, kalau mau wudhu ya harus pegang kepala shower-nya. Kehadiran hairdryer di kamar mandi menjadi salah satu fasilitas yang saya apresiasi. Berhubung saya suka diinget bahwa nggak boleh langsung tidur kalau rambut masih basah, saya suka keringin dulu rambut (tapi nggak sampai kering banget) sebelum istirahat. Nah, hair dryer ini membantu mempercepat proses pengeringan ke tingkat kelembapan yang saya inginkan.

Soal desain, interior kamar mandi bisa dibilang so-so. Dibilang keren banget ngga, tapi kurang atraktif juga nggak. Biasa aja. Penggunaan ubin berwarna beige keabu-abuan membangun kesan ruang yang lebih luas dan nggak claustrophobic. Shower area memang tidak luas, tetapi punya sandblasted window yang menjadi salah satu sumber pencahayaan. Oh, ya! Yang saya kurang sukai adalah lantai kamar mandinya terlalu licin, terutama di shower area. Harus hati-hati deh pokoknya kalau mandi. Selain itu, handheld shower-nya juga bocor. Ini jadi PR deh buat Ibis Styles Jakarta Gajah Mada. Di luar kedua hal tersebut, nggak ada keluhan lain mengenai kamar mandi.

Fasilitas Umum

STREATS & Lounge Bar

Ibisi Style Jakarta Gajah Mada punya restoran bernama STREATS. Restoran ini letaknya di lantai lobi, nggak jauh dari area lift. Sarapan diadakan di sini. Nah, STREATS sendiri sebetulnya satu area dengan lounge bar. Keduanya sama-sama menawarkan pemandangan courtyard yang juga jadi area merokok untuk para tamu.

Restoran di Ibis Styles Gajah Mada memiliki luas yang cukup besar. Soal desain, warna putih menjadi warna dasar interior bergaya komtemporer yang kemudian dilengkapi warna-warna yang vibran dan kontras untuk membangun kesan ceria dan playful. Jendela-jendela setinggi dua lantai menjadi jalan masuk pencahayaan alami ke dalam ruangan, sekaligus memungkinkan para tamu untuk melihat courtyard dan area kolam renang. Waktu tiba, saya dan si Suneo nukerin voucer welcome drink ke bar dan saat itu sekitar pukul empat sore. Cahaya matahari yang masuk ke area restoran lewat jendela menciptakan pemandangan yang kata saya sih Instagrammable. Entahlah, tapi saya suka lihat cahaya matahari sore yang masuk lewat jendela. Ada aura syahdunya soalnya. Di langit-langit restoran pun ada semacam instalasi seni berbahan logam yang kalau dari bawah kelihatan seperti, kalau nggak origami kapal laut, bentuk burung.

Lounge bar sendiri saya rasa bisa dibilang sebagai salah satu ekstensi area restoran (selain smoking area di luar). Interiornya pun mengusung konsep yang sama, tapi tentunya dengan bar di salah satu sisi ruangan. Welcome drink yang waktu itu kami tukar adalah lemon tea (atau lychee tea, ya? Saya lupa, tapi intinya sih masih teh lah). Nah, di dekat area resepsionis sendiri, saya ingat ada minuman infusion yang katanya berkhasiat menjaga imunitas tubuh. Saya juga lupa nih minumannya apa, tapi rasanya dingin dan agak hangat pas nyampe tenggorokan. Soal menu sarapan, duh maaf banget, saya lupa foto. Namun, menu-menunya sih cukup variatif dan kurang lebih tipikal menu sarapan hotel-hotel bintang tiga. Kalau untuk saya sih, menu yang disajikan sudah decent.

Courtyard & Kolam Renang

Untuk fasilitas hiburan, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada punya kolam renang. Kata si Pak Suneo sih, kolam renang ini merupakan fasilitas baru karena di era All Seasons dulu, kolam renang ini belum ada. Kebetulan dia udah pernah ke sini sebelumnya. Cuman, baik saya dan si Suneo nggak tahu pasti kapan kolam renang ini dibangun. Kolam renang di sini juga berfungsi sebagai fasilitas kebugaran satu-satunya di hotel. Posisinya mojok dan salah satu sisi kolam renang nempel dengan dinding. Nggak nempel banget sih karena masih ada jalan selebar mungkin 50-100 sentimeter buat orang lewat. Namun, jalan ini menurut saya masih terlalu sempit. Agak concerned sih, takutnya orang malah jatuh ke kolam.

By the way, waktu melihat bangunan hotel dari area kolam renang, saya jadi ingat desain atau pemandangan serupa dari Park Regis Singapore. Hotel bintang empat di Clarke Quay, Singapura ini juga punya desain eksterior yang serupa saat dilihat dari area kolam renangnya. Saya sempat komentar ke si Suneo kalau eksterior hotel mengingatkan saya sama suatu hotel di Singapura, tapi waktu itu saya lupa nama hotelnya apa dan si Suneo pun jadi nggak bisa browsing di internet buat membuktikan sendiri.

Park Regis Singapore. Sumber foto: Agoda

Ukuran kolam renang saya pikir cukup besar. Kolam anak dan kolam dewasa hanya dipisahkan semacam tembok pendek di dalam kolam. Soal panjang, yang jelas sih memang tidak memenuhi standar kolam olimpik, tapi untuk renang bolak-balik sih masih tetap bisa dan lancar tentunya. Sisi kolam yang menghadap ke courtyard dihiasi pot-pot tanaman dan pohon yang juga berfungsi sebagai pembatas. Oh, ya! Kolam renang ini posisinya lebih tinggi dari lantai lobi. Area bilas dan ganti pun ada di sisi yang berseberangan dengan area santai (yang ada bean bag-nya). Di kolam sendiri, ada banyak bola-bola plastik buat mandi bola. Jadi, kalau bawa anak-anak ke sini, kayaknya bakalan senang.

Courtyard di Ibis Styles Gajah Mada punya ukuran yang, saya nggak bisa bilang sangat luas, tetapi cukup lapang. Untuk acara skala kecil sih, kayaknya masih pas. Ada beberapa set high table/chair di area teduh. Beberapa set meja dan kursi di courtyard sendiri dibiarkan terbuka tanpa parasol (ada juga yang terlindungi parasol). Ubin batu alam dipasang untuk memenuhi seluruh area courtyard. Kesannya jadi terasa lapang, tapi di sisi lain kayak kosong. Tanaman-tanaman hias dan pohon ditempatkan di sisi-sisi courtyard sehingga bagian tengah halaman ya, sekali lagi, kosong. Namun, sepertinya area ini sering digunakan untuk gelaran kuliner atau semacamnya. Jadi, mungkin memang sengaja didesain agar lapang.

Oh, ya! Sebelumnya saya sempat bilang kalau Ibis Styles Jakarta Gajah Mada punya pintu ke Gajah Mada Plaza. Nah, pintu ini ada di area courtyard, tepatnya di dekat bangunan restoran (di foto di atas, mungkin kelihatan ada pintu kecil dengan papan pengumuman warna teal). Sebetulnya, pintu tersebut nggak menjadi akses langsung ke mal (nggak seperti Aryaduta Bandung atau Holiday Inn & Suites Gajah Mada). Namun, bikin saya cukup menghemat waktu kalau mau ke mal. Dari pintu tersebut, saya diarahkan ke jalan menuju pintu belakang Gajah Mada Plaza. Jadi, saya nggak perlu jalan jauh dulu sampai Jalan Gajah Mada buat ke mal. Hanya saja, pintu ini dibuka sampai jam tertentu (kalau nggak salah, jam 9 atau 10 malam), tapi seenggaknya sudah ada akses seperti ini aja cukup membantu.

Kids Corner

Selain kolam renang, anak-anak juga saya rasa akan senang menggunakan fasilitas ini. Berada di lantai lobi, kids corner di Ibis Styles Gajah Mada menjadi ruang bagi anak-anak untuk main dan berkreasi. Areanya sendiri tidak dibatasi oleh dinding, tetapi ditandai oleh penggunaan karpet busa puzzle warna-warni. Meja dan kursi plastik yang tersedia bisa untuk 8 anak. Di salah satu sudut kids corner, ada meja dan rak untuk menyimpan mainan dan media kreativitas. Di dekat kids corner juga ada internet corner untuk tamu yang perlu pakai komputer.

Oh, ya! Untuk main, menggambar, dan mewarnai, tamu nggak dikenai biaya, ya. Makanya, saya juga bisa main dan ngewarnain gambar di sini (aduh, kayak anak kecil, ya? He he he). Sementara saya mewarnai gambar, si Suneo sih main game di HP, tapi tetap duduknya di kids corner juga. Mungkin karena nggak ada anak-anak yang main di kids corner, saya nggak ditegur sama staf hotel. Lagi pula, hasil mewarnai saya lumayan bagus, ‘kan? He he he. Bukan mahakarya hebat sih, tapi saya bangga dengan kerjaan saya. Bahkan, gambarnya saya bawa ke Bandung dan masih ada sampai sekarang.

Lokasi

Bicara soal lokasi, sejujurnya kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk itu nggak menempati urutan teratas kawasan favorit saya di Jakarta. Namun, ada perasaan homy (?) ketika saya menginap atau main ke kawasan ini, terlepas dari hiruk pikuknya kawasan tersebut. Bisa jadi, mungkin karena waktu saya kecil, saya pernah tinggal di Kuningan, Jawa Barat dan rumah nenek saya (rumah yang saya tempati) berada di jalan utama. Jadi, hiruk pikuk kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk semacam mengingatkan saya dengan suasana di rumah nenek saya dulu.

Eh, maaf. Kok jadi nostalgia?

Ibis Styles Gajah Mada, meskipun nggak berdiri tepat di Jalan Gajah Mada, menawarkan kemudahan dalam bepergian. Jaraknya dari Jalan Gajah Mada nggak jauh. Mau ke mal, ada pintu akses cepat. Halte bis Sawah Besar juga jaraknya mungkin sekitar 5-10 menit dengan berjalan kaki dari hotel. Masih deket, lah.

Urusan cari makanan, saya pikir ini gampang banget saat menginap di hotel ini. Di seberang hotel sendiri, kalau malam hari, banyak kios-kios yang menjajakan beragam jenis makanan, dari ayam goreng sampai pecel lele. Macem-macem deh pokoknya! Minimarket pun ada di dekat hotel—sekitar 5 menit dengan berjalan kaki. Kalau ingin yang lebih lengkap sih, ya tinggal loncat ke Gajah Mada Plaza aja. Dari Stasiun Gambir, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan bermotor. Kalau dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, perjalanan ke hotel membutuhkan waktu sekitar 30-35 menit, tergantung kondisi lalu lintas sih sebetulnya. Pada prakteknya, jarak tempuh sering kali lebih lama karena, well, you know lah Jakarta.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Bicara soal pelayanan, selama menginap saya nggak mengalami kendala. Bisa dibilang, my stay experience was nice and smooth. Segala perlengkapan di kamar masih berfungsi dengan baik. Koneksi WiFi juga lancar (saya nggak perhatikan kecepatannya karena waktu menginap, saya hanya pakai internet untuk cek Instagram dan buka e-mail, tanpa download atau streaming konten yang berat). Kebersihan kamar pun terjaga. Hanya saja, soal kamar mandi, jujur lantainya licin. Saya kurang tahu apakah ini karena tekstur ubinnya atau pembersihan kamar mandinya kurang teliti.

Waktu saya menginap, saat itu wabah COVID-19 bisa dibilang baru tahap awal di Indonesia. Namun, pihak hotel sudah menerapkan berbagai protokol yang ketat. Saat mau masuk ke hotel, suhu tubuh sudah harus dicek dulu. Tamu harus pakai hand sanitizer dan masker. Intinya sih pihak hotel sudah mempersiapkan diri sejak tahap-tahap awal. Adanya minuman infusion untuk meningkatkan daya tahan tubuh di lobi untuk para tamu juga jadi sesuatu yang saya apresiasi. Setelah check-out, saya dan si Suneo sempat ngobrol panjang lebar dulu dengan Ms. Anisa (kalau saltik, mohon maaf ya) di resepsionis. Segala macem dibahas! Senang rasanya bisa bertemu staf-staf hotel yang ramah dan hangat.

Kesimpulan

Ibis dengan style. Ya, sesuai namanya sih, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada menawarkan akomodasi khas properti Ibis, tetapi dengan desain ruangan yang lebih youthful dan unik. Saya kurang tahu sesignifikan apa perubahan properti ini setelah melepas nama All Seasons dan menyandang nama Ibis Styles. Namun, yang jelas sih pengalaman saya menginap di sana positif.

Pilihan fasilitas yang tersedia, di antaranya adalah kolam renang, meeting room, ruang serbaguna, dan kids corner. Nggak ada gym, tapi saya pikir masih bisa berolahraga buat berenang. Lagi pula, kalau renang ‘kan, semua badan gerak. Dari segi kamar, ukurannya memang nggak luas-luas banget. Ya, standar kamar tipe Superior Ibis Styles, lah. Namun, dari segi desain, jelas ada keunikan tersendiri. Desain interior kamar memang bukan desain yang super unik atau spesial. Namun, kalau dibandingkan dengan line Ibis biasa, jelas ada perbedaan. Untuk properti ini, salah satu ciri khasnya adalah mural di dinding. Selain itu, saya juga suka dengan jendela besar memanjang yang punya ambalan untuk duduk-duduk sambil lihat pemandangan. Untuk kamar mandi, ukurannya lebih luas dari dugaan. Hanya saja, lantai area shower-nya terlalu licin.

Lokasi juga jadi salah satu keunggulan properti ini. Bisa dibilang sih, properti-properti yang berdiri di kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk itu unggul dalam aspek lokasi. Secara lah di kiri kanan banyak restoran, kafe, mal, minimarket, dan tempat-tempat semacamnya. Kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk sendiri masih relatif dekat dari Stasiun Gambir (buat saya secara pribadi sih, selama belum nyampe area LTC Glodok dan Glodok Plaza, masih deket lah dari stasiun). Jadi, untuk yang datang dari luar kota dan turun di Stasiun Gambir, perjalanan ke hotel ini nggak akan memakan waktu yang terlalu lama. Ditambah lagi, ada akses menuju mal (meskipun bukan direct access) sehingga saya nggak perlu repot-repot jalan kaki ke mulut jalan dulu kalau mau ke Gajah Mada Plaza.

Dengan rate dari 550 ribuan (berdasarkan info dari Tripadvisor), harganya memang bisa dibilang di atas rata-rata untuk economy hotel. Namun, mempertimbangkan fasilitas yang tersedia dan desain kamar, saya bisa paham. Kalau cek harga di aplikasi ALL, mungkin bisa dapat rate yang lebih murah karena kadang-kadang suka ada diskon atau promo. Secara keseluruhan, pengalaman menginap saya positif dan dengan lokasi strategis, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada bisa jadi properti ekonomis untuk siapa pun yang ingin step up their staycation game, tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasinya masih strategis walaupun tidak berada di Jalan Gajah Mada. Depan hotel ada banyak warung makanan, in case malam-malam pengen makan apa gitu.
  • Ada pintu akses cepat ke Gajah Mada Plaza, walaupun bukan direct access ke bangunan malnya.
  • Tersedianya fasilitas kolam renang jadi salah satu kelebihan untuk hotel ini, terutama dengan adanya pernak-pernik macam bola-bola plastik dan bean bag buat nyantai.
  • Jendela kamar punya dimensi yang besar dan ambalan buat duduk-duduk.
  • Interior kamar cukup stylish.
  • Ada guling! Oh! I love bantal guling so much!

👎🏻 Cons

  • Lantai di area shower terlalu licin.
  • Area courtyard terasa nanggung. Dibilang kosong banget sih nggak, tapi dibilang terisi juga nggak juga.
  • Jalur untuk orang lewat di pinggir kolam renang rasanya terlalu sempit. Saya agak khawatir orang jatuh ke kolam.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😶 (bonus setengah poin karena ada guling!)
Desain: 😆😆😆😶⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰💰