Tag Archives: four points

Review: Four Points Bandung

Bagi saya, desain klasik itu sifatnya eternal. Mau seperti apa perkembangan dunia arsitektur, desain-desain klasik itu nggak ada matinya dan selalu punya tempat di hati para penggemarnya. Saya adalah salah satu penggemar desain-desain klasik, meskipun secara spesifik saya lebih tergerak dengan desain modern classic yang lebih simpel, tapi tetap berkelas. Terlebih lagi, karena tinggal di Indonesia, gaya-gaya arsitektur klasik yang lebih rumit macam Barok, Roccoco, dan Art Nouveau rasanya, apa ya, kayak nabrak pasti kalau dibandingkan bangunan-bangunan lain yang desainnya lebih sederhana. Salah-salah, desain-desain seperti itu malah bisa keliatan gaudy dan lebay kalau nggak dieksekusi dengan pas.

Nah, di kawasan Dago Bandung, ada sebuah properti yang mengusung desain modern classic. Dengan “perawakan” yang tinggi, dominasi warna putih, dan atap mansard khas bangunan-bangunan bergaya Perancis, bangunan hotel ini pun tampil menonjol dibandingkan bangunan-bangunan tetangganya. Sebagian besar komentar teman-teman saya soal hotel ini pun berkaitan dengan bangunannya yang memang majestic. Sebetulnya, saya pernah nginap di hotel ini sebelumnya, di tahun 2016 saya masih ingat. Waktu itu, hotel ini baru buka. Jadi, bisa dibilang saya adalah salah satu tamu pertama hotel. Setelah bertahun-tahun, akhirnya saya nginep lagi di sana.

Bangunan hotel Four Points by Sheraton Bandung. Foto milik pribadi.

Four Points by Sheraton Bandung adalah hotel bintang empat yang berada di Jl. Ir. H. Djuanda No. 46, Bandung. Buat yang sering main ke kawasan Dago, terutama Dago bawah, pasti tahu lah hotel ini. Posisinya bersebelahan dengan Superindo Dago dan berseberangan dengan ACE/Informa Dago (eks-Dago Plaza). Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, hotel ini terkenal dengan bangunannya yang menjulang berwarna putih, hampir ke arah “bulky” sebetulnya. Dengan gaya arsitektur modern classic dan atap mansard, bangunan hotel ini sudah cukup ikonik dan mencerminkan classiness-nya.

Dari jalan, bangunan utama hotel sebetulnya tersembunyi di balik bangunan restoran. Jadi, sebetulnya ada dua bangunan di kompleks ini. Tower utama berada di belakang bangunan restoran, dan atap bangunan restoran sendiri berfungsi sebagai area kolam renang hotel. Waktu pertama kali menginap di sini, restoran tersebut belum buka, tapi restoran hotel sih sudah beroperasi. Nah, buat yang bingung, restoran yang ada di depan Four Points Bandung ini (Buttercup Boulangerie) beda manajemen dengan hotel. Ini informasi saya dapat dari staf restoran ya. Saya sendiri udah beberapa kali makan di sana. Dulu mereka punya menu pesto fettuccini yang enak banget, tapi sayangnya menu itu dihapus.

Dilansir dari Tripadvisor, ada 162 kamar yang tersedia di hotel ini. Di situs resmi hotel, disebutkan 5 tipe kamar (sebetulnya 6 karena tipe Classic ditawarkan sebagai dua pilihan: opsi king dan twin bed). Oh, ya! Saat menginap, saya berkesempatan ngobrol dengan Bu Emi selaku general manager Four Points Bandung. Dari beliau, saya belajar bahwa hotel ini ternyata awalnya diproyeksikan sebagai boutique hotel. Hmm… No wonder hotel ini mengusung desain yang memang nggak main-main. Waktu pertama kali menginap, saya menempati kamar Premium, satu tingkat di atas tipe Classic. Nah, pas kunjungan terakhir saya di bulan Agustus, saya memesan kamar tipe Classic. Soal fasilitas, ada restoran, fitness center, kolam renang, sky lounge, meeting room, ballroom, dan pool bar. Sayangnya, waktu saya menginap, pool bar-nya masih tutup. Namun, fasilitas-fasilitas lain sudah beroperasi. Bahkan, ada juga yang nikahan dan ngadain acara besar. Ulasan lengkapnya saya sajikan di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Semua tipe kamar di Four Points by Sheraton Bandung mengusung warna putih sebagai warna dominannya. Dengan interior bergaya modern classic, penggunaan warna putih membuat kamar terasa lega dan elegan. Nah, tipe kamar yang saya tempati adalah tipe Classic King di lantai 11. Dilansir dari situs resmi hotel, tipe Classic memiliki luas 30 meter persegi. Nah, kalau saya bandingkan, luas ini sebetulnya nggak jauh beda dengan luas kamar tipe Deluxe di Sheraton Bandung. Namun, kamar di Four Points Bandung terasa lebih luas, salah satunya karena dominasi warna putih di interior kamar, tidak adanya loveseat dan meja kopi, serta langit-langit yang lebih tinggi.

Tempat tidur king-size ditempatkan di tengah kamar, dengan headboard yang desainnya mengingatkan saya dengan desain-desain furnitur, khususnya tempat tidur, bergaya modern classic di era 90an akhir atau 2000an awal (coba deh tonton film atau sinetron di era tahun segitu yang menampilkan rumah-rumah orang kaya bergaya modern “pada zamannya”). Pasalnya, tante saya punya satu set furnitur kamar tidur dengan desain yang mirip-mirip. Bedanya, set furnitur punya tante saya warnanya hijau zamrud. Sebagai pengganti table lamp, digunakan lampu gantung bergaya kontemporer dengan bentuk tabung sederhana yang dipasang di kedua sisi tempat tidur. Di atas end table, terdapat jam alarm/iPod dock yang sayangnya nggak punya fitur Bluetooth (hal ini agak disesali karena saya pakai ponsel Samsung). Di end table yang satu lagi, terdapat telepon dan notepad kecil. Di atas tempat tidur, terpasang lukisan mawar memanjang, dengan satu kuntum berwarna merah muda, sementara bunga-bunga lainnya berwarna hitam putih. Saya jadi ingat adegan girl in red coat di film Schindler’s List.

Meja kerja ditempatkan bersebelahan dengan kabinet televisi. Untuk TV sendiri memiliki ukuran 42 inci dan dipasang di dinding sehingga memberikan cukup banyak ruang di atas kabinet buat menyimpan berbagai barang. Kanal televisi yang ditawarkan cukup banyak dan beragam. Koneksi WiFi hotel pun cukup cepat dan bisa diandalkan, walaupun pada hari pertama saya menginap, tingkat okupansi hotel sedang padat banget. Nah, waktu saya tiba, di atas kabinet TV ternyata sudah ada buah-buahan, complimentary dari pihak Four Points by Sheraton Bandung. Terima kasih banyak, Four Points! Kabinet TV hanya punya satu pintu yang, saat dibuka, ternyata masih ada satu kantung plastik putih bekas tamu sebelumnya sepertinya. Kosong sih kantung plastiknya dan bersih, cuman ‘kan tetap saja itu sampah. Duh, next time pihak hotel harus bersihin kamarnya lebih teliti lagi, nih.

Area utama kamar dibedakan dari hallway melalui penggunaan karpet berwarna abu-abu tua, senada dengan warna gorden. Si karpet dan gorden ini sendiri memberikan kontras warna di tengah dominasi warna putih dan gading. Di hallway, ada beberapa built-in lemari dengan desain pintu yang masih senada dengan desain furnitur di kamar, tentunya dalam balutan warna putih. Lemari pakaian memiliki ukuran yang cukup luas, dan mencakup electronic safe di dalamnya. Sayangnya, pintu geser lemari ini merangkap pintu kamar mandi. Walhasil, kalau kita tutup pintu kamar mandi, kelihatan lah isi lemari. Kalau isi lemarinya hanya baju sih mungkin nggak masalah. Cuman, saya pikir bisa jadi masalah ketika kita nginap dengan teman, atau ada tamu yang datang berkunjung, dan di lemari kita simpan barang berharga. Untuk setrika dan ironing board, tersimpan di dalam lemari di samping rak minibar dan kulkas. Oh, ya! Ada juga cermin besar di hallway yang jadi sarana saya foto-foto buat Instagram.

Untuk view sendiri, kamar saya menawarkan pemandangan Gunung Tangkuban Parahu dari ketinggian 11 lantai. Dari jendela juga terlihat Jembatan Pasopati, Moxy Bandung, dan kawasan di sekitarnya. Awalnya, saya sempat agak kecewa karena nggak bisa mendapatkan view kota. Namun, setelah dipikir-pikir lagi, waking up to a mountain view doesn’t hurt at all. Di siang hari, cahaya matahari yang masuk ke kamar pun melimpah sehingga saya nggak perlu nyalain lampu di siang hari.

Kamar Mandi

Kamar mandi untuk tipe Classic di Four Points Bandung memiliki ukuran yang cukup luas. Meskipun bathroom counter punya ukuran yang cukup bulky, penggunaan lantai dan dinding marmer berwarna beige dan pencahayaan yang terang membuat ruangan terasa lapang. Di kamar mandi, hanya ada satu wastafel. Handuk dan hair dryer disimpan di rak counter. Vanity mirror juga terpasang di dinding sebagai pelengkap cermin biasa berukuran besar dengan bentuk segi empat. Jarak dari kloset ke dinding di seberangnya cukup jauh, tetapi jarak dengan dinding di sampingnya bisa dibilang terlalu dekat.

Area shower di kamar mandi cukup luas. Bukan yang terluas memang, tapi seenggaknya saya masih bisa bergerak bebas dan mandi dengan nyaman. Hadirnya rainshower jadi salah satu hal yang saya sukai di kamar mandi ini. Shower tangan pun tersedia sebagai pelengkap rainshower. Semburan air yang keluar, baik dari rainshower maupun shower tangan cukup kencang. Enak lah buat mandi. Overall, tidak ada keluhan soal kamar mandi untuk tipe Classic di Four Points by Sheraton Bandung.

Fasilitas Umum

Saffron Restaurant

Berada di lantai lobi, Saffron Restaurant adalah dining venue utama di Four Points Bandung. Seperti halnya fasilitas dan kamar di hotel, interior restoran mengusung desain modern classic dengan dominasi warna putih. Pilar-pilar dipasangi cermin untuk memberikan kesan luas dan mewah. Lantai dengan pola checkerboard juga turun menambah kesan elegan pada interior restoran. Di sisi utara dan selatan, dipasangi jendela-jendela besar. Untuk sisi selatan sendiri, terdapat pintu menuju teras sebagai perluasan dining area dan smoking area. Chandelier yang dipasang di restoran memiliki desain yang unik, dengan motif tangkai atau ranting dedaunan yang, buat saya sih, seperti memiliki sedikit sentuhan Gothic. Sebagai colour pop di tengah-tengah palet monokron, warna kuning digunakan pada jok dan sandaran kursi panjang. Sayangnya, buat saya sih corak warna kuningnya terasa kurang elegan.

Meja dan kursi yang tersedia cukup banyak, tetapi tetap saja ketika tingkat okupansi hotel sedang tinggi, restoran terasa penuh. Sebenarnya, waktu menginap, saya diberi tahu bahwa untuk sarapan, saya kebagian di sky lounge hotel. Namun, saat saya ke sky lounge, kondisinya penuh dan saya nggak kebagian meja kosong. Saya pun ke Saffron Restaurant dan ternyata sama saja. Namun, untungnya saya berhasil dapat meja kosong di dekat jendela besar. Selain itu, posisinya juga dekat ke station es krim. Jadi, gampang lah buat bolak-balik ngambil es krim. Di sisi timur, terdapat beberapa station dan bar.

Soal menu sarapan, bisa dibilang menunya decent. Sejujurnya, saya tidak menemukan opsi yang sangat sangat spesial, tetapi setidaknya decent lah. Menu untuk pagi pertama dan kedua nggak jauh beda. Hanya saja, di akhir pekan dibuka station es krim. Nah, di pagi terakhir, station es krimnya ‘kan tutup. Namun, saya coba tanya ke staf restoran apakah saya bisa dapat es krim sebagai sajian penutup, dan pihak restoran menyajikan satu mangkuk es krim, walaupun di weekday, station es krim tidak buka. Wah! Terima kasih banyak, Four Points Bandung! Sangat saya apresiasi! Oh, ya! Di pagi pertama, karena restoran sangat ramai, ada beberapa staf tambahan yang bekerja di restoran, dan saya nggak nyangka bahwa staf yang bertugas di station es krim pagi itu adalah Bu Emi, general manager hotel. Waduh! Maaf ya, Bu Emi. Waktu itu saya belum kenal soalnya. Namun, setelah check out, saya beruntung bisa berkesempatan berkenalan dan ngobrol sebentar dengan Bu Emi mengenai hotel dan segala macam. Saya jadi belajar cukup banyak juga soal Four Points by Sheraton Bandung.

Buttercup Boulangerie

Selain Saffron Restaurant, Four Points Bandung juga punya dining venue yang lain. Menempati bangunan di bagian depan hotel, Buttercup Boulangerie hadir dengan interior berkonsep unik. Interiornya memadukan desain modern classic dengan sentuhan youthful yang tercermin dari pilar besar di tengah ruangan berbalut wallpaper tipografi dengan unsur (atau, lebih tepatnya, teknik) emphasis. Wallpaper yang sama juga dipasang di sudut-sudut ruangan yang lain, termasuk dinding di belakang grand staircase menuju lantai dua. Si tangga besar di sini jadi semacam focal point restoran. Berdasarkan pengalaman (karena saya pernah ke restoran ini beberapa kali), biasanya menjelang natal dipasang pohon natal besar di bawah tangga, dan tangga itu sendiri dihias dengan lampu-lampu. Cantik banget deh pokoknya.

Dining area utama restoran memiliki luas yang cukup besar, dengan meja-meja yang ditempatkan dalam jarak yang tidak begitu mepet. Di tengah-tengah ruangan juga ada meja panjang yang biasanya dipakai para tamu yang makan sekalian rapat. Ada grand piano di salah satu sudut ruangan dan, sedihnya, dikunci. Saya pun nggak bisa main piano deh 😕. Nah, dulu di Buttercup Boulangerie juga ada toko wine The Peak. Namun, pas saya tanya ke staf restoran, toko tersebut sudah tutup dan pindah (saya lupa pindahnya ke mana). Seingat saya sih, masih ada The Peak di Setiabudhi Supermarket, in case ingin beli wine.

Di sebelah selatan area utama (yang dipisah jendela-jendela besar di samping piano), ada smoking area. Saya nggak sempat foto areanya, tapi dari segi luas jelas lebih kecil. Soal menu, seperti yang saya bilang sebelumnya, pilihan menunya sudah berbeda dibandingkan ketika saya ke sana di tahun 2017-2018 (lama banget, ya). Saya ingat dulu mereka punya menu pesto fettuccini, tapi sekarang sudah nggak ada. Dan juga, saya lupa foto si chicken katsu bowl yang saya pesan di sini, tapi dari segi rasa sih enak. Dagingnya lembut dan luarnya renyah, tapi dari segi porsi sih memang tidak begitu banyak dibandingkan dengan harganya. Untuk menu lengkapnya, bisa baca informasi menu dan harganya dari Pergikuliner.

Kolam Renang

Sebagai salah satu fasilitas kebugaran dan hiburan, kolam renang hadir di Four Points by Sheraton Bandung. Lokasinya sebenarnya berada di rooftop bangunan Buttercup Boulangerie, tapi hanya bisa diakses lewat bangunan utama hotel. Kolam renang hotel juga satu lantai dengan gym. Ukurannya cukup besar dan panjang untuk bolak-balik satu lap. Sayangnya, nggak ada pemisah yang lebih jelas (or rather, aman) antara kolam anak dengan kolam dewasa. Jadi, buat yang bawa anak-anak, pastikan anak-anaknya diawasi dengan saksama, ya.

Kolam renang di Four Points Bandung berair dingin. Namun, karena konsepnya outdoor, kolam renang jadi terpapar cahaya matahari dan di sore hari, kadang-kadang airnya kerasa lebih hangat. Yang saya sayangkan adalah waktu main ke area kolam, lounge chair yang tersedia jumlahnya sedikit. Selain itu, ngga ada area teduh (kecuali pool bar yang masih berada di area beratap) di pinggir-pinggir kolam. Jadi, yang duduk di lounge chair, siap-siap terpapar cahaya matahari. Seandainya ada parasol, saya rasa akan lebih baik dan nyaman. Di ujung selatan area kolam renang, terdapat shower bilas. Untuk kamar mandi, letaknya ada di dekat pool bar.

Oh, ya. Waktu saya menginap, pool bar hotel masih belum buka. Semoga saja, pas pembaca ada yang berkesempatan menginap ke sana, pool bar-nya sudah buka, ya. Dari area kolam renang, sebetulnya kita bisa lihat view kota. Hanya saja, memang harus berdiri dekat ke dinding pembatas. Dari shower bilas, bahkan kita bisa ngintip ke Superindo dan area parkirnya di sebelah hotel. Saya hampir lupa! Saat masuk ke area pool bar, di sisi selatan terdapat satu nook yang, waktu saya kali pertama menginap di sini di tahun 2016, berfungsi sebagai entertainment area, dengan TV, coffee table, karpet bulu, dan lounge chair. Kalau nggak salah, ada juga bean bag. Namun, waktu saya menginap kedua kalinya, nook tersebut sudah berubah dan hanya diisi dua lounge chair. Jendela yang ada di belakang kursi menawarkan view kota yang cantik. Saya pikir sayang banget area ini jadi kerasa kosong. Padahal, kalau bisa dimanfaatkan untuk fasilitas lain, lumayan sih (mis. perpustakaan atau fasilitas semacamnya).

Gym

Fasilitas kebugaran lainnya yang tersedia di Four Points by Sheraton Bandung adalah gym. Saya suka desain interiornya karena didominasi oleh jendela-jendela full-height yang langsung menghadap ke kolam renang dan pool bar. Walhasil, ruangan pun terasa luas dan terang karena cahaya matahari bisa masuk secara optimal. Sentuhan modern classic masih tetap terasa melalui penggunaan lemari-lemari berwarna putih di sisi timur ruangan. Dari segi desain, lemari-lemari ini mengusung gaya yang sama dengan furnitur yang ada di kamar.

Namun, dari segi jumlah, peralatan yang ada memang terbatas. Ada 2 mesin treadmill, 2 elliptical trainer, dan 1 stationary bike yang ditempatkan menghadap ke jendela. Ada juga 1 weight-lifting machine di sisi timur ruangan. Barbel-barbel ditempatkan di bawah televisi. Meskipun dari segi ukuran, ruangan gym ini tidak besar, masih ada space yang cukup luas untuk senam atau yoga. Oh, ya! Lemari-lemari di salah satu sisi ruangan juga berfungsi sebagai media penyimpanan perlengkapan seperti handuk, paper cup, dan dispenser air minum. Dengan jumlah alat yang terbatas, tamu mungkin harus menunggu agak lama untuk gantian pakai alat. Namun, untungnya waktu saya berkunjung ke gym dan kolam renang, hanya saya tamu yang datang.

Fasilitas Lain

Selain fasilitas-fasilitas yang saya sebutkan di atas, Four Points Bandung juga punya beberapa pilihan lain, seperti ruang rapat dan ballroom. Dilansir dari situs resmi hotel, ada 11 event room, termasuk satu ballroom dengan luas 360 meter persegi yang bisa mengakomodasi maksimal 400 orang. Nah, ada juga sky lounge yang menempati ruangan di dalam atap mansard bangunan. Saya sempat ke sana sebetulnya, tapi nggak sempat ambil foto-foto karena memang awalnya ke lounge untuk breakfast (dan nggak jadi karena saya akhirnya sarapan di Saffron).

Edelweiss Sky Lounge berada satu lantai di atas lantai PH (penthouse). Untuk mengakses lounge ini, kita harus naik lagi satu tangga khusus. Soal view sih, jangan ditanya. Saya bisa menikmati pemandangan Bandung dengan jelas. Untuk interior (meskipun nggak ada fotonya), warna ungu mendominasi ruangan. Sky lounge-nya sendiri sebetulnya nggak begitu luas, tetapi punya outdoor area buat yang ingin menikmati angin malam. Sayangnya, waktu saya menginap, lounge ini pun tidak beroperasi di luar jam sarapan. Lounge juga hanya dibuka di akhir pekan. Waktu saya coba datang lagi Senin pagi, lounge ditutup dan sarapan digelar di Saffron. Jadi, mohon maaf ya karena saya nggak bisa memberikan dokumentasi yang lebih komprehensif terkait sky lounge ini 😔

Hal lain yang ingin saya bahas, meskipun nggak ada fotonya, adalah area parkir. Dari segi jumlah, spot parkir yang tersedia bisa dibilang nggak begitu banyak. Terlebih lagi, area parkir hotel juga harus berbagi dengan area parkir untuk para pengunjung Buttercup Boulangerie. Namun, yang saya rasa agak—what’s the word—khawatirkan adalah ramp ke basemen dan lantai-lantai parkir di bawahnya. Gosh! Ramp-nya sempit banget! Waktu nyetir ke basemen, saya ngerasa was-was karena takut mobil kena dinding pembatas. Pokoknya, hati-hati aja saat mau parkir ke basemen.

Lokasi

Menurut saya, salah satu aspek unggulan Four Points by Sheraton Bandung adalah lokasinya. Berada di kawasan Dago bawah, properti ini memudahkan para pengunjung untuk pergi ke either kawasan Dago atas, or kawasan Balai Kota, Braga, dan Asia Afrika. Pasalnya, posisinya bisa dibilang berada di tengah-tengah. Untuk tamu yang datang dari Jakarta (atau masuk ke Bandung lewat tol Pasteur), cukup lewati Jalan Pasteur dan naik Jembatan Pasupati, kemudian turun di Balubur. Dari situ sih, udah dekat banget ke hotel.

Kehadiran toko swalayan, restoran, dan kafe di sekitar hotel pun jadi sesuatu yang memberikan kemudahan saat saya menginap. Di seberang hotel, bahkan ada ACE dan Informa, just in case mau beli furnitur atau perlengkapan rumah lainnya (he he he). Hotel ini pun berada di jalur angkot. Jadi, gampang banget sih sebetulnya untuk urusan pergi-pergi dan beli-beli. Nah, satu hal lagi yang saya suka adalah di seberang hotel ada Chatime dan Terminale Gelato. Karena saya suka jajan, kehadiran dua gerai itu tentunya memuaskan hasrat ingin jajan saya. Pas lagi bosen kerja di kamar dan ingin ngemil, tinggal nyeberang, beli Chatime dan gelato, terus balik lagi ke hotel.

Dari Stasiun Bandung, Four Points Bandung berjarak sekitar 10-15 menit, tergantung kondisi lalu lintas sebetulnya. Kalau dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, jarak tempuh dengan kendaraan bermotor ke hotel bisa mencapai 20-30 menit.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Selama menginap di Four Points by Sheraton Bandung, saya terkesan dengan pelayanan yang pihak hotel berikan. Proses check-in berjalan lancar dan cepat, padahal saat itu tingkat okupansi sedang tinggi dan para tamu ngantri untuk check-in. No nonsense—bisa dibilang begitu. Saat tiba di kamar pun, ternyata sudah tersedia buah-buahan segar untuk saya, serta personalized note dari Bu Emi. Terima kasih banyak 🙏🏻 Hanya saja, seperti yang saya sebutkan di segmen pertama, ada satu kantung plastik sampah yang tertinggal di dalam kabinet TV. Ke depannya, semoga tim housekeeping bisa melakukan persiapan dan pembersihan yang lebih menyeluruh.

Soal keramahan para staf (terutama yang di restoran karena saya banyak berinteraksi dengan mereka saat sarapan), saya merasa tidak ada masalah. Saat sarapan di Senin pagi, station es krim tidak beroperasi. Namun, saat saya tanya apakah saya bisa dapat es krim sebagai dessert, staf yang bertugas bisa menyediakan semangkuk es krim. Memang bukan rasa yang saya inginkan, tapi saya pikir ini perlu diapresiasi.

Satu hal lagi yang harus saya apresiasi adalah bantuan staf hotel saat saya mengalami masalah dengan kabel charger laptop. Jadi, tiba-tiba kabel charger laptop saya hampir putus dan karet pembungkusnya terkelupas (memang usianya juga udah lama banget sih). Saya coba tanya apakah pihak hotel punya lakban hitam tebal supaya saya bisa menutupi bagian kabel yang terbuka. Nah (saya lupa nggak menanyakan nama staf yang waktu itu datang), staf yang bantu saya bilang bahwa nggak ada lakban hitam, tapi dia bilang akan bantu carikan alternatifnya. Akhirnya, untuk sementara kabel saya ditutupi semacam tape warna merah. Ya, setidaknya kabel saya aman dan bagian dalamnya nggak sampai terekspos deh. Sekarang sih saya sudah beli charger baru. Terima kasih banyak untuk staf Four Points Bandung. Bantuannya sangat saya apresiasi.

Kesimpulan

Beautiful in white. Saya tahu itu judul lagunya Shane Filan, tapi baik dari segi eksterior maupun interior, Four Points Bandung memang tampil cantik dalam balutan warna putih, tentunya ditambah dengan desain modern classic yang diusung. Dari sisi eksterior, bangunan hotel tampil menonjol dengan “bodi” yang menjulang dan atap mansard khas Perancis yang membuat bangunan hotel terlihat majestic dan mewah. Dari sisi interior, desain modern classic yang dipadukan dominasi warna putih membuat kamar terkesan elegan dan luas. Penggunaan lantai marmer di area-area publik hotel pun makin menonjolkan kemewahan hotel. Wajar saja karena hotel ini sejak awal diproyeksikan sebagai hotel butik. Jadi, penampilannya pun harus atraktif dong.

Pilihan fasilitas yang tersedia saya rasa sudah cukup lengkap untuk properti bintang empat. Ada kolam renang, gym, restoran, pool bar, sky lounge, ruang rapat, dan ballroom. Fasilitas yang saya rasa bisa jadi primadona hotel adalah kolam renang dan restorannya. Dengan ukuran yang cukup besar, kolam renang hotel cocok jadi fasilitas kebugaran dan hiburan, terutama untuk keluarga. Hanya saja, kolam anak dan kolam dewasa tidak dipisah dan dibatasi oleh dinding pendek di dalam kolam. Untuk gym, jumlah peralatan yang tersedia memang sangat terbatas sehingga ada kemungkinan saat ramai, tamu-tamu harus menunggu cukup lama untuk gantian pakai alat.

Untuk kamar, interiornya mengusung desain modern classic dan didominasi warna putih. Semua in-room amenities berfungsi dengan baik. Hanya saja, yang saya sesalkan ya kantung plastik sampah yang masih tertinggal di dalam kabinet TV. Pintu geser lemari pakaian pun merangkap sebagai pintu geser kamar mandi. Ini artinya kalau kita pakai kamar mandi dan tutup pintunya, lemarinya jadi terbuka dan isinya bisa terlihat. Selain itu, jam alarm di kamar pun nggak dilengkapi fitur Bluetooth. Namun, selebihnya sih everything is great. Koneksi WiFi punya kecepatan yang cukup tinggi dan bisa diandalkan untuk kerja. Kamar mandi tampil mewah dalam balutan marmer berwarna beige. Pilihan kanal televisi yang tersedia cukup beragam. Ukuran kamar cukup luas dengan pemandangan gunung yang cantik. What else? Ya, saya tahu sih. Jam alarm yang tidak dilengkapi Bluetooth jadi salah satu hal yang disayangkan, at least untuk saya secara pribadi.

four points bandung

Dengan rate dari 890 ribuan per malam (berdasarkan rate paling rendah yang saya dapat di Marriott Bonvoy), saya harus jujur bahwa Four Points Bandung bukanlah akomodasi bintang 4 paling terjangkau di kelasnya, terutama kalau saya bandingkan dengan properti-properti setara dengan rate yang lebih rendah. Namun, dengan fasilitas yang cukup komprehensif, desain interior yang elegan dan Insta-worthy, serta lokasi yang prima, Four Points by Sheraton Bandung bisa jadi pilihan hotel untuk menikmati staycation mewah di Bandung.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Desain hotel, baik eksterior maupun interior cantik banget dalam balutan warna putih dan gaya modern classic. Bangunan hotel yang megah dengan atap French mansard yang khas jadi keunikan hotel ini.
  • Lokasi hotel prima banget. Di sekitar hotel ada toko swalayan, restoran, kafe, dan bahkan hardware store. Hotel juga berada di jalur angkot (in case mau bepergian pakai angkot).
  • Ukuran kamar tipe terkecil (Classic) sudah cukup luas, terutama dengan dominasi warna putih pada interiornya dan langit-langit yang tinggi.
  • Properti ini punya sky lounge. Cocok buat yang ingin nongkrong malem sambil lihat view Bandung.
  • Secara pribadi, saya terkesan dengan pelayanan yang diberikan pihak hotel, terutama soal bantuan yang diberikan staf terkait kabel charger laptop saya yang terkoyak dan es krim saat sarapan. They went above and beyond at giving the best service.

👎🏻 Cons

  • Ramp ke area parkir di basemen sempit banget. Harus hati-hati pokoknya.
  • Jumlah peralatan di gym terbatas. Jadi, kalau sedang ramai, mau nggak mau harus nunggu (mungkin agak lama) untuk gantian.
  • Kolam anak dan kolam dewasa tidak dipisah dan hanya dibatasi oleh dinding pendek di dalam kolam. Anak-anak harus diawasi ketat pokoknya pas berenang.
  • Rate-nya terbilang tinggi untuk properti di kelasnya.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😶
Desain: 😆😆😆😆😶
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰💰💰