Tag Archives: cottonwood

Review: Cottonwood Bed & Breakfast

Kalau pulang dari kampus atau kelas, kadang saya lewatin hotel ini. Lokasinya memang tidak disangka-sangka dan ketika beberapa teman tanya soal lokasi hotel ini, tanggapan mereka setelah saya jawab adalah “Oh, ada hotel di sana?”

Ada. Dan hotelnya gemes maksimal!

cottonwood bandung
Fasad Cottonwood Bed & Breakfast. Sederhana tapi manis.

Cottonwood Bed & Breakfast berlokasi di jalan Mustang nomor B2/1A. Kalau anak-anak Maranatha atau Sarijadi sih kemungkinan tahu hotel ini atau daerah ini. Nah, buat yang jarang masuk-masuk ke jalan yang lebih kecil di kawasan Sarijadi atau Surya Sumantri, hotel ini tuh nggak jauh dari Gerbang Tol Pasteur dan kawasan Cibogo (kira-kira sekitar 10 menit lah dari gerbang tol kalau kondisi jalan lagi lancar). Untuk saya pribadi sih kalau bahas segi lokasi, hotel ini punya keuntungan dan kekurangan tersendiri. Keuntungannya adalah hotel ini nggak berlokasi di jalan arteri dan berada di kawasan pemukiman yang tenang sehingga saya bisa kerja dan istirahat dengan nyaman tanpa banyak gangguan. Kekurangannya adalah karena lokasinya bukan di jalan arteri, akses ke area komersial nggak begitu mudah, walaupun sebetulnya jaraknya dari gerbang tol Pasteur itu cukup dekat.

Akomodasi bintang dua ini mengusung konsep bed and breakfast. Untuk tipikal pengunjung yang nggak neko-neko dan butuh tempat untuk “tidur doang”, hotel ini udah memenuhi kebutuhan. Bangunannya sendiri nggak besar, dengan fasad yang bukan tipikal grandiose, tapi lebih ke arah cute (driver Grab saya bilang, “Lucu ya kayak rumah Barbie!”). Oke sip, pak! πŸ€“

Jumlah kamarnya nggak banyak; hanya ada 11 kamar yang terdiri atas 9 kamar biasa, 1 loft, dan 1 familyΒ suite room untuk 4 orang. Fasilitas hotel pun hanya ada restoran slash kafe dan satu plant nursery. Meskipun demikian, menginap di sini dijamin nggak menyesal karena lokasinya yang cocok buat menyepi dan desain interior kamar yang bikin betah dan gemas sendiri.

Desain Kamar

Untuk kepentingan review ini, saya sempat galau beberapa jam untuk pilih desain kamar yang diinginkan. Seperti yang saya bilang sebelumnya, desain interior kamar di Cottonwood Bed & Breakfast ini unik dan menggemaskan. Asyiknya lagi, setiap kamar tampil dengan desain yang berbeda. Ini sih roman-romannya harus ke sana lagi buat coba nginap di kamar yang berbeda. Akhirnya, pilihan saya jatuh kepada kamar Popple Room yang ada di lantai dua.

Bicara tentang ukuran kamar, sebetulnya ukurannya sih nggak besar. Space kamar sebagian besar terisi sama tempat tidur double bed dengan seprai putih motif garis-garis warna biru yang memberikan sentuhan nautical. Supaya nuansa lautnya lebih kental, di samping tempat tidur ada lemari buku yang dibuat dari perahu yang dibagi dua. Cantik banget!

Di samping tempat tidur, ada meja belajar dan kursinya yang mengingatkan saya sama bangku dan kursi TK. Meja belajarnya ini dipasang di dinding dan entah kenapa saya merasa mejanya rentan jatuh (penahannya cuman satu). Di atas meja, disediakan terminal sebagai pengganti outlet listrik yang dipasang di dinding. Kurang A E S T H E T I C sih, tapi kelebihannya saya jadi punya banyak colokan buat charge ini itu. Di sini, saya mulai merasa juga bahwa kamar saya ini cocok jadi kosan tematik. Serius deh! Rasanya kayak kosan loh. Kosan mewah dan tematik.

AC dan televisi juga tersedia di kamar. Kalau butuh hiburan lain, ada WiFi gratis yang bisa dipakai untuk browsing internet atau cek media sosial. Oh ya, di kamar nggak ada lemari pakaian loh jadi kita nggak bisa simpan pakaian di dalam lemari. Meskipun demikian, masih ada gantungan pakaian (dan cukup banyak karena di kamar mandi pun ada) yang bisa kita pakai untuk simpan baju, jaket, atau celana.

Ketika datang sekitar pukul jam 4, suasana kamar bikin saya ngerasa betah. Apalagi dengan desain interior yang gemas begitu, saya jadi agak malas buat pergi beli makan. Walhasil, saya ketiduran sambil nonton kartun sampai sekitar jam setengah 8 malam. 😞

Oh ya, karena konsepnya bed and breakfast, kita diimbau untuk nggak mengganggu tamu lain dengan berisik di kamar atau nyalakan televisi dengan suara kencang. Kamar pun nggak punya peredam suara jadi suara dari dalam kamar bisa kedengaran ke luar, dan sebaliknya.

Oh ya, buat yang penasaran desain kamar-kamar lain di hotel ini, di bawah ini ada beberapa fotonya yang saya ambil dari website resmi hotel.

Kamar Mandi

Untuk urusan kamar mandi, saya nggak menyimpan ekspektasi besar. Bentuk kamar mandinya memanjang, tapi bisa dibilang cukup lapang dan nggak bikin claustrophobic. Appliances seperti shower, kloset, bidet, dan wastafel sudah tersedia jadi perlengkapan dasar kamar mandi sudah bisa dicentang dari list ya.

IMG_20181004_160609_HHT
Kamar mandi yang mungil tapi cerah

Nah, yang saya suka dari kamar mandi ini adalah penerangannya yang baik. Seperti yang saya ceritakan di beberapa review sebelumnya, saya kurang suka dengan kamar mandi yang remang karena rasanya gloomy dan mandi jadi tidak ceria. Dindingnya didominasi warna lemon chiffon, dengan setengah bagian bawahnya merupakan dinding bata ekspos bercat putih. Keluaran air dari shower-nya cukup kencang jadi enak buat pijat bahu. Hanya saja untuk air panas, saya harus menunggu sekitar beberapa menit sampai suhu yang diinginkan terasa.

Sabun dan sampo sudah disediakan di dispenser yang ada di area shower. Area ini dipisahkan oleh shower curtain yang sayangnya nggak sepenuhnya menghalau air ke area kloset (intinya sih mandinya nggak usah hardcore sampai loncat-loncat). Selain sabun dan sampo, sikat plus pasta gigi dan shower cap juga tersedia. Hanya saja, pisau cukur nggak disediakan jadi yang perlu bercukur, baiknya siapkan sejak awal dari rumah atau beli dari minimarket.

Fasilitas Umum

Meskipun konsepnya bed and breafkast, Cottonwood Bed & Breakfast punya fasilitas umum buat menunjang kebutuhan pengunjung. Salah satunya adalah kafe.

Di bagian belakang hotel, terdapat kafe Sun Porch yang bisa dikunjungi baik oleh pengunjung hotel maupun umum. Hanya saja untuk umum, kafe ini buka dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore aja. Ukuran kafenya sepintas kelihatan kecil dan nggak luas, tapi seating area tambahan di belakang ternyata lebih menarik. Ada juga spot khusus untuk food photography yang disediakan pihak hotel secara gratis, lengkap dengan lighting dan properti lain yang bisa dipakai.

Interior kafe mengusung desain shabby chic, dengan kursi-kursi dari boks kayu, lemari dan rak bernuansa cottage, watering cans, patung-patung kecil berbentuk hewan, dan tanaman hias. Oh ya, di kafe ini juga ada rak yang menyimpan koleksi sukulen untuk dijual. Sayangnya, saya datang ke sini nggak bawa mobil sendiri. Kalau bawa sih, saya mungkin beli satu sukulen.

Suasana kafe yang cerah dan berdekatan dengan kebun ini bikin saya nyaman ketika sarapan di sini. Banyaknya tanaman-tanaman hias yang dipajang bikin area kafe terasa teduh. Pemilik sekaligus manager hotel ini juga ramah dan menanyakan gimana istirahat saya. Rasanya homy banget. Yang serunya lagi adalah sarapan saya bukan nasi goreng, mi goreng, atau makanan lain khas continental breakfast; saya makan laksa! Agak aneh sih pagi-pagi makan laksa, tapi ya ini unik aja. Jarang-jarang kan sarapan di hotel, makannya bihun laksa.

IMG_20181005_105246
Tangga utama
IMG_20181005_105402_HHT
Mau nitip salam?
IMG_20181005_090810
Boks pasir mainan untuk anak
IMG_20181005_100004
Taman depan, ada rumah burungnya
IMG_20181005_100019
Tempat duduk di teras depan

Desain interior ruangan atau public space yang lain sama atau senada dengan shabby chic. Dekorasi atau ornamen bertema burung dan hewan banyak di sana sini dan menambah sisi gemas hotel ini. Warna-warna pastel dan netral juga mendominasi interior hotel, menciptakan atmosfer yang hangat dan menyenangkan.

Kesimpulan

Dengan harga mulai dari 315 ribu rupiah per malam (berdasarkan plakat di hotel), Cottonwood Bed & Breakfast bisa jadi tempat istirahat atau sanctuary yang terjangkau buat yang ingin beristirahat sambil kerja dalam atmosfer yang hangat ala rumah sendiri. Kamar-kamar tematik dengan desain yang unik bikin hotel ini sayang kalau hanya dikunjungi satu kali (next time coba kamar yang lain).

Meskipun nggak banyak fasilitas umum, kafe dan taman di hotel ini menawarkan public space yang nyaman untuk bertemu teman-teman atau ngopi. Lokasinya yang cukup nyempil juga membuat hotel ini relatif tenang dan sepi, jadi enak buat beristirahat. Sayangnya kalau senang jalan-jalan dan ingin akses cepat ke minimarket atau tempat umum lainnya, mungkin agak susah. Minimarket terdekat jaraknya nanggung kalau jalan kaki, meskipun kalau pakai motor sih relatif dekat.

Overall, pengalaman saya nginap di Cottonwood Bed & Breakfast ini menyenangkan. Kalau mau cari akomodasi budget yang unik dengan desain interior kamar yang gemes, hotel ini bisa jadi pilihan yang tepat.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Desain setiap kamar beda-beda, tapi yang jelas Instagrammable. Kayaknya nggak cukup sekali datang ke sana karena bawaannya ingin nginap di kamar-kamar lain.
  • Suasana hotel secara keseluruhan hangat dan nyaman, kayak nginap di rumah sendiri (dengan desain kamar yang unik).
  • Area di sekitar hotel cukup tenang, cocok buat yang ingin istirahat atau menyepi.
  • Restoran hotel menyediakan photo space gratis buat yang suka foto-foto makanan.
  • Rate-nya terjangkau dan dengan desain kamar yang cantik, hotel ini worth visiting.

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Meskipun cukup dekat dari Gerbang Tol Pasteur dan Universitas Kristen Maranatha, minimarket terdekat jaraknya nanggung (jauh kalau jalan kaki, tapi deket kalau pakai motor).
  • Pintu kamar masih pakai kunci manual, bukan card.
  • Kamar nggak begitu kedap suara. Waktu saya nginap, bayi pengunjung lain ada yang nangis malam-malam dan kedengaran sampai kamar.
  • Jumlah kamar di Cottonwood nggak banyak jadi jangan kaget kalau full-booked di high season.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌βšͺ️
Desain: πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜Ά
Lokasi: 🀩🀩🀩😢βšͺ️
Harga: πŸ’°πŸ’°