Tag Archives: budget hotel

Review: Holiday Inn Express Matraman

Dari semua kawasan di Jakarta, saya paling jarang berkunjung ke Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Wilayah edar saya bisa dibilang itu lagi itu lagi: Jakpus, Jaksel, dan Jakbar. Teman-teman saya bahkan bisa nebak saya ke mal apa kalau ke Jakarta saking seringnya ke sana (dan seolah nggak ada tempat tujuan lain). Sebagian besar teman-teman saya tinggal di tiga kawasan itu dan jujur aja, dengan kereta api sebagai moda transportasi favorit saya, tiga kawasan itu rasanya lebih nyaman untuk saya kunjungi atau jadikan patokan untuk cari hotel. Maklum. Saya ‘kan turun di Gambir.

Namun, di tahun kemarin saya dan Pak Suneo sempat menginap di salah satu properti di kawasan Jakarta Timur. Nggak begitu jauh dari Jakpus sebetulnya dan surprisingly, pemandangan yang saya dapat dari kamar justru keren banget. Hotel budget di Jakarta Timur ini bisa jadi pilihan akomodasi ramah di kantung yang pas karena fasilitas yang ditawarkan cukup komprehensif untuk properti di kelasnya. Tanpa berlama-lama, langsung aja saya bahas propertinya di bawah ini.

review holiday inn express matraman

Holiday Inn Express Matraman adalah hotel bintang tiga yang berlokasi di Jl. Matraman Raya, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Properti milik IHG ini adalah hotel kedua dari lini Holiday Inn Express yang saya inapi (yang pertama adalah Holiday Inn Express Thamrin). Karena sudah pernah menginap di HIEX sebelumnya, saya bisa tahu what to expect. Hotel ini juga salah satu yang paling baru di antara properti-properti IHG lainnya di Jakarta (saya lupa duluan ini atau InterContinental Pondok Indah, ya?).

Dilansir dari situs resmi hotel, ada 179 kamar yang disebar ke 8 lantai. Untuk tipe kamar sendiri, secara umum sih semuanya sama dan hanya dibedakan oleh tempat tidur (1 queen-size bed atau twin bed). Ya, sama seperti Holiday Inn Express Thamrin. Soal fasilitas, ada gym, laundry room, meeting room, dan restoran di Holiday Inn Express Matraman. Bisa dipastikan keempat fasilitas itu ada di properti-properti lini Holiday Inn Express. Namun, sepengetahuan saya, ada juga beberapa properti di lini ini yang menawarkan kolam renang sebagai pelengkap gym, seperti Holiday Inn Express Clarke Quay di Singapura (hotel ini udah masuk ke list saya. Semoga kondisi bisa segera membaik dan saya bisa berlibur lagi ke luar negeri dengan aman dan mudah).

Saat menginap, saya dan Pak Suneo menempati kamar di lantai 7 dengan posisi jendela menghadap ke arah jalan. Menurut Bu Eka, guest service leader hotel, kamar-kamar yang posisinya di depan ini salah satu pilihan terbaik hotel. Nggak salah sih karena view yang didapatkan memang keren banget. Meskipun nggak berada di jantung kota banget, hotel ini berhasil menawarkan pemandangan kota yang keren banget menurut saya. Sometimes you just have to go farther to have a better view to enjoy. Ulasan lengkapnya seperti biasa saya sajikan di segmen berikutnya.

Desain Kamar

Berbeda dengan Holiday Inn Express Thamrin yang mengusung desain kontemporer yang lebih elegan, Holiday Inn Express Matraman justru mengusung desain yang menurut saya sih lebih youthful dan ceria, dan nggak biru “generic” khas lini Holiday Inn Express. Dengan luas 18 meter persegi, kamar-kamar di properti ini memang nggak begitu luas. Namun, penggunaan warna putih yang mendominasi interior kamar membuat kamar terasa lebih lapang, terutama dibarengi dengan jendela berukuran besar. Elemen-elemen kayu menggunakan warna cokelat dengan hue yang lebih terang sehingga membangun kesan hangat. Sebagai focal point, dinding di belakang tempat tidur digambari pola geometri dengan warna-warna pastel.

Saat ambil foto, sebetulnya ada dua kamar yang digunakan. Kamar yang kami tempati nggak punya connecting door. Namun, besoknya kami diajak Bu Eka lihat-lihat properti dan kamar yang ditunjukkan punya connecting door. Jadi, jangan bingung ya kalau ada yang beda di foto-fotonya. Soal fasilitas kamar sendiri, semuanya sama kok. Ada TV, AC, kursi kerja ergonomis, iPod docking station, electronic safe, kulkas kecil, dan tea/coffee maker. Koneksi WiFi yang tersedia cukup reliable untuk kerja dan nge-YouTube. Kebetulan waktu menginap, saya juga harus beresin kerjaan dan selama kerja, saya ngga mengalami gangguan pada koneksi internet. Closet yang tersedia di kamar konsepnya terbuka. Kalau tertutup, kayaknya sih kamar akan terkesan lebih rapi. Namun, dengan konsep terbuka seperti ini, kamar bisa terlihat lebih luas… selama pakaian yang digantungnya nggak banyak sih.

Selama menginap di Holiday Inn Express Matraman, saya nggak mengalami kendala di kamar terkait aspek fasilitas. Kualitas kanal televisi baik, koneksi WiFi juga baik, dan AC berfungsi dengan normal. Oh, ya! View dari kamar juga keren, terutama di malam hari. Sayangnya, kaca jendelanya ditempeli lapisan berwarna biru. Walhasil, fotonya pun jadi ikut berwarna biru. Gedung-gedung tinggi di kawasan Jakarta Pusat dan SCBD keliatan bagus banget di malam hari. Kalau tahun baru, kayaknya lihat kembang api dari hotel bakalan seru banget.

Sebetulnya, menginap di sini merupakan idenya si Suneo. Sejauh ini, dia lebih senang stay di pusat kota yang lebih bustling. Dia sendiri suka datang kesini di malam tahun baru. Pasalnya, dia pengen cari tenang dan suasana yang lebih nyaman buat menikmati tahun baru. Waktu saya lihat pemandangan dari jendela kamar, well, I can undestand his reason.

Kamar Mandi

Soal kamar mandi, ukurannya memang kecil. Penggunaan dinding marble berwarna putih dan pencahayaan yang cukup terang membuat kamar mandi terkesan lebih luas. Namun, sayangnya terlepas dari penggunaan tersebut, kamar mandi pada akhirnya tetap terasa sempit sih. Yang saya suka adalah adanya rain shower, seperti yang kalian pernah baca di review-review sebelumnya. Keluaran air dari shower pun cukup kencang. Kalau rain shower airnya kecil tuh bakalan kurang seru mandinya.

Bathroom amenities yang lain mencakup peralatan kebersihan pribadi, sampo/sabun, dan hair dryer. Nggak ada timbangan di sini dan entah kenapa, makin ke sini saya makin enggan pakai timbangan. Rasanya kesal sendiri kalau lihat timbangan makin naik. Lihat perut yang makin buncit aja rasanya geregetan sendiri. Secara keseluruhan, nggak ada keluhan terkait kamar mandi di Holiday Inn Express Matraman. Saya bisa mandi dengan nyaman.

Fasilitas Umum

Restoran

Untuk bersantap di Holiday Inn Express Matraman, ada restoran yang di lantai dasar. Bicara soal desain, interiornya mengusung gaya kontemporer yang didominasi warna-warna putih. Penggunaan warna-warna ash dan oranye pada jok kursi, golden oak pada meja, dan hitam pada kerangka kursi dan panel dinding membuat ruangan terlihat lebih elegan. Ukuran restoran sendiri sebetulnya nggak besar-besar banget, tetapi pemilihan warna yang pas dan banyaknya cahaya alami yang masuk lewat jendela-jendela full-height di salah satu sisi ruangan membuat ruangan terasa lebih lapang dan nggak mengekang. Station-station makanan dan minuman ada di sisi ruangan yang lebih dalam.

Sisi dengan station makanan dipercantik oleh penggunaan ubin memanjang berwarna putih yang dipasang dalam pola running bonds. Di dinding pun dipasang semacam rak dengan foto-foto atau gambar-gambar. Dengan berbagai peralatan makan dan memasak di atas counter, area ini terasa seperti dapur rumah sendiri karena cukup cluttered (in a positive way, like a lived-in house). Waktu saya lihat-lihat, meja dan kursi yang tersedia terkesan seperti banyak. Namun, kalau saya hitung-hitung lagi, ketika tingkat okupansi hotel sedang penuh, sepertinya meja dan kursinya akan kurang.

Saya lupa foto menu sarapan saya dan saya juga lupa waktu itu sarapan dengan apa saja (aduh maaf), tapi kalau saya coba ingat-ingat, pilihan menunya untuk properti bintang tiga sih cukup variatif. Kondisi makanan (rasa dan suhu) pun masih bagus, meskipun saya bangunnya agak telat. Yang saya ingat adalah di station minuman, ada teh aroma jeruk purut (kesukaan saya ini!). Sayangnya, di sini tidak tersedia (atau tidak disediakan pada saat itu) hot chocolate, seperti yang pernah saya temukan di Holiday Inn Express Thamrin.

Di lobi, ada satu sudut yang berfungsi sebagai bar, tapi karena di situ juga dijual camilan-camilan, saya melihatnya seperti “kantin” kecil. Saya malah ingat kantin yang jual berbagai jajanan di kampus atau sekolah saya; hanya saja, di sini ditambah meja dan kursi bar. Posisinya tepat di dekat pintu masuk menuju lobi. Sebetulnya, di seberang jalan juga ada Indomaret, tapi kalau mager jalan jauh atau keluar hotel, ya, beli jajanan di sini juga bisa lah. Ada Lay’s juga, lho!

Seriously. I hope Indofood won’t take Lay’s away from me…

Gym, Laundry Room, dan Meeting Room

Fasilitas wajib berikutnya yang tersedia di semua lini Holiday Inn Express adalah gym dan laundry room. Kedua fasilitas ini berada di satu lantai yang sama. Ruangan gym di Holidan Inn Express Matraman bisa dibilang tidak begitu luas. Namun, besarnya jendela dan pencahayaan alami yang maksimal membuat ruangan terkesan luas. Alat-alat olahraga seperti treadmill diposisikan menghadap jendela sehingga tamu bisa berolahraga sambil melihat pemandangan di luar.

Soal alat, menurut saya sih alat-alat yang tersedia sudah cukup pas lah buat basic exercise. Lagipula, ruangan yang ada ‘kan nggak cukup besar. Jadi, kalau dipaksakan tambah alat justru akan bikin ruangan sempit. Saya nggak sempat berolahraga lama-lama di sini karena terlalu capek. Namun, lari di atas treadmill selama sekitar 15 menit sudah dirasa cukup bikin saya berkeringat banyak (dan makin capek).

Di sebelah gym, ada ruang rapat yang kebetulan pintunya terbuka. Walhasil, saya jadi ngintip ke dalamnya karena penasaran. Ukurannya cukup luas dan cocok untuk rapat kecil dengan belasan orang (maksimal). Ruangan ini juga punya jendela-jendela besar yang menghadap ke jalan raya. Jadi, ruangan ini nggak terasa mengekang, apalagi dengan dinding bercat pastel. Sejujurnya, saya merasa senang nulis review untuk Holiday Inn Express Matraman karena dibandingkan properti-properti lainnya, baru kali ini saya sampai bisa cek ruang rapat, salah satu fasilitas yang saya biasanya nggak “sentuh” saat menginap di hotel. Ya, mau rapat sama siapa lagipula? Ha ha ha.

Fasilitas dasar di ruang rapat pun tersedia. Sudah ada proyektor yang terpasang di langit-langit. Meja, papan tulis, screen, dan semacamnya pun sudah ada. Kalau alat tulis, air mineral, dan buku catatan sih, saya yakin akan disediakan oleh pihak hotel saat ada yang pakai ruang rapat ini.

Fasilitas berikutnya yang saya sambangi di Holiday Inn Express Matraman (walaupun nggak saya pakai) adalah laundry room. Ruangan ini berada satu lantai dengan gym dan ruang rapat, tetapi nggak punya jendela. Walhasil, kesannya kayak mengekang. Namun, ada televisi di sana sebagai sarana hiburan buat yang ingin nyuci baju atau nyetrika.

Berhubung nggak ada baju yang saya harus cuci, saya cuman lihat-lihat saja. Setrika (dan ironing board-nya), mesin cuci, dan dryer tersedia sepasang-sepasang. Ada juga wastafel. Televisi dipasang di salah satu sisi ruangan (nggak saya foto). Ada juga kursi dan sofa buat yang mau nunggu cucian sambil nonton televisi. Untuk koin, ini bisa didapatkan di resepsionis. Saya kurang tahu apakah detergen dan pelembut juga disediakan karena saya nggak nemu, tapi sepertinya sih ada (mungkin harus tanya pihak hotel). Hmm… Kalau ngga mau nonton televisi, saran saya sih bisa olahraga sambil nunggu cucian beres. But perhaps, a little Marimar or Rosalinda won’t hurt.

*dancing to Marimar while ironing my clothes*

Lokasi

Sesuai nama properti, Holiday Inn Express Matraman berlokasi di kawasan Matraman. Saya sendiri sebetulnya sangat jarang main atau berkunjung ke kawasan ini. Namun, waktu ke sana dari titik awal Wahid Hasyim, ternyata perjalanan nggak memakan waktu yang terlalu lama. Mungkin karena kondisi lalu lintas lagi relatif sepi, atau memang jaraknya nggak jauh. 

Di dekat hotel, ada banyak tempat-tempat yang bisa dikunjungi. Mau ngopi, ada Starbucks dan beberapa kafe lain. Soal makan, di hotel sendiri sudah ada restoran but if you want to choose something else, ada banyak juga kok restoran di sekitar hotel (waktu itu, saya malah pesen makan siang dari HokBen). Nggak jauh dari hotel juga ada Gramedia, in case mau beli bacaan apa gitu. Di depan properti sendiri ada halte Transjakarta. Jadi, bisa dibilang sih dari segi lokasi, properti ini cukup strategis dan memberikan banyak kemudahan untuk bepergian. 

Oh, ya! Satu hal lagi yang menurut saya sih jadi kelebihan saat menginap di sini adalah view dari kamar. Memang sih nggak semua kamar menawarkan view kota yang cantik, tapi kalau dapat kamar-kamar dengan jendela yang menghadap ke arah jalan, dari kamar kita bisa melihat city view Jakarta yang cantik dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Waktu diajak ke hotel ini dan dikasih tahu lokasinya, saya sempat ragu soal view dari kamar. Namun, setelah sampai di kamar, ya, view dari jendela memang bagus sih, terutama di malam hari. Terima kasih lagi buat pihak Holiday Inn Express Matraman karena sudah assign kamar dengan view kota yang keren. 

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Bicara soal pelayanan, saya terkesan dengan apa yang ditawarkan oleh Holiday Inn Express Matraman. Proses check-in berjalan lancar dan seperti biasa, being a social butterfly, Pak Suneo ngobrol lama dulu dengan Puput di resepsionis (but I, too, enjoyed the conversation). Kebersihan kamar terjaga dengan rapi dan perlengkapan kamar pun berfungsi dengan baik. Fasilitas-fasilitas lain juga dirawat dan dikelola dengan baik. Kalau ada apa-apa, staf hotel juga cekatan menanggapi kami. 

Yang jelas sih, kami (terutama saya karena baru kali pertama ke sana) senang bisa bertemu dengan Bu Eka selaku guest service leader Holiday Inn Express Matraman. Bu Eka mengajak kami room tour dan cerita banyak soal hotel, termasuk dunia perhotelan dalam kondisi sebelum pandemi meledak. Saya ikut sedih saat dengar kisah-kisah perjuangan di dunia hospitality di tengah kondisi pandemi yang tampaknya nggak akan membaik dalam jangka waktu dekat. Semoga semuanya tetap dikasih kekuatan dan kesehatan. 

Kesimpulan

A nod to the Holiday Inn Express quality signature. Lini yang satu ini memang tidak se-wah atau selengkap lini IHG lainnya, tetapi dari segi kualitas, properti-properti Holiday Inn Express nggak main-main, termasuk Holiday Inn Express Matraman. Untuk sebuah properti budget, hotel ini memberikan fasilitas dan pelayanan yang saya bisa bilang sih di atas rata-rata. Dari gym sampai laundry room, fasilitas-fasilitas yang tersedia cocok, terutama untuk kalangan pebisnis yang lebih senang dengan no-frill thingy: kamar yang cukup luas dengan tempat tidur yang nyaman, fasilitas MICE yang cukup komprehensif, gym untuk olahraga, dan laundry room untuk cuci baju (kalau memang mau cuci sendiri). Setidaknya, kebutuhan dasar tuh sudah terpenuhi. 

Soal desain kamar, sejujurnya saya memang tidak menemukan sesuatu yang sangat spesial atau unik. Namun, pola geometrik pada dinding di belakang tempat tidur membangun suasana youthful dan ceria, tanpa terkesan terlalu “nyolot” atau semacamnya. Dalam balutan marmer berwarna putih, interior kamar mandi terlihat sedikit nabrak dengan interior utama kamar. Namun, fasilitas kamar mandi yang lengkap bisa mengalihkan perhatian saya dari ke-nabrak-an itu. Di kamar mandi juga tersedia rainshower, fitur yang saya suka dari kamar mandi.  Dari segi lokasi, Holiday Inn Express Matraman memang nggak berada tepat di pusat kota. Untuk yang fokus sama nightlife atau city life, properti ini mungkin bukan opsi yang sempurna. Namun, masih ada taksi daring dan moda transportasi lainnya untuk mengakses pusat kota. Lagi pula, untuk urusan makan atau belanja sih, di dekat hotel ada banyak restoran, kafe, hingga pusat perbelanjaan.

Waktu saya cek di aplikasi IHG, Holiday Inn Express Matraman menawarkan rate mulai dari 360 ribuan nett per malam. Untuk harga segitu dengan fasilitas yang ditawarkan, menurut saya sih hotel ini layak dipertimbangkan. Kawasan Matraman sendiri bukan wilayah edar saya, tapi setidaknya saya tahu bahwa ada pilihan akomodasi yang akan jadi pertimbangan saya kalau sewaktu-waktu saya harus berkunjung ke Matraman.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Fasilitas cukup komprehensif. Ada gym, laundry room, dan meeting room.
  • Rate-nya masih terbilang terjangkau.
  • Dekat dari halte Transjakarta.
  • Area parkir cukup besar.
  • City view dari kamar bagus (untuk kamar-kamar dengan jendela yang menghadap ke jalan raya).

👎🏻 Cons

  • Lokasi nggak tepat di pusat kota yang ramai. Untuk yang lebih suka berada di jantung kota dan menikmati all the hustle and bustle, harus siap berkendara atau make a longer trip.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😶
Desain: 😆😆😆😆⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰

Review: Holiday Inn Express Thamrin

Salah satu kawasan favorit saya di Jakarta adalah Dukuh Atas. Bukan tanpa alasan, saya pilih kawasan ini salah satunya karena ada stasiun MRT. Ditambah lagi, kawasan ini juga dekat ke Stasiun BNI Sudirman. Jadi, akan gampang banget buat saya naik kereta bandara kalau stay sementara di kawasan ini. Selain itu, jaraknya ke Grand Indonesia juga nggak begitu jauh. Nyaman deh intinya.

Ada satu properti di kawasan Dukuh Atas yang saya inapi. Secara pribadi, saya lumayan terkesan dengan layanan dan fasilitas yang tersedia di properti ini. Bisa dibilang sih saya nggak menyangka bahwa pengalaman menginap saya di hotel tersebut akan lebih menyenangkan dari dugaan. Tanpa berlama-lama, langsung aja saya bahas hotelnya, ya!

Holiday Inn Express Thamrin adalah hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan Tanjung Karang No. 1, Jakarta Pusat. Dari luar, bangunan hotel di Jakarta ini tampil simpel dalam fasad bergaya modern yang didominasi warna hitam . Oh, ya! Kunjungan saya ke sini jadi pengalaman pertama saya menginap di lini Express-nya Holiday Inn. Seperti yang mungkin sebagian pembaca sudah tahu, lini Express-nya Holiday Inn hadir dengan fasilitas yang lebih terbatas dan mengedapankan konsep cepat dan no-nonsense. Cocok banget buat kalangan pebisnis yang nggak perlu akomodasi yang ribet.

Berada di pusat kota, lokasi jadi salah satu kelebihan properti ini. Pasalnya, bicara soal moda transportasi, hotel ini menawarkan akses mudah ke Stasiun MRT Dukuh Atas yang terkenal dengan tangga dan eskalatornya yang puaaanjaaaang banget (kata Haikal, stasiun ini merupakan stasiun terdalam di Jakarta). Jalan kaki sekitar 2 menit, kita udah sampai di Stasiun BNI City ke bandara. Jalan lagi sedikit dan lewati terowongan, kita sampai di Stasiun Sudirman. Makanya saya bilang sebelumnya, hotel ini cocok buat kalangan pebisnis yang nggak membutuhkan akomodasi yang ribet (atau pelancong yang ingin akses dekat ke stasiun).

Dilansir dari situs web resminya, hotel budget di Jakarta ini punya 101 kamar yang tersebar di 10 lantai. Tipe kamar yang tersedia hanya satu, dan yang membedakan hanya pilihan kasurnya saja. Soal fasilitas, apa yang ditawarkan Holiday Inn Express Thamrin lebih banyak dibandingkan properti-properti bujet lain di kelasnya. Ada gym, laundry room, ruang rapat, dan beberapa perlengkapan penunjang produktivitas. Buat saya, kehadiran gym dan laundry room jadi sesuatu yang sangat membantu. Meskipun kita sibuk dan banyak kerjaan atau dikejar waktu, bisa olahraga pagi atau nyempetin cuci baju tentunya menyenangkan. Saat menginap, saya menempati kamar di lantai 5 yang ternyata merupakan kamar corner dengan ukuran yang relatif lebih luas, dan view ke arah Jalan Sudirman (terima kasih, Pak Slamet sudah di-arrange reservasi saya dengan baik). Pembahasan lebih lengkapnya di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Seperti yang saya bilang di atas, hanya ada satu tipe kamar di Holiday Inn Express Thamrin. Seperti halnya properti-properti lain di lini ini, tipe kamar yang ditawarkan memang sangat terbatas. Namun, yang membedakan ya pilihan tempat tidurnya. Saya pilih kamar dengan double bed. Di situs web resmi hotel, saya nggak dapat informasi luas kamar. Kalau di Agoda, disebutkan bahwa ukuran kamar adalah 20 meter persegi. Kamar seluas itu bisa dibilang cukup lumrah untuk properti-properti kelas ekonomi. Namun, karena kamar saya ada di sudut, ukurannya saya rasa sedikit lebih luas atau, setidaknya, memiliki kesan yang lebih luas karena adanya dua jendela di dua sisi kamar.

Interior kamar mengusung desain kontemporer dan secara pribadi, saya nggak menemukan sesuatu yang benar-benar spesial dari interior kamar. Sleek, rapi, tapi ya ordinary. Penggunaan karpet berwarna biru menunjukkan ke-Holiday Inn Express-an kamar. Oh, ya! Headboard tempat tidur menggunakan semacam bantalan berpelapis kulit dengan dimensi memanjang. Di atas tempat tidur juga ada semacam lukisan (atau wallpaper, ya? Kayaknya sih wallpaper) yang menjadi dekorasi kamar. Ya, oke lah.

Meja kerja ditempatkan di sisi selatan ruangan (oh, ya! Jendela kamar saya menghadap ke utara dan timur). Sayangnya, tepat di atas meja kerja ada televisi. Walhasil, kalau kerja dengan kondisi televisi menyala, saya jadi pusing karena suara dari televisi bisa ganggu kerja. Ya, bisa di-mute sih sebetulnya. Hanya saja, posisi televisi yang dipasang di dinding juga relatif rendah sehingga pas lagi kerja, rasanya kayak lagi lihat dua monitor dalam jarak dekat, dan salah satu monitornya jauh lebih besar. ‘Kan kurang baik buat penglihatan. Solusinya ya kalau mau kerja, jangan nyalakan televisi. Hanya saja, buat orang kayak saya yang kalau kerja di kamar itu nggak bisa dalam keadaan super sepi dan sebisa mungkin harus ada televisi, solusi tersebut rasanya agak gimana…

View yang saya dapat dari jendela kamar cukup mengasyikkan. Jendela yang menghadap ke timur menawarkan view Jalan Sudirman. Nah, meja dan kursi kerja di kamar berada di samping jendela ini. Jadi, kalau sore atau malam saya mulai capek dengan kerjaan dan perlu istirahat sejenak, saya tinggal nyeduh kopi sambil lihat view di luar. Simpel, tapi cukup menenangkan. Sementara itu, jendela yang menghadap ke utara berhadapan dengan UOB Tower dan menara Thamrin 9 yang masih dibangun. Low-key privacy alert sih jendela yang ini, tapi untungnya ada sheer curtain yang setidaknya bisa mengurangi fokus mata-mata kepo yang pengen tahu ada apa di dalam kamar.

Oh, ya! Kelengkapan lain di kamar saya mencakup kulkas, coffee/tea maker, alarm, dan AC (wajib lah ini mah). Pretty standard lah, ya, untuk ukuran properti bintang tiga, tetapi mempertimbangkan konsep no-nonsense dan fokus dalam kecepatan, fasilitas-fasilitas yang ada di kamar sudah mumpuni. Ya, dipikir-pikir lagi aja. Buat orang yang ngga perlu fasilitas dan desain kamar yang neko-neko, udah ada fasilitas-fasilitas itu sih udah cukup, terutama buat orang-orang yang bakalan fokus kerja atau nggak akan stay lama di hotel karena harus ngejar flight ke bandara.

Kamar Mandi

Kamar mandi di kamar tamu Holiday Inn Express Thamrin Jakarta pun mengusung konsep yang nggak neko-neko, tapi bisa memenuhi kebutuhan tamu. Desainnya simpel dan seperti halnya interior kamar, nggak ada yang benar-benar spesial. Namun, seperti yang saya sebut di atas, kebutuhan saya sudah terpenuhi saat menginap.

Dimensi yang memanjang membuat kamar mandi terkesan sempit. Namun, pencahayaannya relatif baik sehingga ruangan nggak memicu klaustrofobia. Shower area di kamar mandi relatif kecil dan dipisahkan oleh dinding kaca. Di sini juga nggak ada rainshower, hanya shower tangan. Seandainya ada rainshower, bisa jadi nilai tambah, tapi ya, segini pun udah cukup sih sebetulnya. Kelengkapan kamar mandi yang lain mencakup hairdryer dan produk kebersihan pribadi. Ya, lumayan lah segini sih menurut saya.

Fasilitas Umum

Restoran

Holiday Inn Express Thamrin Jakarta punya satu restoran di lantai lobi yang juga berfungsi sebagai tempat rapat (disebut sebagai The Great Room). Dari segi ukuran, restoran hotel sebetulnya tidak begitu besar. Namun, di salah satu sisi ruangan, dipasang meja memanjang dengan kursi-kursi yang menghadap ke jendela. Nah, pas sarapan, saya duduk di kursi ini supaya bisa makan sambil lihat pemandangan ke arah luar (sebenernya nggak begitu asyik sih view-nya). Oh, ya! Reservasi di sini sudah termasuk sarapan, ya.

Saya sendiri nggak sempat foto-foto banyak di restoran ini karena pada jam sarapan, keadaan restoran cukup ramai. Ada juga pintu menuju teras kecil yang berfungsi sebagai smoking area. Dari segi interior, menurut saya sih restoran cukup cantik dalam balutan desain kontemporer yang menonjolkan warna maple pada elemen-elemen kayu. Simpel, tapi nggak terkesan biasa-biasa aja.

Soal menu, pilihan yang ada memang tidak begitu variatif. Bisa dipahami sih sebetulnya, mengingat properti ini pada dasarnya masuk ke kategori hotel budget di Jakarta. Kalau ingin scrambled egg, bisa minta ke staf yang bertugas. Oh, ya! Waktu saya menginap, salah satu pilihan minuman panas yang tersedia adalah hot chocolate. Wih! Saya jarang nemu properti yang menawarkan hot chocolate sebagai minuman panas untuk sarapan (for free). Hot chocolate disediakan sebagai produk sachet. Jadi, kita yang seduh sendiri (ya, sama seperti kopi dan teh di sini sih). Hanya saja, pas sarapan di hari terakhir, hot chocolate-nya sudah nggak ada. Duh! 😓 Selain itu, buat yang nggak sempat sarapan karena harus ngejar flight atau apa, Holiday Inn Express Thamrin menawarkan opsi express breakfast yang bisa kita pesan sejak awal. Jadi, pihak hotel akan siapkan menu breakfast simpel buat kita takeaway. Pas banget nih buat yang harus meninggalkan hotel pagi-pagi buta.

Yang saya sayangkan adalah staf yang bertugas di hari kedua menginap (saya nginap selama 3 hari) kurang gesit. Minta sendok, baru datang sekitar 10 menit kemudian. Soal keramahan sih, para staf memang ramah. Hanya saja ya, itu tadi, kalau bisa sih lebih gesit lagi dan jangan sampai lupa pesanan tamu.

Gym & Laundry Room

Dua fasilitas berikutnya yang ada di Holiday Inn Express Thamrin adalah gym dan laundry room. Keduanya berada berdekatan dan di satu lantai yang sama. Jadi, saya pikir sih, sambil nungguin cucian beres, kita bisa sambil nge-gym. Luas gym hotel sih memang tidak begitu besar, tetapi dari segi peralatan, jenis yang ditawarkan cukup beragam.

Karena space yang tidak besar, penempatan alat-alat gym menurut saya sangat berdekatan satu sama lain. Ada dua treadmill dan satu stationary bike yang ditempatkan menghadap jendela (eh, kalau si bike sih nggak karena justru menghadap ke arah cermin). Sambil lari di atas treadmill, saya bisa lihat pemandangan Jalan Sudirman. Ya, lumayan lah setidaknya ada view. Beberapa barbel juga tersedia dalam berbagai ukuran. Ngomongin soal barbel, saya pengen ngelatih dan ngebentuk otot lengan nih. Saya juga lagi ingin olahraga buat mengatasi perut buncit. Selama pandemi ini, saya banyak di rumah dan bisa ditebak, dengan tersedianya makanan hampir setiap saat, saya hobinya ngemil dan berdampak ke food baby yang makin sulit dikendalikan.

Oh, ya! Kamar mandi juga tersedia di dalam gym. Namun, kamar mandi ini sifatnya half-bath, ya. Jadi, kalau habis nge-gym ingin mandi, ya harus mandi di kamar. Selama menginap 3 hari, saya nggak pernah ketemu tamu lain di gym. Senangnya adalah saya bisa pakai gym dengan leluasa, tanpa harus diburu-buru karena gantian mesin dengan tamu lain.

Di samping gym, ada laundry room. Untuk menggunakan mesin yang ada, kita bisa beli koin dari resepsionis. Jumlah mesin yang ada terbatas sehingga ketika ada tamu lain, mau nggak mau kita harus ngantri. Di ruangan ini juga terdapat ironing board dan setrika. Urusan cuci dan setrika memang harus dilakukan sendiri oleh tamu dan saya rasa, inilah yang membuat rate lini Holiday Inn Express lebih terjangkau (ya, nggak murah-murah banget sih sebetulnya).

Fasilitas Lain

Selain restoran, gym, dan laundry room, di lantai lobi ada satu area yang saya rasa merupakan business center (karena ada dua iMac). Namun, di area ini ada satu ruangan dengan pintu lipat yang kalau dibuka, bisa berfungsi seperti ekstensi restoran. Saya sempat nongkrong di sini sebentar setelah balik dari Stasiun BNI City buat lanjutin kerjaan yang tertunda. Sambil duduk dan gawe di sini, kita juga bisa pesan makanan atau minuman.

Saat kerja, saya lihat ada beberapa tamu lain yang ngobrol dan ketemuan di area ini. Jadi, ya mungkin bisa dibilang area ini juga berfungsi sebagai kafe atau ekstensi lobi lah kurang lebih. Namun, karena tempatnya yang tertutup tanpa jendela, saya jujur ngerasa agak klaustrofobik di sini. Mungkin salah satu aspek pendukungnya adalah pencahayaan yang nggak begitu terang.

Lokasi

Kalau ngomongin soal lokasi sih, beuh, Holiday Inn Express Thamrin jangan diragukan. Ke mana-mana mudah. Stasiun MRT Dukuh Atas dan Stasiun BNI City bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 menitan aja. Jalan lagi sedikit dan lewati terowongan, ada Stasiun Sudirman. Untuk yang singgah sejenak di Jakarta dan harus ke bandara sih, properti ini layak dipertimbangkan. Taksi atau ojek online juga bertebaran di sekitar hotel. Nggak akan susah lah intinya buat bepergian, apalagi properti ini juga berlokasi di pusat kota.

Di sekitar hotel, sebetulnya ada banyak restoran dan kafe. Namun, sebagian berlokasi di seberang jalan dan ketika saya bilang seberang jalan, kita harus nyeberangin Jalan Sudirman yang lebar banget. Tentunya, kita bisa ke area sana lewat terowongan. Nah, minimarket terdekat juga adanya di Jalan Blora. Jadi, ya mau nggak mau harus lewat terowongan sih (tapi aman kok, tenang aja, dan banyak orang). Selain itu, hotel ini juga dekat dari Grand Indonesia. Kalau jalan kaki, mungkin jarak tempuhnya sekitar 3 menitan. Deket banget, lho, sebetulnya.

Dari Stasiun Gambir, Holiday Inn Express Thamrin Jakarta bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar 10-15 menitan, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pakai KA Bandara yang turun di Stasiun BNI City sih jarak tempuhnya sekitar 45-50 menit. Dari stasiun, tinggal jalan sebentar, nyampe deh di hotel.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Saat menginap selama 3 hari 2 malam, saya bisa bilang pelayanan yang diberikan pihak hotel cukup memuaskan dan menyenangkan. Saat check-in, saya berkesempatan bertemu dengan Pak Slamet selaku general manager hotel. Nah, Pak Slamet membantu nge-assign kamar untuk saya di posisi yang cukup tinggi dan tenang, tapi masih punya view yang bagus. Terima kasih banyak, Pak Slamet! Beliau juga sebetulnya menawarkan saya check-out jam 2 siang, tapi saat saya konfirmasi lagi ke pihak resepsionis, staf bilang saya bisa dapat late check-out jam 1 siang. Mungkin ada informasi yang nggak tersampaikan ke staf resepsionis atau gimana, but it wasn’t a big problem sih.

Soal kebersihan dan kerapian kamar, saya ngga ada keluhan. Oh, ya! Waktu saya tiba, saya sebetulnya dikasih buah-buahan potong. Terima kasih banyak, Holiday Inn Express Thamrin Jakarta! Kebutuhan vitamin dan serat saya terpenuhi pada hari itu 😆 Yang saya sayangkan dari aspek pelayanan sebetulnya hanya di restoran saja. Seperti yang saya bilang di segmen sebelumnya, saya harus nunggu lama setelah minta diambilkan sendok. Menurut saya, nunggu 10 menit untuk satu sendok sih keterlaluan. Namun, para staf restoran yang bertugas ramah-ramah. But still, next time sih semoga jangan sampai terjadi lagi.

Secara keseluruhan, pelayanan di Holiday Inn Express Thamrin sudah cukup memuaskan dan menyenangkan. Meskipun ada gangguan atau masalah sepele, pengalaman menginap saya nggak sampai rusak.

Kesimpulan

Antiribet club. Holiday Inn Express Thamrin Jakarta, sesuai namanya, mengedepankan konsep ekspres, tapi tanpa mengesampingkan kualitas. Proses check-in berjalan dengan mulus dan cepat. Kebutuhan dasar di kamar dan kamar mandi sudah tersedia. Opsi express breakfast tersedia. Lokasi juga strategis. Untuk kalangan pebisnis dan “pengejar” flight sih, menurut saya hotel ini layak dilirik.

Interior kamar mengusung desain kontemporer yang menurut saya tidak begitu spesial. Namun, suasana kamar cukup nyaman untuk kerja dan istirahat, terutama untuk kamar corner. Kalau pusing dengan kerjaan dan perlu istirahat, cukup ngeteh dan lihat view Jalan Sudirman, atau nonton TV sebentar. Gym hotel jadi my go-to place di pagi hari buat olahraga. Sarapan tersedia dan, meskipun menunya nggak super variatif, setidaknya menunya decent (dan ada hot chocolate pula). Kunjungan saya sudah terasa lengkap sebetulnya, tentunya dengan mindset yang disesuaikan dengan apa yang hotel tawarkan dan konsep hotel (ya masa sih hotelnya akomodasi budget no-frill untuk pebisnis, tapi ekspektasinya ada lagoon pool dan whirlpool?).

Soal pelayanan, secara keseluruhan sih baik dan menyenangkan. Dari aspek lokasi, duh jangan ditanya lagi. Soal harga, menurut saya sedikit lebih mahal, meskipun masih masuk kategori akomodasi budget atau express. Mungkin semi-budget kali, ya, istilah yang lebih tepatnya? Tripadvisor menyebutkan rate hotel ini mulai 400 ribuan per malam. Kalau di aplikasi resmi IHG sendiri, saya sering lihat rate-nya pun di kisaran segitu (kadang-kadang 500an sih). Overall, pengalaman menginap di Holiday Inn Express Thamrin Jakarta sudah menyenangkan dan no ribet. Will I come back again? I guess I will kalau saya harus ke bandara dan singgah sejenak di Jakarta.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasinya strategis banget. Mudah ke stasiun MRT, stasiun kereta bandara, dan stasiun KRL. Ke Grand Indonesia juga deket dan bisa jalan kaki.
  • No ribet. Untuk kalangan pebisnis, menurut saya konsep hotel ini cocok.
  • Setiap reservasi sudah mencakup sarapan. Ada juga opsi express breakfast buat yang harus ngejar flight pagi dan nggak sempat sarapan di hotel.
  • Ada fasilitas gym dan laundry room (berbayar, dan nyuci sendiri ya).

👎🏻 Cons

  • Rate masih terbilang tinggi untuk properti kelas budget/ekspres, terutama ketika harga lagi menyentuh kisaran 500an.
  • Desain kamar tidak begitu spesial.
  • Opsi menu sarapan kurang variatif.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😆😆😆😶⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰

Review: RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2

Di Bandung, saya sering banget nemu properti-properti RedDoorz. Di setiap kawasan, setidaknya ada satu properti RedDoorz. Bahkan, di deket kompleks rumah saya pun ada satu properti mereka. Secara pribadi, saya memang jarang menginap di properti mereka, tapi kali ini saya berkesempatan buat melewati satu malam di salah satu properti RedDoorz yang lokasinya dekat banget sama Universitas Kristen Maranatha di Bandung. Kalau mau ke kampus, beneran bisa lewat pintu belakang! Lha wong saya aja makan siang di kampus sebelum check-in. He he he.

IMG_20190816_142003

RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 berlokasi di Jalan Sukamekar III No. 20, Bandung. Lokasinya persis bersebelahan dengan pintu belakang Universitas Kristen Maranatha. Gate ini dipakai buat akses motor atau pejalan kaki. Karena bangunannya homy banget, dulu saya mengira kalau properti ini semacam kost ekslusif. Fasadnya tampil cantik dengan dinding bata ekspos dan halaman depan yang cukup luas. Sebenarnya, properti bintang tiga ini punya namanya sendiri, yaitu Sekar Arum Butik Guesthouse, tapi karena listing yang lebih populer di Google adalah RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2, jadilah entri itu yang lebih sering muncul.

Ada 11 kamar yang ditawarkan di guest house mungil ini, tapi jangan salah! Walaupun kelihatannya kecil, kamar-kamarnya ternyata cukup luas. Desain interior menjadi daya tarik guest house ini, terutama dengan sentuhan tradisional Jawa dan permainan warna-warna earthy yang bikin nyaman saat menginap. Tipe kamarnya hanya satu dan dibedakan oleh penggunaan tempat tidur saja (double/twin). Untuk fasilitas sendiri, harus saya bilang nggak ada banyak pilihan selain public spaces dan ruang makan.

Nah, ulasan ini spesial karena saya kerja sama dengan pihak RedDoorz. Di akhir ulasan juga ada kode promo yang bisa kalian pakai saat ingin melakukan pemesanan melalui aplikasi atau situs web RedDoorz. Ulasan lengkap dan kode promonya ada di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Saat check-in di RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2, resepsionis yang bertugas menawarkan saya kamar yang mau dipilih. Karena kamar-kamar double bed tinggal di lantai bawah, akhirnya pilihan saya jatuh ke kamar nomor 1 yang posisinya tepat di samping area resepsionis (sebetulnya kamar ini disarankan karena sinyal WiFi-nya lebih kencang). Meskipun hanya punya satu tipe, ukuran kamar yang tersedia ternyata beda-beda, meskipun perbedaannya nggak begitu signifikan. Ketika saya cross-check ke Agoda, ukuran kamarnya berkisar antara 18-20 meter persegi. Saya rasa kamar saya luasnya 20 meter persegi karena cukup luas.

Interior kamar tampak hangat dengan dinding bata ekspos di salah satu sisi ruangan. Ada satu jendela kecil yang menghadap ke arah taman depan. Furnitur-furnitur kayu bergaya tradisional Jawa mendominasi ruangan. Salah satu furnitur yang menarik perhatian saya adalah cermin antik yang punya pengait pakaian. Dulu, cermin seperti ini ada di rumah nenek saya. Kesan homy langsung terasa di kamar, terutama dengan pencahayaan warna hangat dan penggunaan warna-warna earthy. Atsmofer tradisional Jawa juga tercermin dari lukisan wayang dan penggunaan kain batik.

IMG_20190816_135149

IMG_20190816_135448

IMG_20190816_135522

Fasilitas kamar mencakup televisi, AC, koneksi WiFi. Air minum dan gelas juga tersedia di kamar. Yang saya sayangkan adalah di kamar nggak ada lemari pakaian. Kalau sebatas gantungan pakaian sih ada, tapi lemari sayangnya tidak ada. Selain itu, televisi yang dipakai juga televisi tabung. Memang membangun kesan nostalgic sih, tapi layarnya kecil dan suka berisik di bagian belakang tabungnya.

Oh ya, di kamar juga ada meja belajar yang merangkap sebagai vanity table. Sayangnya di dekat meja belajar nggak ada stopkontak. Ada sebetulnya, tapi terpakai untuk televisi. Akhirnya, saya terpaksa pakai counter table di dekat kamar mandi karena ada stopkontak kosong di sana. Mungkin kalau di kamar lain, posisi stopkontaknya lebih dekat dengan meja kerja.

IMG_20190816_135549

IMG_20190816_135326

IMG_20190816_141744

Satu lagi, karena konsepnya guest house dengan pintu kamar yang masih pakai kunci biasa, kamar nggak kedap suara. Ketika ada orang lain ngobrol di luar, suaranya pasti kedengaran ke kamar. Kebetulan posisi kamar saya juga ada di bawah kamar di lantai 2, perpindahan furnitur di kamar lantai atas kedengaran. Mungkin buat yang finicky dengan hal seperti ini akan merasa terganggu. Oh ya, tepat di depan kamar saya ada tea/coffee station. Kalau mau bikin teh, saya hanya perlu keluar kamar dan bisa langsung seduh teh atau kopi buat dinikmati di kamar. Teh, kopi, dan coffee maker tidak tersedia di kamar. Jadi, kita harus bikin kopi ya di luar kamar. Kayak tidur di rumah sendiri.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, desainnya terasa natural melalui penggunaan batu-batu alam di dinding dan lantai. Area shower dipisahkan dari kloset. Untuk air panas, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 menggunakan alat pemanas air rumahan (yang biasa dipasang di kamar mandi) sehingga volume air panas yang tersedia akan bergantung kepada air yang tersisa di tabung pemanas (dan buat manasin airnya pun cukup lama). Di sisi lain, ini ngingetin buat nggak buang-buang air sih.

Alat mandi sudah disediakan oleh RedDoorz. Ada sikat dan pasta gigi, sabun, sampo, sisir, dan handuk. Sebagai gantungan handuk, ada semacam tongkat kayu panjang yang diletakkan di dekat wastafel. Nuansa alaminya kerasa cukup kental di sini. Saya juga suka dengan penggunaan glass block sebagai akses masuk cahaya matahari dari luar. Oh ya, saya harus ingatkan ini. Kalau menginap di kamar nomor 1, siap-siap dengan split level di kamar mandi. Saya berapa kali kaget ketika masuk kamar mandi karena ada tiga split level di sini. Intinya sih watch your step.

IMG_20190816_135613

IMG_20190816_135628

IMG_20190816_141635

Fasilitas Umum

Bicara soal fasilitas, memang nggak banyak yang ditawarkan oleh RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 atau Sekar Arum Boutique Guesthouse. Ada banyak ruang publik yang bisa dimanfaatkan untuk ngobrol atau bersantai. Di dekat resepsionis pun ada ruang keluarga dengan televisi. Di dekatnya ada meja makan untuk enam orang. Layout furnitur dan interiornya homy banget. Beneran, rasanya kayak tinggal di rumah sendiri. Ada juga dapur, tapi saya nggak ke sana karena ketika saya intip, staf guest house pada diamnya di sana. Breakfast disajikan di ruang makan, tetapi ketika tamu sedang banyak, saya rasa tamu bisa makan di ruang keluarga sambil nonton televisi, atau mungkin di teras depan. Ya, beneran deh rasanya kayak tinggal di rumah sendiri! Nyaman dan hangat!

IMG_20190816_142146

IMG_20190816_142049

IMG_20190816_142033

IMG_20190816_142317

IMG_20190816_142211

Di sisi timur ruang keluarga, ada koridor menuju kamar-kamar lainnya di lantai satu. Di depan koridor ini juga ada satu set meja dan kursi kopi bergaya antik, serta kolam ikan yang menjadi elemen air di ruang publik ini. Tangga menuju lantai dua berada tepat di depan kamar saya.

Melangkah keluar bangunan utama guesthouse, ada halaman depan yang cukup luas dan digunakan sebagai area parkir tamu. Ada ayunan di ujung teras, dan di dekatnya, ada kandang ayam hias. Staf guest house bilang bahwa pemilik memang pelihara ayam hias yang sengaja dibiarkan berkeliaran dan, uniknya, nggak kabur ke luar pagar! Oh ya, ayam-ayam ini juga kelihatannya jinak. Waktu saya dekati, dia nggak mencoba ngejar atau patuk. Such gentle chickens.

IMG_20190816_141833

IMG_20190816_141925

IMG_20190816_142003

IMG_20190816_142250

Beralih ke lantai dua, dari segi suasana nggak jauh beda dengan atmosfer di lantai satu. Furnitur-furnitur kayu antik mewarnai sudut-sudut ruangan. Ada juga tanaman hias yang bikin ruang publik terasa ijo royo-royo, dan tentunya masih dengan dinding bata ekspos yang membangun suasana hangat dan homy.

IMG_20190816_142449

IMG_20190816_142435

IMG_20190816_142518

IMG_20190816_142559

Untuk properti bintang tiga, minimnya fasilitas umum memang jadi sesuatu yang disayangkan. Informasi kelas hotel ini saya dapatkan dari halaman Tripadvisor-nya Sekar Arum Guesthouse dan halaman Agoda-nya RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2. Namun, kembali lagi sih. Dengan konsep guesthouse, saya rasa keterbatasan fasilitas mungkin terbayar oleh kenyamanan menginap dan desain interior yang Insta-worthynostalgic dan nyaman.

Lokasi

Berada di lingkungan kampus, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 dikelilingi banyak banget tempat makan mahasiswa. Di depan properti sendiri ada beberapa warung makan yang bisa dikunjungi sebagai opsi makan murah. Jalan kaki sekitar 5 menit, kita sudah sampai di Jalan Surya Sumantri yang menawarkan lebih banyak tempat makan dan kafe.

Kalau dari Gerbang Tol Pasteur sendiri, properti ini berjarak sekitar 5 menit dengan kendaraan roda empat (ambil aja jalur keluar di sisi kiri jalan utama sebelum perempatan). Berada di jalan pemukiman warga, guest house ini kadang dikira kost eksklusif atau rumah biasa. Saran saya sih kalau ingin bepergian pakai GO-Jek atau Grab, patokannya adalah pintu belakang Maranatha. Posisi guest house berada di samping pintu belakang Maranatha. Saya aja makan siang di food court kampus jadinya. Oh ya, meskipun ada di lingkungan mahasiswa, ketika saya menginap saya nggak terganggu dengan suara bising. Pas siang sih ada lah sekelebat suara para mahasiswa pulang kampus, tapi di malam hari sih tenang-tenang aja lingkungannya.

Kesimpulan

Hidden gem. Jujur saya pun kaget karena ternyata ada properti unik di dekat kampus. Betul-betul dekat karena saya keluar lewat pintu belakang kampus, jalan sedikit ke barat, eh udah sampai di guest house. Dengan interior bergaya Jawa tradisional dan sentuhan natural, serta penggunaan warna-warna earthy, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 menawarkan pengalaman menginap yang nostalgic, seperti ketika menginap di rumah nenek.

Ukuran kamar terbilang luas, terutama ketika menginap sendiri. Hanya saja, beberapa fasilitas kamar perlu di-upgrade atau ditambahkan (mis. TV tabung jadi LED TV). Terminal listrik juga bisa disediakan di kamar karena nggak ada stopkontak di dekat meja kerja. Kalau split level di kamar mandi, ya mau gimana lagi karena sudah bagian dari struktur bangunan sih. Selain itu, properti ini juga memang nggak punya banyak fasilitas umum, dan ini saya rasa cukup disayangkan berhubung guest house ini menyandang bintang tiga.

Selebihnya sih, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 menawarkan akomodasi yang terjangkau, cantik, dan strategis. Dengan rate mulai dari 270 ribuan per malam (berdasarkan rate menginap kemarin), kita sudah bisa menginap dengan nyaman dan menikmati suasana yang homy. Bagi penyuka interior bergaya Jawa tradisional, properti ini layak untuk dipertimbangkan.

 

ADA HADIAH DARI A BOY IN A HOTEL ROOM!

Seperti yang saya bilang di paragraf pembuka, saya ada hadiah nih buat kalian yang mau nginap di properti-properti RedDoorz! Jangan takut bokek lagi! Kalau kalian melakukan reservasi melalui situs web dan aplikasi resmi RedDoorz, kalian bisa masukkan kode promo buat dapatkan diskon menarik! Nah, RedDoorz kerja sama nih dengan A Boy in a Hotel Room buat ngasih kode promo ini:

HEYBOY

Dengan promo ini, kalian bisa dapatkan diskon 25% untuk semua properti RedDoorz di Indonesia. YA! DISKON 25% LOH! Mau nginap di properti RedDoorz di Yogyakarta? Pake aja kode promo ini! Di Jakarta? Pake juga lah! ‘Kan berlaku untuk semua properti RedDoorz di Indonesia. Ketentuannya saya jelaskan di poin-poin berikut:

  • Promo berlaku untuk semua properti RedDoorz di Indonesia (termasuk properti Plus dan Premium). Buat properti RedDoorz di luar negeri kayak Vietnam dan Singapura, maaf nih belum bisa 😞 (doakan semoga ada lagi ya kerja sama buat kode promo yang bisa dipakai di luar negeri)
  • Promo ini berlaku untuk pemakaian satu kali per satu akun. Jadi, kalau kamu udah pakai kode ini untuk akun kamu, kode ini nggak bisa dipakai untuk yang kedua kalinya, tapi temanmu bisa pakai kok selama dia belum pernah pakai kode ini.
  • Kode promo ini nggak case sensitive. Mau huruf kapital semua atau huruf kecil, bisa dipakai. Asal jangan ngetiknya alay macam “h3YboY” atau “H3YbOy”, apalagi “H3YTaYo”
  • Kode ini setara dengan diskon 25%.
  • Kode ini berlaku hingga Agustus 2020. Nah ‘kan masih banyak waktu nih buat liburan! Santuy lah.
  • Kode hanya bisa dipakai untuk reservasi melalui situs web dan aplikasi resmi RedDoorz. Pemesanan via OTA nggak bisa pakai kode ini.

 

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasinya strategis. Dari Gerbang Tol Pasteur sih sekitar 5 menit dengan kendaraan roda empat. Di sekitar properti juga banyak warung makan, restoran, dan semacamnya.
  • Desain interiornya memikat banget, terutama buat yang suka interior bergaya Jawa tradisional. Atmosfernya pun hangat, rasanya kayak nginap di rumah nenek.
  • Rate-nya terjangkau, sekitar 270 ribu per malam.
  • Karena konsepnya guest house dan public space-nya pun homy, RedDoorz Plus near Exit Toll Pasteur 2 cocok banget buat yang ingin pesan banyak kamar untuk liburan keluarga. Waktu saya check-out, ada orang yang datang dan nanya-nanya untuk pesan beberapa kamar untuk keperluan acara keluarga.
  • Ada ayam hias 🐓🐣

👎🏻 Cons

  • Untuk akomodasi bintang tiga, fasilitas umum yang tersedia dirasa sangat terbatas.
  • Beberapa fasilitas kamar perlu di-upgrade.
  • Dengan konsep guest house, mungkin ekspektasinya perlu diturunkan kalau mencari kamar yang kedap suara. Saya juga lupa bilang bahwa meskipun aksesnya 24 jam, pulang malam nggak sebebas yang dibayangkan. Memang sih ada satpam yang bertugas, tetapi ya… Bayangkan aja deh nginep di rumah nenek dan pulang malem, lalu harus pencet bel dan terpaksa ngebangunin orang yang lagi istirahat.

 

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😶⚪️
Desain: 😆😆😆😆😶
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩⚪️
Harga: 💰

 

Review: Erian Hotel Jakarta

Bulan Mei kemarin ini, saya ke Jakarta untuk urus perpanjangan paspor. Sayangnya, paspor saya nggak bisa diproses karena kurang satu berkas. Satu doang, loh! Padahal, saya udah jauh-jauh datang dari Bandung. Selain itu, saya juga udah baca persyaratan perpanjangan paspor apa saja dan persiapkan semuanya. Ternyata, hanya karena saya bukan pemegang KTP Jakarta, saya harus melampirkan surat domisili atau surat keterangan bahwa saya tinggal di Jakarta. Duh, repot ya.

Ketika ke Jakarta itu, saya nginap selama dua malam di salah satu hotel yang ada di Jalan Wahid Hasyim. Selain lokasinya yang strategis karena dekat ke Stasiun Gambir dan Bundaran HI, kawasan ini terkenal dengan deretan hotel, restoran, dan kafe yang beragam. Jalan Wahid Hasyim juga dekat sama Jalan Jaksa yang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata murah, terutama buat para turis asing.

Awalnya, saya mikir untuk cari hotel di kawasan Hayam Wuruk-Gajah Mada, tapi berhubung ketika terakhir ke Jakarta, properti yang saya kunjungi bertempat di kawasan itu, saya pikir perlu cari lokasi lain buat ganti suasana. Akhirnya, pilihan saya jatuh ke properti ini.

erian-hotel
Fasad Erian Hotel Jakarta. Foto milik pihak manajemen hotel.

Erian Hotel Jakarta adalah akomodasi bintang 3 yang bertempat di Jalan Wahid Hasyim no. 45, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Seperti yang saya bilang sebelumnya, kawasan Jalan Wahid Hasyim ini cukup terkenal di kalangan wisatawan yang berlibur di Jakarta karena banyaknya pilihan hotel, restoran, dan kafe yang beragam. Kawasan ini juga dekat dengan Jalan Agus Salim yang jadi surganya para foodie. Alasan saya pilih hotel ini adalah karena lokasinya dekat dari Stasiun Gambir dan pusat kota, serta kawasan di sekitar hotel cukup hidup di malam hari. Jadi, gampang deh intinya kalau tengah malam lapar dan perlu cari makanan.

Ada 71 kamar di Erian Hotel yang terbagi ke dalam 4 tipe, yaitu Superior, Deluxe, Premiere, dan Family. Ukuran kamarnya mulai dari 15 meter persegi untuk tipe paling kecil (Superior) sampai 33 meter persegi untuk tipe terbesar (Family). Nah, untuk tipe Superior sendiri, ada satu single bed sehingga hanya bisa mengakomodasi satu tamu. Tipe-tipe lainnya bisa mengakomodasi 2-3 tamu (atau 4 mungkin kalau kepepet). Hotel ini punya satu restoran/kedai kopi di lantai 2 dan 4 pilihan ruang rapat dengan opsi terbesar dapat menampung maksimal 120 orang. Berdasarkan info dari website resminya, Erian Hotel Jakarta sedang mempersiapkan rooftop bar dan waktu saya berkunjung Mei kemarin ini, rooftop bar-nya memang belum siap. Semoga aja saat tulisan ini diunggah, rooftop bar-nya sudah buka.

Waktu menginap di sana, saya pesan kamar Deluxe Twin. Reservasi saya nggak mencakup sarapan karena dipikir-pikir lagi juga, saya bakalan bangun siang dan mungkin terlalu males ke restoran. Sampai saat artikel ini ditulis, hotel ini menyandang skor 9,0 dari 10,0 di Agoda, dan 9.2 di Booking.com. Kunjungan saya kemarin sekalian membuktikan apa yang membuat properti ini bisa dapat skor tinggi seperti itu. Ulasan lengkapnya seperti biasa ada di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Salah satu hal yang saya suka ketika nge-review hotel adalah bahas desainnya. Kamar Deluxe saya punya interior bergaya modern kontemporer. Desain seperti ini sebetulnya bukan hal yang asing di hotel-hotel bintang tiga atau hotel budget, tapi menurut saya, apa yang ditawarkan Erian Hotel cukup berbeda dari hotel-hotel lainnya dan nggak terkesan cookie-cutter.

Dengan luas 18 meter persegi, space yang ada sebetulnya terbatas, tetapi untungnya nggak sampai terasa sempit atau bahkan claustrophobic. Interior kamar didominasi palet warna hangat, dengan headboard dan panel dinding berwarna cokelat bergaya minimalis. Flooring lantai menggunakan ubin persegi panjang berwarna abu-abu tua yang dipasang dalam pola running bonds, seperti pola pemasangan bata untuk tembok. Penggunaan ubin ini bikin kamar tampak lebih unik dan memberikan semacam sentuhan Industrial. Ada satu jendela berbentuk tinggi ramping yang menghadap ke arah timur. View dari jendela sendiri sebetulnya nggak menarik karena tepat di samping bangunan hotel sedang ada konstruksi bangunan.

IMG_20190510_172715

IMG_20190510_172721

Furnitur yang digunakan bergaya kontemporer semi-IKEA-ish kalau pake bahasa saya sih. Walaupun dari segi desain sendiri nggak begitu wah, palet warna furnitur senada dengan panel dinding dan lantai. Kamar saya dilengkapi dua twin bed yang cukup luas kalau untuk tidur sendiri. Di kamar ada cukup banyak stopkontak. Jadi, nggak perlu rebutan ketika nginep bareng temen. Televisinya memang nggak begitu besar, tapi pilihan kanalnya cukup banyak. Koneksi internet hotel juga terbilang cepat.

Karena keterbatasan ruang, wastafel ditempatkan di dekat area utama kamar. Penempatannya mirip dengan penempatan wastafel di Ibis Budget Asia Afrika Bandung. Hanya saja, menurut saya si wastafel ini jaraknya terlalu dekat dengan tempat tidur. Kalau yang pakai wastafelnya apik sih, mungkin air nggak akan sampai tumpah ke sana ke mari, tapi waktu saya di sana pun, sebesar apa pun usaha saya supaya air nggak sampai ke sana ke mari, tetap aja ke luar dari bathroom sink. Untungnya memang nggak ada kejadian air atau sabun sampai tumpah ke atas kasur, tetapi ya tetap aja sih ada rasa waswas.

IMG_20190510_172735

IMG_20190510_172753

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, area shower dan klosetnya dipisah. Lagi, konsep seperti ini mirip dengan konsep kamar mandi di Ibis Budget Asia Afrika (dan mungkin beberapa hotel budget semacamnya). Namun, ada satu hal yang saya suka dari area shower di Erian Hotel ini. Dari segi ruang, shower box-nya terasa lebih luas dan dia punya rainshower. Yay! Ini yang saya suka!

Area shower dibatasi dinding kaca buram. Buat sebagian orang yang ngerasa nggak nyaman dengan konsep kamar mandi semiterbuka seperti ini, kayaknya nggak akan nyaman saat mandi, terutama saat nginap bareng teman, meskipun kaca yang digunakan adalah kaca buram. Mungkin ada rasa awkward atau semacamnya. Pintu area shower memang rapat, tetapi setelah beres mandi dan pintu dibuka, air yang nempel di pintu pada akhirnya tetap turun ke lantai di depan wastafel setelah pintu dibuka dan area wastafel pun tetap becek. Kalau kurang suka dengan rainshower, ada shower tangan yang bisa dipakai buat tembakkan air ke bahu dan leher. Pijat gratis!

IMG_20190510_172826

Untuk kloset, ada kubikel kecil di dekat pintu masuk. Kubikel ini ukurannya sempit dan dibatasi pintu kaca buram. Sebetulnya, penggunaan pintu kaca sendiri bisa memberikan kesan yang lebih lapang dan menghilangkan efek claustrophobic. Sayangnya, interior kubikel ini menggunakan palet warna gelap sehingga tetap aja sih kubikel kloset ini terkesan gelap dan sempit. Selain itu, jarak dari lutut ke pintu saat duduk di atas kloset pun nggak begitu jauh. Buat saya secara pribadi, buang air di kubikel sempit itu kurang nyaman.

IMG_20190510_173028

Fasilitas Umum

Mengenai fasilitas umum sendiri, Erian Hotel memang nggak menawarkan opsi yang beragam, tapi setidaknya fasilitas bersantap tetap hadir di hotel ini. Satu lantai di atas lobi, ada restoran hotel yang juga berfungsi sebagai kedai kopi. Nah, menurut resepsionis, kafe ini buka 24 jam. Jadi, cocok lah buat nongkrong malem-malem atau kalau tiba-tiba tengah malam lapar pengen ngemil.

IMG_20190511_113223

IMG_20190511_113143

 

Area restoran/kedai kopi ini cukup luas. Ada seating area di balkon dengan view Jalan Wahid Hasyim. Area ini cukup panas kalau siang-siang dan enaknya sih ditempati di malam hari. View dari balkon juga kalau malam-malam lumayan bagus soalnya. Rencananya sih, Erian Hotel Jakarta mau punya rooftop bar. Sayangnya, waktu saya menginap, barnya masih dalam proses persiapan. Semoga aja barnya segera dibuka.

Selain restoran dan kedai kopi, hotel ini juga punya beberapa pilihan ruang rapat. Mengingat lokasinya di kawasan Jakarta Pusat, Erian Hotel merupakan pilihan hotel yang cukup mumpuni untuk kalangan pebisnis. Oh ya, hotel ini juga menawarkan layanan drop off gratis ke beberapa tempat di sekitar hotel, termasuk Grand Indonesia dan Stasiun BNI City kalau tamu melakukan reservasi secara langsung dari situs web resmi hotel.

Kalau seneng bersepeda, hotel ini juga menawarkan penyewaan sepeda gratis. Tamu bisa pinjam sepeda (dengan keranjang kayu) buat keliling-keliling kawasan Wahid Hasyim dan sekitarnya. Di hari Minggu, kalau mau tamu juga bisa bersepeda ke kawasan Thamrin sambil menikmati momen car free day. Mungkin lain kali kalau saya nginep di sana lagi, saya coba pinjem sepeda deh untuk keliling-keliling.

IMG_20190510_201948

IMG_20190511_113157

Lokasi

Bicara soal lokasi, Erian Hotel berada di tempat yang strategis. Kawasan Jalan Wahid Hasyim ini gudangnya hotel, restoran, dan kafe kece. Selain itu, hotel ini pun dekat dari Jalan Jaksa yang biasanya dikenal sebagai kawasan wisata terjangkau di kalangan turis asing. Jalan lebih jauh sedikit, kita bisa ke Jalan Agus Salim yang jadi surganya para pecinta makanan. Bahkan, dari hotel ke Sarinah pun hanya memakan waktu sekitar 10-15 menit kalau jalan kaki. Menurut saya sih, jarak segini masih terbilang dekat. Nggak tahu sih kalau malas jalan kaki. Yang jelas sih saya pernah jalan kaki dari Starbucks Jakarta Teater ke hotel. Ternyata nggak jauh-jauh amat.

Dari Stasiun Gambir, hotel ini berjarak sekitar 10 menit, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau dari Stasiun Gondangdia, wih jalan kaki 5 menit sih nyampe malahan karena dekat. Dari Stasiun BNI City, Erian Hotel Jakarta bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan roda empat.

Kesimpulan

Sederhana tapi manis. Saya rasa itu frasa yang pas buat menggambarkan hotel ini. Erian Hotel memang nggak menawarkan fasilitas super hebat, tapi untuk kunjungan bisnis atau kunjungan lainnya yang nggak menuntut harus ada ini itu, hotel ini bisa jadi pilihan yang cerdas. Lokasinya strategis dan ukuran kamarnya representatif. Desain kamarnya pun menarik dan nggak memberikan kesan cookie-cutter hotel.

Sayangnya, desain kamar mandi di kamar Deluxe (dan tipe Superior kalau saya lihat dari fotonya) mungkin kurang pas buat orang-orang yang nggak nyaman dengan konsep shower area yang hanya dipisah oleh dinding kaca buram. Selain itu, kubikel toilet juga tetap terasa sempit dan gelap, walaupun sudah pakai pintu kaca dan lampu yang cukup terang. Sebagai solusi, mungkin bisa pesan tipe kamar yang lain dengan desain kamar mandi yang lebih “standar” (tipe Premier, misalnya). Sisi positifnya, ada rainshower di kamar mandi.

Kehadiran restoran/kedai kopi yang buka 24 jam bisa jadi salah satu keunggulan Erian Hotel Jakarta. Kafe-kafe di kawasan Jalan Wahid Hasyim memang nggak selalu buka 24 jam, dan kalau kamu cari tempat yang buka 24 jam selain minimarket, kedai kopi di hotel bisa jadi opsi alternatif yang cocok. Hotel ini juga rencananya akan buka rooftop bar. Semoga saja ketika tulisan ini dirilis (atau sesegera mungkin), rooftop bar-nya sudah buka.

Dengan rate mulai dari 450 ribu rupiah (berdasarkan info dari Tripadvisor), Erian Hotel merupakan pilihan hotel budget yang menghadirkan kenyamanan dalam kesederhanaan. Kalau cari hotel berkualitas dan terjangkau di kawasan Thamrin, hotel ini bisa jadi pilihan yang tepat.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasinya strategis. Kawasan Jalan Wahid Hasyim sendiri punya banyak restoran dan kafe kece. Di dekat hotel juga ada Jalan Jaksa dan Jalan Agus Salim. Kalau pengen menikmati petualangan kuliner, gampang deh pokoknya!
  • Rate-nya terbilang terjangkau.
  • Meskipun tergolong hotel budget, interior kamar mencerminkan desain yang cukup unik, terutama dari penggunaan panel kayu dan ubin warna gelap dengan pemasangan pola running bonds.
  • Ada kedai kopi yang buka 24 jam di hotel. Cocok kalau ingin ngopi sambil ngobrol sampai malam banget.
  • Hotel ini menghadirkan sepeda yang bisa dipinjam secara gratis oleh para tamu. Lumayan lah bersepeda keliling Jakarta (meskipun mungkin panas, gerah, macet, dan polusinya bikin pusing).
  • Ada rainshower di kamar mandi.

👎🏻 Cons

  • Konsep shower area semiterbuka di tipe Superior dan Deluxe mungkin kurang cocok buat orang-orang yang ngerasa nggak nyaman dengan konsep tersebut. Sebetulnya, shower area ini dibatasi oleh dinding kaca buram, tapi tetap aja kan rasanya mungkin awkward.
  • Kubikel toiletnya terasa claustrophobic.
  • Rooftop bar-nya belum siap. Semoga saja sih saat artikel ini dirilis, rooftop bar-nya sudah buka.
  • Wastafel ditempatkan terlalu dekat dengan kasur. Kalau airnya ke mana-mana, bisa basah kena kasur.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😆😆😆😶⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰

Review: Hotel Citradream Bandung

Niatnya saya mau beresin review ini minggu kemarin, tapi baru sempat lagi nulis sekarang. Selain itu, saya juga berkunjung ke hotel ini udah lama banget, tapi baru bisa buat review-nya sekarang. Intinya sih masih banyak hotel-hotel yang sudah dikunjungi, tapi belum sempat saya tulis review lengkapnya di blog. Kalau di halaman Tripadvisor saya sih udah ada, tapi saya pikir akan lebih lengkap kalau baca review di blog ini.

Saya nginap di sini dua kali sebetulnya, dengan jarak antara kedua kunjungan yang cukup lama (mungkin 8 atau 9 bulan). Kunjungan kedua ini sifatnya bener-bener leisure. Jadi, saya nggak bawa laptop atau beresin kerjaan sama sekali. Posisinya yang strategis memungkinkan saya buat menikmati suasana pagi di pusat kota Bandung dan jadi turis lokal di kota sendiri.

the-facade-of-the-hotel
Hotel Citradream Bandung. Foto milik pihak manajemen.

Hotel Citradream Bandung merupakan akomodasi bintang tiga yang berlokasi di Jalan Pasir Kaliki no. 36-42, Bandung. Berada tidak jauh dari persimpangan Jalan Kebon Kawung dan Jalan Pasir Kaliki, hotel ini gampang ditemukan dan berjarak sekitar 5 menit aja dari Stasiun Bandung dengan kendaraan bermotor.

Hotel berlantai 8 ini punya 76 kamar yang terbagi ke dalam dua tipe aja: Superior Twin dan Superior King. Jatuhnya pilihan kamar yang tersedia memang itu-itu aja, tapi saya rasa ini mungkin bukan masalah buat orang-orang yang cari akomodasi no-nonsense yang ramah di kantong. Untuk fasilitas sendiri, Hotel Citradream Bandung punya satu restoran dan empat meeting room untuk keperluan bisnis.

Waktu menginap, saya pesan kamar Superior King. Posisi kamar saya berada di bagian barat gedung dengan jendela menghadap ke Jalan Pasir Kaliki. View yang saya dapat dari kamar cukup bagus, meskipun nggak begitu city view karena yang lebih terlihat itu kawasan pemukiman warga. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Kalau bicara soal desain kamar di Hotel Citradream Bandung, sejujurnya sih saya nggak menemukan sesuatu yang sangat spesial. Interiornya bisa dibilang tipikal interior kamar di akomodasi-akomodasi cookie-cutter: kontemporer dan minimalis. Palet warna putih, abu-abu, dan cokelat butternut mendominasi interior kamar. Colour pop bisa dilihat pada penggunaan warna hijau neon di pintu. Secara pribadi, saya nggak ada keluhan dengan atmosfer kamar atau pemilihan warna interior. Hanya saja, balik lagi ke pernyataan awal saya. Nggak ada sesuatu yang begitu spesial.

Untuk ukuran kamar, saya menemukan informasi yang berbeda dari beberapa sumber. Di Traveloka, dikatakan kalau luas kamar adalah 15 meter persegi. Booking.com menyebutkan bahwa luas kamar adalah 17 meter persegi. Sementara itu, situs resmi hotel mencantumkan ukuran kamar adalah 16,5 meter persegi. Sepertinya bisa dibilang bahwa ukuran kamar berkisar antara 15-17 meter persegi, dan ini mungkin tergantung kepada posisi kamar. Waktu pertama kali menginap di sini, saya dapat kamar di sisi utara gedung. Meskipun view dari jendela nggak begitu bagus dan saya bisa melihat jendela-jendela kamar di hotel tetangga, ukuran kamar terasa lebih luas.

IMG_20190317_151314

IMG_20190317_151353

IMG_20190317_151408

Furnitur kamar bergaya kontemporer dan minimalis. Nggak ada desain ribet-ribet, yang penting fungsional. Bentuk-bentuk yang ditonjolkan dari furnitur yang ada menampilkan sudut-sudut tajam yang membangun nuansa kaku. Untungnya, pencahayaan kamar terasa cukup di malam hari. Jadi, suasana kamar tetap terasa nyaman, meskipun saya nggak bisa bilang hangat juga. Lebih ke arah sejuk sih. Sejuk dan nyaman.

Fasilitas kamar sendiri sangat basic. TV layar datar dan WiFi tetap tersedia di kamar. Dua botol air mineral juga disediakan. Lemari pakaian bentuknya hanya semacam gantungan baju terbuka, tanpa pintu. Untuk electronic safe sendiri ada di bawah lemari pakaian. Sayangnya, di kamar nggak ada tea/coffee maker. Namun, di koridor kamar tersedia galon air untuk para pengunjung. Hanya saja, repot sih menurut saya kalau mau bikin teh atau perlu air panas untuk minum, harus sampai keluar kamar dulu.

IMG_20190317_151421

IMG_20190317_151430

Oh ya, view dari jendela kamar menurut saya sih lumayan bagus. Kalau ngejar city view dengan banyak gedung-gedung tinggi, memang menurut saya sih kurang “kota”, tapi seenggaknya saya bisa lihat suasana jalan raya dengan lebih jelas. Di malam hari, kawasan di sekitar Hotel Citradream Bandung masih hidup, mungkin karena posisinya dekat dari stasiun, nggak jauh dari mal, dan memang ada banyak restoran, kafe, dan minimarket.

IMG_20190317_152009

IMG_20190317_152014

Kamar Mandi

Bicara soal luas, kamar mandi di kamar saya memang nggak begitu besar. Space yang ada terbatas. Area shower-nya nggak begitu besar dan remang karena cahaya lampu terhalang shower curtain. Interior kamar mandi sendiri didominasi ubin persegi panjang berwarna putih yang disusun ala bata untuk memberikan sentuhan Industrial. The trick kinda works, though, hanya mungkin kalau ukuran ubinnya lebih kecil, kesan Industrial-nya terasa lebih kental.

IMG_20190317_151506

IMG_20190317_151454

IMG_20190317_151446

Produk yang disediakan di kamar mandi mencakup sabun, sampo, dan sikat gigi. Nggak ada produk lain di kamar mandi. Hair dryer pun nggak disediakan (tapi mungkin bisa pinjam ke manajemen kalau perlu karena saya sendiri nggak tahu dan nggak perlu pakai pada saat itu). Saya suka dengan keluaran air shower yang cukup kencang dan suhu air yang relatif stabil. Meskipun memang area shower-nya agak remang, tapi saya menikmati pijat bahu gratis dengan air panas dari shower.

Fasilitas Umum

Hotel Citradream Bandung menawarkan dua fasilitas umum bagi para pengunjung: meeting room dan restoran. Untuk restoran sendiri, posisinya berada di lantai dasar, nggak jauh dari lobi dan area resepsionis.

Restoran hotel berbentuk memanjang, dilengkapi furnitur bergaya kontemporer dengan warna-warna neon dan lampu “cangkir” yang sepintas mengingatkan saya sama suasana perpustakaan modern, terutama dengan penempatan meja yang memanjang. Area duduk pengunjung ini meluas sampai ke luar. Biasanya, outdoor seating area ini dipakai para tamu yang ingin merokok karena pengunjung nggak boleh merokok di area makan utama.

IMG_20190317_192642

IMG_20190317_192648

IMG_20190317_192708

Selain restoran, Hotel Citradream Bandung juga memiliki empat ruang rapat yang bisa dipakai untuk keperluan bisnis. Saya nggak sempat main-main ke area sana, tapi kalau lihat dari foto-fotonya di website resmi hotel, ukuran ruang rapatnya memanjang dan nggak begitu lebar, tetapi kondusif sih untuk meeting kecil.

Dari segi fasilitas umum, Hotel Citradream Bandung memang nggak menawarkan banyak pilihan. Selain itu, lahan parkir hotel juga sangat terbatas, terutama untuk mobil. Waktu saya menginap di sana, untungnya saya dapat tempat parkir mobil. Kalau nggak, tamu mungkin perlu parkir di pinggir jalan. Memang ada petugas yang berjaga, tetapi saya sendiri ngerasa nggak tenang kalau harus parkir di pinggir jalan.

Oh ya, ini bukan fasilitas umum hotel sih, tapi saya ingin kasih tahu aja. Biasanya, makanan dan minuman hotel kan terkenal mahal. Nah, di Hotel Citradream Bandung ini, saya rasa pilihan makanan dan minuman yang bisa kita pesan untuk dinikmati di kamar ditawarkan dengan harga yang bisa dibilang terjangkau. Menu minuman sendiri ditawarkan dengan harga mulai dari 10 ribu rupiah. Kalau makanan, yang paling mahal pun dibanderol dengan harga 30 ribu rupiah. Dan yang bikin saya excited lagi adalah, harga yang tertera di menu itu sudah termasuk pajak dan biaya layanan! Pilihan menunya memang nggak begitu banyak, tetapi untuk level makanan hotel sih, harga segitu menurut saya terjangkau.

IMG_20190318_092326

Lokasi

Terlepas dari kurangnya variasi tipe kamar dan fasilitas umum yang tersedia, aspek lokasi jadi salah satu keunggulan Hotel Citradream Bandung. Dari Stasiun Bandung, hotel ini hanya berjarak sekitar 5 menit menggunakan kendaraan bermotor. Kalau jalan kaki, kira-kira sekitar 10 menitan sih. Dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15-20 menit, tergantung kondisi lalu lintas.

Untuk urusan makanan, di sekitar hotel ada banyak kafe dan restoran yang buka sampai larut malam. Di seberang hotel pun ada minimarket yang buka 24 jam, cocok buat yang ingin ngemil tengah malam. Kalau ingin belanja, ada Paskal 23 yang bisa ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 10 menit. Ada juga Istana Plaza alias IP yang berjarak sekitar 5 menit dengan kendaraan bermotor. Kalau mau ke IP, bisa pakai angkot dan biasanya ongkosnya 2 ribu.

Kesimpulan

Objectively speaking, tidak banyak yang ditawarkan oleh Hotel Citradream Bandung. Pilihan jenis kamar dan fasilitas umum yang terbatas menandakan bahwa hotel ini memang no-nonsense, in terms of tujuannya: orang datang untuk beristirahat. Meskipun demikian, restoran tetap tersedia dan beberapa ruang rapat hadir di hotel ini untuk menunjang keperluan bisnis tamu.

Desain kamar pun nggak begitu spesial, tipikal cookie-cutter bisa dibilang. Namun, fasilitas dasar tetap tersedia, minus tea/coffee maker. Pihak hotel menyediakan dispenser air panas/dingin di koridor kamar. Hanya saja, saya rasa ribet kalau harus bolak-balik keluar kamar hanya untuk ambil air panas. Luas kamar mandi pun terbatas, seperti halnya produk mandi yang ditawarkan. Meskipun demikian, secara keseluruhan kualitas istirahat saya baik dan fasilitas yang tersedia berfungsi dengan baik.

Dengan rate mulai dari 250 ribuan (berdasarkan info dari Tripadvisor), Hotel Citradream Bandung layak diperhitungkan, terutama untuk para pengunjung yang nggak finicky dengan fasilitas hotel dan hanya perlu tempat buat beristirahat di malam hari. Lokasinya yang sangat strategis dan dekat dari Stasiun Bandung membuat properti ini bisa jadi pilihan cerdas dan terjangkau untuk para wisatawan.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Harganya terjangkau. Dengan lokasi yang strategis, properti ini bisa dibilang salah satu hotel dengan rate yang terjangkau.
  • Lokasinya strategis. Ke mana-mana dekat. Mau ke mal, cukup jalan kaki sekitar 10 menit. Dari Stasiun Bandung, hotel ini hanya berjarak sekitar 5 menit dengan kendaraan bermotor. Di sekitar hotel juga banyak restoran dan kafe yang buka sampai tengah malam.
  • Harga menu makanan dan minuman terjangkau, terutama untuk level makanan dan minuman dari hotel.

👎🏻 Cons

  • Pilihan tipe kamar dan fasilitas umum kurang variatif.
  • Area parkir untuk tamu, terutama parkir mobil sangat terbatas. Kalau tempat parkir penuh, ada kemungkinan parkir mobil harus di pinggir jalan.
  • Di kamar tidak ada tea/coffee maker. Kalau perlu air panas, perlu keluar kamar untuk pakai dispenser di koridor kamar. Repot kalau harus bolak-balik begitu.
  • Desain kamarnya tipikal cookie-cutter hotel.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😆😆😆⚪️⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰