Tag Archives: Atlantic City

Review: Atlantic City Bandung

Wah, sepertinya sudah cukup lama sejak terakhir saya update blog ini. Kerjaan memang sedang banyak dan jadwal lagi padat, jadi saya belum sempat lagi buat entri. Nah, untungnya saya ada dua hotel yang sempat dikunjungi dan siap di-review. Untuk minggu ini sendiri, saya akan menginap di sebuah hotel di kawasan Sukajadi, Bandung yang rencananya sih mau saya masukkan ke daftar Luxury Affordable untuk kota Bandung.

Untuk sekarang, hotel yang di-review ini adalah sebuah hotel bintang tiga yang berada di jalan Pasir Kaliki. Lokasinya nggak jauh dari persimpangan Pasir Kaliki dan Pajajaran, dan dekat ke Istana Plaza dan Living Plaza.

1156691_17011217230050283383
Fasad Atlantic City Hotel. Foto milik pihak hotel.

Atlantic City adalah sebuah hotel bintang tiga yang berlokasi di jalan Pasir Kaliki nomor 126. Seperti yang saya bilang sebelumnya, lokasi hotel ini dekat dari persimpangan jalan Pasir Kaliki dan Pajajaran. Ini artinya lokasinya bisa dibilang sangat strategis, terutama karena jaraknya juga sangat dekat dari Istana Plaza dan Living Plaza. Waktu nginap di sana, saya nggak kesulitan ketika mau makan karena ada banyak restoran dan warung-warung tenda di dekat hotel.

Hotel ini punya 100 kamar yang terbagi ke dalam dua tipe: superior dan grand deluxe. Nah, tipe kamar yang saya tempati waktu nginap adalah superior dan berada di lantai tiga. Meskipun bangunan hotel ini nggak begitu tinggi (dan juga lokasinya yang nggak begitu jauh dari bandara membuat hotel ini tampaknya kena aturan tinggi bangunan), view dari kamar saya cukup bagus karena jendelanya menghadap ke arah jalan Pajajaran.

Dari segi desain, sebetulnya nggak ada yang begitu waw dari hotel ini, baik interior kamar maupun ruang-ruang publik lainnya. Tapi, yang saya suka dari hotel ini adalah lokasinya yang enak ke mana-mana dan rate-nya yang terbilang terjangkau. Kalau saya bandingkan dengan hotel-hotel lain di kawasan ini, Atlantic City ini salah satu hotel bintang tiga dengan rate terjangkau di kelasnya. Ulasan lengkap tentang hotel ini saya jelaskan di segmen berikutnya. Review kali ini nggak banyak pakai GIF ya karena lagi nggak mood.

tenor3
Mohon pengertiannya ya. Lagi lesu.
Desain Kamar

Kalau bicara tentang desain utama kamar, bisa dibilang sih interiornya standar lah, tipikal hotel-hotel baru yang mengusung gaya arsitektur modern. Menempati kamar tipe superior, ukuran kamar saya sebetulnya nggak begitu luas (kira-kira sekitar 20 meter persegi), tapi furniturnya cukup lengkap. Kamar saya dilengkapi twin bed, meja belajar, kursi kerja, kursi lengan, meja kopi, dan lemari baju, lengkap dengan brankas.

This slideshow requires JavaScript.

Meskipun tergolong kecil, kamar saya nggak terasa claustrophobic, terutama dengan dinding bercat krem terang dan kombinasi warna-warna earthy (armchair-nya sepintas mirip kursi lengan yang ada di ruangan ayah saya di kantornya). Awalnya saya ragu apakah pencahayaan ruangan akan jelek, ternyata ketika malam tiba dan lampu kamar dinyalakan, pencahayaannya bagus. Seperti yang sering saya bilang di artikel-artikel sebelumnya, saya kurang suka ruangan yang remang, apalagi kamar mandi.

Sayangnya, di bawah meja kopi masih kelihatan debu yang menupuk. Di bawah kasur juga kelihatan. Selain itu, seprai tempat tidur dan bantal pun ada nodanya, meskipun kecil sih ukurannya. Tapi ya tetap sih, saya jadi ngerasa kalau seprai dan sarung bantal nggak dicuci dengan baik, dan kamarnya kurang teliti disapunya.

Untuk in-room amenities, ada televisi dengan kanal lokal dan internasional (pagi-pagi saya udah nonton The Walking Dead sambil ngemil Mi Gemes yang beli dari Indomaret), brankas, AC, danΒ tea/coffee maker. KoneksiΒ WiFi juga relatif cepat untuk nonton video dari YouTube atau Instagram, walaupun saya kurang tahu pasti seberapa cepat kalau untuk download konten.

IMG_20181119_113952
View dari jendela kamar. Kelihatan Istana Plaza dan Living Plaza.
IMG_20181119_113955
Kalau malam-malam, view dari kamar bagus banget.

Kalau tertarik nginep di sini, saran saya sih minta kamar dengan jendela yang menghadap ke arah jalan Pajajaran karena kalau malam-malam, view-nya bagus! Saya suka ngeliatin keadaan lalu lintas di persimpangan dan cahaya terang dari megatron Living Plaza yang ngasihΒ vibe ala-alat Times Square gitu lah.

Kamar Mandi

Sekarang waktunya saya bahas tentang kamar mandi. Untuk ukurannya, saya bilang sempit dan kurang nyaman, terutama untuk klosetnya. Dengan pintu yang dibuka ke arah dalam, orang yang lagi duduk di kloset bisa-bisa ketabrak pintu kalau ada orang lain yang buka pintu dari luar. Solusinya? Jangan lupa tutup dan kunci pintu kamar mandi ya kalau mau buang air.

Untuk wastafel sendiri ukurannya besar, dengan cermin rectangular yang cukup besar di atasnya. Sayangnya, kerannya ini agak membingungkan karena ketika saya geser ke arah kanan untuk keluarkan air dingin, lah airnya malah nggak keluar. Kalau digeser ke kiri, yang keluar air panas. Mungkin pihak hotel harus perbaiki kerannya.

This slideshow requires JavaScript.

Sebetulnya untuk kamar mandi, ada beberapa hal yang saya kurang suka, meskipun nggak bikin kunjungan terasa nggak nyaman sih. Pertama, shower area-nya terbilang sempit. Gorden penghalang airnya nggak efektif karena nggak ada pengait yang bisa menahan si gorden biar nggak ke mana-mana. Split level antara shower area dan area kamar mandi yang lainnya juga terlalu kecil. Dikombinasikan dengan shower curtainΒ yang kurang efektif dan terlalu pendek, walhasil lantai kamar mandi yang lain tetap basah dan jadi becek ketika kita mandi.

Hal berikutnya yang kurang suka adalah shower-nya. Meskipun pakai semacam rainshower, tapi kepala shower-nya ini sepertinya jarang dibersihkan dan kurang efektif untuk mengeluarkan air. Selain itu, aliran air yang nggak stabil juga nggak memungkinkan saya untuk diam di bawah shower dan pijat bahu, seperti yang biasa saya lakukan kalau ada rainshower di kamar hotel lain. Oh ya, rainshower ini satu-satunya perangkat yang ada di shower box. Nggak ada shower tangan. Buat teman-teman Muslim, mungkin akan sedikit repot saat wudhu tanpa kehadiran si shower tangan.

Pencahayaan kamar mandi menurut saya terlalu redup. Lampunya berada di luar shower area. Sayangnya, dengan curtain yang puncaknya hampir nempel ke langit-langit, tetapi bagian bawahnya berjarak sekitar 5 sentimeter dari lantai, area shower terasa sangat gelap dan murky ketika gorden di tutup. Air juga masih bisa membasahi lantai di luar area shower. Kesannya jadi muram.

Ada hal “eh kok gitu?” yang saya sadari ketika mandi. Di shower area, ada jendela kaca setinggi langit-langit di salah satu dinding kamar. Jendela ini sebetulnya menghadap ke arah kamar. Hanya saja, kaca jendelanya dicat abu-abu, jadi nggak tampak sama sekali kamar dari area shower. Ya, dicat, bukan diburamkan. Setelah melihat kondisi shower area dan merujuk ke beberapa foto dari website hotel, ternyata kaca jendela itu dulunya tidak dicat abu-abu, melainkan dibiarkan transparan. Nah, si curtain itu dulunya dipasang di jendela itu buat menjaga privasi.

Fasilitas Umum

Atlantic City punya beberapa fasilitas untuk menunjang kebutuhan pengunjung. Di lantai lobi, ada restoran yang cukup luas, dan beberapa seating area-nya tampak cantik karena di dindingnya ada semacam vertical garden.

This slideshow requires JavaScript.

Untuk kebutuhan bisnis, ada lima ruang rapat dan satu ballroom di hotel ini. Setiap ruang rapat dan ballroom sudah dilengkapi fasilitas seperti layar proyektor, LCD projector, dan sound system standar. Atlantic Ballroom sendiri punya kapasitas maksimal 500 orang yang bisa dipakai untuk berbagai acara, dari mulai pernikahan sampai seminar.

Di lantai teratas hotel, ada sky lounge yang sayangnya nggak sempat saya kunjungi. Dari sky lounge ini, kita bisa menikmati suasana kota Bandung sambil ngemil-ngemil cantik. Ada juga stage kecil jadi buat adakan acara ulang tahun atau semacamnya sambil sewa band, bisa lah. Hotel ini juga menawarkan layanan spa yang beroperasi dari jam 9 pagi sampai jam 12 malam (last order-nya jam 11 malam).

Lokasi

Bicara soal lokasi, Atlantic CityΒ ini bikin saya gampang ke mana-mana. Dari Stasiun Bandung, hotel ini cuman berjarak sekitar 5-10 menit kalau pakai mobil. Kalau mau belanja, saya tinggal nyeberang ke Istana Plaza, mal dari jaman saya SD. Di sana, ada Matahari, Giant, Planet Sports, J.Co, KOI, Game Master, Gramedia, dan beberapa tenant lainnya. Kalau mau ngopi, ada Starbucks dan Chatime di Living Plaza.

Untuk urusan makan, kita tinggal keluar hotel dan jalan ke sebelah karena tepat di samping bangunan hotel ada KFC yang buka 24 jam. Di samping KFC, ada Richeese dan Kehidupan. Nyeberang sedikit, ada juga restoran di samping Melinda Hospital 2. Kalau perlu ke minimarket, kita bisa jalan sekitar 5 menit menuju Indomaret yang lokasinya nggak jauh dari Bobobox dan restoran Rijstafel.

Sayangnya, lokasi hotel ini tuh sebetulnya ada plus minusnya. Plusnya sudah dijelaskan sebelumnya. Minusnya, daerah ini tuh salah satu daerah macet di Bandung yang nyebelinnya minta ampun. Kalau misalnya kamu datang dari arah Pasteur, untuk ke hotel ini kamu mesti muter dulu, masuk ke jalan Pajajaran, lewatin dulu jalan Kebon Kawung, lalu belok lagi ke Pasir Kaliki dan terus ke arah atas menuju persimpangan.

Kesimpulan

Atlantic City menawarkan tempat beristirahat yang nyaman di pusat kota Bandung. Dengan desain kamar modern, fasilitas penunjang produktivitas, dan sky lounge, hotel ini bisa jadi pilihan yang tepat, terutama untuk rombongan besar yang mau mengadakan seminar atau acara semacamnya. Lokasinya juga strategis karena hanya berjarak sekitar 5-10 menit dari Stasiun Bandung, 15 menit dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, dan beberapa langkah doang dari KFC dan mal.

Kebersihan kamar dan beberapa fasilitas kamar yang kurang baik memang jadi faktor yang saya sayangkan, tapi secara keseluruhan, saya tidurnya nyaman dan nggak keganggu suara bising dari luar (kecuali ketika siang-siang karena kebetulan ada mobil pick-up lewat yang bawa rombongan entah apa yang pakai toa dan semacamnya).

Meskipun fasilitas hiburannya nggak banyak, kehadiran mal dan restoran di sekitar hotel bisa jadi pengganti yang pas. Dengan rate mulai dari 300 ribu rupiah per malam (berdasarkan TripAdvisor dan tagihan saya kemarin), hotel ini cocok untuk berlibur di Bandung, terutama buat young traveler yang nggak neko-neko urusan fasilitas hotel, tapi mau menikmati liburan yang sedikit lebih mewah.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ»Β Pros

  • Lokasi strategis dan dekat ke mana-mana. Dari Stasiun Bandung, jaraknya kira-kira 10 menit kalau pakai mobil. Di dekat hotel ada Istana Plaza dan Living Plaza. Di sebelahnya malahan ada KFC (buka 24 jam), Richeese, dan Kehidupan. Gampang lah kalau malem-malem craving pengen ngemil.
  • Ada sky lounge.
  • Rate-nya masih terjangkau dan agreeable untuk hotel di kelasnya, terutama dengan lokasi yang prima.
  • Suasana kamar tenang, meskipun posisi hotel berada di kawasan yang ramai dan sering macet.

πŸ‘ŽπŸ»Β Cons

  • Maintenance kamar kurang baik. Masih ada sisa debu di atas karpet dan sekitar kaki furnitur.
  • Kamar mandi terlalu kecil dan redup, terutama shower area-nya.
  • Rainshower perlu perbaikan. Ada baiknya juga tambahin shower tangan atau keran untuk mengakomodasi pengunjung Muslim yang mau wudhu.
Penilaian Akhir

Kenyamanan: 😌😌😌😌βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†βšͺ️βšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩βšͺ️
Harga: πŸ’°πŸ’°