Tag Archives: aryaduta bandung

Review: Aryaduta Bandung

First of all, selamat hari Nyepi untuk teman-teman yang merayakannya. Semoga tahun ini dipenuhi dengan lebih banyak kebahagiaan, berkat, dan cinta dari orang-orang terdekat. Hari libur ini saya luangkan dengan beresin satu artikel terjemahan, dan setelah itu pergi makan malam dengan keluarga. Karena saya masih ada cukup waktu, saya putuskan untuk buat review untuk hotel yang saya kunjungi tepat di awal tahun ini, tanggal 1 Januari 2019.

Kalau di review sebelumnya saya bahas hotel di Jakarta, sekarang saya akan bahas hotel di Bandung. Hotel ini sebetulnya salah satu akomodasi yang sejak lama pengen banget saya kunjungi. Waktu SMP kalau nggak salah, saya memang pernah ke sini, tapi nggak sampai nginap, dan akhirnya bertahun-tahun kemudian, saya baru nginap di sini.

aryaduta-bandung
Area kolam renang dan gedung utama Aryaduta. Foto milik pihak manajemen hotel.

Aryaduta Bandung adalah sebuah akomodasi bintang empat yang berlokasi di Jalan Sumatra no. 51, Bandung. Lokasinya dekat dengan Jalan Merdeka yang terkenal dengan Bandung Indah Plaza dan Gramedia-nya. Hotel ini sendiri punya akses khusus menuju Bandung Indah Plaza.

Beroperasi sejak tahun 90an, hotel ini pada awalnya dibuka dengan nama Hyatt Regency Bandung. Sejak SD, SMP, SMA, bahkan kuliah semester 4 atau 5, hotel ini masih mengusung nama itu. Namun, di tahun 2016 hotel ini resmi berpisah dari grup Hyatt dan manajemennya berpindah ke tangan Aryaduta. Akhirnya sejak saat itu, hotel ini bermetamorfosis menjadi Aryaduta Bandung.

Bangunan utama hotel mempunyai bentuk segi delapan yang unik, dengan desain yang mencerminkan kemewahan dan modernitasย pada eranya. Saat bernaung di bawah Hyatt, hotel ini menyandang predikat bintang lima. Sayangnya, setelah berubah menjadi Aryaduta Bandung, executive lounge yang ada di hotel ditutup sehingga kelasnya turun menjadi bintang empat. Ini cerita dari receptionist-nya langsung ya. Meskipun demikian, “warisan” dari Hyatt Regency seperti pilihan kamar, restoran, dan fasilitas umum tetap dipelihara dengan baik.

Kunjungan saya ke hotel ini memang singkat, tapi bagi saya berkesan karena hotel ini semacam “old charm“. Usianya memang nggak bisa dibilang muda, tapi keglamorannya masih bertahan. Menginap di hotel ini rasanya seperti kembali ke era 80 atau 90an dan nginap di hotel-hotel berbintang yang suka ada di film-film laga Hong Kong jaman dulu. Oh ya, kamar yang saya tempati bertipe Business dan berada di lantai 12. Ulasan lengkapnya dibahas di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Sebelum saya bahas tentang desain kamar, saya harus bahas dulu desain interior hotel ini secara keseluruhan. Sebelumnya saya sempat mention “old charm“, era 80 atau 90an, kemewahan, modernitas, dam film laga Hong Kong. Interior hotel ini memang mencerminkan semua aspek-aspek itu (“old charm” yang saya sebut di sini sebetulnya nggak mengacu ke masa yang lebih lampau, tapi era tahun 60-90an). Kalau melihat eksteriornya, bangunan utama hotel tampak bulky dan berbentuk segi delapan. Desainnya sendiri ke arah modernist. Sementara itu, interiornya tampil mewah dan berkelas dalam dominasi gaya art deco. Lebih spesifiknya, Aryaduta Bandungย menggabungkan art deco yang lebih umum dengan streamline moderne, salah satu gaya arsitektur turunan art deco itu sendiri. Lebih detailnya nanti saya bahas di segmen yang lain. Oh ya, bangunan hotel ini merupakan salah satu gedung pencakar langit pertama di Bandung.

Nah, beralih ke kamar, desain yang ditawarkan hotel bikin saya cukup amazedย karena saya seolah bisa membayangkan gimana rasanya nginep di hotel ini di era pra-Aryaduta, lebih tepatnya di masa-masa keemasan Hyatt Regency dulu di tahun 90an dan 2000 awal. Dengan luas 34 meter persegi, kamar punya cukup banyak ruang kosong yang terasa lapang. Sayangnya, pencahayaan ruangan menurut saya cenderung redup sehingga atmosfernya terasa dingin.

IMG_20190101_180700

IMG_20190101_180709

IMG_20190101_180716

IMG_20190101_180731

IMG_20190101_181007

Flooring area tidur utama pakai karpet berwarna cokelat keemasan dengan pola bintik-bintik berwarna cokelat muda. Furniturnya sendiri berwarna hitam dengan sedikit nuansa cokelat. Desain furniturnya memang dated, tapi tetap kelihatan kemewahannya, terutama tempat tidur, kursi, dan meja kerja. Tempat tidurnya sendiri cukup besar, terutama untuk satu orang. Hanya saja ya itu tadi, yang saya bilang sebelumnya. Dengan pencahayaan yang cenderung redup, pemilihan warna yang sejuk, dan banyaknya ruang kosong di kamar bikin atmosfer kamar terasa dingin.

Koridor menuju pintu dan kamar mandi tampak mewah dalam dominasi warna putih dan lantai marmer. Di koridor ini ada closet yang cukup besar dengan slippers dan brankas di dalamnya. Di samping closet, ada rak display yang menyimpanย mini-bar. Dari semua bagian kamar, saya rasa koridor ini yang paling terang benderang.

Jendela kamar saya menghadap ke arah timur sehingga kawasan Taman Maluku, Jalan R.E. Martadinata, sampai Trans Studio Bandung bisa terlihat. Sayangnya, sore itu cuaca lagi kurang bersahabat sehingga pemandangan gunungnya terhalangi awan. Oh ya, karena menghadap ke timur, kamar saya mendapatkan banyak cahaya matahari di pagi hari. Ketika cuaca sedang cerah, atmosfer kamar berubah menjadi lebih hangat, “ceria”, dan tetap mewah.

IMG_20190101_180644

Kamar Mandi

Ukuran kamar mandi di unit saya nggak besar, tapi bisa dibilang lengkap dan memenuhi standar “mewah” kamar mandi hotel bintang empat. Bathtub-nya cukup panjang dan enak buat selonjoran. Hanya saja, keran dan shower-nya sudah harus diganti sih menurut saya.

Kamar mandi ini tampak mewah dalam balutan marmer berwarna gading. Area wastafel tampil bergaya dengan cermin berbingkai emas yang cukup besar, dan dua wall lampย bergaya art deco yang dipasang secara langsung pada cermin. Ada juga vanity mirror dan hair dryer di dekat wastafel, tapi si cerminnya rusak karena besi penahannya hampir lepas. Nggak rusak-rusak banget sih karena piringan cerminnya masih bisa dipakai buat lihat jerawat, komedo, dan flek hitam dengan jernih (no way!).

tenor31
Say no to jerawat!

IMG_20190101_180541

IMG_20190101_180547

IMG_20190101_180554

IMG_20190101_180601

Ada dekorasi dinding bergaya etnik yang dipajang di atas kloset. Sepintas, saya jadi ingat salah satu resor di Kuningan, Jawa Barat yang memadukan desain modern classic dengan elemen-elemen etnik seperti ini. Oh ya, Aryaduta Bandungย bekerja sama dengan Sebastian Gunawan untuk menghadirkan produk-produk mandi bagi para pengunjung. Untuk aromanya sendiri, menurut saya terlalu “formal”, walaupun harus diakui baunya subtle dan saya suka dengan tipe keharuman yang lembut.

Fasilitas Umum

Untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung, Aryaduta Bandung dipersenjatai dengan beragam fasilitas publik. Salah satu fasilitas yang saya suka adalah lounge-nya di lantai lobi. Di lounge ini ada bar berlatar belakang tiga panel mural keramik setinggi lima belas lantai yang berakhir denganย skylightย berbentuk segi enam. Di balik mural-mural itu, ada lift berdesain klasik yang bunyi belnya khas banget.

IMG_20190101_173418

IMG_20190101_174309

IMG_20190101_174259

IMG_20190101_175320

IMG_20190101_175624

IMG_20190101_180056

Dari semua ruang publik yang ada di hotel ini, area lounge adalah kawasan yang paling saya suka. Lounge hotel ini secara intens mencerminkan gaya art deco, terutama lewat tiga panel mural raksasa dan skylight-nya. Area lounge ini cukup luas dan melebar ke sisi timur, dengan beberapa set sofa dan kursi lengan bergaya kontemporer dan grand piano di salah satu sudut ruangan. Palet warna cokelat, light ash, dan gading tampil berani dan mewah. Selain itu, pencahayaan area lounge juga didukung oleh beberapa lampu tegak yang ditempatkan di antara set sofa dan kursi.

Koridor kamar di setiap lantai mengeliling void setinggi lima belas lantai. Dari koridor, kita bisa lihat ke lounge di bawah, atau sekadar mengagumi kecantikan skylight di atas. Tampak simpel tapi mewah dengan garis melengkung dan half-wall sebagai pembatasnya ini, desainnya mengingatkan saya dengan streamline moderne, salah satu turunan art decoย yang banyak mengambil inspirasi dari eksterior kapal laut. Kalau di siang hari, koridor-koridor ini lebih tampak ke arah desain Bauhaus atau Modernist. Namun, jika kita melihat ke arah tiga panel mural, nuansa art deco dan streamline moderne-nya lebih kentara. Mirip beberapa elemen eksterior di bangunan-bangunan kawasan Asia Afrika seperti Hotel Savoy Homann dan Bank BJB.

Saya sempat malam-malam sekadar melamun dan nongkrong di koridor sambil lihat ke arah lobi di bawah. Rasanya seperti berada di dalam kapal pesiar mewah di tahun 30an atau era 90an, lebih tepatnya restaurantย di RMS Queen Mary atau grand lobby di kapal fiktif Argonautica dari film action keluaran tahun 1998, Deep Rising.

IMG_20190102_093206

IMG_20190101_180425

IMG_20190101_180252

Naik satu lantai dari lobi, ada Taruma Kafe yang menjadi restoran utama hotel. Restoran ini menyajikan sarapan untuk para pengunjung. Ukurannya cukup luas dengan setting meja untuk empat hingga delapan orang atau lebih. Saya nggak sempat foto-foto waktu sarapan, tapi menu yang disajikan variatif. Ada juga sajian mi yang ternyata cukup laku di kalangan para pengunjung. Oh ya, ketika occupancy hotel lagi penuh, restoran yang luas ini pun terasa ramai. Waktu saya berkunjung, bahkan beberapa tamu tampak bete karena nggak dapat meja kosong. Selain menu mi, saya juga suka dengan salad yang disajikan, terutama dengan adanya biji zaitun yang selain asin asem segar, juga menyehatkan.

IMG_20190101_180035

IMG_20190101_180040

IMG_20190101_180047

Turun satu lantai dari lantai lobi, ada Cha Yuen Chinese Restaurant. Saya nggak sempat masuk karena waktu ke sana, restorannya masih tutup. Restoran ini buka dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore, kemudian beroperasi lagi untuk makan malam dari jam 6.30 sampai 10.30 malam. Kalau dari lobi, restoran ini bisa diakses melalui tangga yang ada di sisi timur lounge.

IMG_20190101_175917

Di lantai tiga, ada akses menuju taman, gym, dan spa hotel. Menghadap ke arah taman, ada Swarga Loka The Garden Restaurant yang buka setiap hari Sabtu dari jam 6.30 sampai 10.30 malam. Restoran ini menawarkan suasana tropis dan sentuhan desain etnik Bali. Area restoran sendiri sebetulnya merupakan semacam pendopo besar dengan langit-langit yang cukup tinggi. Ada juga bar untuk menikmati beragam menuย cocktail yang menyegarkan. Di restoran ini juga ada meja bilyar loh buat yang suka nyodok. Lumayan lah buat malam mingguan sama teman-teman sambil makan bareng dan main bilyar dalam atmosfer santai, tapi tetap mewah.

IMG_20190102_112156

IMG_20190102_112223

IMG_20190102_112228

IMG_20190102_112357

Di taman hotel juga ada semacam gazebo kecil yang dilengkapi beberapa bean bag buat bersantai. Nggak jauh dari area taman dan Swarga Loka, ada kolam renang yang cukup luas. Secara pribadi, saya suka area kolam renangnya… ketika lagi kosong!

IMG_20190102_112328

IMG_20190102_112314

IMG_20190102_112310

IMG_20190102_112248

Area kolam renang dilengkapi beberapa gazebo privat, lengkap dengan kasurnya untuk leyeh-leyeh. Asli deh kalau waktu itu kolam renang lagi sepi, saya kayaknya mau berenang dan santai di gazebonya. Bisa-bisa ketiduran dan bablas jam check out kayanya.ย Kolam untuk anak di area ini sebetulnya masih “masuk” ke kolam dewasa, tapi dipisahkan dengan tembok. Untuk kolam dewasanya sendiri sih lumayan panjang. Cukup menguras tenaga lah buat berenang bolak-balik.

Lokasi

Berada di pusat kota Bandung, Aryaduta Bandung menjadi salah satu pilihan akomodasi terdepan dari aspek lokasi. Hotel ini punya akses langsung ke Bandung Indah Plaza. Jadi, kalau mau makan atau belanja, cukup keluar hotel dan jalan sedikit, naik eskalator, dan tadaa! Sampailah kita di BIP.

Kalau nggak mau ke BIP, masih ada Gramedia dan BEC Mall yang berjarak sekitar 10 menit dari hotel dengan jalan kaki. Dengan jarak yang sama, pengunjung juga bisa main ke Taman Balai Kota Bandung buat main air, masuk ke labirin, atau sekadar ngadem. Kalau mau, Taman Sejarah juga bisa dikunjungi, masih dengan fasilitas kolam main air buat anak-anak yang bisa digunakan secara gratis.

Selain itu, kalau mau pilihan tempat wisata keluarga yang lebih adem dan nggak kalah kece, Taman Lalu Lintas bisa dicapai dengan berkendara selama lima menit aja. Jujur, Taman Lalu Lintas merupakan salah satu objek wisata penuh kenangan buat saya secara pribadi. Jaman dulu saya suka dibawa main ke sini, terus main sepeda di jalur khusus yang didesain lengkap dengan rambu lalu lintas. Banyaknya pohon yang rimbun di kawasan taman juga bikin saya betah main di sini karena adem.

Untuk wisata belanja dan kuliner, kawasan Jalan Riau (R.E. Martadinata) bisa dicapai dengan berkendara selama sekitar 5-10 menit. Ada banyak butik dan restoran kece di sana. Di Jalan Sumatra pun ada beberapa restoran yang layak dikunjungi, seperti Indischetafel yang akan membawa kita ke era noni dan sinyo jaman dulu.

Kesimpulan

Luxury everlasting. Menurut saya itu frasa yang pas untuk hotel ini. Meskipun usianya sudah cukup tua, Aryaduta Bandungย tetap menjaga kemewahan dan eleganceย yang diwariskan dari Hyatt Regency. Interior bergaya art deco/streamline moderne, kamar yang luas, lobby lounge yang mewah, fasilitas lengkap, dan lokasi prima merupakan beberapa kelebihan hotel ini.

Furnitur yang dated dan beberapa perlengkapan kamar mandi yang butuh perbaikan memang jadi pe-er buat hotel ini, tapi saya secara pribadi sih nggak masalah dengan furniturnya. Hanya saja, memang keran dan shower baiknya diganti. Akan lebih bagus kalau ada rainshower sih. Selain itu, atmosfer kamar yang cenderung dingin sebetulnya bukan kesukaan saya. Ditambah lagi dengan pencahayaan yang redup di area utama kamar, saya rasa lampu neonnya perlu diganti dengan warna warm white deh supaya suasananya lebih hangat dan mewah. Namun, view dari jendela sangat memukau, terutama dari ketinggian 12 lantai.

Loungeย di lantai lobi dan koridor kamar di setiap lantai mengingatkan saya kepada interior di kapal-kapal pesiar tahun 30an atau 90an, apalagi dengan adanya tiga mural raksasa setinggi 15 lantai yang langsung memunculkan gambaran panel dekorasi dinding di restoran RMS Queen Mary. Untuk restoran sendiri, nggak ada masalah yang saya temukan. Saya suka dengan menu yang disajikan, terutama pilihan mi dan salad-nya.

Area kolam renang sayangnya sedang ramai saat itu, tapi ketika sepi, saya yakin area itu cocok banget untuk bersantai dan tiduran di gazebo privat, melupakan sejenak beban hidup dan orang-orang toxic yang kita temui (halah!). Sebetulnya, ada yang kurang dari area ini: whirlpool. Mengingat udara Bandung relatif lebih sejuk daripada Jakarta, kehadiran whirlpool bisa melengkapi sesi berenang.

Dengan rate mulai dari 700 ribuan (berdasarkan info dari Tripadvisor untuk tipe kamar termurah), Aryaduta Bandung bisa jadi akomodasi bintang empat yang patut dikunjungi. Saya sendiri nggak akan nolak untuk nginap lagi di sini (hopefully bisa pesan Presidential Suite-nya sih yang dilengkapi dengan grand piano, supaya bisa konser). Para penggemar desain interior klasik sepertinya akan suka dengan hotel ini.

Pros & Cons

๐Ÿ‘๐Ÿปย Pros

  • Desain interiornya keren! Perpaduan art deco dan streamline moderneย bikin saya secara pribadi seolah lagi ada di dalam kapar pesiar. Lounge di lobi dan area koridor hotel bisa jadi spot foto yang cantik, terutama bar di lounge dengan latar belakang tiga mural keramik setinggi 15 lantai.
  • Tipe kamar termurah, Business punya ukuran yang luas (34 meter persegi).
  • Rate-nya terbilang masuk akal dan terjangkau untuk ukuran hotel bintang empat yang pernah menyandang predikat hotel bintang lima, terutama dengan berbagai warisan hotel bintang lima yang masih terjaga dengan baik.
  • Kolam renangnya luas dan ada beberapa gazebo privat, lengkap dengan kasurnya buat leyeh-leyeh sambil bermimpi jadi Crazy Rich Asian.
  • Ada bathtub di kamar mandi unit. Ciri khas hotel jaman dulu yang didambakan supaya bisa berendam. Sekarang ini, hotel bintang empat jarang yang pasang bathtub di tipe kamar termurah.
  • Menu sarapannya lezat. Harus coba varian mi kuahnya.
  • Lokasinya prima. Ke mana-mana dekat. Mau ke mal (Bandung Indah Plaza) pun sudah ada akses langsung. Mal lain, toko buku, objek wisata ternama di pusat kota pun jaraknya cuman 5-10 menit dari hotel.

๐Ÿ‘Ž๐Ÿปย Cons

  • Furniturnya dated. Ini jatuhnya masalah preferensi pribadi sih. Saya sendiri nggak masalah sebetulnya selama furniturnya terjaga dengan baik.
  • Keran dan shower di kamar mandi lebih baik diganti dengan yang baru. Vanity mirror juga sudah waktunya dihibahkan.
  • Pencahayaan kamar cenderung redup, membuat atmosfer kamar terasa lebih dingin (terutama dengan neon berwarna cool white). Jujur saya kurang suka dengan pencahayaan yang redup di kamar, apalagi sampai membangun suasana yang dingin, bukan sejuk.
Penilaian

Kenyamanan: ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œโšช๏ธ
Desain: ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜ถ
Lokasi: ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ
Harga: ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ