Category Archives: Midscale

Review: Holiday Inn Express Thamrin

Salah satu kawasan favorit saya di Jakarta adalah Dukuh Atas. Bukan tanpa alasan, saya pilih kawasan ini salah satunya karena ada stasiun MRT. Ditambah lagi, kawasan ini juga dekat ke Stasiun BNI Sudirman. Jadi, akan gampang banget buat saya naik kereta bandara kalau stay sementara di kawasan ini. Selain itu, jaraknya ke Grand Indonesia juga nggak begitu jauh. Nyaman deh intinya.

Ada satu properti di kawasan Dukuh Atas yang saya inapi. Secara pribadi, saya lumayan terkesan dengan layanan dan fasilitas yang tersedia di properti ini. Bisa dibilang sih saya nggak menyangka bahwa pengalaman menginap saya di hotel tersebut akan lebih menyenangkan dari dugaan. Tanpa berlama-lama, langsung aja saya bahas hotelnya, ya!

Holiday Inn Express Thamrin adalah hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan Tanjung Karang No. 1, Jakarta Pusat. Dari luar, bangunan hotel di Jakarta ini tampil simpel dalam fasad bergaya modern yang didominasi warna hitam . Oh, ya! Kunjungan saya ke sini jadi pengalaman pertama saya menginap di lini Express-nya Holiday Inn. Seperti yang mungkin sebagian pembaca sudah tahu, lini Express-nya Holiday Inn hadir dengan fasilitas yang lebih terbatas dan mengedapankan konsep cepat dan no-nonsense. Cocok banget buat kalangan pebisnis yang nggak perlu akomodasi yang ribet.

Berada di pusat kota, lokasi jadi salah satu kelebihan properti ini. Pasalnya, bicara soal moda transportasi, hotel ini menawarkan akses mudah ke Stasiun MRT Dukuh Atas yang terkenal dengan tangga dan eskalatornya yang puaaanjaaaang banget (kata Haikal, stasiun ini merupakan stasiun terdalam di Jakarta). Jalan kaki sekitar 2 menit, kita udah sampai di Stasiun BNI City ke bandara. Jalan lagi sedikit dan lewati terowongan, kita sampai di Stasiun Sudirman. Makanya saya bilang sebelumnya, hotel ini cocok buat kalangan pebisnis yang nggak membutuhkan akomodasi yang ribet (atau pelancong yang ingin akses dekat ke stasiun).

Dilansir dari situs web resminya, hotel budget di Jakarta ini punya 101 kamar yang tersebar di 10 lantai. Tipe kamar yang tersedia hanya satu, dan yang membedakan hanya pilihan kasurnya saja. Soal fasilitas, apa yang ditawarkan Holiday Inn Express Thamrin lebih banyak dibandingkan properti-properti bujet lain di kelasnya. Ada gym, laundry room, ruang rapat, dan beberapa perlengkapan penunjang produktivitas. Buat saya, kehadiran gym dan laundry room jadi sesuatu yang sangat membantu. Meskipun kita sibuk dan banyak kerjaan atau dikejar waktu, bisa olahraga pagi atau nyempetin cuci baju tentunya menyenangkan. Saat menginap, saya menempati kamar di lantai 5 yang ternyata merupakan kamar corner dengan ukuran yang relatif lebih luas, dan view ke arah Jalan Sudirman (terima kasih, Pak Slamet sudah di-arrange reservasi saya dengan baik). Pembahasan lebih lengkapnya di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Seperti yang saya bilang di atas, hanya ada satu tipe kamar di Holiday Inn Express Thamrin. Seperti halnya properti-properti lain di lini ini, tipe kamar yang ditawarkan memang sangat terbatas. Namun, yang membedakan ya pilihan tempat tidurnya. Saya pilih kamar dengan double bed. Di situs web resmi hotel, saya nggak dapat informasi luas kamar. Kalau di Agoda, disebutkan bahwa ukuran kamar adalah 20 meter persegi. Kamar seluas itu bisa dibilang cukup lumrah untuk properti-properti kelas ekonomi. Namun, karena kamar saya ada di sudut, ukurannya saya rasa sedikit lebih luas atau, setidaknya, memiliki kesan yang lebih luas karena adanya dua jendela di dua sisi kamar.

Interior kamar mengusung desain kontemporer dan secara pribadi, saya nggak menemukan sesuatu yang benar-benar spesial dari interior kamar. Sleek, rapi, tapi ya ordinary. Penggunaan karpet berwarna biru menunjukkan ke-Holiday Inn Express-an kamar. Oh, ya! Headboard tempat tidur menggunakan semacam bantalan berpelapis kulit dengan dimensi memanjang. Di atas tempat tidur juga ada semacam lukisan (atau wallpaper, ya? Kayaknya sih wallpaper) yang menjadi dekorasi kamar. Ya, oke lah.

Meja kerja ditempatkan di sisi selatan ruangan (oh, ya! Jendela kamar saya menghadap ke utara dan timur). Sayangnya, tepat di atas meja kerja ada televisi. Walhasil, kalau kerja dengan kondisi televisi menyala, saya jadi pusing karena suara dari televisi bisa ganggu kerja. Ya, bisa di-mute sih sebetulnya. Hanya saja, posisi televisi yang dipasang di dinding juga relatif rendah sehingga pas lagi kerja, rasanya kayak lagi lihat dua monitor dalam jarak dekat, dan salah satu monitornya jauh lebih besar. ‘Kan kurang baik buat penglihatan. Solusinya ya kalau mau kerja, jangan nyalakan televisi. Hanya saja, buat orang kayak saya yang kalau kerja di kamar itu nggak bisa dalam keadaan super sepi dan sebisa mungkin harus ada televisi, solusi tersebut rasanya agak gimana…

View yang saya dapat dari jendela kamar cukup mengasyikkan. Jendela yang menghadap ke timur menawarkan view Jalan Sudirman. Nah, meja dan kursi kerja di kamar berada di samping jendela ini. Jadi, kalau sore atau malam saya mulai capek dengan kerjaan dan perlu istirahat sejenak, saya tinggal nyeduh kopi sambil lihat view di luar. Simpel, tapi cukup menenangkan. Sementara itu, jendela yang menghadap ke utara berhadapan dengan UOB Tower dan menara Thamrin 9 yang masih dibangun. Low-key privacy alert sih jendela yang ini, tapi untungnya ada sheer curtain yang setidaknya bisa mengurangi fokus mata-mata kepo yang pengen tahu ada apa di dalam kamar.

Oh, ya! Kelengkapan lain di kamar saya mencakup kulkas, coffee/tea maker, alarm, dan AC (wajib lah ini mah). Pretty standard lah, ya, untuk ukuran properti bintang tiga, tetapi mempertimbangkan konsep no-nonsense dan fokus dalam kecepatan, fasilitas-fasilitas yang ada di kamar sudah mumpuni. Ya, dipikir-pikir lagi aja. Buat orang yang ngga perlu fasilitas dan desain kamar yang neko-neko, udah ada fasilitas-fasilitas itu sih udah cukup, terutama buat orang-orang yang bakalan fokus kerja atau nggak akan stay lama di hotel karena harus ngejar flight ke bandara.

Kamar Mandi

Kamar mandi di kamar tamu Holiday Inn Express Thamrin Jakarta pun mengusung konsep yang nggak neko-neko, tapi bisa memenuhi kebutuhan tamu. Desainnya simpel dan seperti halnya interior kamar, nggak ada yang benar-benar spesial. Namun, seperti yang saya sebut di atas, kebutuhan saya sudah terpenuhi saat menginap.

Dimensi yang memanjang membuat kamar mandi terkesan sempit. Namun, pencahayaannya relatif baik sehingga ruangan nggak memicu klaustrofobia. Shower area di kamar mandi relatif kecil dan dipisahkan oleh dinding kaca. Di sini juga nggak ada rainshower, hanya shower tangan. Seandainya ada rainshower, bisa jadi nilai tambah, tapi ya, segini pun udah cukup sih sebetulnya. Kelengkapan kamar mandi yang lain mencakup hairdryer dan produk kebersihan pribadi. Ya, lumayan lah segini sih menurut saya.

Fasilitas Umum

Restoran

Holiday Inn Express Thamrin Jakarta punya satu restoran di lantai lobi yang juga berfungsi sebagai tempat rapat (disebut sebagai The Great Room). Dari segi ukuran, restoran hotel sebetulnya tidak begitu besar. Namun, di salah satu sisi ruangan, dipasang meja memanjang dengan kursi-kursi yang menghadap ke jendela. Nah, pas sarapan, saya duduk di kursi ini supaya bisa makan sambil lihat pemandangan ke arah luar (sebenernya nggak begitu asyik sih view-nya). Oh, ya! Reservasi di sini sudah termasuk sarapan, ya.

Saya sendiri nggak sempat foto-foto banyak di restoran ini karena pada jam sarapan, keadaan restoran cukup ramai. Ada juga pintu menuju teras kecil yang berfungsi sebagai smoking area. Dari segi interior, menurut saya sih restoran cukup cantik dalam balutan desain kontemporer yang menonjolkan warna maple pada elemen-elemen kayu. Simpel, tapi nggak terkesan biasa-biasa aja.

Soal menu, pilihan yang ada memang tidak begitu variatif. Bisa dipahami sih sebetulnya, mengingat properti ini pada dasarnya masuk ke kategori hotel budget di Jakarta. Kalau ingin scrambled egg, bisa minta ke staf yang bertugas. Oh, ya! Waktu saya menginap, salah satu pilihan minuman panas yang tersedia adalah hot chocolate. Wih! Saya jarang nemu properti yang menawarkan hot chocolate sebagai minuman panas untuk sarapan (for free). Hot chocolate disediakan sebagai produk sachet. Jadi, kita yang seduh sendiri (ya, sama seperti kopi dan teh di sini sih). Hanya saja, pas sarapan di hari terakhir, hot chocolate-nya sudah nggak ada. Duh! πŸ˜“ Selain itu, buat yang nggak sempat sarapan karena harus ngejar flight atau apa, Holiday Inn Express Thamrin menawarkan opsi express breakfast yang bisa kita pesan sejak awal. Jadi, pihak hotel akan siapkan menu breakfast simpel buat kita takeaway. Pas banget nih buat yang harus meninggalkan hotel pagi-pagi buta.

Yang saya sayangkan adalah staf yang bertugas di hari kedua menginap (saya nginap selama 3 hari) kurang gesit. Minta sendok, baru datang sekitar 10 menit kemudian. Soal keramahan sih, para staf memang ramah. Hanya saja ya, itu tadi, kalau bisa sih lebih gesit lagi dan jangan sampai lupa pesanan tamu.

Gym & Laundry Room

Dua fasilitas berikutnya yang ada di Holiday Inn Express Thamrin adalah gym dan laundry room. Keduanya berada berdekatan dan di satu lantai yang sama. Jadi, saya pikir sih, sambil nungguin cucian beres, kita bisa sambil nge-gym. Luas gym hotel sih memang tidak begitu besar, tetapi dari segi peralatan, jenis yang ditawarkan cukup beragam.

Karena space yang tidak besar, penempatan alat-alat gym menurut saya sangat berdekatan satu sama lain. Ada dua treadmill dan satu stationary bike yang ditempatkan menghadap jendela (eh, kalau si bike sih nggak karena justru menghadap ke arah cermin). Sambil lari di atas treadmill, saya bisa lihat pemandangan Jalan Sudirman. Ya, lumayan lah setidaknya ada view. Beberapa barbel juga tersedia dalam berbagai ukuran. Ngomongin soal barbel, saya pengen ngelatih dan ngebentuk otot lengan nih. Saya juga lagi ingin olahraga buat mengatasi perut buncit. Selama pandemi ini, saya banyak di rumah dan bisa ditebak, dengan tersedianya makanan hampir setiap saat, saya hobinya ngemil dan berdampak ke food baby yang makin sulit dikendalikan.

Oh, ya! Kamar mandi juga tersedia di dalam gym. Namun, kamar mandi ini sifatnya half-bath, ya. Jadi, kalau habis nge-gym ingin mandi, ya harus mandi di kamar. Selama menginap 3 hari, saya nggak pernah ketemu tamu lain di gym. Senangnya adalah saya bisa pakai gym dengan leluasa, tanpa harus diburu-buru karena gantian mesin dengan tamu lain.

Di samping gym, ada laundry room. Untuk menggunakan mesin yang ada, kita bisa beli koin dari resepsionis. Jumlah mesin yang ada terbatas sehingga ketika ada tamu lain, mau nggak mau kita harus ngantri. Di ruangan ini juga terdapat ironing board dan setrika. Urusan cuci dan setrika memang harus dilakukan sendiri oleh tamu dan saya rasa, inilah yang membuat rate lini Holiday Inn Express lebih terjangkau (ya, nggak murah-murah banget sih sebetulnya).

Fasilitas Lain

Selain restoran, gym, dan laundry room, di lantai lobi ada satu area yang saya rasa merupakan business center (karena ada dua iMac). Namun, di area ini ada satu ruangan dengan pintu lipat yang kalau dibuka, bisa berfungsi seperti ekstensi restoran. Saya sempat nongkrong di sini sebentar setelah balik dari Stasiun BNI City buat lanjutin kerjaan yang tertunda. Sambil duduk dan gawe di sini, kita juga bisa pesan makanan atau minuman.

Saat kerja, saya lihat ada beberapa tamu lain yang ngobrol dan ketemuan di area ini. Jadi, ya mungkin bisa dibilang area ini juga berfungsi sebagai kafe atau ekstensi lobi lah kurang lebih. Namun, karena tempatnya yang tertutup tanpa jendela, saya jujur ngerasa agak klaustrofobik di sini. Mungkin salah satu aspek pendukungnya adalah pencahayaan yang nggak begitu terang.

Lokasi

Kalau ngomongin soal lokasi sih, beuh, Holiday Inn Express Thamrin jangan diragukan. Ke mana-mana mudah. Stasiun MRT Dukuh Atas dan Stasiun BNI City bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 menitan aja. Jalan lagi sedikit dan lewati terowongan, ada Stasiun Sudirman. Untuk yang singgah sejenak di Jakarta dan harus ke bandara sih, properti ini layak dipertimbangkan. Taksi atau ojek online juga bertebaran di sekitar hotel. Nggak akan susah lah intinya buat bepergian, apalagi properti ini juga berlokasi di pusat kota.

Di sekitar hotel, sebetulnya ada banyak restoran dan kafe. Namun, sebagian berlokasi di seberang jalan dan ketika saya bilang seberang jalan, kita harus nyeberangin Jalan Sudirman yang lebar banget. Tentunya, kita bisa ke area sana lewat terowongan. Nah, minimarket terdekat juga adanya di Jalan Blora. Jadi, ya mau nggak mau harus lewat terowongan sih (tapi aman kok, tenang aja, dan banyak orang). Selain itu, hotel ini juga dekat dari Grand Indonesia. Kalau jalan kaki, mungkin jarak tempuhnya sekitar 3 menitan. Deket banget, lho, sebetulnya.

Dari Stasiun Gambir, Holiday Inn Express Thamrin Jakarta bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar 10-15 menitan, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pakai KA Bandara yang turun di Stasiun BNI City sih jarak tempuhnya sekitar 45-50 menit. Dari stasiun, tinggal jalan sebentar, nyampe deh di hotel.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi.Β ExperienceΒ yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel.Β 

Saat menginap selama 3 hari 2 malam, saya bisa bilang pelayanan yang diberikan pihak hotel cukup memuaskan dan menyenangkan. Saat check-in, saya berkesempatan bertemu dengan Pak Slamet selaku general manager hotel. Nah, Pak Slamet membantu nge-assign kamar untuk saya di posisi yang cukup tinggi dan tenang, tapi masih punya view yang bagus. Terima kasih banyak, Pak Slamet! Beliau juga sebetulnya menawarkan saya check-out jam 2 siang, tapi saat saya konfirmasi lagi ke pihak resepsionis, staf bilang saya bisa dapat late check-out jam 1 siang. Mungkin ada informasi yang nggak tersampaikan ke staf resepsionis atau gimana, but it wasn’t a big problem sih.

Soal kebersihan dan kerapian kamar, saya ngga ada keluhan. Oh, ya! Waktu saya tiba, saya sebetulnya dikasih buah-buahan potong. Terima kasih banyak, Holiday Inn Express Thamrin Jakarta! Kebutuhan vitamin dan serat saya terpenuhi pada hari itu πŸ˜† Yang saya sayangkan dari aspek pelayanan sebetulnya hanya di restoran saja. Seperti yang saya bilang di segmen sebelumnya, saya harus nunggu lama setelah minta diambilkan sendok. Menurut saya, nunggu 10 menit untuk satu sendok sih keterlaluan. Namun, para staf restoran yang bertugas ramah-ramah. But still, next time sih semoga jangan sampai terjadi lagi.

Secara keseluruhan, pelayanan di Holiday Inn Express Thamrin sudah cukup memuaskan dan menyenangkan. Meskipun ada gangguan atau masalah sepele, pengalaman menginap saya nggak sampai rusak.

Kesimpulan

Antiribet club. Holiday Inn Express Thamrin Jakarta, sesuai namanya, mengedepankan konsep ekspres, tapi tanpa mengesampingkan kualitas. Proses check-in berjalan dengan mulus dan cepat. Kebutuhan dasar di kamar dan kamar mandi sudah tersedia. Opsi express breakfast tersedia. Lokasi juga strategis. Untuk kalangan pebisnis dan “pengejar” flight sih, menurut saya hotel ini layak dilirik.

Interior kamar mengusung desain kontemporer yang menurut saya tidak begitu spesial. Namun, suasana kamar cukup nyaman untuk kerja dan istirahat, terutama untuk kamar corner. Kalau pusing dengan kerjaan dan perlu istirahat, cukup ngeteh dan lihat view Jalan Sudirman, atau nonton TV sebentar. Gym hotel jadi my go-to place di pagi hari buat olahraga. Sarapan tersedia dan, meskipun menunya nggak super variatif, setidaknya menunya decent (dan ada hot chocolate pula). Kunjungan saya sudah terasa lengkap sebetulnya, tentunya dengan mindset yang disesuaikan dengan apa yang hotel tawarkan dan konsep hotel (ya masa sih hotelnya akomodasi budget no-frill untuk pebisnis, tapi ekspektasinya ada lagoon pool dan whirlpool?).

Soal pelayanan, secara keseluruhan sih baik dan menyenangkan. Dari aspek lokasi, duh jangan ditanya lagi. Soal harga, menurut saya sedikit lebih mahal, meskipun masih masuk kategori akomodasi budget atau express. Mungkin semi-budget kali, ya, istilah yang lebih tepatnya? Tripadvisor menyebutkan rate hotel ini mulai 400 ribuan per malam. Kalau di aplikasi resmi IHG sendiri, saya sering lihat rate-nya pun di kisaran segitu (kadang-kadang 500an sih). Overall, pengalaman menginap di Holiday Inn Express Thamrin Jakarta sudah menyenangkan dan no ribet. Will I come back again? I guess I will kalau saya harus ke bandara dan singgah sejenak di Jakarta.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Lokasinya strategis banget. Mudah ke stasiun MRT, stasiun kereta bandara, dan stasiun KRL. Ke Grand Indonesia juga deket dan bisa jalan kaki.
  • No ribet. Untuk kalangan pebisnis, menurut saya konsep hotel ini cocok.
  • Setiap reservasi sudah mencakup sarapan. Ada juga opsi express breakfast buat yang harus ngejar flight pagi dan nggak sempat sarapan di hotel.
  • Ada fasilitas gym dan laundry room (berbayar, dan nyuci sendiri ya).

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Rate masih terbilang tinggi untuk properti kelas budget/ekspres, terutama ketika harga lagi menyentuh kisaran 500an.
  • Desain kamar tidak begitu spesial.
  • Opsi menu sarapan kurang variatif.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Άβšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°

Review: Hotel California Bandung

Mencoba flashback ke beberapa tahun silam, saya cukup sering ke BEC 2 Mall. Mal ini sendiri sebetulnya merupakan ekstensi dari BEC yang sudah berdiri dari jaman saya SD. Alasan saya ke BEC 2 adalah makan dan main game karena meskipun BEC 2 konsepnya sudah lebih general, bukan sebatas mal khusus elektronik, sebenarnya nggak banyak opsi toko yang ada di sana. Namun, karena ada bioskop, massage parlor, dan tempat main game, jadilah saya cukup sering ke sana. Setiap ke BEC, saya selalu melewati sebuah hotel yang berlokasi di Jalan Wastukencana. Saya sebenarnya cukup penasaran dengan hotel itu dulu karena tangga utamanya terlihat dari luar (kita sebut grand staircase, ya) dan saya suka menebak-nebak, grand piano-nya ditempatkan di sebelah mana (ternyata nggak ada grand piano). Akhirnya, di akhir tahun 2019 kemarin, saya berkesempatan menginap di hotel tersebut. Skor di atas 8 di Agoda, di atas 8,5 di Traveloka, dan 4 koma lebih di Google bikin saya penasaran. Ditambah lagi, Nita (teman sekelas di kampus dan sekarang rekan kerja) pernah minta saya nge-review hotel ini dan belum kesampaian. So, Nita, utangku lunas, ya. He he he.

Jendela besar di suite room. Foto milik pribadi

Hotel California Bandung adalah properti bintang 3 yang berlokasi di Jalan Wastukencana No. 48, Bandung. Lokasinya yang strategis jadi salah satu keunggulan hotel ini. Gimana nggak? Kawasan ini cukup ramai dan sering dilewati, terutama oleh orang-orang yang mau ke BEC dan BIP. Waktu pertama kali dengar nama hotel ini, saya langsung ingat salah satu lagu legendaris yang dipopulerkan oleh The Eagles, Hotel California. Dalam lagu tersebut, Hotel California digambarkan sebagai hotel hantu yang membuat para tamunya terjebak dan nggak bisa keluar. Namun, hotel yang satu ini nggak begitu, ya. Buktinya, saya bisa check-out dan pulang. No hantu-hantuan.

Dilansir dari situs resminya, hotel ini memang terinspirasi dari Hotel California, lagu dan album milik The Eagles yang dirilis di tahun 1976. Sebenarnya, waktu saya menginap, hotel ini nggak hanya menonjolkan sisi “The Eagles” saja; beberapa fasilitas hotel juga terinspirasi dari musik-musik lain (walaupun dari aspek nama saja). Nah, soal fasilitas, Hotel California Bandung memang nggak menawarkan banyak pilihan. Ada toko suvenir, spa, aula serbaguna, ruang rapat, restoran, dan lounge. Kalau melihat dari pilihan fasilitas yang ada, saya rasa hotel ini cocok untuk kalangan pebisnis. Lokasinya pun strategis dan dekat dari area perkantoran, terutama perkantoran Pemkot Bandung.

Sayangnya, website resmi hotel tidak menampilkan banyak informasi soal hotel ini (saya dapat link-nya dari profil Instagram resmi hotel). Namun, kalau lihat di Agoda (dan seingat saya, ya), ada tiga tipe kamar yang ditawarkan Hotel California Bandung, yaitu Deluxe, Executive, dan Suite. Waktu menginap, saya memesan kamar Suite di lantai tujuh. Tipe Suite ternyata merupakan corner room dengan keunikan yang melebihi ekspektasi saya. Ulasan lengkapnya di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Bicara soal desain kamar, tipe Suite (dan tipe-tipe lainnya) di Hotel California Bandung hadir dengan interior yang didominasi warna-warna earthy dengan kontras warna yang jelas antara lantai dan dinding. Hal pertama yang saya suka dari hotel ini adalah semua kamarnya menggunakan lantai parket. Oh, ya! Di depan pintu, kita juga bisa melihat CD The Eagles sebagai penanda nomor kamar. Dengan luas 37 meter persegi, tipe Suite menawarkan ruang yang ternyata cukup luas. Meskipun demikian, ada sesuatu yang menurut saya nanggung dengan layout-nya.

Berada di pojok bangunan, kamar saya memiliki dua jendela yang menghadap ke arah berbeda sehingga saya bisa menikmati dua view, Jembatan Pasupati dan area perkotaan. Jendela yang menghadap ke arah perkotaan merupakan jendela full-height sehingga saya bisa menikmati view dengan puas. Apalagi di dekat jendela, ada chaise lounge untuk bersantai. Seru banget! Nah, di tengah ruangan terdapat dinding yang memisahkan area utama kamar dengan area santai ini. Sayangnya, adanya dinding ini juga membuat view perkotaan nggak bisa terlihat dari tempat tidur. Namun, dari tempat tidur kita masih bisa lihat view Jembatan Pasupati dan Gunung Tangkuban Parahu.

Hampir lupa! Kelengkapan kamar mencakup televisi, AC, meja kerja, sepasang armchair dan meja kopi, chaise lounge, coffee/tea maker, dan kulkas mini. Untuk tempat tidur, ukurannya cukup besar dan nyaman. Desainnya simpel dengan headboard pendek dari blok-blok kayu berwarna cokelat muda dan gading. Sayangnya, pencahayaan di kamar menurut saya cenderung terlalu remang di malam hari. Selain itu, kualitas channel TV pun kurang bagus. Gambarnya masih banyak semutnya. Untuk koneksi internet sendiri, saya sempat nggak bisa hubungkan laptop dan ponsel ke WiFi. Mungkin karena waktu itu tamu hotel sedang banyak kali, ya?

Lemari pakaian di kamar memiliki konsep terbuka, bukan lemari yang berpintu. Ukurannya sih cukup besar. Hanya saja, gantungan yang disediakan terlalu sedikit. Untuk area kerja sendiri, posisi meja kerja memang berada di samping jendela dan kalau buat kerja siang-siang atau sore-sore sih, ini asyik banget. Kalau udah jenuh, tinggal lihat view di luar sambil ngeteh. Ah! Kalau ngeteh sih lebih asyik sambil duduk santai di chaise lounge. Di malam hari, pencahayaan area kerja hanya bergantung pada satu drop light kecil di langit-langit dan ternyata, pencahayaan ini pun kurang cukup. Saya niatnya malam-malam mau beresin kerjaan, tapi karena kondisinya remang, niat kerja pun saya urungkan. Ya, daripada matanya pegal dan rusak, ‘kan?

Sekali lagi, area santai di kamar Suite ini jadi tempat favorit saya. Bahkan, saya sampai foto-foto di area ini karena jendela-jendelanya yang besar. View yang ditawarkan juga cantik. Saya bisa bilang bahwa jendela-jendela besar ini jadi kelebihan kamar tipe Suite, tentunya selain ukuran ruangan yang paling luas di antara tipe-tipe lain.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi di tipe Suite Hotel California Bandung, salah satu aspek yang langsung terpikir sama saya adalah ukurannya. Dibandingkan dengan area utama kamar, ukuran kamar mandi masih tergolong kecil. Apalagi, di kamar mandi tidak tersedia bathtub. Ini jadi sesuatu yang saya sayangkan.

Kamar mandi dilengkapi wastafel, kloset duduk, dan area shower. Nah, area shower yang ada pun terbilang kecil. Ya, balik lagi karena ukuran kamar mandinya memang kecil. Area shower dipisahkan sebagian oleh kaca dan tidak ada pintu pemisah. Ini artinya saat mandi, air tetap bisa keciprat ke area kamar mandi yang lain. Meskipun bukan jadi masalah yang besar, setelah dipikir-pikir lagi, saya suka agak kesal ketika keset dan lantai area kamar mandi yang lain jadi cepat banget basah hanya karena air dari area shower meluap atau terpercik ke luar. Di area shower pun hanya ada fixed shower, tanpa rainshower atau shower tangan. Keluaran air dari shower memiliki tekanan yang cukup. Nggak kencang, tapi nggak pelan juga.

Soal kelengkapan yang lain, di kamar mandi sudah tersedia produk-produk mandi dan perawatan pribadi yang disimpan dalam boks transparan untuk menjaga agar semuanya tetap bersih dan kering. Hair dryer juga tersedia di kamar mandi. Overall sih tidak ada yang bermasalah dengan aspek ini, dan jujur saja, ketersediaan hair dryer jadi sesuatu yang sangat diapresiasi.

Restoran

Untuk bersantap sarapan saat menginap di Hotel California Bandung, saya mengunjungi Brown Sugar Cafe di lantai dasar. Bicara soal luasnya, restoran ini memang tidak besar. Dibandingkan dengan jumlah meja dan kursi yang disediakan, ruangan yang ada sepertinya kurang luas sehingga restoran kesannya sempit. Saat tamu sedang ramai, bisa saya bayangkan situasinya akan crowded. Meskipun demikian, ada area teras yang diperuntukkan sebagai area merokok.

Interior restoran didominasi jendela-jendela full height yang menawarkan pemandangan area parkir dan jalan raya. Nggak ada yang sangat spesial kalau soal pemandangan. Namun, banyaknya jendela di restoran membuat interior restoran setidaknya terasa lebih lapang dan terang. Desain yang diusung pun senada dengan desain interior kamar, tetapi dengan dominasi warna krem/beige sebagai pengganti palet warna cokelat yang lebih tua/hangat.

Soal menu, pilihan yang ditawarkan memang tidak sampai supervariatif. Namun, menu wajib seperti nasi (waktu saya berkunjung, nasi goreng) dan sumber protein sih pasti ada. Station bubur ayam pun tersedia untuk yang ingin sarapan dengan bubur. Karena bangunnya telat, saya datang ketika restoran sudah hampir tutup jam sarapan. Untungnya, makanan masih hangat dan enak untuk dimakan.

Fasilitas Lain

Seperti yang saya bilang sebelumnya, Hotel California Bandung memang tidak menawarkan fasilitas yang sangat beragam. Selain restoran, terdapat beberapa ruang rapat dan ballroom untuk mengadakan berbagai acara. Layanan spa dan toko souvenir pun tersedia di hotel ini. Kalau dilihat dari pilihan fasilitas yang ditawarkan, hotel ini memang cocok untuk kalangan pebisnis yang berkunjung ke Bandung untuk keperluan pekerjaan. Meskipun demikian, keluarga atau wisatawan ya tetap boleh menginap di sini, terutama karena aspek lokasinya yang strategis.

Di sudut lobi, terdapat lounge bernama Penny Lane. Dari segi ukuran, lounge ini memang tidak besar dan posisinya pun nyΓ©ngclΓ© (kalau kata orang Sunda) di pojokan. Saya nggak sempat menelusuri area lounge dan bawah tangga. Jadi, saya nggak punya dokumentasi apa pun mengenai lounge tersebut (mohon maaf, ya). Namun, dari segi interior, Penny Lane lounge menawarkan sudut yang cukup cozy untuk sekadar ketemu teman/keluarga sambil ngeteh dan ngopi.

Lokasi

Hotel California Bandung adalah salah satu akomodasi yang berada di kawasan yang strategis. Berlokasi di Jalan Wastukencana, hotel ini bisa dibilang cuman sepelemparan batu dari Bandung Indah Plaza, Bandung Electronic Center, dan BEC Mall 2. Beberapa universitas seperti UNISBA dan UNPAS bisa dicapai bahkan dengan jalan kaki (sekitar 10 menit sih kalau jalan kaki). Berbagai kawasan berada cukup dekat dari hotel. Ke Cihampelas atau Balai Kota? Deket. Ke Pasteur? Deket. Ke kawasan Jalan Riau? Deket juga. Ke Alun-Alun dan Jalan Braga? Lumayan deket. Intinya sih ke mana-mana itu gampang. Hanya saja, hotel ini berada di jalan yang menerapkan sistem one-way. Namun, kalau pun harus muter balik pun, rutenya nggak jauh kok.

Dari Stasiun Bandung, Hotel California Bandung hanya berjarak sekitar 15 menit dengan kendaraan bermotor. Dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit. Lumayan dekat, ‘kan?

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Bicara soal pelayanan, satu hal yang pasti sih tidak ada keluhan signifikan. Bahkan, selama menginap pun saya nggak mengeluhkan apa pun ke staf hotel (kecuali koneksi internet yang susah diakses dari laptop, tapi karena saya pun urung niat untuk kerja, ya, nggak masalah jadinya). Proses check-in berlangsung lancar dan cepat. Resepsionis yang handle proses pun ramah. Para staf restoran pun ramah dan helpful.

Urusan kebersihan kamar pun masih terbilang baik. Jendela kamar (tepatnya jendela yang menghadap ke utara) memang kotor dan kusam. Kalau di foto sih, kelihatannya kayak bersih, tapi sebetulnya itu kotor, lho. Ke depannya, semoga saja kebersihan jendela bisa lebih dijaga oleh pihak hotel. Mengenai parkir, saya agak khawatir dengan banyaknya lahan parkir yang tersedia. Untungnya, waktu menginap saya masih dapat spot parkir kosong. Nah, kalau penuh, mungkin ada staf hotel yang akan mencarikan tempat parkir. Soal ini sih saya kurang tahu pasti, cuman masa sih nggak ada valet, ya? Saya rasa sih ada. Kasihan banget soalnya kalau tamu yang datang ternyata kehabisan tempat parkir.

Kesimpulan

No nonsense. Saya kepikiran frasa ini kalau diminta mendeskripsikan Hotel California Bandung. Dari proses check-in yang cepat hingga fasilitas yang diberikan, rasanya saat menginap semuanya berjalan lancar. Memang sih ada beberapa hal yang saya sayangkan, seperti area shower yang kecil, pencahayaan di study area yang kurang baik, dan koneksi internet yang susah diakses. Namun, selebihnya sih semuanya baik-baik saja. Kondisi kamar baik, furnitur dan room amenities masih rapi dan berfungsi, dan view dari kamar pun bagus. Untuk kalangan pebisnis yang datang, kelancaran dan kemudahan seperti ini tentunya sangat diharapkan dan diapresiasi.

Tipe Suite menawarkan ukuran yang, jika dibandingkan suite room di properti-properti lainnya, memang kalah besar. Namun, unit terbesar di Hotel California Bandung ini hadir sebagai corner room dengan dua view yang memanjakan mata. Kamar pun tetap terasa lapang. Untuk menunjang santai-santai, tersedia chaise lounge di samping jendela. Cocok lah buat rehat sejenak setelah sibuk kerja atau rapat. Ukuran kamar mandi di tipe Suite memang kecil dan ini jadi hal yang sebetulnya disayangkan, mengingat tipe unit adalah Suite (dan akan lebih baik kalau kamar mandinya pun lebih besar), tetapi hal tersebut memang nggak jadi masalah besar karena kamar mandi berfungsi dengan baik.

Fasilitas-fasilitas lain beroperasi dengan baik. Tidak ada keluhan mengenai restoran. Makanan yang disajikan pun hangat dan enak. Kondisi restoran pun baik dan bersih. Dari aspek lokasi, hotel ini pun dekat ke mana-mana dan dilewati jalur angkot. Hanya saja, kalau saya kaitkan lagi dengan para tamu yang datang untuk keperluan bisnis/pekerjaan, yang saya agak cemaskan ya koneksi internetnya. Saya nggak tahu apakah para tamu lain mengalami kesulitan yang sama saat ingin menghubungkan perangkat/laptopnya ke WiFi hotel, tetapi saya mengalami masalah seperti itu. Ditambah lagi, kecepatan jaringan pun terbilang lambat. Untuk buka e-mail sih mungkin cepat, tapi saya nggak tahu kalau harus upload/download file besar. Ya, semoga aja sih sekarang koneksinya sudah jauh lebih baik, mengingat saya nginap di sana pun setahun yang lalu (tapi semoga aja ulasannya nggak jadi obsolete banget).

Situs Tripadvisor menyebutkan rate hotel ini mulai dari 397 ribu rupiah per malam. Pada kenyataannya, kalau saya lihat di Agoda atau Traveloka, rate yang ditawarkan bisa lebih rendah daripada itu (dan sudah dengan pajak). Dengan rate yang reasonable, lokasi yang strategis, serta kamar yang luas dan beratmosfer hangat, Hotel California Bandung bisa jadi pilihan akomodasi yang terjangkau, terutama untuk kalangan pebisnis di pusat Bandung.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Soal rate, hotel ini masih menawarkan harga yang terjangkau. Saya pikir ini bisa jadi opsi yang ramah di kantong, terutama untuk para young traveler.
  • Lokasi hotel strategis. Ke mana-mana deket.
  • Ukuran kamar relatif besar, bahkan untuk tipe terkecil. Seingat saya, tipe terkecil punya luas di atas 20 meter persegi (23 atau 25 gitu ya?).
  • Tipe Suite menawarkan dua view dan jendela-jendela yang besar. Cocok buat nyantai sambil lihat pemandangan.
  • Fasilitas yang tersedia di hotel cocok untuk kunjungan kerja/bisnis, terutama untuk rapat, seminar, dan semacamnya.
  • No nonsense. Proses check-in terbilang cepat. Fasilitas yang ada memang tidak muluk-muluk, tapi beroperasi/berfungsi dengan baik.

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Hotel ini klaimnya mengusung konsep musik, tetapi elemen-elemen musik di sini terasa kurang kuat.
  • Kamar mandi tipe Suite terbilang kecil, serta tidak dilengkapi bathtub.
  • Koneksi internet kadang susah diakses.
  • Kualitas channel televisi kurang baik.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😢
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Άβšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩😢
Harga: πŸ’°πŸ’°

Review: de Java Hotel Bandung

Duh! Outbreak COVID-19 bikin kita semua kena imbas yang cukup serius. Pekerjaan dan kehidupan sehari-hari jadi terganggu. Saya sendiri udah 2 minggu lebih di rumah dan sejak weekend minggu kemarin, sudah mulai bosan. Stok camilan pun sempat habis, meskipun akhirnya saya belanja online buat beli beberapa barang. Namun, kebutuhan-kebutuhan lain masih belum saya beli karena toko-toko yang menjual produk-produk itu masih tutup. Ya, toko dan mal ‘kan pada tutup. Saya juga bete karena sudah lama nggak main Pump It Up! dan gatal banget kaki ini rasanya.

Anyway, daripada gabut, saya mau review satu properti di Bandung yang lokasinya tepat berseberangan dengan mal langganan saya, Paris van Java. Sebetulnya, saya nginep di sini tahun kemarin. Jadi, kebayang, ya, berapa lama saya nunggak nulis review untuk hotel ini. Mohon maaf, ya. Maklum kerjaan lagi padat banget. Setiap ke PVJ, saya pasti lewat hotel ini, tetapi memang saya baru nginap satu kali di sana dan itu pun tahun kemarin. Dengar cerita dari beberapa teman, hotel ini menonjolkan desain interiornya sebagai keunggulannya dan, tentunya, lokasinya yang super strategis. Setelah menginap, saya bisa mengonfirmasi cerita teman-teman.

206812929
Lobi De Java Hotel. Foto milik pihak manajemen hotel.

de Java Hotel adalah hotel bintang 4 di Bandung yang berlokasi di Jalan Sukajadi No. 148-150. Seperti yang saya bilang di atas, hotel Instagrammable ini berseberangan dengan PVJ, salah satu mal upscale di Bandung. Bisa dibilang hotel ini juga cukup terkenal di kalangan wisatawan karena lokasinya. Gimana nggak? Mau ke mal, tinggal nyeberang jalan. Sebelum sistem satu arah di Jalan Sukajadi diterapkan di akhir tahun 2019, lokasi hotel ini makin strategis karena bisa dicapai dari dua arah. Sekarang, sejak Jalan Sukajadi diubah jadi jalan satu arah, hotel ini hanya bisa diakses dari arah bawah ke atas (Lembang).

Saya coba browsing informasi tentang hotel ini dan nggak dapat banyak informasi. Namun, dari saya kuliah pun hotel ini sudah berdiri. Jadi, bisa dibilang usianya mungkin udah sekitar 5-6 tahun lebih. Bangunan hotel yang ada sekarang merupakan hasil perluasan karena dulu, bangunannya nggak sebesar itu. Meskipun dari luar kelihatan kecil, ternyata hotel ini lumayan besar. Lorong-lorong kamarnya cukup bikin bingung karena ada bagian hotel yang baru dan lorong yang ditutup. Saya agak susah menjelaskannya, tapi yang jelas, saya sempat agak kesulitan cari kamar. Saya juga nggak dapat informasi tentang jumlah kamar di hotel ini dan nggak sempat ngobrol dengan GM atau staf di sana. Yang jelas, sesuai namanya, de Java Hotel mengusung interior bergaya tradisional Jawa yang berhasil di-fusion dengan sentuhan modern. Di lobi, misalnya, sentuhan tradisional Jawa terlihat dari gunungan wayang di dinding belakang meja resepsionis. Elemen-elemen kayu dan warna-warna earthy juga mendominasi interior ruang-ruang publik di hotel. Karena ini, saya bisa bilang kalau hotel ini adalah salah satu hotel unik di Bandung.

Waktu berkunjung ke de Java Hotel, saya menginap di kamar tipe Superior. Dilihat dari kondisinya, kamar saya sepertinya merupakan hasil perluasan hotel. Jadi, masih terbilang baru. Ulasan lengkapnya saya sajikan di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Satu hal yang saya suka dari de Java Hotel adalah konsepnya. Sesuai namanya, interior bergaya tradisional Jawa diusung di hotel ini. Namun, yang bikin saya lebih senang adalah fusion-nya yang apik dengan sentuhan modern. Saya menempati kamar tipe Superior. Berdasarkan informasi dari situs resmi hotel, kamar ini punya luas 21 meter persegi. Bicara soal ukuran, saya nggak bisa bilang kalau kamar ini kecil, tetapi nggak luas juga. Sebenarnya, mungkin akan terkesan luas kalau jendela kamar punya view ke luar bangunan. Sayangnya, ketika jendela dibuka, view yang didapat adalah dinding kosong. Walhasil, selama menginap saya selalu tutup gorden dan kamar jadi terasa agak claustrophobic. Mungkin next time bisa coba minta assign kamar dengan view ke arah luar.

IMG_20190428_143911
IMG_20190428_143952
IMG_20190428_143940

Interior kamar tampak elegan dan unik dengan penggunaan panel kayu berwarna cokelat tua di belakang tempat tidur. Panel rotan dekoratif berfungsi sebagai headboard. Di panel ini juga tergantung satu cermin dan beberapa hiasan dinding dari batik. Sentuhan mewah makin ditonjolkan melalui penggunaan wall light. Sebenarnya, saya minta kamar dengan double bed, tetapi double bed ini ternyata twin bed yang digabungkan. Namun, nilai plus lain yang saya lihat adalah adanya guling mini dengan sarung batik. Oh! I love Dutch wives! Waktu saya kecil, kayaknya kalau tidur nggak pakai guling tuh, rasanya nggak pulas.

Fasilitas yang disediakan oleh de Java Hotel di tipe Superior mencakup TV, AC, coffee/tea maker, dan meja kerja. Untuk WiFi, saya sempat kesulitan akses jaringan ini lewat laptop, tapi berhasil kalau pakai handphone. Oh, ya! Di dekat jendela juga ada set kursi dan meja kopi. Kursi ini punya sandaran berbahan rotan yang cantik. Buat saya sih, meja dan kursinya terlalu pendek, tapi tetap jadi sweet addition to the bedroom.

IMG_20190428_144036
IMG_20190428_144003
IMG_20190428_143919

Suasana tradisional Jawa semakin diperkuat dengan lantai ubin berpola. Ini rasanya kayak main ke rumah Mbah di Yogyakarta. Pintu kamar mandi pun merupakan double door dengan pegangan bergaya tradisional dan kaca buram kekuningan dengan pola yang khas. Cantik banget dan saya suka! Di rumah nenek saya, ada satu jendela yang dipasangi kaca seperti itu, tetapi warnanya bukan kuning. Saya nggak tahu istilahnya. Kalau ada yang tahu, please let me know. Media penyimpanan di sini cukup banyak. Untuk closet, memang bukan lemari tertutup. Namun, saya rasa kalau pakai lemari yang tertutup, ruangan akan terasa lebih sempit. Saya rasa mungkin karena kamar didominasi warna-warna earthy yang cukup gelap sehingga kesannya kecil. Meskipun demikian, atmosfer kamar tetap terasa hangat dan cozy.

Namun, ada satu hal yang agak mengganggu ketika saya menginap di de Java Hotel. Kamar kurang kedap suara. Di pagi hari, saya dengar suara anak kecil nangis dari kamar sebelah, diikuti suara-suara lain seperti ringtone ponsel tamu dan suara ibu-ibu yang ngomel. Suara-suara seperti itu mengganggu istirahat. Namun, saya jadi sadar bahwa suara dari kamar saya pun mungkin bisa aja kedengaran oleh tamu di kamar sebelah. Privasi bisa agak terganggu nih.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi tipe Superior di de Java Hotel, desainnya masih in line dengan interior kamar. Namun, kalau dinding utama kamar bercat putih, dinding kamar mandi dipasangi ubin berwarna abu-abu. Sentuhan tradisional Jawa tercermin dari lukisan batik di atas kloset. Ukuran kamar mandi sendiri sebetulnya cukup kecil, dan ditambah pemilihan ubin berwarna gelap, kamar mandi terkesan “mengekang”. Untungnya, pencahayaan di kamar mandi cukup cerah. Selain itu, penggunaan ubin dengan warna dan pola kayu di area wastafel dan belakang kloset memberikan sentuhan elegan, terutama ketika dipadukan dengan cermin berbentuk lingkaran. Di area shower, tersedia shower tangan, tanpa rainshower. Area ini dipisahkan oleh dinding kaca dan split level. Namun, tetap sih ketika mandi, air bisa luber ke area kamar mandi yang lain, meskipun area kloset sih masih tetap kering.

IMG_20190428_144400
IMG_20190428_144405

Di kamar mandi, tersedia hair dryer. Fasilitas ini sendiri saya pikir jadi staple bathroom amenity untuk hotel bintang empat. Sampo, pasta gigi, sabun, dan sampo juga tersedia. Untuk toilet paper, penempatannya nggak tepat di samping kloset, dan ada di dekat wastafel. Untuk kita yang cebok pakai air sih, nggak masalah karena ada water gun. Nah, untuk tamu yang cebok pakai toilet paper, mungkin harus maju sedikit untuk ambil toilet paper. Oh, ya! Di atas area shower, saya perhatikan ada satu lubang yang terbuka dan jujur, ini bikin agak parno. Mungkin di lubang itu, nantinya akan dipasangi kipas angin, tapi jujur aja saya parno ketika pakai kamar mandi. Ya, semoga aja sih sekarang lubang itu sudah ditutup dan dipasangi exhaust.

IMG_20190428_144349
20190429_111134_900

Fasilitas Umum

Restoran

Sarapan di de Java Hotel disajikan di restoran yang ada di lantai lobi. Ukuran restorannya cukup luas menurut saya dan masih mengusung kombinasi desain kontemporer dengan sentuhan tradisional Jawa. Sebetulnya, area restoran ini punya extension di dekat lobi untuk mengakomodasi para tamu kalau main dining hall sudah penuh.

IMG_20190428_204048
IMG_20190428_204116
IMG_20190428_204042

Saya lupa foto menu sarapannya dan foto-foto restoran diambil di malam hari. Namun, buat gambaran aja, menu yang disajikan cukup variatif. Ya, standar hotel bintang empat kalau menurut saya sih. Untuk minuman, seperti biasa ada kopi, teh, air putih. Dari segi rasa, saya juga nggak punya complaint. Saat menginap, saya sarapan lebih awal, sekitar jam setengah 7 pagi dan kondisi restoran masih relatif sepi.

Oh, ya. de Java Hotel juga katanya punya bar, tapi saya nggak tahu di sebelah mana, dan saya juga nggak sempat cari. Setiap lewat depan hotel kalau mau ke PVJ, saya sering lihat promo yang diadakan bar. Biasanya sih, promo untuk bir (dan yang terakhir saya lihat sih, it was a pretty good deal!). Mungkin next time saya nginap lagi di sana, saya coba ke barnya. Ya, sekalian untuk update informasi di review ini.

Kolam Renang

Fasilitas lain di de Java Hotel yang sayang dilewatkan adalah kolam renangnya. Kalau dulu, kolam renangnya terbuka dan lihat di foto-foto sih, ada poolside bar. Namun, waktu saya ke sana, kolam renangnya sudah tidak lagi terbuka. Semi-outdoor lah bisa dibilang. Namun, view dari jendela-jendela besar di area kolam bagus banget, terutama view ke arah selatan.

IMG_20190429_080944
IMG_20190429_080930

Waktu saya datang ke kolam renang, ada banyak meja dan kursi yang sudah ditata. Sepertinya sih, akan ada acara di gelar di sini. Namun, ada satu dua orang tamu yang masih berenang. Ukuran kolam renang di de Java Hotel nggak begitu besar memang. Kalau untuk renang satu lap sih ini masih jarak pendek. Kolam anak dan kolam dewasa itu sama, tapi ada pemisahnya. Sayangnya, pemisahnya ini menurut saya sih kurang aman. Jadi, kalau bawa anak-anak berenang ke sini, pastikan harus diawasi.

Fasilitas Lain

Selain restoran, bar, dan kolam renang, de Java Hotel juga punya beberapa function room yang saya lihat waktu mau ke kolam renang. Hotel ini juga katanya punya gym, tapi saya nggak tahu di sebelah mana. Yang jelas, di sini juga ada spa, toko suvenir (lagi tutup waktu saya menginap), dan ATM (di depan hotel).

IMG_20190428_204018
IMG_20190428_204008

Lokasi

Faktor lokasi jadi salah satu keunggulan de Java Hotel. Bisa dibilang properti ini adalah salah satu hotel paling strategis di Bandung. Meskipun Jalan Sukajadi sekarang sudah menjadi jalan satu arah, secara lokasi hotel ini masih dibilang strategis. Buat hiburan, misalnya, di depan hotel ada Paris van Java, salah satu mal upscale di Bandung. Tinggal nyeberang jalan, sampai deh di PVJ. Mal ini sendiri punya beragam pilihan restoran. Di sekitar hotel juga ada minimarket dan warung-warung. Aman deh kalau urusan makan.

Dari Stasiun Bandung, de Java Hotel bisa dicapai dengan kendaraan roda empat selama sekitar 15-20 menit, tergantung kondisi lalu lintas. Biasanya, titik kemacetan ada di Jalan Pasirkaliki dan Sukajadi bawah. Kalau dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, hotel ini berjarak sekitar 30 menit.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. Ke depannya, saya akan sertakan segmen ini di ulasan-ulasan berikutnya. 

Faktor pelayanan jadi salah satu hal yang saya rasa cukup baik. Staf yang bertugas ramah-ramah. Selama menginap, interaksi saya dengan staf memang nggak banyak. Namun, kalau papasan sih, staf biasanya senyum atau menyapa. Waktu breakfast, staf yang bertugas juga cukup gesit menyiapkan berbagai hal. Proses check-in dan check-out juga lancar. Overall, bisa dibilang kualitas pelayanannya baik. Semoga kualitasnya tetap dipertahankan dan kalau bisa, lebih baik lagi.

Kesimpulan

An elegant fusion. Mungkin itu yang bisa saya bilang untuk menggambarkan de Java Hotel. Interior kamar jadi salah satu hal yang saya sukai dari hotel ini. Dari segi ukuran, memang tipe Superior bukan tipe yang luas. Namun, kalau yang dicari adalah desain interior, hotel ini layak dipertimbangkan. Yang jadi concern adalah tidak adanya view dari jendela kamar. Mungkin next time, kalau mau pesan kamar di hotel ini, coba minta kamar dengan view ke luar. Saya juga ngerasa terganggu dengan suara berisik dari kamar sebelah (terutama karena anaknya nangis terus). Kurang kedap suaranya kamar jadi sesuatu yang harus dipertimbangkan juga. Selain itu, adanya lubang di atas area shower jadi privacy concern. Karena udah satu tahun sejak saya ke sana, semoga aja sekarang lubang itu sudah ditutup.

Untuk aspek pelayanan dan fasilitas umum, saya nggak ada objection. My stay was fine. Staf cukup ramah dan helpful. Menu sarapan yang disajikan juga cukup variatif. Ya, standar hotel bintang empat lah, gimana. Adanya kolam renang dengan view kota Bandung bikin hotel ini jadi opsi yang tepat untuk liburan bareng keluarga. Ditambah lagi, lokasinya yang strategis memudahkan saya pergi ke mana-mana. Karena saya sering ke Paris van Java, main ke mal rasanya gampang banget.  Tinggal nyeberang jalan dan voila! Saya udah di PVJ.

Dengan rate mulai dari 500 ribu rupiah per malam (berdasarkan info dari Tripadvisor), de Java Hotel bisa jadi pilihan yang cocok untuk liburan di Bandung. Untuk staycation pun, hotel ini rasanya pas, terutama karena dekat dengan mal. Dengan desain interior yang cantik dan fasilitas yang terbilang mumpuni, de Java Hotel perlu dipertimbangkan untuk rencana liburan keluarga di Bandung.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Desain interiornya cantik, memadukan gaya tradisional Jawa dengan sentuhan kontemporer, tanpa terkesan “trying too hard“. Dominasi elemen kayu dan warna-warna earthy di kamar membangun atmosfer yang cozy.
  • Lokasi hotel cukup strategis. Dekat ke mal, di kelilingi minimarket dan beragam kedai atau warung. Buat makan sih, gampang banget lah.
  • Untuk hotel di tengah kota dan berseberangan dengan mal, rate yang ditawarkan masih affordable, ditambah lagi desain interiornya yang cantik.
  • Fasilitas yang ditawarkan, terutama kolam renangnya cocok untuk liburan bareng keluarga.

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Kamarnya dirasa kurang kedap suara. Saya pagi-pagi terganggu dengan suara anak kecil nangis di kamar sebelah, plus ibunya yang marah-marah. Di sisi lain, suara dari kamar kita bisa jadi terdengar ke kamar sebelah. Privacy concern number 1.
  • Nggak semua kamar menawarkan view ke luar bangunan. Kamar yang saya tempati nggak punya view. Walhasil, jendela harus selalu ditutup dan kamar terasa claustrophobic, terlebih dengan ukurannya (21 meter persegi).
  • Waktu saya menginap, di langit-langit area shower ada lubang terbuka. Mungkin lubang itu akan dipasangi exhaust, tapi yang jelas saya jadi parno. Privacy concern number 2.

Penilaian

Kenyamanan: πŸ˜ŒπŸ˜ŒπŸ˜ŒπŸ˜Άβšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†βšͺ️
Lokasi: πŸ€©πŸ€©πŸ€©πŸ€©πŸ˜Ά
Harga: πŸ’°πŸ’°

Review: Best Western Premier La Grande Bandung

Mau sedikit cerita dulu. Kemarin, saya sempat telepon pihak ISP karena koneksi internet sering down. Jangankan upload foto ke blog, buka e-mail pun lamanya minta ampun. Sebetulnya, saya udah jengah dengan ISP yang satu ini, tapi berhubung di daerah saya yang tersedia baru ini (dan opsi lainnya ternyata harganya nggak jauh beda, dengan kecepatan yang terbatas), mau nggak mau masih harus bertahan dulu. Biasanya, kalau internet udah lelet, saya jadi agak susah untuk tulis review. Gambar jadi lebih lama dimuat, saya nggak bisa upload foto, dan lain-lain.

Anyway, hotel yang akan saya bahas ini merupakan salah satu hotel yang menurut saya secara pribadi fasadnya kece banget. Bangunannya juga ramping dan tinggi. Kalau kebetulan saya lagi ada acara di Taman Balaikota, bangunan hotel ini jadi latar belakang bangunan kantor walikota bergaya kolonial Belanda. Semacam modern ketemu klasik.

1158696_17022409400051224328
Best Western Premier La Grande. Foto milik pihak manajemen hotel.

Best Western Premier La Grande adalah hotel bintang 4 yang berlokasi di Jalan Merdeka No. 25-29, Bandung. Hotel ini berada satu kompleks dengan La Grande Apartment dan berdiri di atas lahan yang dulunya ditempati Pujasera Merdeka, tempat makan murah meriah yang jadi langganan si Sebastian dan Michi makan es duren. Kalau orang Bandung sih sepertinya masih pada ingat tempat ini. Sekarang, Pujasera ada di bagian belakang area hotel dan apartemen. Di depan apartemen, ada KFC yang dulu juga pernah ada di Pujasera lama.

Ada 191 kamar dan suite di Best Western Bandung yang terbagi ke dalam 6 tipe: Superior, Deluxe, Executive, Junior Suite, Family Suite, dan Premier Suite. Secara keseluruhan, interior kamar menampilkan desain modern kontemporer dengan balutan warna-warna earthy dan sentuhan eksotis. Untuk fasilitas umum, hotel ini punya gym, restoran, kolam renang dengan air hangat, meeting room, business center, spa, dan executive lounge.

Salah satu keunggulan Best Western Premier La Grande adalah lokasinya. Hotel ini diapit oleh dua mal terkenal di Bandung, Bandung Indah Plaza (BIP) dan Bandung Electronic Center Mall (BEC Mall). Nggak jauh dari hotel juga ada Taman Balai Kota dan Taman Sejarah. Jalan kaki sedikit, ada Gramedia. Di sekitar hotel juga banyak restoran dan pusat jajanan buat bersantap. Intinya sih kalau nginep di sini, ke mana-mana bakalan gampang.

Waktu menginap, saya pesan kamar Superior. Posisi kamar berada di sisi kiri gedung kalau dilihat dari depan. Ini artinya jendela-jendela kamar saya menghadap ke arah pusat kota dan Taman Balai Kota. Ulasan lebih lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Bicara soal desain kamar, saya secara pribadi sih merasanya oke aja. Dibilang cookie-cutter nggak, tapi dibilang unik daripada yang lain juga nggak juga. Di Bandung, saya tahu ada banyak hotel yang mengusung interior kamar bergaya modern kontemporer dan memanfaatkan penggunaan panel kayu sebagai aksen dinding. Namun, harus saya akui bahwa dominasi warna-warna earthy dan dekorasi ruangan di kamar saya membangun atmosfer elegan.

Dengan luas 29 meter persegi, ada banyak ruang untuk bergerak bebas. Kamar jadi terasa lebih lapang. Meskipun demikian, pemilihan palet warna hangat dan pencahayaan yang tepat membuat kamar tetap terasa cozy. Area tidur utama juga dialasi oleh karpet berwarna krem dengan desain yang sederhana. Kenyamanan tetap bisa didapatkan melalui kesederhanaan.

IMG_20190421_150249
IMG_20190421_150300

Tempat tidur di kamar Superior berukuran cukup besar untuk dua orang. Headboard-nya tampil sederhana dengan bentuk persegi panjang. Di belakang headboard, ada panel kayu setinggi langit-langit dengan niche pada bagian tengahnya yang dipasangi lukisan dengan bentuk memanjang. Niche ini juga dipasangi lampu yang sengaja disembunyikan untuk efek pencahayaan yang mewah.

Di ujung kamar, ditempatkan kursi lengan dan end table. Posisinya membelakangi jendela yang menampilkan pemandangan Taman Balai Kota dan area pusat kota. Area kerja berada di samping televisi. Karena terhalang oleh dinding, cahaya dari jendela nggak menerangi area meja kerja. Sebagai gantinya, ditempatkan lampu meja di atas meja kerja. Oh ya, bisa dilihat di gambar bahwa di salah satu dinding di dekat jendela, ada panel kayu dengan motif floral ala-ala “menggambar batik” jaman SD dulu sebagai aksen dinding.  Waktu menginap di sini, hujan deras turun di sore hari sekitar jam 4 sore dan suasananya asyik banget buat ngopi sambil lihat pemandangan di luar.

IMG_20190421_150427
IMG_20190421_150436
IMG_20190422_083815

In-room amenities mencakup TV, AC, WiFi, coffee/tea maker, electronic safe, dan kulkas. Ya, fasilitas standar lah yang biasanya ada di hotel bintang empat. Ukuran televisinya memang nggak begitu besar, tetapi opsi kanalnya cukup banyak. Koneksi WiFi juga cukup cepat dan stabil. Secara keseluruhan, nggak ada keluhan dari saya. Good job, Best Western Premier La Grande!

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, ukurannya bisa dibilang luas. Bentuknya memanjang, dengan bathroom counter dan lantai berwarna hitam. Dinding kamar mandi sendiri menggunakan keramik besar berwarna abu-abu. Secara keseluruhan, palet monokromatik digunakan untuk interior kamar mandi.

IMG_20190421_150413
IMG_20190421_150406

Perlengkapan kamar mandi mencakup produk dan alat mandi, hair dryer, vanity mirror, dan telepon di samping kloset. Produk dan perlengkapan yang disediakan berfungsi dengan baik. Untuk shower area sendiri, ukurannya cukup luas. Hanya saja, nggak ada shower tangan dan rain shower. Kalau dikasih pilihan antara shower tangan dan rain shower, saya akan lebih pilih rain shower. Keluaran airnya bisa dibilang cukup kencang dan pengaturan suhunya cukup mudah. Again, nggak ada keluhan apa pun.

IMG_20190421_150349

Fasilitas Umum

Restoran

Bertempat di lantai tiga, Parc de Vile Restaurant adalah restoran utama di Best Western Premier La Grande. Bentuknya memanjang dan ukurannya cukup luas, dengan beberapa meja dan kursi di area balkon. Hanya saja, dengan lokasi di bagian depan hotel yang menghadap langsung ke Jalan Merdeka, saya rasa makan di area balkon ini agak kurang nyaman. Selain berisik, risiko makanan terkena debu juga lebih tinggi. Mungkin area ini lebih cocok dipakai buat nongkrong aja.

Dari segi desain sendiri, saya rasa tidak ada yang begitu spesial dengan restoran ini. Konsepnya kontemporer ke arah minimalis. Cukup banyak ditemui di tempat-tempat lain. Meskipun demikian, ukuran restoran yang cukup luas dan penggunaan jendela-jendela besar membuat restoran terasa lapang.

IMG_20190422_101547
IMG_20190422_101558
IMG_20190422_101623

Kolam Renang

Satu lantai di atas restoran, ada kolam renang hotel. Nah, si kolam ini sendiri menurut saya unik karena bentuknya menyerupai huruf “L”. Untuk mengakses kolam renang, kita harus berjalan ke arah gym, setelah itu naik tangga menuju area kolam. Sebagian besar wilayah kolam diteduhi langit-langit. Jadi, pas lah buat berenang tanpa perlu kepanasan karena terkena paparan cahaya matahari langsung (kecuali di pagi hari ketika matahari masih ada di timur).

IMG_20190422_074649
IMG_20190422_074626

Air kolam sendiri terasa hangat karena memang ada heater. Di dekat tangga menuju kolam renang, ada Cordial Pool Bar yang menyediakan beragam light meal dan minuman untuk menemani momen berenang bareng teman-teman dan keluarga. Seating area di pool bar ini terbilang cramped karena meja-meja ditempatkan berdekatan satu sama lain. Kamar bilas dan ruang ganti baju ada di dekat pool bar. Sebetulnya, saya senang sih nongkrong di area kolam renang ini. Hanya saja, saya sayangnya nggak bawa baju renang. Padahal kalau bawa sih, niatnya sekalian nyebur aja.

Gym

Satu lantai dengan kolam renang, ada gym yang cukup luas. Gym ini bisa diakses melalui koridor menuju kolam renang. Kalau dari lift sih, tinggal ikuti koridor menuju kolam renang aja. Si gym ini ada di sisi kiri koridor. Waktu saya ke sana, gym sedang kosong banget. Saya tadinya mau sekalian olahraga, tapi kerjaan menunggu jadi mau nggak mau, saya hanya bisa masuk untuk foto-foto tempat aja.

IMG_20190422_074529
IMG_20190422_074539
IMG_20190422_074514

Dari segi peralatan, gym ini cukup lengkap. Perlengkapan yang ada juga cukup modern. Ada treadmill, stationary bike, stepper, sampai weight lifter. Standar gym lah intinya sih. Space untuk senam bisa dibilang nanggung karena selain tempatnya di tengah-tengah gym, cermin yang ada terhalangi weight lifter. Untuk loker, ada di sisi barat ruangan, di dekat dispenser air. Next time kalau nginep di sana lagi, saya harus pakai fasilitas gym-nya.

Lokasi

Best Western Premier La Grande berada di salah satu distrik belanja Bandung, yaitu Jalan Merdeka. Di sekitar hotel sendiri, ada banyak restoran dan tempat makan terkenal, seperti Baso Malang Karapitan, Dunkin Donuts, dan KFC. Kalau mau jalan sedikit ke belakang, ada Pujasera yang menawarkan beragam makanan. Intinya sih kalau urusan bersantap, aman lah. Hotel ini juga berada di antara dua mal besar, yaitu BIP dan BEC. Dari depan gedung, kita tinggal menyeberangi JPO untuk ke BIP. Jalan sedikit ke belakang, kita tinggal nyeberang jalan ke BEC Mall 2.

Nggak jauh dari hotel, ada beberapa tempat wisata Bandung yang bisa dikunjungi secara gratis. Ada Taman Sejarah yang (sayangnya) lebih terkenal dengan kiddie pool gratisnya. Nggak jauh dari Taman Sejarah, ada Taman Balaikota Bandung yang jadi tempat berkumpulnya muda-mudi Bandung dan beberapa grup kreatif, mulai dari kelompok bahasa sampai dance group. Dari Stasiun Bandung, Best Western Premier La Grande bisa dicapai dengan mobil dalam waktu sekitar 15 menit. Kalau dari Bandara Internasional Huesin Sastranegara, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 20-25 menit, tergantung kondisi lalu lintas. Maklum, Bandung ‘kan katanya jadi kota termacet pertama se-Indonesia.

Kesimpulan

Dari semua aspek yang ada di hotel ini, lokasi jadi faktor unggulan Best Western Premier La Grande. Posisinya yang strategis bikin saya enak ke mana-mana. Saya cuma perlu parkir mobil dan ke mana-mana tinggal jalan kaki. Selain itu, dari segi segmentasi pasar pun, tempat makan dan mal yang ada di sekitar hotel bisa dibilang masih ada di segmen menengah. Nggak akan bikin cekak deh.

Bicara soal kamar, saya suka dengan ukuran dan palet warna earthy-nya yang bikin kamar terasa hangat. Pencahayaannya juga pas. Ditambah lagi dengan jendela yang menghadap ke arah kota dan hujan di sore hari, bersantai di kamar tuh rasanya nyaman banget. Sambil ngopi, sambil liat suasana kota di saat hujan. Cozy abis! Kamar mandi terasa luas, tapi ke arah unnecessary luas. Semua perlengkapan kamar mandi berfungsi dengan baik. Yang saya sayangkan adalah tidak adanya shower tangan atau rain shower, tapi secara keseluruhan sih nggak ada masalah.

Dengan rate mulai dari 600 ribuan per malam (berdasarkan Tripadvisor), Best Western Premier La Grande bisa jadi opsi yang tepat kalau ingin menikmati liburan di pusat kota dengan akses mudah ke berbagai tempat, tanpa pakai kendaraan. Hotel bintang empat ini juga punya beragam fasilitas yang keren, termasuk kolam renang dengan air hangat. Untuk yang suka suasana kota dan lihat pemandangan kota di malam hari, hotel ini layak buat dipertimbangkan.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Lokasinya strategis banget. Ke mana-mana bisa jalan kaki. Enak lah pokoknya. Banyak kafe dan restoran di sekitar hotel. Ada juga factory outlet, mal, dan toko buku. Oh, ya! Pasar hewan peliharaan di samping Dunkin Donuts juga bisa dikunjungi kalau mau liat kelinci, anjing, dan kucing.
  • Ukuran kamarnya luas. Ditambah dengan jendela besar yang mengarah ke pusat kota, nyaman banget rasanya buat istirahat di kamar.
  • Untuk ukuran hotel bintang empat dengan lokasi di pusat kota, rate rata-rata yang ditawarkan terbilang terjangkau.
  • Hotel ini punya kolam renang air hangat. Cocok buat berenang di malam hari, tanpa takut kedinginan.
  • Desain kamarnya cantik, memadukan warna earthy dengan motif floral ala “membatik” jaman SD.
  • Gym-nya cukup luas.
  • Meskipun berada di pusat kota, soundproofing kamar bagus banget. Suara berisik dari jalanan nggak kedengaran (ditambah lagi dengan posisi kamar di lantai yang cukup tinggi).

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Kalau ada shower tangan atau rain shower di kamar (tipe Superior), kayanya mandi jadi lebih enak.
  • Seating area di pool bar-nya terasa cramped.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😢
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†βšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Review: The 1O1 Bandung Dago

Bicara tentang pilihan hotel, saya sebetulnya buat satu thread Twitter yang memuat sekitar 20 atau 30-an hotel di Bandung yang Instagrammable dengan rate yang terjangkau. Salah satu goal saya adalah mengunjungi semua properti yang saya cantumkan di thread tersebut. Dari semua opsi yang saya cantumkan, baru 8 yang udah saya kunjungi. Sebetulnya saya ngerasa agak kecewa karena untuk bikin list rekomendasi, akan lebih baik kalau saya udah pernah menginap di hotel yang dicantumkan secara langsung. Jadi, saya bisa kasih komentar yang lebih legit berdasarkan pengalaman nyata.

By the way, hotel yang akan saya review ini adalah salah satu dari hotel yang sudah saya kunjungi dari thread tersebut. Saya udah dua kali menginap di sini dan di kedua kunjungan, saya menginap di tipe kamar yang sama. Bedanya adalah tipe tempat tidur dan posisi kamar. Secara pribadi, saya suka hotel ini karena lokasinya yang sangat strategis dan interior kamarnya yang unik dan youthful.

facade
Fasad The 1O1 Bandung Dago. Foto milik pihak manajemeh hotel.

The 1O1 Bandung Dago adalah akomodasi bintang 4 yang berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No. 3, Bandung, 40115. Buat orang Bandung asli yang udah tinggal di Kota Kembang dari tahun 90-an, pasti tahu bahwa sebelum jadi hotel, bangunan yang sekarang ini ditempat oleh The 1O1 Dago adalah Planet Dago, salah satu mal yang cukup ngetren di eranya, terutama karena bowling alley-nya. Nah, jangan sampai ketukar ya karena di kawasan Dago bawah juga dulu ada mal bernama Dago Plaza alias Dapla yang sama kecenya. Sayangnya, kedua mal sekarang sudah beralih fungsi. Yang satu jadi hotel, yang satu lagi jadi hardware store dan toko furnitur besar.

Ada 140 kamar di The 1O1 Dago yang terbagi ke dalam 5 tipe. Unit terkecilnya punya luas 24 meter persegi, sementara unit terluasnya merupakan unit duplexΒ seluas 69 meter persegi untuk 4 orang, lengkap dengan ruang keluarga yang cukup luas. Secara keseluruhan, hotel ini mengusung desain yang trendi dan semi-resort-ish kalau dilihat dari luar. Apa lagi, di bagian depan hotel ada kafe dan taman yang cukup menyegarkan mata. Untuk desain kamar sendiri, interiornya memadukan sentuhan tropical resort, chic minimalism, dan mid-century.

Untuk menunjang kebutuhan para tamu, The 1O1 Bandung Dago punya kolam renang, spa, restoran (merangkap kafe), dan gym yang ternyata baru buka ketika saya berkunjung ke sana. Hotel ini juga 4 ruang rapat sebagai fasilitas bisnis. Ketika menginap, saya dapat kamar tipe Deluxe Smart di lantai 3. Nah, kamar ini dilengkapi balkon pribadi dengan pemandangan kawasan Jalan Ir. H. Juanda dan sekitarnya. Sayangnya, kehadiran balkon ini juga ternyata memberikanΒ downside tersendiri. Terlebih lagi, kamar yang saya tempati punya connecting door dan saya harus bersebelahan dengan tamu yang cukup berisik. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Memiliki luas 24 meter persegi, kamar Deluxe Smart saya tidak terasa claustrophobic. Dulu, saya juga pernah menginap di The 1O1 Dago dan dapat kamar Deluxe Smart. Kamar di kunjungan sebelumnya terasa lebih lapang. Sayangnya, posisinya berada di lantai 5, dengan jendela menghadap ke arah utara dan tanpa kehadiran balkon pribadi. Jadi, view-nya lebih terbatas. Mungkin ukuran kamar itu lebih luas karena nggak ada balkon.

Bicara soal desain, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, interior kamar mengusung desain chic modern secara keseluruhan, dengan dominasi palet warna monokrom dan earthy. Interior kamar juga menonjolkan permainan tekstur. Dinding berwarna abu-abu tua tampil manis dengan mural kutipan warna-warni di atas tempat tidur. Di sisi seberangnya, ada dinding bertekstur kasar berwarna abu-abu kerikil. Headboard dan panel belakang televisi sama-sama memiliki tekstur sisik ikan dan warna light maple. Dari segi tekstur sih bisa dibilang there’s a lot going on, tapi untungnya nggak sampai overwhelming sih dan semuanya tetap membentuk kesatuan.

Bisa dilihat di gambar bawah, di dekat televisi ada pintu. Nah, itu connecting door ke kamar sebelah. Sayangnya, soundproofing kamar kurang baik karena suara dari kamar sebelah terdengar jelas. Terlebih lagi, saat itu tamu di kamar sebelah tampaknya adalah keluarga dengan dua orang anak kecil yang berisik banget. Bahkan, ada anak yang mau coba buka pintu kamar. Rasanya terganggu banget, terutama di pagi hari ketika salah satu anak itu nangis dan rewel. Don’t judge me but I don’t like kids.

IMG_20190630_142607

IMG_20190630_142543

In-room amenities dasar tersedia dan mencakup TV, AC, dan coffee/tea maker. Kulkas pun ada di kamar, ditempatkan di bawah rak gantung pakaian (bisa baca paragraf sebelumnya). Koneksi WiFi hotel secara keseluruhan sih cukup cepat dan bisa diandalkan. Saya kerja dari kamar dan koneksinya stabil dan cepat, terlebih lagi karena saya nggak banyak download konten dari internet dan sebatas pakai koneksi internet untuk upload kerjaan dan fetch teks sumber untuk diterjemahkan.

Vibe tropical resort terasa dari penggunaan furnitur minimalis dan upholstery dengan sentuhan eksotis. Kalau di foto sih nggak kelihatan jelas, tapi end table di samping tempat tidur punya sentuhan mid-century yang cukup kental. Di kamar memang tidak ada closet, tapi sebagai gantinya disediakan rak gantung pakaian yang posisinya berada di samping tempat tidur. Nah, di bawah rak gantung pakaian ada kulkas. Repotnya adalah untuk buka atau pakai kulkas ini, end table harus digeser dulu.

IMG_20190630_142650

IMG_20190630_142529

IMG_20190630_163140

Salah satu kelebihan kamar ini adalah private balcony dengan pemandangan kawasan Jalan Ir. H. Juanda. Ukuran balkonnya memang kecil, tetapi cukup nyaman untuk santai sore sambil ngopi atau ngeteh dan ngobrol-ngobrol. Bahkan, di malam hari pun saya sengaja buka pintu balkon supaya bisa nongkrong ketika lagi bosan. Sekali lagi, karena soundproofing kamar yang kurang baik (dan memang risiko kamar yang posisinya menghadap ke jalan yang ramai), suara kendaraan bermotor dari luar (terutama motor-motor yang berisik) terdengar sampai kamar, meskipun memang ributnya nggak sekencang suara dari kamar sebelah.

IMG_20190630_142848

IMG_20190630_142858

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi, desainnya masih senada dengan ruangan utama kamar tidur. Interiornya didominasi warna-warna yang lebih terang. Penggunaan countertop beton dengan tekstur yang menyerupai batu memberikan sentuhan alami yang lebih kental pada kamar mandi. Sementara itu, di dekat kloset ada panel kayu bermotif sama dengan headboard tempat tidur. Di area bathroom sink, ada hair dryerΒ dan dua stopkontak untuk shaver. Ada juga sabun cuci tangan dan produk-produk pribadi. Cukup lengkap lah.

IMG_20190630_142712

IMG_20190630_142749

Untuk shower box, areanya cukup luas dan dibatasi oleh dinding dan pintu kaca. Aliran airnya cukup kencang dan suhunya cukup stabil (untuk air panas). Memang tidak ada rainshower, tapi saya bisa atur posisi dan sudut kepala shower supaya air bisa diarahkan ke bahu. Niche untuk menyimpan botol sabun dan samponya tampak kotor dan ubin dinding area shower pun kelihatan kurang bersih. Agak disayangkan sebetulnya. Aroma sabun dan sampo hotel tidak menyengat. Jadi, cocok buat yang nggak begitu suka produk mandi berbau intens.

IMG_20190630_142740

IMG_20190630_142800

Fasilitas Umum
SODA Resto & Bar

Untuk fasilitas bersantap, The 1O1 Bandung DagoΒ punya SODA Resto & Bar. Restoran ini juga bisa dikunjungi oleh umum, dan bukan hanya tamu hotel. Bertempat di lantai lobi, area restoran cukup luas dan didesain dalam gaya yang menurut saya cukup kompleks. Elemen-elemen rustic industrialΒ dan boho chic bisa dilihat di SODA Resto & Bar. Waktu menginap, saya memang nggak reservasi dengan breakfast. Jadi, kedatangan saya lebih ke untuk foto-foto properti.

Penggunaan dinding bata ekspos berwarna putih di area prasmanan memberikan kesan sederhana dan bersih. Secara pribadi, saya nggak begitu suka desain langit-langit di sini karena jatuhnya semacam “there’s too much going on here“. Di beberapa sudut, ada tanaman (entah asli atau palsu ya) yang memberikan kesan segar dan rimbun. Opsi makanan yang disediakan juga cukup variatif. Ada long table bergaya industrial dengan selongsong lampu yang mengingatkan saya dengan lampu yang suka dipakai oleh tim lighting waktu jaman saya partisipasi pagelaran drama di kampus.

IMG_20190701_103125

IMG_20190701_103252

IMG_20190701_103306

Di bagian tengah restoran, dekat pintu keluar ada satu platform pendek dengan beberapa perlengkapan untuk penampilan musik seperti stand partitur dan pengeras suara. Di sini juga ada sofa berlapis kain perca dan sepintas, bentuk dan penempatannya mengingatkan saya sama sofa ikonik di Central Perk dari serial komedi F.R.I.E.N.D.S. Beberapa dekorasi bergaya shabby chic juga bisa ditemukan di area ini.

IMG_20190701_103333

IMG_20190701_103403

Area restoran ini meluas sampai ke teras depan. Nah, sejujurnya saya suka banget dengan teras ini karena terasa rimbun oleh tanaman rambat dan pepohonan. Outdoor seating area ini punya kanopi kaca sehingga cahaya matahari bisa masuk. Perlu diingat bahwa pepohonan dan tanaman rambat yang ada di sini berfungsi juga sebagai pembatas antara trotoar jalan dan area restoran.

Dekorasinya sendiri masih senada dengan interior bagian utama restoran. Hanya saja, di sini kesannya jauh lebih santai, mungkin karena posisinya di luar ruangan dan lebih banyak tanaman. Area ini digunakan juga sebagai smoking area untuk para tamu.

IMG_20190701_103516

IMG_20190701_103537

Tidak jauh dari area SODA Resto & Bar, di depan pintu masuk utama The 1O1 Dago ada semacam area duduk dan taman yang ukurannya memang kecil, tapi sangan rimbun dan menyegarkan mata. Di samping taman, ada jalan menuju jalur parkir dan di sisi kirinya terdapat tembok kayu setinggi bangunan hotel. Oh ya, area di depan pintu masuk utama ini cukup luas, tetapi tampak kosong karena memang nggak ada apa-apa (maksudnya, nggak ada furnitur apa pun). Ada gebyok warna sian di salah satu sisinya. Di sini juga, ada pintu kaca geser yang memisahkan antara area hotel dengan trotoar di depannya.

IMG_20190701_081147

IMG_20190701_081118

IMG_20190701_081059

Kolam Renang

Menurut saya, kolam renang di The 1O1 Bandung Dago ini lebih cocok sebagai kolam anak daripada kolam dewasa. Ya, bisa aja sih tapi mungkin jatuhnya semacam plunge pool karena memang ukurannya “nanggung” dan kedalamannya juga relatif dangkal, cocok lah buat anak-anak SD.

Di salah satu sisi kolam, ada dinding dengan tanaman rambat yang memberikan kesan sejuk. Lantai kolam pun berwarna kehijauan dan lebih cocok untuk konsep natural (warna biru memang memberikan kesan air yang bersih dan sejuk, tetapi memang kurang natural sih). Posisi kolam renang bersebelahan dengan SODA Resto & Bar dan saya secara pribadi sih merasa agak awkward ketika lagi berenang, eh diliatin orang-orang yang lagi makan.

Di dekat tangga menuju kolam renang, dipasang papan peraturan dengan desain teks dan gambar yang menggemaskan. Dengan kedalaman 90 sentimeter dan peraturan yang ternyata cenderung dialamatkan untuk anak-anak, bisa dibilang bahwa kolam ini memang kolam anak. Kolam ini hanya buka dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore.

IMG_20190701_102858

IMG_20190701_103109

IMG_20190701_103041

Di sisi barat kolam, ada area ganti pakaian dan toilet untuk tamu yang mau dan habis berenang. Ruang ganti pakaian dan toiletnya memang nggak banyak, tetapi waktu saya berkunjung pun bahkan nggak ada yang berenang. Entahlah kalau kebetulan tingkat okupansi hotel lagi penuh, dan dengan tamu keluarga, mungkin area ini akan sangat ramai.

IMG_20190701_102953

IMG_20190701_102940

Fasilitas Lain

The 1O1 Dago juga memiliki gym yang ternyata baru buka. Gym ini sebetulnya belum 100% siap dipakai karena masih proses persiapan. Dan karena alasan ini pula, saya nggak ke area gym. Posisi gym ada di sebelah SODA Resto & Bar, di bangunan kayu yang mungkin kelihatan di salah satu foto outdoor seating area restoran yang saya unggah sebelumnya.Β Hotel ini juga punya layanan spa dan pijat. Saya lupa kalau nggak salah Whales Spa & Massage itu ada di lantai 1 atau 2, yang jelas sih satu lantai di atas lobi.

Di area lobi hotel, ada banyak pernak-pernik dan beberapa dijual untuk para tamu. Area ini tampak elegan dengan kursi-kursi bergaya kontemporer, coffered ceiling berlampu neon biru, dan deretan jendela dan pintu besar menuju restoran. Di sisi barat lobi, ada meeting room yang kebetulan saat itu sedang digunakan untuk menggelar sebuah acara (dan entah gimana ceritanya, saya malah nyasar ke sana).

IMG_20190630_163528

IMG_20190630_163541

Lokasi

Bicara soal lokasi, The 1O1 Bandung Dago ini memang juara. Bertempat di persimpangan Jalan Merdeka, Jalan Ir. H. Juanda, dan Jl. Riau, posisinya memudahkan kita untuk mengunjungi dua mal terkenal di Bandung, BIP dan BEC Mall. Untuk menuju kedua mal itu, saya bisa jalan kaki selama 5 menit aja dari hotel. Selain itu, di kawasan Jalan Merdeka juga ada Gramedia dan beberapa restoran (untuk makan sih, saya malah pergi ke mal sebetulnya).

Kalau jalan ke arah utara sedikit, ada Harvest buat yang seneng kue dan segala kudapan berbahan cokelat. Dari hotel, kawasan butik Jalan Riau juga bisa ditempuh dengan berkendara selama sekitar 5 menitan. Jalan Ir. H. Juanda di depan hotel jadi tempat ajang car free day di hari Minggu, dan buat para tamu yang seneng jalan pagi di hari Minggu, ajang car free day tentunya jangan sampai dilewatkan. Oh ya, kawasan distro Jalan Sultan Agung juga cukup dekat dari hotel dan bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 10 menitan. Selain itu, The 1O1 DagoΒ berjarak sekitar 15 menit dari Stasiun Bandung.

Kesimpulan

Lokasi dan desain jadi keunggulan hotel yang dibuka pada tahun 2013 ini. Mau ke mana-mana dekat dan bisa dengan jalan kaki. Hotel ini juga berada di kawasan yang dijadikan ajang car free day di hari Minggu. Intinya sih, kalau urusan lokasi, The 1O1 Bandung Dago ini salah satu opsi yang terdepan, terutama kalau ingin cari hotel yang posisinya di pusat kota dan dekat dari mal.

Untuk desain, saya senang dengan vibe tropical resortΒ di kamar. Interior kontemporer yang chic dan youthful, terutama dengan mural dan panel kayu di dinding menjadikan hotel ini sebagai salah satu hotel Instagammrable di Bandung. Kehadiran private balcony di kamar juga jadi salah satu hal yang layak diunggulkan. Tidak semua kamar punya balkon memang, tetapi coba minta pihak hotel untuk siapkan kamar dengan balkon.

Hanya saja, perlu diakui bahwa posisi kamar yang menghadap ke jalan raya juga punya kelemahan tersendiri. Dengan soundproofing yang kurang mumpuni, suara rewel dan jerit-jerit anak dari kamar sebelah, serta motor berisik dari luar terdengar cukup jelas di kamar. Untuk kamar mandi, fasilitas yang disediakan sudah lengkap. Mungkin aspek kebersihannya perlu lebih ditingkatkan.

Saya nggak ada keluhan mengenai fasilitas hotel yang lain. Untuk kolam renang, dengan kedalaman 90 sentimeter tentunya lebih diperuntukkan bagi anak-anak. Orang dewasa ya bisa aja berenang, tetapi posisi kolam renang yang langsung bersebelahan dengan restoran bikin saya mikir-mikir lagi sih untuk berenang. Hotel-hotel lain banyak yang punya kolam renang dengan posisi bersebelahan dengan restoran. Hanya saja, mungkin karena ukuran kolamnya kecil dan posisinya sangat dekat dengan restoran, saya agak canggung kalau berenang dan dilihatin orang-orang yang lagi makan. Ini nggak jadi masalah besar sebetulnya dan sifatnya subjektif. Untuk gym, semoga saja persiapannya sudah selesai dan bisa segera digunakan oleh para tamu.

Dengan rate mulai dari 450 ribu rupiah per malam (berdasarkan info dari Tripadvisor), The 1O1 Bandung Dago bisa jadi pilihan sempurna buat staycation di pusat kota Bandung. Lokasi yang strategis dan desain kamar yang cantik dapat melengkapi liburan di Kota Kembang. Selain itu, kehadiran beberapa unit yang dapat mengakomodasi 3-4 orang juga memberikan kesempatan bagi para tamu yang datang dengan keluarga atau teman-teman untuk menikmati liburan dan beraktivitas bersama, tanpa harus terpisah kamar.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ»Β Pros

  • Lokasinya strategis. Untuk ke BIP atau BEC Mall, hanya perlu jalan kaki selama sekitar 5 menitan. Di hari Minggu, tamu bisa coba ajang car free day secara langsung dengan keluar hotel karena Jalan Ir. H. Juanda di depan hotel termasuk ke area ajang car free day Bandung.
  • Desain kamar cukup Instagrammable. Coba lihat mural kutipan di foto yang saya lampirkan di atas. So sweet 🐩.
  • Ada balkon pribadi (tersedia untuk kamar-kamar tertentu). Balkon ini menghadap ke arah jalan raya dan menampilkan pemandangan pusat kota Bandung yang cantik, terutama di malam hari. Cocok buat santai sore sambil ngopi.
  • Ada kolam renang ramah anak, dengan desain natural yang cantik.
  • SODA Resto & Bar bisa jadi tempat hangout yang gak cuma Instagrammable, tapi juga cozy. Apalagi kalau duduk di sofa ala F.R.I.E.N.D.S.
  • Rate-nya reasonable. Untuk properti unik di pusat kota, rate mulai dari 450 ribuan menurut saya reasonable.
  • Tersedia beberapa tipe kamar yang bisa mengakomodasi 3-4 orang tamu. Cocok buat staycation bareng teman-teman atau keluarga.
  • Saya secara pribadi suka dengan outdoor seating area SODA Resto & Bar karena terkesan rimbun. Sayangnya, area ini juga dijadikan smoking area. Buat saya yang nggak merokok, kenyamanannya berkurang dengan asap rokok harus diakui.

πŸ‘ŽπŸ»Β Cons

  • Soundproofing kamar kurang baik. Suara anak kecil rewel dan nangis dari kamar sebelah terdengar jelas (terutama saat dapat connecting room). Dengan balkon pribadi, suara bising kendaraan bermotor dari luar juga terdengar, meskipun memang nggak sekencang suara nangis anak kecil.
  • Kolam renangnya kurang besar dan lebih cocok sebagai kolam anak. Mungkin buat orang dewasa, saat ini cukup mengawasi anak-anak dulu aja ya.
  • Gym hotelΒ masih dalam proses persiapan. Semoga saat tulisan ini dirilis, gym-nya sudah siap digunakan.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Ά
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°