Category Archives: By Stars

Review: Bobobox Pods Paskal

Out of curiosity, akhirnya minggu kemarin saya book satu pod di hotel ini dan kemarin, saya berkesempatan untuk nginap satu malam di hotel koala gemas tidur ini (coba cari logonya deh). Sebelumnya, saya tahu info hotel ini dari teman yang memang sama-sama suka hotel juga. Jujur awalnya saya agak gimana dengan konsep hotel kapsul dan shared living arrangement, tapi setelah nginap di sini, ternyata saya baik-baik saja dan pulang dalam keadaan squeaky clean (loh nggak nyambung).

review bobobox
Interior pod Bobobox

Bobobox Pods Paskal berlokasi di jalan Pasir Kaliki nomor 76A, Bandung. Hotel ini berseberangan dengan Gereja Immanuel dan dari Stasiun Bandung itu sekitar 5-10 menit kalau pakai angkot. Selain itu, dia juga cukup dekat dari beberapa mal seperti Paskal 23 dan Istana Plaza jadi buat yang suka belanja, lokasi hotel ini cukup menguntungkan.

Berdasarkan Tripadvisor, hotel ini menyandang predikat bintang 2,5. Konsepnya sih capsule hotel. Satu atau dua orang bisa menempati satu kapsul atau pod, dan pengunjung bisa pilih posisi pod. Untuk yang pilih Sky Pod, nanti tidurnya di atas. Untuk yang pilih Earth Pod, nanti tidurnya di bawah. Sky Pod dan Earth Pod ini kalau liat dari luar, jatuhnya kayak tetris.

Ada lebih dari 50 pod di hotel ini dan tersebar di tiga lantai. Selain kapsul tidur, Bobobox juga punya beberapa fasilitas umum seperti pantry, working space, communal space, dan musola. Karena konsepnya hotel kapsul, hotel ini punya shared bathroom jadi kalau ingin mandi atau buang air, harus keluar dari kapsul.

Desain Kapsul

Kapsul yang saya tempat ini tipenya Sky Pod. Buat ke tempat tidur, saya harus “manjat”. Posisi kasurnya cukup tinggi loh jadi jangan coba buat loncat langsung ke bawah tanpa lewat tangga ya buat menghindari cedera (dan tidurnya jangan mepet ke ujung). Secara umum, pod di Bobobox punya interior bergaya minimalis ke arah futusitik. Bentuk jendelanya mengingatkan saya sama bahtera raksasa abad ke-21 yang ada di film disaster sci-fi arahan Roland Emmerich, 2012.

IMG_20180927_141555
Kasurnya cukup luas dan ada jendela kecil di sampingnya
IMG_20180927_141550_HHT
Tangga yang merangkap study area
IMG_20180927_141804
Pintu dengan dua gantungan pakaian

Oh ya saya lupa belum kasih tau. Ketika check in, kita akan ditanya apakah kita sudah punya aplikasi Bobobox apa belum. Kalau belum, kita bisa unduh aplikasinya dan buat akun. Setelah itu, resepsionis akan bantu sinkronkan reservasi ke akun kita. Buat masuk ke kamar, kita bisa pindai QR code atau tekan tombol unlock yang ada di aplikasi. Setelah kedengaran semacam bunyi bel, kita bisa masuk ke pod kita.

Begitu masuk, kita langsung melihat study area yang merangkap tangga menuju tempat tidur. Di bawah meja, ada tempat sampah juga. Sebetulnya, buat saya itu bukan study area sih, tapi lebih semacam meja rias. Selain itu, nggak ada outlet buat colokin charger laptop atau HP di study area jadi tentunya nggak bisa nge-charge daya perangkat di sana.

Para pengunjung yang tech savvy kayaknya bakalan senang nginap di Bobobox karena fasilitas in-capsule bisa diatur lewat panel atau aplikasi. Di dekat jendela pod, ada panel kecil yang memungkinkan kita untuk atur warna lampu (baik secara manual atau lewat preset), ubah kecerahan atau nyala/matikan lampu, dan kunci pintu kamar. Fungsi-fungsi tersebut juga tersedia di aplikasi Bobobox.

IMG_20180927_141658
Universal socket, speaker, dan panel kapsul
IMG_20180928_003847
Ada Bluetooth speaker di kapsul jadi kita bisa sambungkan laptop atau HP untuk dengarkan musik

Selain itu, pod juga dilengkapi dengan Bluetooth speaker. Di panel, kita bisa lihat nomor pod dan nomor pairing. Kedua informasi ini dibutuhkan ketika kita mau pairing perangkat ke speaker. Oh ya, waktu pertama kali coba putar musik, saya kaget karena keluar noise aneh dari speaker. Waktu saya naikkan volume dari HP, barulah noise-nya hilang dan suara musiknya keluar. Saran saya sih kalau mau dengar lagu, pastikan volume perangkat nggak terlalu kecil supaya nggak keluar noise. Namun, jangan dengarkan musik terlalu keras ya supaya tetangga pod kita nggak terganggu.

Terkait tetangga dan gangguan, pod ini ternyata nggak begitu sound-proof. Saya nggak tahu sih kalau suara di dalam pod bisa kedengaran sampai luar atau tidak, tapi suara dari luar bisa kedengaran. Bahkan, suara dari pod sebelah bisa kedengaran. Posisi pod saya berada tepat di depan tangga menuju basemen dan lantai dua, jadi ketika ada orang naik turun tangga itu kedengaran. Meskipun demikian, manajemen hotel sudah menetapkan aturan untuk nggak berisik di area hotel. Kita juga harus ingat buat nggak mengganggu ketenangan pengunjung lain. Kayak ngekos loh rasanya. Kosannya tapi hip dan technologic.

tenor31
Jangan berisik yaq gaes

Setiap pod dilengkapi dengan ventilasi, smoke detector, dan air conditioner. Nah, buat yang nggak tahu cara ngatur air conditioner di pod, saya kasih tahu nih.

IMG_20180927_213601
Pengatur air conditioner

Pada foto di atas, ada dua perangkat. Yang di kiri itu smoke detector, sementara yang di kanan pengatur air conditioner plus lubang udaranya. Kalau suhu di dalam pod terasa panas, kita bisa perbanyak aliran udara dingin yang masuk dengan putar piringan dalam. Nanti setelah diputar, si piringan mulai terbuka (kayak kalau kita mau buka tutup botol). Dari celah yang ada, keluarlah udara dingin. Nah, karena luas pod ini nggak besar, saran saya sih jangan terlalu besar buka piringannya. Bisa-bisa malah kedinginan.

Perlengkapan Kapsul

Setiap pengunjung yang datang dapat sikat dan pasta gigi, serta handuk. Itu aja? Ya, itu aja karena di shower box kamar mandi sudah ada sampo dan sabun. Bobobox nggak menyediakan vanity kit dan shaver, tapi di kamar mandi ada hair dryer dan hand dryer. Saran saya sih kalau datang ke sini, jangan lupa bawa facial wash.

Selain itu, setiap tamu juga sebelum masuk area pod diharuskan untuk ganti sepatu dengan slippers. Nah, sepatu kita nanti dititipkan di lobi dan bisa diambil ketika kita mau pergi atau check out. Beberapa tamu simpan slippers-nya di luar pod. Kalau saya sih, slippers disimpan di dalam pod.

Pods Area

Kalau hotel biasa punya koridor kamar, Bobobox punya koridor pods. Lorong-lorong ini membentuk semacam labirin, dengan beberapa kursi dan meja buat para pengunjung.

IMG_20180927_141413
Lorong pod
IMG_20180927_144835
Ada area duduk
IMG_20180927_145049
Kayak pesawat luar angkasa

Lorong-lorong ini diapit oleh pod di kiri kanannya, dan kesannya kayak lagi jalan di dalam pesawat ulang alik. Futuristik gitu lah cocok buat Instagram. Apalagi ketika lampu di beberapa pod dinyalakan. Tambah pas buat foto-foto. Hanya saja, lantainya pakai kayu. Kalau lantainya pake semacam linoleum atau bahan sintetis lainnya, mungkin bisa membangun atmosfer Star Trek atau Armageddon atau film-film semacamnya lah.

Kamar Mandi

Shared bathroom di Bobobox ternyata nggak “mengerikan”. Kebersihannya tetap terjaga dan ada rak slippers di depan, meskipun saya sempat lihat ada satu dua pengunjung yang tetap masuk ke kamar mandi pakai slippers (padahal jelas-jelas udah ada raknya).

IMG_20180927_145028
Area wastafel. Ada dua kubikel kloset dan dua shower box

Lorong wastafel ini lumayan sempit jadi ketika lagi banyak orang, rasanya kurang nyaman aja. Ada hand dryer dan hair dryer juga di sini jadi pengunjung bisa keringkan rambut dan tangan.

IMG_20180927_145025
Shower box, dilengkapi sampo dan sabun

Shower box-nya sendiri ukurannya memang nggak besar, tapi cukup luas. Di balik pintu, ada semacam boks kecil buat simpan handphone (oh ya, penting buat bawa HP ke mana-mana karena aplikasi di HP ini dibutuhkan buat kita kembali ke kamar). Gantungan pakaiannya ada dua. Secara keseluruhan sih, nggak ada yang sangat spesial dari shower box-nya. Air panasnya lumayan dan nggak ngadat, meskipun di satu shower box, keluaran airnya kurang besar dibandingkan box di sebelahnya.

Fasilitas Umum

Dengan konsep capsule hotel, nggak banyak fasilitas umum yang dimiliki Bobobox. Budget hotel ini nggak punya kolam renang atau gym, tapi ada cukup banyak seating area yang memungkinkan kita buat nyantai sambil berinteraksi dengan pengunjung-pengunjung lain.

IMG_20180927_212422
Pantry buat bikin popcorn atau kopi

Bobobox punya pantry kecil di lantai dasar yang bisa kita manfaatkan buat bikin popcorn atau seduh kopi. Biasanya, area ini jadi tempat buat ngobrol atau kerja (saya pribadi sih lebih suka kerja di dalam pod atau workspace kecil di samping lobi). Di pantry ini nggak ada kompor ya jadi jangan berharap bisa masak-masak aneh.

IMG_20180927_145135
Tangga menuju lantai dua

Kalau kita ke lantai dua, kita bisa menemukan communal space. Area semi-outdoor ini pas buat nongkrong bersama teman-teman sambil ngobrol atau ngemil. Perlu diingat bahwa pengunjung tidak diperbolehkan makan dan minum di dalam pod. Jadi kalau kita mau makan, kita harus ke communal space atau ke pantry.

IMG_20180927_145244
Communal area
IMG_20180927_145234
Areanya cukup luas buat nongkrong

Nah, di samping communal area ada musala yang cukup luas buat beribadah. Musala ini juga udah dilengkapi dengan alat-alat solat dan ada tempat wudhu juga, jadi kita nggak perlu bolak-balik jauh-jauh dari kamar mandi ke musala.

IMG_20180927_145255
Musala buat beribadah

Di sekitar hotel ada banyak restoran dan minimarket yang bisa dikunjungi kalau lapar. Tapi kalau malas keluar hotel, di lobi ada vending machine yang jual camilan dan minuman. Harganya juga nggak terlalu mahal untuk level harga hotel. Oh ya, area parkir Bobobox ini terbatas ya jadi kalau misalnya kita datang pakai mobil dan tempat parkir utama untuk mobil sudah penuh, kita parkir di pinggir jalan. Tapi jangan khawatir karena ada petugas keamanan yang siap 24 jam menjaga mobil kesayangan kita.

Kesimpulan

Menginap kemarin selama satu malam di Bobobox Pods Paskal akhirnya memuaskan rasa penasaran saya dengan hotel kapsul. Ini pertama kalinya saya menginap di hotel kapsul. Interior pod bergaya minimalis futuristik bikin saya betah buat tiduran di dalam pod sambil dengar lagu atau baca buku sampai ketiduran. Ditambah lagi, tingkat kecerahan dan warna lampu yang bisa diatur bikin saya selalu gatel pengen ganti-ganti warna lampu.

Hanya saja, di dalam pod hanya ada satu outlet jadi saya nggak bisa charge laptop dan HP secara bersamaan. Buat antisipasi, kalau mau nginep di sini baiknya bawa colokan T. Oh ya, manajemen hotel juga hanya menyediakan dental kit. Untuk sampo dan sabun sih sudah tersedia, tapi kalau perlu bercukur, ada baiknya bawa sendiri pisau cukur dari rumah (atau bisa beli di minimarket dekat hotel). Meskipun demikian, dengan adanya hair dryer di kamar mandi, pengunjung bisa tetap menata rambut (selama nggak terlalu lama karena kamar mandinya berbagi dengan pengunjung lain).

Banyaknya seating area membuat hotel ini memberikan kesempatan bagi kita untuk bersosialisasi dengan pengunjung lain. Di aplikasi Bobobox, ada fitur chat yang memungkinkan kita buat tanya-tanya ke resepsionis atau pihak hotel, atau ngobrol dengan pengunjung lain. Kita bahkan bisa janjian dengan pengunjung lain melalui aplikasi untuk, misalnya, jalan-jalan keliling Bandung bareng, pesan kendaraan, dan lain-lain.

Dengan harga mulai dari 200 ribu rupiah per malam (berdasarkan Tripadvisor), saya bisa menikmati pengalaman nginap di hotel kapsul bergaya futuristik yang menyenangkan. Buat young traveler, Bobobox bisa jadi opsi yang tepat untuk menginap di kota Bandung dengan biaya terjangkau, terutama ketika kita nggak muluk-muluk soal akomodasi atau tipe orang yang cuman perlu tempat buat tidur doang.

Tips

  • Kalau kalian tipe orang yang takut ketinggian, baiknya pesan Earth Pod. Sky Pod ini cukup merepotkan buat manjatnya, apalagi kalau kamu harus bolak-balik keluar pod. Di sisi lain, Earth Pod ini rasanya lebih claustrophobic. Mungkin karena posisinya di bawah.
  • Selalu bawa ponsel ke mana pun. Jangan tinggalkan ponsel di kamar karena tanpa ponsel, kita nggak bisa masuk lagi ke kamar. Untuk buka pintu kamar, kita perlu scan QR code atau pakai tombol unlock dari aplikasinya.
  • Bawa colokan T atau terminal listrik kecil buat jaga-jaga karena outlet di pod hanya ada satu.
  • Selalu tutup tirai dan matikan lampu kalau mau pergi.
  • Buat pengunjung yang datang dengan rombongan atau bersama teman-teman, kalian bisa janjian buat ketemuan di communal room lewat fitur chat di aplikasi Bobobox. Fitur ini juga bisa dipakai buat berinteraksi sama pengunjung lain.
  • Beli camilan dan minuman sebelum datang ke hotel karena di sini nggak ada restoran (in case tengah malam lapar). Jangan lupa untuk nggak makan di dalam pod ya.
  • Atur air conditioner dengan hati-hati. Jangan terlalu besar membuka piringannya karena bisa-bisa kita kedinginan di dalam pod.
  • Please expect hunger games kamar mandi. Ini jatuhnya kayak tinggal di tempat kos. Kalau pengunjung lagi banyak, nunggu giliran mandi bisa cukup lama.
  • Bawa board games atau card games. Di dalam pod nggak ada televisi dan hiburan satu-satunya hanyalah Bluetooth speaker. Kalau datang bersama teman-teman, mendingan bawa card atau board games buat dimainkan di communal space. Ayo! Jangan main HP terus! Main dengan manusia, jangan selalu main sama perangkat seluler 😛

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Sejauh ini, Bobobox merupakan hotel kapsul yang menawarkan konsep futuristik yang unik. Tampil dalam balutan warna putih, kapsul kamar bisa jadi spot yang Instagrammable.
  • Kapsul kamar dilengkapi speaker Bluetooth dan panel kendali untuk atur kunci pintu dan pencahayaan kapsul (termasuk warna dan kecerahannya).
  • Bobobox menghadirkan aplikasi yang dipakai untuk akses kapsul, atur pencahayaan kamar, dan berinteraksi dengan pihak hotel + para pengunjung lain.
  • Satu kapsul cukup luas untuk dua dewasa + satu anak.
  • Communal space memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk saling berinteraksi.
  • Lokasi cukup strategis, hanya sekitar 10 menit berkendara dari Stasiun Bandung.
  • Rate-nya sangat terjangkau. Cocok buat numpang tidur kalau pulang kemaleman, misalnya.

👎🏻 Cons

  • Makanan dan minuman dilarang dikonsumsi di dalam kapsul. Cukup ribet buat yang suka craving malam-malam karena harus makan atau minum di luar kapsul.
  • Sky pod kurang cocok untuk anak-anak karena ketinggiannya yang lumayan menyakitkan in case jatoh dari tempat tidur. Di sisi lain, earth pod juga kurang cocok buat yang suka motah alias banyak gerak.
  • Suara-suara dari kapsul lain masih bisa kedengaran ke dalam kapsul kita (saya masih bisa dengar suara obrolan pengunjung lain di kapsul sebelah).
  • Kamar mandi kurang banyak. Siap-siap hunger games kalau mau mandi pagi.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😄😄😄😄😶
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩⚪️
Harga: 💰

Review: Geary Hotel Bandung

Sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia, Bandung punya banyak hotel yang bisa dijadikan tempat menginap. Nah, kalau berkunjung ke Bandung pakai kereta, kemungkinan besar turunnya di Stasiun Bandung (yang jelas nggak akan mungkin pakai kereta tapi turunnya di bandara). Stasiun Bandung itu sendiri sebetulnya udah di pusat kota dan dikelilingi cukup banyak atraksi wisata, terutama buat wisata belanja.

Buat memenuhi kebutuhan mereka yang ingin liburan di kota Bandung, tapi nggak mau menginap jauh-jauh dari stasiun, ada banyak hotel di sekitar stasiun. Salah satu hotel yang pernah saya kunjungi di sekitar stasiun adalah Geary Hotel.

getlstd-property-photo
Interior kamar. Foto milik pihak manajemen.

Geary Hotel ini sebetulnya masih terbilang cukup baru. Hotel bintang tiga ini bertempat di jalan Kebon Kawung nomor 12 dan jaraknya dekat banget dari Stasiun Bandung. Jalan kaki dari stasiun sih palingan sekitar lima menit karena posisinya ada di seberang stasiun, nggak jauh dari Hotel Grand Sovia. Kalau saya lihat dari luarnya, hotel ini keliatannya kecil. Ternyata waktu masuk ke dalam dan menelusuri koridor kamar, bangunan hotel ini ternyata cukup besar.

tenor31
Don’t judge a book by its cover ya

Fasilitas hotel ini memang nggak banyak. Ada kafe di lantai lobi, serta ruang rapat. Waktu saya mau naik lift, di dekat area lift ada meja reservasi untuk layanan pijat. Saya nggak sempat coba layanannya sih, tapi kelihatannya enak ya apalagi kalau badan pegal-pegal. Oh ya, area parkir hotel juga bisa dibilang nggak besar jadi ketika nginap di  musim liburan atau weekend, siap-siap nggak kebagian tempat parkir (ada sih sebetulnya area parkir di basement).

Geary Hotel punya 75 kamar yang terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu superior, deluxe, executive, dan suite. Yang saya tempat waktu itu kamar promo sebetulnya, tapi pas diperiksa lagi ternyata ini masuknya kamar executive. Ulasan tentang kamar dan fasilitasnya saya bahas di segmen berikutnya ya.

Desain Kamar

Waktu menginap di sana, kamar saya ada di lantai lima. Nah, dari lift ke kamar saya ternyata cukup jauh karena kamar saya ada di sayap barat, sementara lift ada di sayap timur. Inilah yang saya bilang kenapa hotel ini dari luar keliatan kecil, tapi ternyata bangunannya besar. Oh ya, posisi kamar saya juga sebetulnya agak awkward dan dekat dari lift barang, tapi selama nginep di sana nggak terganggu dengan berisik aneh-aneh sih.

img-20180805-114240-largejpg
Kamar dengan twin bed. Dinding hijau tuanya saya suka!

img-20180805-114228-largejpg
Warna panel kayu televisinya agak nabrak dengan dinding hijau tua.

Ukuran kamar saya nggak begitu luas, tapi nggak bisa dibilang sempit juga. Kecil, tapi nggak bikin sesak. Terlebih lagi dengan jendela besar, kamar saya jadi terang dan keliatan lebih lapang. Ada study area kecil di dekat televisi jadi masih bisa lah kerja dengan nyaman. Kamar ini juga dilengkapi dengan kulkas kecil jadi saya bisa dinginkan Starbucks sisa sore.

Bicara tentang desain, interior kamar ini pada dasarnya sih modern minimalis. Furniturnya juga bergaya modern. Bisa dibilang sih standar hotel budget slash menengah lah kalau dari segi desain furnitur. Hanya saja, saya suka dengan warna temboknya. Hotel-hotel lain biasanya menampilkan warna-warna netral seperti putih, atau warna-warna earthy kayak krem dan cokelat, tapi Geary Hotel tampil “berani” dengan warna hijau tua. Awalnya saya pikir atmosfer kamarnya akan terasa dingin. Ternyata dengan pencahayaan yang pas, atmosfer kamarnya tetap terasa hangat dan nyaman. Di siang hari, kamarnya malah kerasa relatif sejuk karena warna dindingnya yang tua. Nah, dengan pintu dan furnitur berwarna cokelat tua, perpaduan yang dihasilkan antara warna hijau tua dan cokelat ini semacam mengingatkan saya akan bistro-bistro Perancis. Entah kenapa itu yang kepikiran.

img-20180805-114249-largejpg
View dari jendela kamar

Mengenai pemandangan dari jendela kamar, ada plus minusnya sih. Plusnya adalah jendela kamar saya menghadap ke timur jadi pasti kena cahaya mentari pagi yang indah. Selain itu, saya bisa lihat gedung-gedung tinggi di daerah pusat kota (gedung tinggi yang ada di gambar itu gedung Best Western di jalan Merdeka). Minusnya adalah jarak jendela kamar saya dengan jendela kamar lain cukup dekat. Walaupun sudah pakai sheer curtain, saya masih parno takutnya orang di kamar lain bisa lihat ke dalam kamar saya.

tenor4
Hmm aku takut diintip

Di lantai dua atau tiga, ada akses menuju “taman” atau lebih tepatnya disebut teras dengan rumput buatan. Nah, di lantai paling atas ternyata masih ada pembangunan. Kelihatannya sih untuk kamar-kamar lain. Untungnya, pembangunan di lantai atas nggak sampai mengganggu istirahat saya.

Kamar Mandi

Kalau di ruangan utama kamar dindingnya berwarna gelap, kamar mandi saya justru terang. Dengan balutan warna pasir (antara krem dan abu-abu) dan pencahayaan yang terang, saya merasa nyaman ketika mandi.

img-20180805-114158-largejpg
Kamar mandinya terang

Area shower dibatasi oleh dinding kaca yang cukup tebal, tanpa pintu khusus. Kondisi shower aman terkendali dan pancuran airnya pun lumayan kencang, jadi enak lah buat pijat-pijat bahu pakai air panas. Gelas, sikat gigi, dan perlengkapan lainnya juga sudah tersedia jadi nggak perlu repot-repot ke minimarket kalau lupa bahwa sabun atau sampo.

img-20180805-114208-largejpg
Dinding kaca pembatasanya kelihatan nggak?

Nah, yang jadi masalah waktu itu adalah lubang drainase di area shower. Ketika saya mandi, si lubang drainase ini entah tersumbat, penuh, atau gimana. Yang jelas, si air kotor jadi tergenang cukup banyak. Ketika saya coba injak-injak si lubang drainase, barulah alirannya sedikit lebih lancar. Oh ya, antara area shower dan area kamar mandi lain juga nggak ada pembatas selain dinding kaca. Split level pun nggak ada. Ini artinya kalau si air menggenang cukup banyak, bisa-bisa banjir dan mengalir ke area kamar mandi yang lain.

Kafe / Restoran

Sebelumnya, saya udah bilang bahwa saya nggak sempat coba layanan massage dari hotel. Hari itu padahal badan lumayan pegal-pegal karena nyetir ke sana ke sini sebelumnya. Ditambah lagi Bandung macet jadi terbayang lah betapa lelahnya tubuh ini.

Di lantai lobi, ada Borgio kafe yang bisa dikunjungi oleh pengunjung hotel maupun umum. Nah, interior hotel ini lagi-lagi mengingatkan saya kepada bistro Perancis karena perpaduan warna hijau tua (saya sih bilangnya rainforest green) dan cokelat. Furniturnya bergaya modern ke arah rustic-industrial. Panel kayu di dinding memberikan nuansa elegan tersendiri buat kafe ini. Selain itu, pengaturan pencahayaannya juga bagus. Di siang hari, kafe ini cerah karena cahaya matahari. Di malam hari, kafe ini punya sedikit atmosfer sexy.

img-20180805-092931-largejpg
Kafenya cukup luas

img-20180805-092940-largejpg
Ada meja dan kursi bar yang menghadap ke arah taman

Nah ketika pesan kamar, saya nggak pesan kamar dengan breakfast. Walhasil, saya harus cari sarapan sendiri, tapi waktu itu memutuskan untuk ke kafe ini untuk lihat-lihat makanan. Ternyata di pagi hari, kafe ini disulap jadi breakfast area untuk para pengunjung. Menu a la carte belum tersedia sampai jam sarapan selesai. Setelah itu, baru pengunjung bisa pesan makanan dan minuman lain yang ada di menu.

Kesimpulan

Berada di daerah pusat kota, lokasi jadi aspek yang bisa dibilang paling menonjol dari Geary Hotel. Berjarak hanya sekitar 5 menit dari Stasiun Bandung, jalan kaki dari stasiun ke hotel sih nggak akan kerasa capek. Selain itu, hotel ini juga cukup dekat dengan beberapa mal, seperti Paskal 23 dan Istana Plaza (dua-duanya sekali naik angkot juga bisa).

Dari segi interior, memang hotel ini mengusung desain yang cukup standar sih untuk midscale hotel, tapi pemilihan warnanya yang bikin saya terkesan. Selain itu, furnitur dan in-room amenities juga dalam kondisi yang baik dan berfungsi. Ukuran kamar saya memang nggak begitu luas, tapi nggak terasa sesak. Terlebih lagi dengan jendela yang besar, cahaya matahari yang masuk juga banyak. Sehat lah buat badan intinya.

Lokasi yang strategis dan harga yang cukup terjangkau (kisaran 400 ribu sampai 1,1 juta berdasarkan Tripadvisor) membuat hotel ini bisa jadi pilihan yang baik untuk berlibur di Bandung, terutama buat para young traveler. Kenyamanan dan jarak ke beberapa tempat yang cukup dekat, termasuk stasiun membuat hotel ini layak dikunjungi. Interior kamar dan beberapa public space yang ada juga lumayan Instagrammable loh.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Palet warna interior kamar memberikan kesan elegan dan berani (warna hijaunya mewah dan lebih ke arah maskulin kalo menurut saya).
  • View dari jendela cukup bagus.
  • In-room amenities cukup lengkap.
  • Lokasi strategis, hanya sekitar 5 menit jalan kaki ke Stasiun Bandung (pintu utara) dan cukup dekat ke beberapa mal.
  • Ada kafe dengan sedikit sentuhan bistro Perancis di lantai lobi.
  • Rate cukup terjangkau untuk hotel dengan lokasi strategis dan kamar berdesain modern-maskulin.

👎🏻 Cons

  • Posisi kamar saya membuat pengunjung di kamar lain cukup mudah lihat ke kamar saya. Sheer curtain kayaknya nggak begitu membantu.
  • Fasilitas umum hotel kurang banyak.
  • Tempat parkir hotel kurang besar. Kalau lagi ramai, ada kemungkinan bisa nggak dapat tempat parkir mobil.
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😄😄😄😶⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰💰

 

Review: Morrissey Hotel Residences

Setiap kali nyari hotel di Jakarta, hotel ini selalu masuk di daftar teratas. Nah, berhubung dulu saya punya pengalaman nggak enak dengan kawasan Wahid Hasyim, saya kalau cari hotel jadi menghindari kawasan itu. Padahal, di jalan Wahid Hasyim ada banyak hotel-hotel dengan rate yang terjangkau dan kualitas yang baik. Sampai akhirnya pulang dari Kuala Lumpur kemarin, saya “nekat” book kamar di hotel ini.

morrissey-boutique-serviced
Morrissey Hotel Residences. Foto milik pihak manajemen.

Morrissey Hotel Residences berlokasi di jalan Wahid Hasyim nomor 70, Jakarta Pusat. Hotel ini dekat banget dengan jalan Jaksa dan kawasan kuliner jalan Sabang, meskipun saya nggak sempat wisata kuliner karena saat itu hujan deras banget. Akomodasi bintang empat ini punya 135 kamar yang semuanya dilengkapi dengan kitchenette dan living area jadi cocok lah buat masak-masak dan menjamu tamu.

Dari segi lokasi, hotel ini memang ada di kawasan yang enak ke mana-mana. Minusnya ya kadang kawasan sini macet (saya pernah ketinggalan kereta hanya karena macet super parah di jalan Wahid Hasyim). Dari hotel ke Grand Indonesia ini hanya sekitar 10-15 menit kalau pakai taksi. Ke Stasiun Gambir pun hanya sekitar 15 menitan dari hotel jadi pas banget buat yang datang ke Jakarta pakai kereta dan ingin cari hotel yang nggak begitu jauh dari stasiun. Saya pun nggak ketinggalan kereta lagi.

tenor5
Gak telat lagi wow

Meskipun di Tripadvisor, hotel ini masuk ke kelas luxury dan business, saya secara pribadi sih merasa hotel ini masuknya ke kelas distinctive. Desain interiornya cocok buat para young traveler, tapi nggak terlalu kekanak-kanakan buat para pebisnis (pas buat eksekutif muda Instagrammer kalau kata teman saya sih). Foto-foto kamar yang kecenya bisa dilihat di website resmi hotel atau profil Instagram-nya.

Oh ya, hotel ini juga punya restoran, kafe, pusat kebugaran, meeting room, banquet room, dan rooftop swimming pool yang jadi tempat favorit saya. Foto-fotonya ada di segmen berikutnya ya.

Desain Kamar

Setelah melewati proses check-in yang nggak ribet (baguslah karena flight yang ditunda itu sangat menyebalkan dan melelahkan), saya segera menuju kamar yang ada di lantai lima. Oh ya, kamar saya ini tipenya studio executive (tapi pas cek di website resminya, kok tipe kamar saya nggak ada, malah adanya studio luxe?). Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, unit studio ini biasanya cukup sempit. Memang ada dapur, tapi ya nggak luas. Ya, macam studio apartment lah. Namun, begitu saya masuk ke kamar, saya kaget karena kamarnya jauh lebih luas dari dugaan. Bisa dibilang kamarnya luas banget!

img-20180902-180952-hht
Living area yang TV-nya ada di sudut diagonal 😦

img-20180902-182341-hht
Living area dekat kamar mandi

img-20180902-181241-hht
Sudut ini lumayan Instagrammable

img-20180902-181152-largejpg
Kitchenette. Pas buat masak dan bikin kopi buat begadang nonton bola

Sebelumnya, maafkan ya karena kelihatan kamarnya berantakan (maklum habis unpacking). Meskipun di foto kelihatannya kecil, sebetulnya unitnya luas. Kali ini sih, saya bisa latihan cover dance K-Pop, yoga, sampai SKJ. Interior bergaya rustic industrial memberikan nuansa youthful dan modern, dengan dominasi warna putih dan dinding bata ekspos yang cantik. Lantai kayunya berwarna cukup gelap, membangun elemen kontras yang pas dengan dindingnya. Pas lah buat foto-foto.

tenor6
Tapi bukan foto macam gini

Dapurnya cukup lengkap dengan microwave, kulkas, dan kompor induksi. Sayangnya, saya nggak bawa popcorn jadi nggak bisa ngemil-ngemil sambil nonton TV. Selain itu, TV-nya dipasang di dinding yang berseberangan dengan tempat tidur, jadi kalau mau nonton TV dari living area, badan kita harus menghadap diagonal (kurang nyaman jadinya). Namun, pencahayaan di living area-nya bagus banget. Selain Instagrammable, duduk di sini  juga nyaman dan pas buat namatin novel.

Yang saya perhatikan, sebagian besar furnitur yang ada bergaya rustic minimalis, sementara ada juga furnitur yang ada sentuhan mid-century-nya.  Oh ya, ada patung anjing kecil lagi pipis juga di kamar dan dijadiin mainan sama saya dan teman-teman.  Foto lagi main sama patung anjing sengaja nggak di-upload ya karena takut jadi bahan hinaan publik. Nah, bodohnya saya adalah saya lupa foto area tidur. Walhasil, harus nyomot foto dari manajemen.

morrissey-boutique-serviced1
Tempat tidurnya besar dan nyaman. Saya lupa foto tempat tidurnya 😦 foto ini milik pihak manajemen dan ini unit yang beda

Satu hal yang saya kurang suka dari unit saya adalah jendela kamar. Ketika saya buka blinds, ternyata jendela kamar saya menghadap langsung ke area parkir. Meskipun cukup tinggi, tapi saya bisa lihat orang-orang di area parkir dengan jelas, dan mereka pun pasti demikian. Privasinya bisa dibilang jadi sedikit berkurang, terutama karena nggak ada sheer curtain.

tenor4
Kan malu 😦

Kamar Mandi

Setelah berkeringat dan sebelum tidur, mandi tentunya bikin badan lebih segar dan nggak bau. Masih mengusung desain interior yang sama–rustic industrial, kamar mandi di kamar saya memang nggak luas. Bahkan, si wastafel pun adanya di luar kamar mandi, di dekat living area.

img-20180902-181130-hht
Ketika sedih, ber-shower-lah

Meskipun demikian, kamar mandinya dilengkapi dengan alat-alat mandi. Kalau perlu hair dryer, perangkat ini juga ada kok di laci di bawah wastafel. Sabun, sampo, dan losionnya wangi teh hijau jadi segar banget. Ada dua shower di kamar mandi, shower pegang dan shower tempel. Buat yang hobi nyanyi, shower pegang cocok lah dipakai sebagai pengganti microphone. Kalau shower tempel, lebih pas buat yang ingin menggalau di kamar mandi atau menikmati pijat air panas di bahu.

Yang kurang saya suka dari kamar mandinya adalah pencahayaan. Seperti yang saya ceritakan di ulasan hotel sebelumnya, saya kurang suka dengan kamar mandi yang redup. Kesannya kayak sedih atau bermuram durja.

Fasilitas Lain

Meskipun hanya menginap satu malam, saya sempat menikmati dua fasilitas utama yang dimiliki hotel ini, restoran dan kolam renang. Restoran hotel berada di lantai dasar, tepat di depan lobi. Ada juga kafe di lantai lobi, tapi saya nggak sempat masuk.

img-20180903-092320-largejpg
Suasana restoran pada jam sarapan

Ketika sarapan, saya mendapatkan banyak pilihan makanan. Dari mulai bubur, roti, nasi, sampai sushi pun tersedia (agak aneh nggak sih sebetulnya sarapan pakai sushi?). Untuk minuman sih, seperti biasa ya ada teh, kopi, air mineral, dan jus. Scrambled egg-nya enak dan lembut menurut saya. Saladanya juga segar, walaupun sebenarnya saya ini susah makan sayur dan buah.

Space restorannya sendiri sebetulnya nggak begitu luas kalau saya pikir-pikir lagi, tapi karena langit-langitnya tinggi dan dikelilingi full-length windows, kesannya jadi lebih lapang dan cerah. Selain itu, adanya pohon-pohon artifisial membuat area restoran jadi lebih segar.

And.. this is my favourite part of the visit..

Kolam renang!

tenor7
Basah basah basah~

Kolam renang hotel berada di rooftop level dan menawarkan pemandangan kota yang cantik. Ketika saya ke sana, kebetulan sedang ada acara di ruang rapat jadi berenangnya nggak bisa agresif 😦

swimming
Kolam renang hotel. Foto milik pihak manajemen

Cuaca Jakarta kan terkenal panas, jadi berenang di sini cocok banget untuk menyegarkan tubuh. Ketika berenang, kebetulan banget hanya ada saya, teman-teman, dan dua orang tamu lain yang berenang. Suasananya jadi lebih tenang dan pas buat foto-foto, tanpa kena photobomb. Ukuran kolam renangnya sendiri memang nggak luas dan bentuknya memanjang, tetapi panjangnya cukup lah untuk renang satu lap.

img-20180903-100643-largejpg
Kolamnya nggak terlalu dalam, tapi enak buat foto-foto bawah air

img-20180903-100637-largejpg
Pemandangan kotanya bagus

Di area sini juga terdapat tempat bilas dan kamar mandi jadi kita bisa kembali ke kamar dalam keadaan kering dan nggak bau kaporit. Selain itu, di samping kolam renang juga ada fitness center. Yang habis olahraga bisa berenang dengan gampang setelahnya.

Kesimpulan

Dengan lokasi strategis dan fasilitas lengkap, Morrissey Hotel Residences bisa jadi pilihan yang tepat buat pengunjung yang ingin menginap di kawasan pusat kota dan masih dekat dengan stasiun. Selain itu, hotel ini juga berada cukup dekat dari jalan Jaksa dan kawasan kuliner jalan Sabang. Mal-mal besar seperti Grand Indonesia dan Plaza Indonesia pun hanya sekitar 15 menit dari hotel.

In-room amenities-nya lengkap dan berfungsi dengan baik. Dengan kehadiran kitchenette, pengalaman menginap jadi lebih mengasyikkan, terutama buat yang suka masak dan ingin menjamu tamu. Unit yang cukup luas pun bikin kita nggak merasa terkurung di dalam kamar (and actually, it was a pleasure to just stay in my room and read a novel). Desain kamarnya keren dan Instagrammable. Jujur saya jarang nginap di hotel dengan interior bergaya rustic industrial. Perasaannya kayak nginap di kafe 😆

Dengan fasilitas penunjang yang cukup lengkap dan kolam renang yang menawarkan pemandangan kota, hotel ini menawarkan pengalaman menginap slash liburan di pusat kota yang worth spending money. Meskipun dari segi harga memang nggak masuk kategori budget hotel (kisaran 900 ribu sampai 1,7 juta), buat yang ingin liburan semimewah sih hotel ini layak buat dilirik. Terutama dengan living area terpisah dan kitchenette, saya rasa hotel ini pas kalau kalian juga ingin meet up dengan teman-teman di kamar sambil ngopi dan ngemil.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Desain interior kamar (dan hotel secara keseluruhan) bagus. Banyak banget tempat-tempat yang Instagrammable.
  • Unit kamar dilengkapi kitchenette buat masak-masak.
  • Ada living area khusus di kamar untuk menjamu tamu.
  • Bathroom products-nya punya aroma yang menyegarkan.
  • Kasurnya besar, bahkan buat tiga orang pun cukup (tinggi saya dan teman-teman di kisaran 165-170 cm dengan tipe badan kurus-ideal).
  • Kolam renang semi-outdoor dengan atap menawarkan view yang bagus ke arah kawasan Bundaran HI. Enak buat berenang tanpa takut “gosong” akibat tersengat matahari.
  • Gym berada nggak jauh dari kolam renang.
  • Menu sarapannya bervariasi, ditambah lagi ada sushi (agak unusual buat sarapan tapi enak sih).
  • Lokasi hotel nggak jauh dari kawasan kuliner jalan Sabang.

👎🏻 Cons

  • Rate-nya terbilang cukup mahal.
  • Kawasan jalan Wahid Hasyim kalau macet kadang-kadang suka kebangetan. Selama kondisi lalu lintas lancar, ke mana-mana dekat sih kalau dari hotel.
  • Kolam renang berada tepat di depan meeting room atau hall serbaguna. Agak malu sih kalo kebetulan pas berenang ternyata lagi ada rapat atau acara di hall itu (which happened to me).
Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😄😄😄😄😄
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩⚪️
Harga: 💰💰💰💰

Review: Fabu Hotel Bandung

Sebetulnya saya nginap di hotel ini di bulan Juni dan sayangnya, foto-foto kamar dan hotelnya yang ada di ponsel hilang. Walhasil, saya mesti cari cara buat download foto-foto dari review saya di Tripadvisor. Nah, buat yang ingin liburan ke Bandung dan cari akomodasi murah, hotel ini bisa jadi pilihan yang tepat, terutama buat para pelancong yang berkunjung pakai kereta karena lokasinya sangat dekat dengan Stasiun Bandung.

fabu-hotel-bandung
Fasad bangunan hotel. Foto milik manajemen hotel.

Fabu Hotel berlokasi di jalan Kebon Jati nomor 32, Bandung. Lokasinya dekat banget sama Pintu Selatan Stasiun Bandung (kalau kalian yang naik kereta dan keluar dari Pintu Utara, mau nggak mau harus masuk lagi atau naik angkot atau Grab ke hotel ini). Nah, selain dekat dengan stasiun, hotel ini juga cuman beberapa menit dari Pasar Baru Trade Center dan mal Paskal 23.  Kalau mau ke Paskal 23 dan pakai mobil/taksi, saya saranin sih supaya cepat sampai, di perempatan Otista ambil kiri ke arah Viaduct, tapi  belok kiri lagi ke jalan menuju Pintu Selatan Stasiun Bandung. Nah, habis itu tinggal lurus terus dan masuk ke kawasan Paskal 23 lewat underpass.

Akomodasi bintang tiga ini punya 86 kamar. Hotel ini juga menyediakan smoking dan non-smoking room, serta family room buat tamu yang datang bersama keluarga tercinta untuk liburan di Bandung. Untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung, Fabu Hotel punya restoran, ruang rapat, ruang banquet, dan kafe kecil yang ada di samping lobi.

Fabu Hotel menawarkan beberapa jenis kamar, dari mulai superior sampai suite. Nah, salah satu jenis kamar yang ingin saya coba itu kamar loft. Kalau suite room kan mungkin sudah biasa, tapi kalau loft ‘kan jarang. Kayaknya sih loft room ini untuk keluarga, tapi buat pengunjung yang datang sama teman-teman juga cocok.

Oh ya, bukan hanya sekali sebetulnya saya nginap di Fabu ini. Kayaknya udah tiga kali sih di tahun ini dan menempati tipe kamar yang sama, superior. Sejauh ini pengalaman menginapnya positif dan hotel ini bisa masuk daftar buat teman-teman atau siapa pun yang minta rekomendasi budget hotel di Bandung, terutama yang ingin wisata belanja atau nyari hotel di dekat stasiun biar nggak ketinggalan kereta.

tenor2
Jam berapa ini?

 

Interior Kamar

Urusan interior kamar, saya tipe orang yang menyesuaikan ekspektasi dengan kondisi objektif lapangan. Masuk ke kategori budget hotel (kelasnya best value malahan kalau di Tripadvisor), saya nggak menaruh harapan muluk-muluk untuk kamarnya. Pada dasarnya sih, yang penting kamarnya bersih dan nyaman, dan in-room facilities-nya berfungsi, dan kedua syarat itu terpenuhi di kunjungan saya.

img-20180622-171824-hht

Satu hal yang bikin saya cukup terkesan adalah ukuran kamarnya. Buat tipe deluxe dan budget hotel, kamar yang saya tempati bisa dibilang luas. Ada jarak cukup besar dari ujung tempat tidur ke dinding televisi. Selain itu, jarak dari sisi kanan tempat tidur ke jendela juga cukup besar, sampai muat kursi yang cukup besar (dan itu pun nggak terasa sempit). Space kosong yang ada memang nggak pas sih buat latihan cover dance K-Pop, tapi buat yoga sama juggling bola sih cukup lah (ngapain juga juggling?).

Secara keseluruhan, interiornya bergaya modern minimalis. Dindingnya didominasi warna putih, dengan satu sisi ruangan yang sengaja dicat warna biru supaya jadi focal point. Jendela kamar juga terbilang besar. Di foto yang saya ambil, kamar saya ini berada di sisi kanan gedung (kalau kita menghadap dari depan) jadi pemandangan yang saya dapat adalah kawasan Pasar Baru dan sekitarnya. Sayangnya, tepat di samping gedung hotel ini ada semacam bangunan lama yang nggak terawat jadi view yang saya lihat ya agak spooky kalau saya buka tirai malam-malam.

img-20180622-171738-hht

Dengan space yang masih ada, kamar ini masih punya study area di samping jendela (yang ada kursi). Socket listrik pun cukup banyak jadi kalau nginap bareng teman, nggak perlu sampai rebutan buat charge HP atau kamera.

Bicara tentang furnitur, kamar yang saya pesan ini kamar deluxe dengan double bed, tapi seperti yang bisa dilihat di foto, double bed ini semacam twin bed yang digabung. Kalau tidur di tengah-tengahnya, kerasa nggak nyaman karena ada celah antara dua kasur twin bed itu. Nevertheless, si kasurnya empuk dan bantalnya masih puffy jadi  nyaman buat tidur siang atau bobo cantik di malam hari.

tenor3
Mimpi galau

Oh ya, pencahayaan kamarnya menurut saya terlalu redup. Meskipun nggak baik untuk tidur dalam keadaan ruangan yang terang, untuk beraktivitas ruangan kamar rasanya terlalu gelap. Ditambah dengan dinding berwarna biru, kamar saya kesannya jadi dingin, walaupun nggak sampai ke arah spooky sih. Mungkin kalau pengaturan pencahayaannya diubah, kesannya bisa lebih ke arah sejuk, dan bukan dingin.

 

Kamar Mandi

Nah, kamar mandi ini merupakan elemen yang penting dalam kamar hotel karena secantik apa pun kamar hotel, kalau kamar mandinya kotor, bau, atau nggak bagus, ya sama aja bohong.  Kamar mandi di kamar saya bersih dan dilengkapi dengan alat-alat mandi seperti sikat gigi, sabun batangan, dan kawan-kawan. Interiornya bergaya modern minimalis, dengan kaca tebal sebagai sekat antara area shower dan kloset. Sebetulnya, saya agak paranoid dengan dinding kaca seperti ini.  Saya suka takut kepeleset, terus nabrak dinding kaca, dan malah jadi gegar otak.

tenor4
Bahaya gan

Dinding dan lantai kamar mandi ini dipasangi keramik berwarna abu-abu dan dengan lampu berwarna putih, kesannya jadi dingin dan suram. Entah kenapa kalau kamar mandi, saya lebih suka yang terang supaya mandinya lebih nyaman aja. Kalau suasana kamar mandinya muram, bawaannya kurang maksimal mandinya.

Fabu
Di atas dispenser itu facial wash saya, bukan dari hotel ya

Oh ya, buat yang suka ber-shower air panas, harus bersiap-siap kecewa karena hotel ini memiliki peraturan yang cukup ketat terkait air panas. Bukan berarti kita nggak boleh pakai air panas, hanya saja buat yang suka ber-shower lama di bawah air panas, harus siap-siap terkejut karena setelah lima menit, air panasnya akan berkurang (lebih tepatnya, suhunya menurun). Fabu Hotel menerapkan semacam kebijakan eco-friendly sehingga pemanas airnya dimatikan setelah lima menit, dan air panas bisa kembali dinikmati setelah 10-15 menit. Intinya sih ini semacam nyuruh saya buat nggak mandi lama-lama.

Selain itu, sabun dan sampo sudah tersedia dalam satu produk. Nah, dispenser sabun slash samponya ini agak-agak “mengejutkan”. Awalnya saya bingung gimana cara keluarkan sabun dari dispensernya karena tuasnya punya bentuk yang aneh (antara ditarik ke bawah atau didorong ke atas, ternyata didorong ke arah depan).

 

Kesimpulan

Untuk akomodasi budget, Fabu Hotel memberikan pengalaman menginap yang menyenangkan buat saya. Secara pribadi, budget hotel buat saya itu seperti nggak neko-neko: kamu butuh tempat buat tidur, ya inilah tempat untuk istirahat. Beberapa budget hotel memang dilengkapi dengan fasilitas tambahan, meskipun sebagian besar sih stick to the main point.

Proses check-in nggak ribet. Ukuran kamar saya cukup luas untuk tipe deluxe (kadang-kadang beda ukuran superior sama deluxe itu nggak kerasa). Meskipun nggak mewah, furniturnya dalam keadaan baik dan terawat. View kamar saya cukup baik, walaupun saya sedikit terganggu dengan gedung kosong di samping bangunan hotel. Terlepas dari kebijakan air panas, kamar mandi saya bersih dan terawat. Peralatan mandi pun sudah tersedia.

Sayangnya, saya nggak pesan kamar dengan breakfast jadi nggak bisa mencicipi sarapannya. Restoran hotel berada di lantai lobi, dengan jendela besar yang mengarah ke taman kecil. Saya selalu suka hotel yang punya tamannya karena kehadiran elemen alam itu jadi penyeimbang energi yang baik. Kalau berkesempatan buat nginep lagi, saya akan coba pesan kamar dengan breakfast.

Dengan harga kamar berkisar 260 ribu hingga 600 ribu (rate berdasarkan Tripadvisor), Fabu Hotel bisa jadi a good deal buat para pengunjung yang ingin menginap di pusat kota dan bisa mengakses berbagai tempat di kawasan pusat kota dengan mudah. Selain itu, lokasinya yang sangat dekat dari Stasiun Bandung dan Pasar Baru Trade Center juga menjadikan hotel ini pilihan yang pas buat siapa pun yang ingin berwisata belanja di Bandung.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Lokasi strategis, hanya sekitar 5-10 menit jalan kaki menuju Pasar Baru Trade Center dan Stasiun Bandung (pintu selatan). Cocok buat wisatawan yang suka belanja di kawasan Pasar Baru
  • Rate-nya terbilang terjangkau untuk kelasnya
  • Kamarnya luas dan tenang, meskipun lokasi hotel di pusat kota
  • Ke kawasan belanja Dalem Kaum cuman satu kali naik angkot juga bisa

👎🏻 Cons

  • Policy eco-friendly room-nya bikin air panas hanya keluar selama 5 menit, dan setelah itu harus nunggu lagi sekitar 15 menit sampai air panas bisa dipakai
  • View dari kamar nggak begitu bagus. Di sebelah kanan hotel, ada bangunan kosong yang cukup spooky. Di sisi kiri hotel, ada rumah sakit
  • Double bed-nya merupakan dua twin bed yang dirapatkan. Celah di antara kasurnya bikin nggak nyaman
  • Pencahayaan kamar terlalu redup

 

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌⚪️
Desain: 😄😄😄⚪️⚪️
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩🤩
Harga: 💰💰