Category Archives: 5 Stars

Review: Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta

Sekarang sudah masuk bulan April dan ini artinya sebentar lagi ulang tahun saya. Tahun ini sepertinya akan jadi ulang tahun yang berat karena di tengah wabah COVID-19 yang sepertinya bukannya mereda, malah tambah memburuk, ada kemungkinan saya masih nggak bisa ke mana-mana saat ulang tahun nanti di bulan Mei. Ya, harapannya sih, wabahnya bisa segera terkendali dan jangan ada case baru (which sounds unlikely, ya). Ya, setidaknya semoga sudah ada obatnya dan bisa segera digunakan deh.

Ngomongin soal ulang tahun, saya mau throwback nih ke ulang tahun saya di tahun 2019. Nah, tahun kemarin itu perayaannya bisa dibilang cukup seru dan banyak hotel hopping. Walaupun agak repot karena harus pindah dari satu hotel ke hotel lain, secara keseluruhan sih pengalaman liburan dan ulang tahunnya sangat berkesan. Pada momen itu, saya stay di tiga hotel, dan salah satunya adalah The Mayflower Jakarta – Marriott Executive Apartments, properti yang udah saya review sebelumnya. Untuk properti yang pertama, saya rahasiakan dulu deh soalnya review-nya belum saya tulis. Nah, setelah dari Mayflower, saya pindah ke hotel baru yang berada di kawasan Mega Kuningan. Sebetulnya, nginep di sini itu terbilang tidak direncanakan. Awalnya, saya kepikiran untuk stay dua malam di Mayflower, tapi saat itu entah kenapa saya malah browsing pilihan hotel lain dan pilihan saya jatuh ke hotel ini.

0
Fasad Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta. Foto milik pihak manajemen hotel.

Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta adalah hotel bintang 5 yang berlokasi di Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung, Kav. E.11, No. 1, Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Hotel mewah di Jakarta ini adalah salah satu properti yang terkenal. Letaknya berseberangan dengan JW Marriott Jakarta. Sebenarnya, di daerah Kuningan sendiri ada 3 properti Marriott, JW Marriott Jakarta, Ritz-Carlton Mega Kuningan, dan The Westin Jakarta. Dari segi umur, JW Marriott Jakarta ini yang paling tua. Sebetulnya, Jakarta punya dua Ritz-Carlton. Satu lagi ada di SCBD, satu bangunan dengan Pacific Place dan umurnya lebih muda.

Ngobrolin soal hotelnya dulu secara keseluruhan, untuk member Marriott Bonvoy, hotel ini masuk ke kategori 5, satu level dengan adiknya yang di SCBD. Soal fasad, ini salah satu aspek yang saya suka dari hotel ini. Kalau kalian pernah atau sering ke kawasan ini, pasti tahu kalau Jalan Dr. Ide Anak Agung Gde Agung ini melingkar. Nah, bangunan Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta menempati seperempat lingkaran itu. Karena mengikuti bentuk bangunan, fasad terluarnya ikut dibentuk melingkar, mirip Koloseum. Fasad hotel tampil majestic dalam balutan warna putih dan pilar-pilar bergaya Doric. Berdasarkan info dari halaman Wikipedia-nya, hotel ini dibuka pada tahun 2005. Berarti umurnya udah 15 tahunan. Ritz-Carlton Jakarta juga punya beberapa rekor lain sebetulnya. Daftar gedung tertinggi di Jakarta dari Wikipedia menunjukkan hingga tanggal ini nih (5 April 2020), kedua menara Ritz-Carlton menempati posisi ke-29 sebagai gedung tertinggi di Jakarta dengan tinggi 212 meter. Selain itu, dilansir dari situs resmi hotel, Ritz-Carlton Mega Kuningan  menawarkan kamar hotel terbesar di Jakarta. Sounds braggadocious? Nanti saya jelasin di paragraf berikutnya.

Kalau menyebut nama Ritz-Carlton, saya kayaknya nggak bisa hapus asosiasi hotel ini dengan tragedi di tahun 2009. Hotel ini menjadi salah satu target pemboman teroris. Selain Ritz-Carlton, JW Marriott Jakarta juga jadi target pemboman pada hari yang sama. JW Marriott sendiri udah dua kali kena bom, dengan pemboman pertama itu pada tahun 2003. Jahat banget teroris tuh. Dua minggu setelah kejadian, hotel kembali dibuka dan beroperasi seperti biasa.

Oke, kembali ke review. Saya baca brosur lengkap hotel (bisa di-download di sini) untuk pelajari lebih lanjut tentang hotel ini. Sebetulnya, saya udah baca brosurnya dari lama, tapi ya saya baca-baca lagi takutnya salah informasi. Ada 296 kamar dan 37 suite room di Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta. Untuk tipe kamar sendiri, ada tujuh tipe kamar, dengan tipe terkecil adalah Grand Room dan tipe terbesar adalah Presidential Suite. Untuk tipe Grand Room sendiri ada dua opsi, tipe biasa dan Grand Club. Nah, tipe-tipe lainnya udah mencakup akses ke exclusive Club Lounge. Sebelumnya, saya bilang kalau hotel ini mengklaim sebagai hotel yang menawarkan kamar dengan luas terbesar di Jakarta. Saya coba riset beberapa hotel bintang 5 di Jakarta dan membandingkan ukuran kamarnya. Untuk Four Seasons Jakarta (kebetulan saya udah pernah nginep di sana), ukuran kamar yang paling kecil adalah 62 meter persegi dan tipe paling besar adalah 330 meter persegi (info dari situs resmi hotel). Untuk Raffles Jakarta, tipe Signature Room punya luas 60 meter persegi dan tipe Raffles Suite punya luas 390 meter persegi. Nah, Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta menawarkan tipe Grand Room dengan luas 63 meter persegi, cuman beda 1 meter persegi aja sama Executive/Deluxe Suite-nya Four Seasons Jakarta. Tipe terluasnya adalah Presidential Suite dengan luas 401 meter persegi. Namun, The Duke Suite-nya Mulia Jakarta hadir dengan luas 650 meter persegi. Jadi, kalau dibilang yang paling besar sih, sebetulnya nggak. Hanya saja, luas yang ditawarkan tetap signifikan (a 401-square meter space is really big, lor). Kalau yang dibandingkan adalah kamar terkecil, Ritz-Carlton Mega Kuningan masih kalah dengan adiknya yang di SCBD karena Ritz-Carlton Pacific Place menawarkan tipe Deluxe Grand Room dengan luas 72 meter persegi. Pretty spacious, isn’t it?

Untuk fasilitas, hotel ini hadir dengan beragam amenities berkelas seperti gym, kolam renang, spa, grand ballroom, meeting room, executive club lounge, dua restoran, kids’ club, jogging track, dan yang terbaru adalah Ozone Bar & Karaoke. Waktu berkunjung, saya pesan Mayfair Suite, tipe terbesar keempat di Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta. Pengalamannya mengesankan, and I really had a good time with my friends. Ulasan lengkapnya saya bahas di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

As expected from a luxury hotel, ukuran jadi satu hal yang ditonjolkan. Tipe Mayfair Suite di Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta punya luas 110 meter persegi. Pemilihan tipe ini sebetulnya karena saya juga ingin punya living area terpisah untuk menyambut teman-teman yang datang. Jadi, di tipe ini ada living area, powder room, kamar tidur utama, walk-in closet, dan master bathroom. Dengan luas 110 meter persegi dan lima ruangan terpisah, setiap ruang punya ukuran yang cukup luas, terutama powder room-nya yang menurut saya sih way too big, terutama dengan bentuk yang memanjang. But I think that’s one of the perks of enjoying the luxury.

Secara keseluruhan, interior suite room mengusung desain kontemporer. Kalau saya perhatikan, untuk ukuran hotel yang dibangun di tahun 2005 (dan selama belum ada perubahan pada interior kamar), desain yang diusung sudah cukup modern dan belum obsolete. Menurut saya secara pribadi, salah satu risiko penerapan desain kontemporer adalah seberapa cepat desain dianggap obsolete. Begitu masuk, saya disambut dengan living area yang luasnya hampir sama dengan luas master bedroom. Dengan space yang besar, penggunaan oversized furniture items masih nggak bikin ruangan terasa sempit. Pada kenyataannya, ruangan justru terasa sangat lapang dan ke arah kosong, terutama di sisi-sisi belakang armchair. Ada sofa untuk tiga bahkan empat orang, dan satu armchair besar. LED TV sebesar 55 inci dipasang pada dinding dan di bawahnya ada kabinet yang cukup besar. Di salah satu sudut, ada area kerja dengan meja yang cukup besar. Jendela-jendela di living area dengan tinggi hampir selangit-langit menawarkan view Jalan Dr. Satrio dan Rasuna Said.

IMG_20190616_171318
IMG_20190616_171339
IMG_20190616_171759
View dari living area

Di living area ini, saya dan teman-teman merayakan ulang tahun saya sambil ngemil, ngobrol, dan main game. Dengan ukuran yang luas, sebenernya area ini bisa menampung tamu, mungkin sampai 7 atau 8 orang (kalau kursi kurang, bisa pakai kursi kerja atau ambil kursi dari master bedroom). Di dekat pintu keluar, ada powder room. Ini artinya teman-teman saya bisa pakai kamar mandi di situ, tanpa harus masuk ke area master bedroom. Privasi masih terjaga lah. Nah, si powder room ini sendiri bentuknya memanjang dengan satu bathroom counter yang besar dengan counter top berbahan marble.

IMG_20190616_171409
IMG_20190616_171403
Powder room

Beralih ke master bedroom, untuk tipe Mayfair Suite di Ritz-Carlton Jakarta, sebetulnya kamar tidur utamanya sih mirip dengan tipe Grand Room. Ya, anggaplah tipe Grand Room ditambah living area terpisah dan powder room tambahan. Desain interiornya masih sama dengan interior living area. Di sini, ada satu sofa (dengan ukuran yang lebih kecil) dan coffee table, tempat tidur king-size, LED TV 55 inci, dan satu oversized armchair di dekat jendela. Nah, kali ini jendelanya menghadap ke arah JW Marriott Jakarta. Adanya TV di master bedroom juga jadi penolong, in case nih temen sekamarmu pengen nonton channel apa, tapi kamu pengen nonton channel yang lain. Eh, saya hampir lupa! Untuk palet warna sendiri, tipe Mayfair Suite mengusung warna-warna earthy, dengan dinding berwarna krem ke arah beige. Pencahayaan ruangan ke arah dim sebetulnya, tetapi membangun kesan mewah. Ranjang yang digunakan adalah two-poster bed. Nah, kalau biasanya ranjang dengan post atau tiang ini biasanya punya tiang di keempat sisinya, di sini tiang hanya ada di bagian headboard. Di atas tempat tidur sendiri, ada dua lukisan sebagai dekorasi ruangan. Secara keseluruhan, ruangan nggak terkesan kosong karena ada lebih banyak furnitur di sini. Waktu ke sini, ada empat orang yang ikut nginap. Karena kasur cukup besar, king bed bisa memuat tiga orang (kebetulan badannya pada kecil). Sementara itu, teman saya yang satu lagi tidur di sofa. In fact, keesokan harinya setelah berenang, saya sempet tidur siang dulu di sofa living area dan tidurnya pun nyaman. So, parah-parahnya sih kalau memang harus “keroyokan” banget tidur di satu unit, tipe Mayfair Suite ini bisa menampung 5 orang: 3 orang di kasur, 1 orang di sofa master bedroom, dan 1 orang di sofa living area. Kalau memang nggak mau tidur di sofa, rollover bed pun bisa dipesan dari hotel (dengan biaya tambahan). Saya rasa tipe ini cocok buat keluarga kecil yang punya 2 atau 3 anak.

IMG_20190616_171653
IMG_20190616_171658
IMG_20190616_171710
IMG_20190616_171423
IMG_20190616_175326

Oh, ya! Sebelum masuk ke master bedroom, ada semacam nook dengan counter yang memuat kulkas, coffee/tea maker, beragam pilihan kopi dan teh, dan dua piece cokelat. Yang satu milk chocolate, yang satu lagi dark chocolate. I LOVED BOTH OF THEM! Cokelat yang ini gratis, ya, tapi kalau minuman dan makanan yang ada di kulkas, dan wine yang tersedia sih harus bayar lagi. Nah di samping kiri area ini, baru ada walk-in closet. Ukuran ruangannya nggak begitu luas memang, tapi ukuran closet-nya sih cukup besar. Di sini juga ada ironing board dan setrika. Walk-in closet ini juga punya akses langsung ke master bath.

Kamar Mandi

Kamar mandi tipe Mayfair Suite di Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta menawarkan space yang besar. Ada area shower yang cukup besar, bathtub, dan his-and-hers sink. Untuk bathtub, posisinya ada di samping jendela besar yang menghadap ke JW Marriott Jakarta. Nah, di depan jendela ini sendiri ada semacam tembokan. Jadi, kalau badannya kurang tinggi atau duduknya kurang tegak, saya rasa nggak akan bisa berendam sambil lihat view (dan juga, view-nya cuman hotel tetangga so, yeah, not a really special thing). Nah, bathtub ini ternyata lebih besar dari dugaan saya. Ketika berendam, ternyata bathtub cukup dalam. Interior kamar mandi didominasi oleh marmer palet monokrom. Cukup mewah.

IMG_20190616_171630
IMG_20190616_171513

Hadirnya his-and-hers sink bikin tamu bisa pakai wastafel masing-masing. Cermin besar yang dipajang dipercantik dengan frame warna emas dan sepasang wall lamp bergaya modern classic. Produk mandi yang tersedia di Ritz-Carlton Jakarta adalah produk-produk line Purple Water dari Asprey, brand asal London. Aromanya nggak intense, cuman buat saya sih nggak begitu unik karena sepertinya pernah cium aroma serupa di tempat lain. Selain itu, di kamar mandi juga tersedia hair dryer, emery board (alat buat menghaluskan ujung kuku setelah digunting), korek kuping, dan perlengkapan pribadi lainnya.

IMG_20190616_171456
IMG_20190616_171448

Untuk area shower, ruang yang ada cukup luas. Di sini nggak ada rainshower, tapi ada shower permanen dan hand shower. Produk mandi yang ditawarkan masih dari Asprey. Untuk kloset, saya kurang suka posisinya karena di sampingnya, ada pintu geser menuju walk-in closet. Pintu ini memang ada kuncinya, cuman kalau sewaktu-waktu lupa kunci dan ada orang yang buka pintu sementara kita lagi do our business, kayaknya bakalan awkward banget.

Fasilitas Umum

Bicara soal fasilitas umum, ada banyak opsi yang tersedia di Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta. Di sini ada dua restoran, kolam renang, gym, spa, sauna, steam room, whirlpool, grand ballroom, meeting room, dan banyak lagi. Untuk tamu yang menempati kamar-kamar dengan akses Club Lounge, di lounge juga ada beberapa fasilitas tambahan. Yang paling baru, hotel ini punya Ozone Karaoke & Bar yang dibuka beberapa bulan setelah saya berkunjung. Jadi, ya saya nggak sempat ke sana. Saya mau bahas dulu dari fasilitas yang paling saya suka, Club Lounge.

Club Lounge

Berada di lantai 26, Club Lounge Ritz-Carlton Jakarta bisa dibilang salah satu executive lounge terbesar di Jakarta. Lounge ini bahkan punya extension di lantai 25 yang biasanya digunakan untuk tamu-tamu yang bawa anak-anak. Kalau mau ke sini, tamu wajib pakai sepatu dan pakaian berkerah (smart casual). Oh, ya. Pakai celana pendek juga nggak boleh. Waktu saya menginap, saya lihat satu tamu (orang asing) yang, karena dia pakai tank top, dia cuman “stuck” di reception dan ngobrol sama staf. Saya check-in di sini by the way.

IMG_20190617_103908

Club Lounge terasa makin lapang karena area-area utamanya nggak dipisahkan oleh tembok (ya, ada pilar atau tembok, tapi bukan tembok yang memanjang). Para tamu dengan akses ke executive lounge bisa sarapan di sini, menikmati camilan dan afternoon tea, dan pakai meeting room secara gratis selama 2 jam. Untuk benefit lengkapnya, bisa dibaca di sini. Yang jelas sih, menurut saya kalau memang dananya ada, coba pilih kamar dengan akses ke executive lounge ini karena it really is worth your money! Buat yang sering laper, daripada harus pesan makanan lagi dari luar, cukup ke sini aja. Pas sore, ada juga free flow wine dan beer.

IMG_20190616_165618
IMG_20190616_165637

Dining area utama berada nggak jauh dari reception area. Area ini cukup luas dan tampil hangat dalam balutan didning warna krem/beige, lantai karpet berwarna merah dengan motif keemasan, dan furnitur bergaya kontemporer. Secara keseluruhan, interior Club Lounge mengingatkan saya dengan interior ruang-ruang publik di RMS Queen Mary 2. Ada beberapa meja yang ditempatkan di sebelah jendela. Jadi, kalau ingin makan sambil liat view, pilih aja meja-meja ini. Area buffet ada di ujung dining area dan bicara soal ukuran, luasnya sih memang nggak seberapa kalau dibandingkan restoran-restoran utama di lantai lobi. Namun, saya suka karena selain tempat yang jauh lebih tenang, para staf yang bertugas juga memberikan personalized service. Soal service, nanti saya bahas di segmen khusus, ya.

IMG_20190617_082502

Oh, ya! Untuk menu sarapan, memang pilihan yang tersedia nggak sevariatif menu sarapan di Asia Restaurant. Namun, ya, untuk level executive lounge sih, menu yang ditawarkan sudah decent. Waktu sarapan, saya nggak banyak makan karena saat itu kondisinya masih nggak enak badan. Saya hanya ambil hashbrown potato dan sushi. Saya minta staf untuk buatkan scrambled egg. Untuk minuman, staf lounge berinisiatif kasih saya ginger tea. I really appreciated her gesture.

Beralih ke bagian lounge yang lain (kayaknya ini di sisi utara). Area ini bisa dibilang area perpustakaan yang lebih tenang. Di sini, ada banyak set sofa, kursi lengan, dan meja. Ada juga beberapa lemari yang memuat koleksi-koleksi buku. Di salah satu sisi ruangan, ada LED TV. Karena posisinya berada di ujung dining hall utama, area ini cocok banget buat baca buku atau ngobrol yang lebih serius bareng temen atau keluarga.  Ada satu hal yang menarik perhatian saya. Di tengah-tengah ruangan, ada end table dengan set papan catur di atasnya. Yang lebih unik adalah pion-pionnya terbuat dari kayu dan diukir dengan gaya ukiran khas Bali. Saya jadi ingat di rumah pun ada set catur seperti ini (dan skema warnanya mirip). Cuman, saya lupa wo baba simpan di mana, ya. Untuk pustaka bacaan, buku-buku yang tersedia beragam dari segi genre dan tahun keluaran. Bahkan, ada beberapa buku bahasa asing yang saya lihat di sini (saya nemu buku bahasa Jerman kalau nggak salah ingat). Sebetulnya, di area ini ada banyak lagi seating area yang lebih tersembunyi di antara dinding-dinding. I got to say it feels like a maze.

IMG_20190616_165749
IMG_20190617_092208
IMG_20190616_165725

Setelah sarapan, staf lounge menawarkan saya untuk coba fasilitas lain yang ada. Salah satunya adalah game room yang berada satu hallway dengan business center. Di game room ini ada meja bilyar dan televisi. Sementara untuk business room, ada beberapa komputer dan set meja kursi. Oh, ya! Ada juga mesin fotokopi. Masih di hallway yang sama, ada beberapa meeting room yang bisa digunakan tamu secara gratis selama dua jam per hari.

IMG_20190616_165806
Game room
IMG_20190617_092729
Game room
IMG_20190617_092820
Business center
IMG_20190617_092829
Business center
IMG_20190617_092841
Business center

Waktu saya berkunjung, kondisi ruangan-ruangan ini kosong. Memang pada saat itu, tamu yang datang ke Club Lounge juga nggak banyak. Jumlahnya bisa dihitung pakai jari. Momen itu saya manfaatkan akhirnya untuk lihat-lihat fasilitas yang ada dan foto-foto properti. Oh, ya! Hampir lupa, ‘kan! Di dekat dining hall utama, ada tangga panjang menuju lantai 25. Di lantai ini, ada satu area yang merupakan extension dari Club Lounge. Di lantai 25 sendiri, kamar-kamar yang ada merupakan tipe kamar dengan akses ke executive lounge. Di area ini, furnitur yang ada nggak banyak. Jadi, areanya luas banget (kayaknya sih kalau anak-anak bakalan senang lari-larian di sini). Ada beberapa set sofa dan meja, lemari besar, dan beberapa dekorasi lainnya. Langit-langit area ini setinggi dua lantai dan untuk pencahayaan, ada jendela-jendela setinggi dua lantai di salah satu sisinya. Di sini juga ada beberapa pot bambu setinggi dua lantai.

IMG_20190617_093158
IMG_20190617_093225
IMG_20190617_093407

Kolam Renang

Lantai 5 Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta bisa dibilang jadi pusatnya sebagian besar fasilitas hotel. Nah, salah satu fasilitas yang ada di lantai ini adalah kolam renang. Untuk mencapai kolam renang ini, tamu akan melewati semacam courtyard dengan air mancur cantik. Saya sempat sore-sore ke sini dan area taman ini rasanya romantis banget, apalagi pas golden hour matahari mulai terbenam. Saya sih menyebut area ini sebagai secret garden.

IMG_20190617_095840
IMG_20190616_173924

Untuk menuju kolam renang, tamu bisa mengikuti pathway atau nyelip ke lorong kecil menuju gym. Bicara soal kolam renang, ukurannya besar dan cukup panjang untuk bolak-balik satu lap. Area kolam dihiasi tanaman-tanaman tropis. Di salah satu sudut kolam, ada ring basket. Outdoor lounge chair dan parasol ditempatkan berjajar di salah satu sisi kolam yang menghadap ke area kebun. Bangunan di belakang barisan lounge chair ini adalah gym hotel. Sayangnya, saya nggak sempat masuk ke dalamnya dan olahraga karena masih nggak enak badan (tapi saya malah berenang. Nah loh!). Oh, ya. Bisa dilihat di gambar di bawah ini, di area kebun, ada sepasang tembokan dengan air mancur. Sepasang tembokan itu sebetulnya merupakan “gapura” menuju secret pool. Saya nggak sempat foto secret pool-nya, tapi itu menurut saya area kolam yang cukup romantis. Posisinya juga teduh dan tersembunyi, but it doesn’t mean it’s a shady place, ya (pun intended).

IMG_20190617_095942
IMG_20190617_095948
IMG_20190617_095954
IMG_20190617_100903

Di area kolam Ritz-Carlton Jakarta juga ada tiga gazebo untuk bersantai. Kadang-kadang gazebo ini dipakai untuk customer spa. Jadi, di sini tamu bisa dipijat. Area kolam renang ini juga dikelilingi oleh jogging track. Sebetulnya, secara pribadi sih, kayaknya saya akan lebih senang jogging keliling Mega Kuningan. Setelah berenang, saya dan teman-teman niatnya ingin santai di whirlpool, tetapi sayangnya saat itu area whirlpool, sauna, dan steam room sedang dalam renovasi. Namun, staf yang bertugas mengarahkan kami ke ruang ganti yang ternyata merupakan bagian dari spa hotel.

IMG_20190617_111405

Sebelum masuk ke loker, area ruang ganti, dan shower, saya harus melewati atrium yang cukup mewah dengan pencahayaan yang redup. Awalnya, saya sempat ragu karena takut tersesat. Thank God, saya berada di jalan yang benar. Ada empat shower di sini dan untungnya, saat itu hanya ada satu pengunjung lagi. Jadi, ya pas lah saya bertiga dengan teman-teman dan satu pengunjung lain. Kami tidak perlu berebut atau menunggu giliran pakai shower. Di ujung area ini, ada whirlpool dan (sepertinya) cold plunge pool, serta sauna dan steam room. Semuanya belum bisa dipakai karena dalam renovasi.

IMG_20190617_111238
IMG_20190617_111248
IMG_20190617_111301

Untuk area loker, lemari-lemari yang ada cukup banyak. Vanity table ada di sisi ruangan yang lain, lengkap dengan produk-produk perawatan pribadi seperti hair tonic, hairspray, korek kuping, body lotion, dan hair dryer. Kalau ingin pinjam handuk, kita bisa pinjam ke petugas yang ada di meja reception sebelum masuk ke area wastafel.

IMG_20190617_111213
IMG_20190617_111224

Nah, setelah selesai mandi dan ganti baju, saya dan teman-teman sempat nyantai dulu di ruang santai yang berada di dekat area loker. Di ruang santai ini, ada set kursi dan meja kopi, televisi, dan sepasang recliner. Ruangan ini punya jendela setinggi langit-langit yang menghadap ke arah taman kecil di luar. Setelah berenang, sebetulnya saya ngantuk banget dan tadinya ingin tiduran sebentar di recliner. Ujung-ujungnya, saya malah tidur siang di sofa living area kamar.

IMG_20190617_111348
IMG_20190617_111355

Asia Restaurant

Seperti yang sudah saya bilang, Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta punya dua restoran. Restoran yang dibuka untuk sarapan adalah Asia Restaurant. Kalau dari lobi, restoran ini berada di sayap kanan gedung. Saat saya berkunjung, waktu itu masih jam breakfast dan restoran cukup ramai (dan banyak anak-anak lari-lari ke sana kemari).

IMG_20190617_095435
IMG_20190617_095026
IMG_20190617_094809

Menu-menu yang disajikan sangat beragam, dari sajian Indonesia sampai internasional seperti Tiongkok dan India. Ada juga beberapa station untuk sajian Jepang dan Korea. Asia Restaurant mengusung konsep open kitchen. Jadi, waktu saya ke sana, saya juga bisa lihat para chef dan stafnya yang lagi memasak. Karena sudah sarapan di Club Lounge, saya nggak sarapan lagi di sini, meskipun memang menu-menu sarapan pada hari itu keliatannya menggoda selera. Dining hall utama di Asia Restaurant cukup luas. Set meja dan kursi makannya pun berbeda-beda jenisnya. Ada meja yang pakai empat kursi, ada juga yang pakai club chair melingkar. Interior restoran mengusung desain modern dan tampak mewah dengan penggunaan kisi-kisi berbahan logam berwarna platinum ash dengan kaca bertekstur. Sisi restoran yang dekat dengan jendela jadi area yang paling saya suka. Dengan kisi-kisi logam dan set meja dan kursi makan dengan skema warna hitam dan ash, area ini tampak paling stylish. Menurut saya, kisi-kisi logam ini juga merupakan modern rendition dari kisi-kisi khas Tionghoa yang biasanya dibuat dari kayu dan berwarna cokelat.

IMG_20190617_095214
IMG_20190617_095207

Asia Restaurant juga punya area yang lebih tertutup dan biasanya dipakai untuk acara-acara seperti pertemuan, seminar, rapat, atau semacamnya. Area ini tampil cantik dengan palet monokromatik plus redwood. Kisi-kisi logam juga masih terpasang di sana sini. Dinding pada salah satu sisi restoran dipasangi cermin yang tidak hanya memberikan efek luas, tetapi juga mewah.

Lobo Italian Bistro

Restoran kedua yang ada di Ritz-Carlton Jakarta adalah Lobo Italian Bistro. Posisinya berada di sisi kiri lobi. Menjelang masuk ke restoran, tamu bisa lihat pilihan wine yang dipajang.

IMG_20190616_215843

Bicara soal luas, Lobo nggak kalah besar dengan Asia Restaurant. Dari segi interior, desainnya lebih Eropa dibandingkan Asia. Secara pribadi sih, saya lebih suka desain interiornya Asia yang mencerminkan modern rendition dari desain-desain Asia, terutama dengan warna-warna earthy dan metal. Namun, ya, sesuai restorannya, wajar kalau desain yang lebih Eropa diterapkan di Lobo. Saya berkunjung ke sini malam-malam setelah makan bareng teman-teman. Jadi, kunjungan ke sini hanya untuk foto-foto properti. Namun, untuk menu, Lobo menyajikan beragam sajian Italia, termasuk piza dan pasta. Lobo sendiri suka ngadain promo menarik yang diunggah di Instagram resmi Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta. Waktu itu, saya lihat ada promo pizza dan bir. Ya, lumayan lah buat ngajak nongkrong teman. Untuk informasi lebih lanjut, coba follow dan pantengin Instagram-nya Ritz-Carlton Jakarta, ya!

IMG_20190616_215853
IMG_20190616_215907
IMG_20190616_220028

Bahas soal interior lagi. Meja-meja ditempatkan dalam jarak yang cukup besar. Kesan lapang jelas terlihat di sini, terutama karena jumlah furniturnya nggak sebanyak meja kursi di Asia Restaurant. Mengusung desain modern classic, palet merah, putih, krem, dan emas mendominasi interior restoran. Beberapa pohon artifisial ditempatkan di titik-titik tertentu. Di ujung main hall, terdapat bar dan grand piano.

IMG_20190616_215917
IMG_20190616_220009

Sebelumnya, saya sempat bilang bahwa sebelum masuk, kita bisa lihat beragam pilihan wine yang tersedia. Lobo Italian Bistro memang punya wine cellar. Kalau untuk promo wine sih saya nggak ingat, cuman yang saya ingat itu mereka pernah adakan promo beer dan piza, tapi kayaknya sih promo wine pun ada. Well, you’d better ask the staff . Restoran ini juga sebetulnya punya balkon alfresco yang menawarkan view sekitar hotel. Saya nggak sempat ke balkon ini karena sudah malam juga. Namun, balkon ini kelihatan kok dari jalan. Dengan ambiance yang lebih eksklusif, Lobo bisa jadi tempat yang pas untuk meet up sama teman sambil ngobrol dan ngemil di sore hari, terutama di area balkonnya.

Fasilitas Lain

Selain fasilitas-fasilitas yang disebutkan sebelumnya, Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta punya beberapa fasilitas lain. Untuk menggelar acara, misalnya, hotel ini punya lebih dari 20 ballroom & meeting room yang tersebar di lantai lower lobby, lantai dua, dan lantai tiga. Saya baca brosur resmi hotel dan ballroom terbesar yang ditawarkan hotel, The Ritz-Carlton Grand Ballroom memiliki luas 1.600 meter persegi dan bisa mengakomodasi sekitar 2.500 tamu. Sebetulnya, The Ritz-Carlton Grand Ballroom ini merupakan gabungan dari empat ballroom. Di belakang grand ballroom, ada foyer dengan luas 820 meter persegi. Oh, ya. Di hallway menuju Lobo Italian Restaurant, ada business center. Namun, di sini juga dijual beberapa suvenir dan aksesori.

IMG_20190616_215838

Salah satu spot Instagrammable di Ritz-Carlton Jakarta adalah grand lobby-nya. Lobi ini punya langit-langit setinggi tiga lantai dan grand staircase yang, bukan mengarah ke lantai atas, tapi ke lantai lower lobby. Tangga ini dikelilingi oleh pagar yang melingkar.

IMG_20190616_172543
IMG_20190617_135502

Di depan area resepsionis, ada dua pilar yang menahan balkon-balkon di dua lantai di atasnya. Kedua pilar tersebut dipasangi ottoman melingkar. Area resepsionis juga tampil cantik dengan chandelier modern yang cukup besar. Grand lobby ini, sesuai namanya, memang besar dan megah. Namun, buat saya secara pribadi, ada perasaan, umh… what’s the word… Kosong? Hampa? Dengan langit-langit setinggi tiga lantai dan struktur yang serba oversized, (terlalu) banyaknya ruang di sini bikin lobi terasa dingin dan kurang hangat, meskipun warna-warna earthy diterapkan di sana sini. Nevertheless, area ini tetap jadi kawasan yang Insta-worthy dan sayang untuk dilewatkan.

Untuk memudahkan bepergian, Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta menawarkan layanan shuttle van gratis ke beberapa tempat di kawasan Mega Kuningan, termasuk mal Lotte Shopping Avenue. Namun, layanan ini bersifat one-way. Jadi, waktu saya ke mal untuk makan, saya ke sana pakai van hotel. Pas pulang, saya cari taksi sendiri. Sistem one-way ini agak disayangkan, terutama kalau saya bandingkan dengan properti yang menawarkan antar-jemput gratis, dan bukan hanya one-way trip, seperti Four Seasons Jakarta but it is what it is. Setidaknya, layanan ini membantu.

Lokasi

Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta berada di Mega Kuningan, kawasan bisnis dan perkantoran yang terkenal di Jakarta. Kalau melihat dari lokasinya, hotel bintang 5 di Jakarta ini sebetulnya cocok untuk kalangan pebisnis, apalagi saat mempertimbangkan fasilitas-fasilitasnya. Beberapa tower perkantoran seperti The East, CoHive Menara Prima, dan BTPN Tower. Oh, ya! Di The East sendiri ada NET. TV. Jadi, kalau kebetulan lagi nginep di sini dan jalan-jalan di sekitar Mega Kuningan, ya, siapa tahu papasan sama artis.

Untuk transportasi, area ini memang nggak dilewati transportasi umum. Kalau mau pakai transportasi umum, harus jalan atau naik taksi/shuttle van ke at least jalan masuk Mega Kuningan di Jalan Dr. Satrio. Jadi, selama menginap di sini sih harus siap ke mana-mana pakai taksi atau kendaraan pribadi. Saya sendiri saat bepergian pakai taksi online dan shuttle van hotel. Ya, kalau mau jalan kaki sih sebetulnya bisa. Bisa banget. Cuman mungkin buat sebagian orang, jalan kaki dari Ritz-Carlton ke Dr. Satrio itu malesin. Ya, jujur sih kalau saya harus jalan kaki, kayaknya lumayan gempor juga berhubung kavling-kavling di sini ukurannya besar-besar.

Dari Stasiun Gambir, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu, mungkin 40-50 menit, ya, tergantung kondisi lalu lintas. Stasiun BNI City bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menitan. Ya, lagi-lagi semuanya tergantung kondisi lalu lintas.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Sekarang, bicara soal service di Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta. Pelayanan yang diberikan staf bagi saya mengesankan dan perlu diapresiasi, terutama para staf di Club Lounge. Seperti yang saya ceritain sebelumnya, saya berkunjung dalam kondisi kurang enak badan, dan yang saya apresiasi adalah kepekaan mereka terhadap kondisi saya. Kalau bahasa Koreanya sih ๋ˆˆ์น˜ ์žˆ๋‹ค (nun-chi itta). Mereka punya nunchi alias kepekaan. Pas baru tiba, misalnya, dan saya lagi keliling-kelling sendiri di sekitar kolam renang, saya sempat ngobrol sama staf yang bertugas di spa. Mereka tanya apa saya mau coba massage, tapi saya bilang nggak usah. Penawaran layanan massage ini sebetulnya, ya, menjual layanan, tapi yang saya apresiasi lagi adalah, setelah saya menolak pun, mereka tanya apakah saya mau teh jahe apa nggak, karena mereka bisa siapkan (for free).

IMG_20190616_165711

Kayaknya selama menginap, saya memang temenannya sama teh jahe. Waktu breakfast di Club Lounge, saya dilayani sama Mbak Dahlia. Saat ngobrol, saya bilang kalau saya masih agak meriang. Mbak Dahlia langsung siapkan teh jahe buat saya, tanpa saya minta. Sambil breakfast, saya ngobrol panjang lebar bareng Mbak Dahlia tentang bermacam-macam hal, terutama soal hotel dan benefit akses ke executive lounge. Staf-staf lain seperti Mas Diki, Mas Krisna, Mbak Andriyani, dan Mbak Tiara juga sangat ramah. Bahkan, waktu saya pulang, mereka sampai membawakan koper-koper saya dan teman-teman, dan mengantar kami sampai area drop off. Saya juga dibawakan teh jahe lagi untuk diminum di jalan. Kudos to you all!

Oh, ya! Ada juga staf yang bertugas di area kolam renang (bapak-bapak, tapi saya lupa namanya). Setelah berenang (padahal saya lagi meriang lho), saya tanya shower, whirlpool, dan ruang gantinya di mana. Staf tersebut bilang kalau whirlpool hotel sedang direnovasi. Uniknya (saya bilang unik ya), bapak ini bilang, “Tapi tenang aja, ya, Mas. Segala sesuatu itu pasti ada jalan keluarnya.” Si bapak menyarankan kami untuk pakai whirlpool di JW Marriott kalau mau, dan itu gratis. Cuman, ya, kayaknya repot ya kalau harus keluar hotel dan masuk ke hotel lain demi berendam air panas doang. Akhirnya, kami hanya diarahkan ke shower dan ruang ganti yang lokasinya ada di dekat spa.

Kesimpulan

I got what I expected. Salah satu mindset yang saya pakai ketika memesan hotel adalah ekspektasi saya biasanya mengikuti properti. Ya, gini deh. Let’s say kita menginap di hotel bintang dua, tapi kita mengharapkan fasilitas super mewah dan personalized service. ‘Kan nggak reasonable. Untuk Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta, apa yang saya dapatkan bisa dibilang sesuai ekspektasi. Bahkan, beberapa aspek melebihi ekspektasi.

IMG_20190617_135458

Untuk kamar, misalnya, saya cukup kaget karena tipe Mayfair Suite lebih luas dari bayangan saya. En-suite amenities yang disediakan cukup memuaskan. Saya punya ruang yang luas dan nyaman untuk menyambut teman-teman, dan bisa tetap menjaga privasi dan keamanan barang-barang. Produk mandi, cokelat, dan jendela besar di samping bathtub jadi sesuatu yang menambah kepuasan saya di kamar. Desain interior kamar memang tidak mengusung gaya yang terkini banget, tapi masih tetap mewah dan elegan. And the view from my room? It was amazing!

Agak disayangkan karena selama menginap, saya nggak banyak mencoba fasilitas yang tersedia di Ritz-Carlton Jakarta. Namun, kolam renang dan Club Lounge sudah saya cicipi. Fasilitas-fasilitas lainnya hanya saya kunjungi. Kayaknya, yang bikin saya ingin balik lagi adalah kolam renang hotel dan executive lounge-nya. Bisa dibilang itu adalah salah satu executive lounge terbesar di Jakarta, dengan ambiance yang lebih tenang dan eksklusif, pemandangan yang cantik, dan fasilitas yang mumpuni.ย  Oh, ya. Untuk yang seneng makan, menurut saya akses ke executive lounge ini bakalan menyenangkan. Di siang hari, ada light lunch. Sore-sore, kita bisa coba afternoon tea. Menjelang petang, ada free flow wine. Malam hari, ada dinner. Pagi-pagi, jelas ada sarapan. It’s worth your money.ย Keramahan staf juga menjadi hal yang bikin saya merasa nyaman, terutama dengan kondisi saya yang pada saat itu nggak enak badan. Staf-staf yang saya sebut di atas perlu diapresiasi atas keramahan dan kepekaannya.

Halaman Tripadvisor Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta menyebutkan bahwa rate hotel mulai dari 1,8 juta rupiah per malam. Kalau saya cek di Marriott Bonvoy sendiri sih, rate-nya memang naik turun. Kalau lagi hoki, bisa tuh dapat 1,75 juta sudah dengan pajak untuk tipe Grand Room. Tipe Mayfair Suite sendiri dilepas di kisaran 2,8-3 jutaan lebih sebetulnya. Saran saya sih rajin cek harga. Untuk tipe terkecil, dengan rate segitu saya rasa masih reasonable, terutama dengan fasilitas yang mantap jiwa. Sebagai salah satu hotel bintang 5 di Jakarta, Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta berhasil memberikan pengalaman menginap yang mengesankan buat saya.

Pros & Cons

๐Ÿ‘๐Ÿป Pros

  • Kamar memiliki ukuran yang luas. Bahkan, lebih luas dari ekspektasi. Untuk tipe Mayfair Suite (110 meter persegi), ada living area dan powder room terpisah. Teman yang berkunjung tidak perlu masuk ke kamar tidur utama kalau mau pakai kamar mandi.
  • Ada jendela besar di samping bathtub. Memang sih harus mendongak kalau mau lihat view, tapi adanya jendela di samping bathtub jadi hal yang saya suka.
  • Akses ke Club Lounge memberikan keuntungan yang sayang dilewatkan. Dari free flow wine di sore hari, sajian makanan sepanjang hari, sampai complimentary use of meeting room selama dua jam per hari, ada banyak benefit yang bisa didapatkan. View dari lounge juga cantik banget.
  • Kolam renang hotel besar dan cantik. Ada juga secret pool yang dikelilingi pohon-pohon rindang. Tiga gazebo berdiri di salah satu sisi kolam dan jadi tempat leha-leha yang cozy.
  • Staf-staf yang bertugas begitu ramah, terutama para staf di Club Lounge yang memberikan personalized service.
  • Ritz-Carlton Mega Kuningan Jakarta adalah salah satu hotel di Jakarta yang menawarkan kamar standar dengan ukuran terluas. Unit Grand Room, tipe terkecil hadir dengan luas 63 meter persegi.
  • Ada banyak spot Instagrammable di sini. Yang saya suka sih secret garden-nya.
  • Di antara hotel-hotel bintang 5 lainnya di Jakarta, starting rate yang ditawarkan masih reasonable dan lebih terjangkau, terutama saat mempertimbangkan fasilitas yang ada di properti.

๐Ÿ‘Ž๐Ÿป Cons

  • Faktor lokasi: kalau nggak bawa kendaraan pribadi, pergi ke mana-mana agak repot. Mau nggak mau harus pakai taksi. Kalau mau jalan, ya, bisa aja sih, cuman memang jaraknya lumayan jauh.
  • Layanan shuttle van gratis hanya menerima one-way trip. Berangkat diantar, pulang ke hotel harus cari kendaraan sendiri.
  • Desain interior kamar memang bukan yang paling baru, mengingat hotel ini sendiri sudah berdiri cukup lama. Sebetulnya, ini bukan masalah buat saya. Hanya saja, mungkin buat sebagian orang, bisa kelihatan dari interior kamar bahwa hotel ini lebih “lawas” dibandingkan hotel-hotel bintang 5 lainnya. Grand lobby hotel memang tampil keren dan megah dengan langit-langit setinggi tiga lantai, tapi saya melihat kesan braggadocious.
  • Posisi kloset yang bersebelahan dengan pintu menuju walk-in closet di kamar mandi ini, apa ya, agak awkward menurut saya.

Penilaian

Kenyamanan: ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ
Desain: ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜ถ
Lokasi: ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉโšช๏ธ
Harga: ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ

Review: The Mayflower Jakarta – Marriott Executive Apartments

Karena kerjaan saya udah pada beres, akhirnya hari Sabtu bisa bersantai sambil nulis review. Seminggu kemarin ini, saya memang sengaja beresin kerjaan sesegera mungkin dan ternyata Tuhan mengizinkan kerjaan untuk cepat beres. Jadi, sekarang saya bisa back to the business.

Nah, untuk tulisan kali ini, saya mau mengulas salah satu serviced apartment di Jakarta. Saya rasa saya belum banyak ngulas serviced apartment, padahal sebetulnya saya udah pernah berkunjung ke beberapa properti. Yang udah saya tulis ulasannya sih Ascott Sudirman, tapi sebetulnya sebelum ke sana, saya pun udah pernah berkunjung ke beberapa properti, seperti Somerset Grand Citra dan Aston Kuningan Suites. Hanya saja, kalau untuk ulasan, saya lebih suka datang langsung ke tempatnya dan ambil foto propertinya. Waktu berkunjung ke dua properti itu, saya nggak banyak ambil foto so bisa dibilang materinya kurang komprehensif, and I want to give something better to my readers.

Oh, ya, kunjungan saya ke properti ini bisa dibilang sangat mengesankan. Terima kasih banyak buat teman-teman saya yang diam-diam ternyata bersekongkol dengan pihak properti, saya dikasih kejutan ulang tahun! Padahal, ulang tahun saya itu udah lewat sekitar 2 mingguan.

IMG_20190615_154837
Kolam renang The Mayflower Jakarta. Foto milik pribadi

The Mayflower Jakarta – Marriott Executive Apartments berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower Jl. Jenderal Sudirman Kav. 76-78, Kuningan, Jakarta Selatan. Dari segi lokasi, properti ini bisa jadi opsi yang mumpuni karena ke daerah Kuningan dekat, ke daerah Thamrin juga lumayan dekat. Ditambah lagi, Stasiun MRT Setiabudhi Astra ada tepat di depan properti. Jadi, ke mana-mana gampang lah ya. The Mayflower Jakarta ini merupakan salah satu serviced apartment punya Marriott yang ada di Jakarta, selain The Residences at The Ritz-Carlton Pacific Place.

Kalau baca informasi dari Tripadvisor sih, ada 96 unit apartemen di The Mayflower Jakarta. Nah, 96 unit tersebut terbagi ke dalam 6 tipe, yaitu One-Bedroom Superior Suite, One-Bedroom Deluxe Suite, One-Bedroom Executive Suite, Two-Bedroom Deluxe Suite, Two-Bedroom Executive Suite, dan Three-Bedroom Executive Suite. Untuk fasilitas umum, serviced apartment ini punya gym, studio senam, kolam renang dalam ruangan, steam room, sauna, restoran, dan spa. Menurut saya sih udah lengkap fasilitas yang tersedia untuk para pengunjung, apa lagi kolam renangnya. Wih! Saya suka banget kolam renang di sini. Selain besar, view-nya keren banget, meskipun memang enclosed.ย 

Ketika berkunjung, saya dan teman-teman menginap di unit Two-Bedroom Deluxe Suite. Pada awalnya, yang menginap itu hanya berempat, tapi ujung-ujungnya malah jadi tujuh orang karena malam harinya saya ada makan malam sama teman-teman, dan ada tiga orang yang akhirnya ikut nginap karena kemalaman. Pembahasan lengkap termasuk kejutan ulang tahunnya saya ceritakan di segmen berikutnya, ya!

Desain Apartment
Living & Dining Area

Dengan luas 106 meter persegi, unit Two-Bedroom Deluxe Suite saya terasa lapang, bahkan untuk menjamu teman-teman yang datang. Apartemen ini punya kitchenette, ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan, master bedroom dengan en-suite bathroom, kamar tidur kedua, dan kamar mandi bersama.

IMG_20190615_132910

IMG_20190615_132920

Untuk ruang keluarga sendiri, space yang ada bisa dibilang luas. Jarak dari ujung sofa yang berada di depan jendela ke TV stand cukup besar. Saya dan Haikal malahan bisa latihan freestyle untuk main Pump It Up! di Funworld Grand Indonesia. Ada dua sofa untuk tiga sampai empat orang, satu armchair, dan coffee table. Ruang keluarga ini bisa menampung sekitar 7-8 orang kira-kira, atau lebih kalau ambil kursi dari ruang makan. Di ruang makan sendiri, hanya ada meja makan lingkaran dan 4 kursi makan.

Secara keseluruhan, interior ruang keluarga, ruang makan, dan kitchenette mengusung desain modern atau kontemporer. Namun, palet warna dan desain secara keseluruhan apartemen tidak begitu spesial dan cenderung “polos” dengan dominasi warna putih di dinding, tanpa aksen atau paneling. Sepintas, saya malah jadi ingat showroomย unit apartemen-apartemen yang suka ditampilkan di mal. Lantai unit menggunakan marmer warna gading. Seandainya warnanya lebih gelap atau flooring-nya diganti sama parket, saya rasa akan ada semacam kontras biar ruangan nggak terkesan monoton. Sofa di ruang keluarga mengingatkan saya sama salah satu sofa termahal yang ada di base game The Sims 3, dengan warna yang sama. Furnitur di ruang keluarga dan ruang makan sebetulnya mirip-mirip sih, semacam satu paket.

Nah, di malam hari, pencahayaan ruang keluarga dan ruang makan ini cenderung redup. Saya jujur kurang suka suasana yang redup, tapi kalau buka sheer, kita bisa menikmati pemandangan kota yang keren banget. Posisi apartemen saya berada di sudut utara gedung, jadi saya dapat view ke Jalan Sudirman, baik di depan gedung maupun jalan menuju kawasan Bundaran HI.

IMG_20190615_132935

IMG_20190615_133000

Untuk kitchenette, peralatan yang tersedia sudah lengkap. Ada kompor induksi, bak cuci, oven, coffee maker, toaster, dishwasher, dan kulkas. Peralatan makan dan memasak disimpan dengan rapi di dalam counter dan overhead cabinet. Di samping kulkas juga ada dispenser air minum yang keliatan “jadul” dibandingkan perlengkapan dapur lainnya. Ini nggak jadi masalah sih buat saya dan teman-teman.

Nah, di unit saya juga ada mesin cuci dan ironing board yang disembunyikan dengan apik di dalam lemari di hallway menuju pintu keluar. Mesin cuci front load ini juga dilengkapi detergen. Jadi, saya nggak perlu beli lagi detergen ketika mau cuci atau keringkan pakaian.

IMG_20190615_142131

Nah, sekitar setengah jam setelah tiba di apartemen, pintu depan diketuk. Ketika dibuka, ternyata beberapa staf The Mayflower Jakarta datang untuk kasih selamat ulang tahun sambil bawa kue dan nyanyi bersama. Wah! Saya senang banget rasanya! Di kartu ada nama-nama stafnya tapi karena tulisannya kecil, saya nggak begitu bisa bacanya. Ada Ms. Pricilla, Mr. Daniel, Ms. Regina, Pa Supri. Kalau ada yang kelewat, aduh maaf karena nggak kebaca he he. Terima kasih banyak atas kejutannya! Saya senang sekali.

Kamar Tidur

Unit apartemen saya punya dua kamar tidur. Master bedroom dilengkapi king-size bed, TV, meja kerja, dan lemari pakaian yang cukup besar. Selain itu, posisinya ada di sudut gedung jadi saya bisa dapat dua view dari kamar.

IMG_20190615_133433

IMG_20190615_133443

Interior kamar mengusung desain yang kurang lebih sama dengan interior ruangan lain di apartemen. Di sini, flooring menggunakan lantai parket untuk membangun atmosfer yang lebih hangat. Warna-warna kayu juga lebih menonjol di sini dibandingkan di ruang keluarga dan ruang makan. King-size bed di kamar utama cukup untuk tiga orang, apalagi badan saya kan kecil. Jarak dari ujung tempat tidur ke TV stand memang sempit, tapi nggak jadi masalah. Malahan, saya nggak nonton TV yang ada di kamar dan justru nonton TV yang ada di ruang keluarga.

Di atas meja kerja, ada lampu dengan patung kuda yang menarik perhatian saya. Desainnya mengingatkan saya sama lampu-lampu meja bergaya modern klasik yang cukup terkenal di tahun 2000-an. Entah kenapa, kalau lihat sinetron-sinetron yang menampilkan rumah-rumah orang kaya di era tahun 2000-an, ada aja patung atau hiasan berbentuk kuda. Oh ya, dari jendela kamar, saya bisa lihat gedung-gedung “tetangga” di Jalan Jenderal Sudirman, termasuk Astra Tower dan AYANA Midplaza.

IMG_20190615_133527

IMG_20190615_133509

Untuk kamar kedua, ukurannya lebih kecil dengan jendela menghadap ke arah utara. Jadi, di kamar ini, kita bisa menikmati view ke arah Bundaran HI (meskipun bundarannya sendiri nggak keliatan). Kamar ini dilengkapi queen-size bed, dua lemari pakaian, dan TV. Secara keseluruhan, unit apartemen ini punya tiga TV, dengan TV yang paling besar ditempatkan di ruang keluarga. Ini cocok banget buat saya yang suka rebutan channel TV ketika liburan sama keluarga atau teman-teman.

Kamar kedua pun menggunakan parket sebagai flooring untuk membangun atmosfer yang lebih hangat. Kedua kamar punya pencahayaan yang baik di malam hari. Nah, kalau di kamar kedua, lemari pakaiannya ini bukan semacam walk-in closet. Selain itu, warnanya agak nabrak dengan warna furnitur lain yang gelap. Desainnya pun biasa-biasa saja, meskipun hal ini nggak jadi masalah, baik untuk saya maupun teman-teman yang lain. Oh ya, di kamar kedua ini nggak ada meja kerja. Jadi, kalau kebagian kamar ini dan harus kerja, mungkin bisa kerja di ruang keluarga atau ruang makan. Selain itu, di kamar ini, stopkontaknya nggak banyak.

IMG_20190615_133325

IMG_20190615_133339

IMG_20190615_133348

Kamar Mandi

Unit Two-Bedroom Deluxe Suite di The Mayflower Jakarta ini punya dua full bath. Satu kamar mandi ada di dalam kamar tidur utama. Sementara itu, satu kamar mandi lagi posisinya berseberangan dengan kamar kedua. Master bath dilengkapi dengan bathtub, sementara kamar mandi bersama dilengkapi shower.

IMG_20190615_133555

IMG_20190615_133544

Di kamar mandi utama, hanya ada satu wastafel. Sebetulnya, ini agak disayangkan karena kalau ada his-and-hers sink, tamu pasangan nggak perlu rebutan wastafel, terutama mengingat The Mayflower Jakarta ini termasuk properti bintang lima. Meskipun demikian, hair dryer, vanity mirror, produk mandi, dan beragam handuk tetap tersedia.

Tampil elegan dalam balutan marmer berwarna gading, master bath dilengkapi bathtub yang ditempatkan di samping jendela yang menghadap ke Jalan Sudirman. Bathtub-nya sendiri nggak begitu besar, tetapi cukup dalam. Di sore atau malam hari, view dari jendela ini keren banget. Berendam dan relaksasi di sini malam hari tuh asyik banget! Ada semacam tembokan juga di samping jendela yang bisa dipakai buat duduk dan foto-foto buat Instagram, seperti foto-foto yang banyak diunggah para tamu The Mayflower Jakarta.

IMG_20190615_133540

Oh ya! Satu hal yang harus diingat adalah di kamar mandi ini, keset hanya ada satu dan ditempatkan di dekat pintu. Karena berbahan marmer, lantai kamar mandi jadi licin banget ketika basah. Saya hampir kepeleset ketika keluar shower. Saran saya adalah kesetnya di bawa ke dekat bathtub atau shower ketika mau mandi. Agak repot sih, tapi lebih baik aman daripada celaka. Di satu sisi, full marble bath ini tampak elegan. Di sisi lain, aspek keselamatan jadi korbannya.

Untuk kamar mandi kedua, ukurannya lebih kecil karena nggak ada bathtub. Di kamar mandi ini, hanya ada shower aja, dan itu pun bukan rainshower. Perlengkapan seperti vanity mirror dan hair dryer pun nggak ada di kamar mandi ini, tapi nggak jadi masalah karena bisa pakai hair dryer di kamar mandi utama. Ah, saya lupa foto, tapi di samping shower box, sebetulnya ada half wall yang memisahkan area shower dengan satu space kosong. Mungkin dulunya mau dipasang sesuatu, tapi akhirnya nggak jadi. Tidak bermasalah, cuman memang bikin gereget aja sih ketika dilihat.

IMG_20190615_133251

IMG_20190615_133303

Fasilitas Umum
Kolam Renang

Nah, ini nih fasilitas unggulan The Mayflower Jakarta yang wajib dicoba dan sayang banget kalau dilewatkan. Kolam renang di serviced apartment ini punya ukuran setengah olimpik dan ini pun udah luas banget! Kebayang ‘kan kalau ada olympic-size pool di sini besarnya kayak gimana. Kedalamannya memang hanya 1,2 meter, tapi luas kolamnya itu loh yang bikin saya senang banget. Di sisi barat kolam, berjajar recliner dan meja-meja untuk para tamu. Posisi recliner dan meja ini membelakangi floor-to-ceiling window yang menghadap ke Jalan Jenderal Sudirman. Kece banget!

IMG_20190615_154936

IMG_20190615_154837

Oh ya, di sini nggak hanya ada kolam dewasa, tapi ada juga kolam anak di sisi selatan. Di sisi utara kolam dewasa, ada dua jacuzzi yang bisa dipakai (saya lupa ambil fotonya). Nah, kedua jacuzzi ini juga mantap jiwa dan bisa jadi spot yang Instagrammable karena berada di samping jendela yang menghadap ke arah utara (Bundaran HI). Kebayang ‘kan habis capek berenang, bisa berendam di jacuzzi sama teman-teman sambil ngobrol dan menikmati pemandangan kota. Kolam renang dan jacuzzi ini buka dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam setiap hari. Di sini juga nggak ada penjaga. Jadi, tetap awasi adik-adiknya ya kalau berenang di sini.

IMG_20190615_154800

Ruang ganti pakaian berada di dekat area reception kolam renang dan spa. Ruangannya cukup besar, dan dilengkapi steam room dan sauna. Sehabis berenang, saya dan teman-teman coba steam room di sini. Sambil ngobrol-ngobrol, kami keluarin banyak keringat, ya hitung-hitung berkeringat karena selama ini jarang olahraga. Untuk sauna, saya coba sendiri, tapi hanya bertahan selama sekitar 10 menitan karena udah terlanjur gerah di steam room.

IMG_20190615_165738

IMG_20190615_165756

Ruang ganti ini punya cukup banyak loker. Untuk shower box, hanya ada 4 kubikel, tetapi waktu itu kolam renang lagi sepi. Jadi, nggak ada acara ngantri buat mandi. Di area wastafel disediakan perlengkapan seperti korek kuping, kapas, hair dryer, dan parfum. Oh ya, ruang ganti ini juga dipakai sama orang-orang yang habis nge-gym.

IMG_20190615_165714

IMG_20190615_165724

IMG_20190615_165810

Gym

Berlokasi di area yang sama dengan kolam renang, gym di The Mayflower Jakarta menawarkan pengalaman berolahraga dengan pemandangan kota Jakarta yang memukau. Untuk menuju gym, kita harus naik tangga dulu yang bisa diakses dari studio senam. Studio senamnya sendiri luas banget. Hanya saja, karena posisinya di sudut ruangan, cerminnya dipasang di satu sudut saja (sisi timur). Padahal, biasanya kan studio senam itu cerminnya di mana-mana. Studio ini juga dilengkapi stereo system. Jadi, pas lah buat latihan K-pop dance atau sekadar joget poco-poco. Saya sih sempet latihan dance di sini sebelum main ke gym.

IMG_20190615_172309

Untuk gym sendiri, ukurannya cukup luas, dengan peralatan olahraga kardio ditempatkan di dekat jendela yang menghadap ke arah selatan. Asyik banget rasanya ketika lari di atas treadmill, kita bisa dengerin lagu kesukaan sambil lihat view kota yang bagus. Mantap jiwa deh! Di dekat area kardio juga ada dispenser air minum dan keranjang handuk kotor.

IMG_20190615_172624

IMG_20190615_172324

Perlengkapan angkat beban ada di sisi timur ruangan. Area ini pakai rubber mat sebagai flooring untuk mencegah kepeleset, dan dinding di kedua sisi ruangan dipasangi cermin. Mungkin supaya bisa sambil mengagumi bentuk tubuh yang udah jadi sambil olahraga ya, atau sambil mirrorย selfie ala ala di gym. Secara keseluruhan, perlengkapan olahraga di gym sudah lengkap dan banyak sehingga tamu nggak perlu rebutan atau nunggu terlalu lama saat mau pakai salah satu alat.

IMG_20190615_172709

IMG_20190615_172658

The Cafe

Bertempat di lantai lobi, The Cafe merupakan dining venue di The Mayflower Jakarta yang menyajikan menu sarapan, makan siang, dan makan malam. Lokasinya berhadapan dengan area resepsionis. Kafe/restoran ini ukurannya menurut saya nggak begitu besar, tetapi jumlah mejanya cukup banyak. Hanya saja, mungkin nggak bisa menampung banyak tamu ketika tingkat occupancy properti lagi tinggi banget. Saya nggak sarapan di sana. Jadi, nggak tahu seperti apa kondisi restoran ketika jam sarapan. Hanya ya itu tadi, saya membayangkan restoran nggak bisa menampung semua tamu ketika tingkat occupancy sedang sangat tinggi, dan nggak tahu deh nanti para tamu yang nggak kebagian kursi, duduknya di mana.

Saya jadi ingat waktu menginap di Aryaduta Bandung bulan Januari kemarin ini. Tingkat occupancy hotel sedang sangat tinggi. Walhasil, untuk sarapan pun saya harus masuk daftar waiting list. Terlepas dari space restoran yang luas dan banyaknya tempat duduk, saya bahkan kesulitan cari meja kosong dan harus dibantu oleh staf di sana. Beberapa tamu malah diarahkan ke ruang VIP yang biasanya digunakan untuk momen tertentu.

IMG_20190615_132346

Di ujung restoran, ada bar untuk pesan beragam minuman.ย Dari segi interior, The Cafe tampil elegan dalam balutan warna-warna earthy dan furnitur bergaya kontemporer. Interiornya sendiri senada dengan interior lobi yang tampil cantik dengan double-height ceiling. Di samping The Cafe, ada eskalator menuju area parkir. Sebetulnya, akses masuk The Mayflower Jakarta ini ada dua, lewat area parkir dan lobi Indofood Tower (pintu masuk dari Jalan Jenderal Sudirman).

IMG_20190616_162141

IMG_20190615_132404

Lokasi

Bicara soal faktor lokasi, The Mayflower Jakarta merupakan properti yang strategis. Berada di Jalan Jenderal Sudirman, properti ini bisa jadi pilihan yang pas untuk kalangan pebisnis maupun wisatawan. Di lantai lobi Indofood Tower memang ada beberapa restoran, tetapi sayangnya pada tutup di hari Minggu. Cari minimarket pun agak susah dan minimarket terdekat ada di Jalan Setiabudhi Barat, di belakang kawasan Sudirman Plaza. Untuk ke sana, kita bisa jalan kaki dalam jarak yang nanggung–dekat nggak, jauh juga nggak, tapi jaraknya bikin males jalan kaki.

Di depan Indofood Tower, ada Stasiun MRT Setiabudhi Astra yang bisa membawa kita ke Bundaran HI atau kawasan Senayan. Hadirnya mode transportasi ini bisa jadi alternatif yang efektif, terutama ketika kondisi lalu lintas lagi padat banget. Selain itu, karena bertempat di Jalan Jenderal Sudirman, di hari Minggu kita bisa turun langsung ke jalanan buat menikmati Car Free Day. Saya dan teman-teman jalan pagi di ajang Car Free Day sambil cari sarapan dan menikmati suasana pagi Jakarta yang ternyata jam 9 aja udah kerasa gerah.

Mengingat lokasi minimarket cukup jauh dari properti, saran saya sih kalau kebetulan lagi ke mal atau toko swalayan, sekalian aja beli bahan-bahan masak. The Mayflower Jakarta menghadirkan kitchenette di setiap unit apartemen yang bisa kita manfaatin buat masak sendiri. Lumayan ‘kan bisa hemat juga.

Kesimpulan

Urban retreat. Entah kenapa frasa itu yang muncul di pikiran saya untuk menggambarkan The Mayflower Jakarta. Kalau cari properti di pusat kota untuk berlibur, saya rasa properti ini bisa jadi pilihan yang tepat. Untuk urusan bisnis, serviced apartment ini menawarkan akses cepat ke area perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman. Untuk liburan, kawasan Bundaran HI yang ikonik juga hanya berjarak sekitar 10-15 menitan. Ditambah lagi, ada Stasiun MRT Setiabudhi Astra yang memudahkan kita untuk bepergian, terutama ketika kondisi lalu lintas lagi nggak bersahabat. Hanya saja, di properti nggak ada minimarket dan untuk menuju minimarket terdekat, kita harus jalan kaki cukup jauh ke Jalan Setiabudhi Barat. Kurang praktis sih, terutama ketika kita perlu beli jajanan atau makanan di malam hari.

Dari segi interior, sayangnya saya nggak menemukan sesuatu yang spesial. Rasanya ya kayak berkunjung ke apartemen modern aja. Bagus memang, tapi nggak spesial sehingga tidak meninggalkan kesan yang mendalam. At least, in-room amenities berfungsi dengan baik dan ruangan pun tidak menampilkan kerusakan. View dari berbagai ruangan di unit apartemen juga keren dan memukau. Ditambah lagi, ukuran apartemen yang luas sehingga cocok untuk menerima tamu, terutama untuk acara kumpul-kumpul atau pesta.

Fasilitas umum The Mayflower Jakarta sangat mumpuni. Ketika saya baca tanggapan dari pihak properti di review saya di Tripadvisor, mereka mengatakan bahwa kolam renang indoor-nya in fact merupakan yang terbesar di Jakarta. No wonder karena memang ukurannya pun luas. Setengah olimpik itu besar loh, terutama untuk kolam renang yang dibangun di dalam gedung bertingkat. Studio senam dan gym-nya pun mengesankan dan menawarkan pemandangan kota yang mengagumkan. Saya bisa bilang bahwa salah satu daya tarik properti ini adalah pemandangan kota yang bisa dinikmati dari berbagai fasilitas.

Satu hal lagi yang saya perhatikan adalah dining venue di properti. Dengan ukuran yang bisa dibilang kecil, saya agak ragu bahwa restoran bisa menampung semua tamu ketika tingkat occupancy properti sedang sangat tinggi. The Mayflower Jakarta punya lebih dari 90 unit apartemen, dengan kapasitas 2-8 orang. Kalau dihitung rata-rata menjadi 5 orang per unit, saya rasa akan banyak tamu yang masuk waiting list untuk sarapan di pagi hari.

Dengan rate mulai dari sekitar 1 juta rupiah (harga nett, untuk unit terkecil berdasarkan info rate dari Marriott Bonvoy), The Mayflower Jakarta layak diperhitungkan. Untuk unit apartemen lengkap, rate segitu menurut saya masih terjangkau, apa lagi dengan view kota yang keren dan fasilitas berkelas. Unit yang saya pesan sendiri kemarin itu ditawarkan dengan harga sekitar 1,2 juta rupiah per malam (mungkin karena lagi low seasons ya). Tentunya, rate 1,2 juta per malam untuk apartemen dua kamar itu a big steal lah! Akhir kata, properti ini bisa menjadi pilihan luxury affordable bagi kalangan pebisnis maupun wisatawan yang ingin menikmati fasilitas bintang lima dan pemandangan khas kehidupan urban yang mengagumkan di pusat kota Jakarta dengan harga yang bersahabat.

Pros & Cons

๐Ÿ‘๐Ÿปย Pros

  • Ukuran apartemen terbilang luas di kelasnya. Meskipun hanya memiliki 2 kamar untuk (maksimal) 5 orang, ruang keluarga unit saya cukup luas dan bisa menampung 7-8 tamu. Cocok untuk kumpul-kumpul atau pesta. Bahkan, mungkin bisa bawa sampai 10 orang kalau kepepet banget sih (if you don’t mind sleeping on the couch).
  • The Mayflower Jakarta punya kolam renang indoor terluas di Jakarta. Sejauh ini, saya pernah ke beberapa properti di Jakarta yang punya kolam renang dalam ruangan di gedung bertingkat, tetapi nggak ada yang seluas kolam renang di sini.
  • Ada dua jacuzzi di area kolam renang, masing-masing menawarkan pemandangan kota yang keren.
  • Studio senam di sini pun saya rasa jauh lebih besar dibandingkan studio di properti-properti lain yang pernah saya kunjungi.
  • Gym properti menawarkan pengalaman berolahraga ditemani pemandangan kota yang memukau. Cocok lah buat yang bosan lari di atas treadmill tanpa ngeliat view keren.
  • Lokasi properti sangat strategis. Di depan Indofood Tower banget ada Stasiun MRT Setiabudhi Astra. Selain itu, properti ini juga dikelilingi banyak gedung perkantoran sehingga pas untuk kalangan pebisnis.
  • Masih berkaitan dengan lokasi, di hari Minggu tamu bisa menikmati ajang car free day dengan langsung ke Jalan Jenderal Sudirman di depan Indofood Tower.
  • Rate-nya terbilang terjangkau. Unit terkecil bisa dipesan dengan harga sekitar 1 juta rupiah (pemesanan bisa dilakukan via aplikasi Marriott Bonvoy atau online travel agent).

๐Ÿ‘Ž๐Ÿปย Cons

  • Desain interior unit apartemen tidak begitu spesial. Bagus, tapi tidak sampai memberikan kesan yang membekas (halah bahasa gue).
  • Restoran properti dirasa terlalu kecil, terutama jika dibandingkan jumlah tamu yang banyak.
  • Minimarket terdekat jaraknya cukup jauh dari properti. Kalau jalan kaki, jaraknya ya lumayan bikin malas sih.
Penilaian

Kenyamanan: ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜ถ
Desain: ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†โšช๏ธ
Lokasi: ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿ˜ถ
Harga: ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ

Review: Four Seasons Jakarta

Wah, tak terasa ya sudah masuk kerja lagi. Rasanya masih ingin liburan dan saya masih dalam fase transisi ke rutinitas setelah kemarin ini libur Lebaran dan menikmati euforia ulang tahun yang bisa dibilang cukup panjang (sebetulnya ini masih belum bisa move on dari euforianya).

Nah, berhubung saya sebut-sebut ulang tahun, di tulisan ini saya akan bahas satu properti di bilangan Jakarta Selatan yang saya kunjungi untuk kabur sekalian merayakan ulang tahun. Ulang tahun ke berapanya nggak perlu saya sebut, tapi yang jelas saya sangat menikmati kunjungan ke properti ini. Dari mulai check-in, istirahat, sampai check-out, saya benar-benar menikmati liburan singkat di sini. Harapannya sih ingin tinggal lebih lama, tapi apa daya masih ada bahan review lain yang harus dikunjungi. Hopefully, I can stay longer there in the near future.

four seasons jakarta
Four Seasons Jakarta. Foto milik pihak manajemen

Four Seasons Jakarta adalah akomodasi bintang lima yang Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 18 Capital Place, Jakarta. Seperti alamatnya, hotel ini berada satu lokasi dengan gedung perkantoran Capital Place. Secara pribadi, bisa saya bilang kalau Four Seasons Jakarta merupakan salah satu hotel mewah Jakarta yang terbaik di kelasnya, dan ini bukan tanpa alasan (atau seenggaknya, bukan untuk alasan klise macam “hotelnya ‘kan bintang lima”).

Buat yang tinggal di Jakarta, mungkin tahu kalau Four Seasons Jakarta sendiri dulunya berada di bilangan Setiabudhi. Di tahun 2016 kalau nggak salah dengar, hotel ini pindah ke Gatot Subroto dan lokasinya yang dulu sekarang ditempati oleh soon-to-be St. Regis Jakarta. Di belakang lokasi pembangunan St. Regis sendiri ada Four Seasons Residence.

Ada 125 suite room di properti ini yang terbagi ke dalam dua kategori utama: Suite dan Specialty Suite. Untuk kategori Suite sendiri ya, sesuai dengan namanya, merupakan kamar suite “standar” mereka (tapi ya, se-standar standar-nya Four Seasons, tetap aja fasilitasnya mewah dan berkelas). Untuk kategori Suite ini dibagi lagi jadi tiga tipe: Executive Suite, Deluxe Suite, dan Club Premier Suite (yang ini tuh corner room). Kalau untuk Specialty Suite sendiri dibagi jadi dua tipe: Ambassador Suite dan Presidential Suite.

Sebagai fasilitas umum untuk pengunjung, Four Seasons Jakarta punya dua restoran, satu bar, satu patisserie, kolam renang, gym, spa, salon, barbershop, business center, meeting room, dan ballrom, dengan opsi terbesar yang bisa mengakomodasi maksimal 650 tamu. Hotel ini juga menawarkan layanan shuttle van gratis ke beberapa tempat di kawasan SCBD dan Senayan. Pemesanannya bisa lewat telepon atau aplikasi Four Seasons di HP.

Waktu menginap di Four Seasons Jakarta, saya pesan kamar Deluxe Suite di lantai 15 dengan view ke arah Jalan Gatot Subroto. Menurut staf hotel sendiri, kamar saya itu merupakan salah satu kamar dengan view terbaik (duh, jadi senang ‘kan). Ditambah lagi, Ms. Dika, Guest Experience Supervisor secara personal mengantar kami ke kamar, kasih lihat kejutan yang sudah disiapkan di kamar untuk saya, dan ngajak kami tur keliling hotel untuk lihat-lihat berbagai fasilitas yang ada sambil cerita banyak tentang hotel dan topik-topik random. Intinya sih kunjungan saya ke Four Seasons Jakarta sangat menyenangkan! Cocok buat saya yang sering mengalami stres ini. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya ya!

Desain Kamar

Salah satu alasan terbesar saya memilih hotel ini untuk merayakan ulang tahun adalah desainnya. If you’re looking for a luxury, Four Seasons Jakarta is one of the answers! Ini bukan paid promotion; ini murni komentar saya sebagai interior design enthusiast, hotel reviewer, dan The Sims player. Dengan luas 62 meter persegi, Deluxe Room yang saya tempati terasa lapang. Bahkan, ketika teman-teman saya berkunjung untuk ketemu sambil ngobrol-ngobrol dan ngopi di kamar pun, kamar nggak kerasa sempit. Secara keseluruhan, interior kamar mengusung desain modern classic dengan elemen-elemen Chinoiserie, Louis XVI, dan Art Deco. Kamar-kamar di sini didesain oleh Champalimaud Design, firma berkapten Alexandra Champalimaud yang juga mendesain beberapa properti ternama seperti The Ritz-Carlton Kuala Lumpur, The Plaza New York, dan Waldorf Astoria Chengdu.

Bicara tentang tata letak kamar, area tidur dan living area dipisahkan oleh pintu geser. Jadi, privasi masih bisa tetap terjaga lah in case nih ada tamu yang datang. Sebetulnya ketika saya ke sana sih, nggak ada sesuatu yang harus disembunyikan di area tidur. Hanya saja ‘kan, kalau tamu lain mau simpan apa gitu, dompet atau apa lah misalnya, mungkin perlu tutup area kamar biar nggak kelihatan orang lain.

IMG_20190531_173203
IMG_20190531_173211
IMG_20190531_173226
IMG_20190531_173238

Area tidur kamar saya punya luas yang kurang lebih sih sama dengan living area-nya. Seperti yang bisa dilihat di gambar, suite room saya dihias dengan birthday banner dan tiga balon (saya telepon layanan housekeeping selesai foto-foto untuk keluarkan balon-balon itu). Terima kasih banyak untuk Ms. Dika dan para staf di Four Seasons Hotel yang sudah mempersiapkan kejutan ini untuk saya (walaupun maaf banget balon-balonnya harus segera saya keluarkan karena saya fobia balon).

Dinding area tidur dipasangi panel kayu berwarna abu-abu muda dengan sedikit hue biru kehijauan. Untuk pencahayaan, saya suka kamar yang terang (terutama dengan lampu warna hangat) karena selain tampak lebih mewah, kesannya juga lebih lapang. Ada dua lampu dinding dengan sentuhan Art Deco (atau mungkin baroque ya karena desainnya cukup intricate) yang mengapit king bed. Tempat tidurnya sendiri luas dan bisa memuat bahkan 3 orang dewasa. Headboard-nya tampak elegan dan mewah, dengan bantalan berwarna abu-abu tua dan frame warna emas.

Di sisi kiri tempat tidur, ada jendela besar yang menghadap ke arah jalan dan menawarkan pemandangan kota yang keren banget. Di area tidur juga ada satu kursi lengan dengan floor lampย di sampingnya. Cocok buat baca buku, meskipun saya lebih suka baca sambil duduk di chaise lounge yang ada di living area.

IMG_20190531_173248
IMG_20190531_173314
IMG_20190531_173330
IMG_20190531_173443
IMG_20190531_173149

Untuk living area, penempatan furnitur berfokus di sisi-sisi ruangan sehingga menyisakan ruang kosong di tengah ruangan. Saya rasa tata letak furnitur seperti ini jadi siasat untuk membuat ruangan terasa lebih luas, mengingat furnitur-furnitur di sini terbilang oversized, terutama dua kursi lengan di arat barat ruangan. Di dinding barat ruangan, tepatnya di belakang dua kursi lengan bergaya Louis XVI dipasang cermin buram yang dibentuk dalam pola kotak-kotak. Nah, dinding sisi barat dan juga timur juga dihias oleh mural bergaya Chinoiserie yang menonjolkan elemen-elemen floral. Pada awalnya, saya kira mural itu adalah wallpaper, tapi setelah dilihat lebih dekat, ternyata memang lukisan.

Di depan jendela, ada chaise lounge bergaya kontemporer yang ditempatkan menghadap televisi. Nah, televisinya sendiri berada di atas meja kerja yang besar, cocok buat saya yang kalau kerja pasti berantakan mejanya karena kebanyakan barang. Di atas meja kerja, ada panel yang memuat beberapa porta, termasuk porta audio in. Kalau lihat di foto, kan ada dua tirai di kedua sisi jendela. Nah, tirai yang ada di belakang chaise lounge itu ternyata menyembunyikan sound system. Awalnya, saya bingung karena ketika nonton Fast and Furious, kok ada suara bas yang lebih kentara dari belakang kursi. Ditambah lagi, saya dengar suara-suara yang lebih detail, seperti bunyi metal dan semacamnya. Saya kira itu suara dari luar (dan sempat berpikir kayaknya kamarnya kurang sound-proof). Ternyata setelah dicari-cari, ada sound system yang disembunyikan di balik tirai. Wah, ini bisa jadi trik nih!

Foyer kamar sendiri berbentuk koridor pendek, dengan dressing table dan display yang memuat camilan dan minuman. Meskipun nggak besar, foyer tetap tampil cantik dalam balutan marmer putih dan panel dinding berwarna putih dengan lis emas.

Kamar Mandi

Semua tipe di kategori Suite punya kamar mandi dengan bentuk memanjang. Kamar mandi unit saya tampil mewah dan cantik dalam balutan marmer putih beraksen abu-abu. Ada area shower terpisah dan his-and-hers sink, lengkap dengan vanity mirror supaya nggak perlu rebutan wastafel saat mau cuci muka atau gosok gigi.

IMG_20190531_173455
IMG_20190531_173555

Kamar mandi bisa diakses lewat area tidur dan foyer. Untuk walk-in closet-nya sendiri sih ukurannya cukup besar (lagian memang mau bawa baju sebanyak apa sampai perlu walk-in closet sebesar ruang keluarga?). Di depan walk-in closet, ada “bilik merenung”, istilahnya si Mike buat kubikel kloset. Ukurannya sendiri mirip ukuran kubikel kloset di mal. Hanya saja, yang ini lebih mewah dalam balutan marmer dan lukisan. Masalah yang sama alami adalah pintu geser kubikel ini nggak ada kuncinya dan ketika ditutup, justru bergeser lagi. Walhasil, saya harus nahan pintunya supaya nggak terbuka ketika saya lagi ada urusan penting–satu aspek yang perlu diperbaiki Four Seasons Jakarta.

IMG_20190531_173607
IMG_20190531_183347
IMG_20190531_183359

Deep soaking tub di kamar mandi cukup besar dan bisa menampung 2 dewasa, in case perlu some romantic time. Di seberangnya ada shower area yang cukup luas dengan rainshower, salah satu bathroom amenities yang paling saya suka. Produk mandi yang tersedia adalah produk-produk dari Etro, fashion house asal Italia. Secara pribadi, saya nggak begitu suka dengan aromanya (Vicolo Fiori) karena menurut saya secara pribadi sih “terlalu formal” dan terlalu floral, tapi ini sih soal preferensi pribadi aja ya. In fact, body lotion-nya cukup melembapkan dan bikin tangan terasa halus.

Dining Venues

Alto

Bertempat di lantai 20, Alto merupakan salah satu restoran yang ada di Four Seasons Jakarta. Restoran ini menyajikan hidangan Italia dan buka pada jam makan siang (11.30 siang sampai 2.30 sore), makan malam (6.00 sore sampai 10.30 malam), dan Sunday brunch (11.30 siang sampai 3.00 sore).

Dari segi desain, Alto tampil berani dalam balutan warna merah yang tajam. Wall paneling warna merah dipadukan dengan lis warna emas, menciptakan kesan mewah. Furnitur, lampu, dan aksen dinding bergaya Art Deco memperkuat sisi glamor restoran ini. Ada ruang privat, main area, outdoor area, dan bar di restoran ini, dan semuanya selaras didesain dalam gaya yang sama. Untuk bar sendiri, areanya memang tidak seluas main area, tetapi tetap terasa mewah dan dilengkapi jendela besar dengan pemandangan Jalan Gatot Subroto.  Outdoor seating area dipercantik dengan potted plants dan oversized armchair berbahan cowhide. Sayangnya saya lupa foto outdoor area-nya karena fokus ngobrol bersama Ms. Jani dan justru malah foto-foto centil di sana, bukannya ambil foto buat bahan review.

IMG_20190531_185126
IMG_20190531_185119
IMG_20190531_185017
IMG_20190531_185012

Private area punya kapasitas 10 orang dan terasa lebih intimate. Area ini punya meja makan berbentuk lingkaran dan jendela-jendela besar yang menghadap ke Jalan Gatot Subroto. Sepintas, dengan meja makan bentuk lingkaran, interior yang didominasi warna merah, dan chandelier berbentuk bunga lotus, saya merasa seperti sedang berkunjung ke Chinese restaurant. Sementara itu, ada satu lagi area yang bisa dibilang cukup privat, tapi bisa menampung lebih banyak tamu dan punya beberapa meja terpisah. Area ini punya jendela yang menghadap ke arah selatan. Ketika saya lihat ke luar sih, view-nya memang nggak sebagus view ke kawasan Jalan Gatot Subroto.

IMG_20190531_183953
IMG_20190531_184002
IMG_20190531_184159

The Palm Court

Bertempat di lantai lobi, The Palm Court ini tempatnya para tamu sarapan di pagi hari. Sebetulnya ketika saya baca-baca informasi tentang Four Seasons Jakarta, restoran ini merupakan salah satu tempat yang bikin saya penasaran. Ketika berkunjung ke Savoy Homann Bandung, saya sarapan di Garden Restaurant yang mengusung konsep palm court, dan memang lengkap dengan pohon-pohon palem. Entah kenapa, saya tertarik dengan restoran berkonsep palm court karena kesannya lapang, cerah, dan eksotis.

Sayangnya, di dining hall utama, memang tidak ada pohon-pohon palem tinggi di tengah ruangan (walaupun tetap ada beberapa potted plants di sana sini). Meskipun demikian, saya dibuat kagum dengan langit-langit berkubah yang tinggi dan chandelier kristal kontemporer dengan desain yang rumit, tapi elegan. Sepintas, saya melihat desain chandelier-nya ini mirip bunga dandelion. Plafon ruangan juga menampilkan permainan tekstur yang memberikan kesan mewah.

IMG_20190531_191128
IMG_20190531_191142
IMG_20190531_191150
IMG_20190601_103752
IMG_20190601_103800
IMG_20190601_103930

Furnitur di The Palm Court tampil elegan dalam dominasi warna hijau dan cokelat tua. Ada beberapa kursi bersandaran tinggi berbahan velvet hijau yang mengingatkan saya sama singgasana raja dan ratu. Dari belakang, kursi-kursi ini kelihatan kayak shield. Cocok lah buat main cilukba. Dari belakang diterka-terka siapa yang duduk, pas dilihat eh taunya Sehun.

giphy

Untuk makanan sendiri sih saya nggak banyak komentar. Maksudnya, saya nggak ada keluhan. Saya suka salad-nya yang jelas. Ada juga pilihan keju, bacon, dan semacamnya. Bisa dibilang tipikal menu sarapan internasional di hotel bintang lima sih. Karena saya datang ke restoran jam 10, para staf udah mulai beres-beres restoran, tapi saya tetap kebagian makanan kok. Bisa dilihat di foto, menu sarapan yang saya ambil sih cukup sederhana. Takutnya nggak habis masalahnya, ‘kan sayang makanan dibuang-buang.

1559389373295

The Palm Court ini nggak hanya punya indoor dining area. Di sebelah timur ruangan, ada pintu menuju taman dan The Orchid Court. Area outdoor ini tampil cantik dengan tanaman-tanaman tropis dan paviliun semi-outdoor dengan sentuhan Arabesque.

IMG_20190601_104340
IMG_20190601_104324
IMG_20190601_104349

Untuk The Orchid Court sendiri tempatnya tertutup, tetapi jendela-jendela besarnya memungkinkan banyak cahaya matahari untuk masuk dan menerangi ruangan di pagi atau siang hari. Sentuhan Arabesque masih terlihat di beberapa bagian ruangan, tetapi yang menjadi primadona area ini tentunya koleksi bunga anggrek berwarna ungu. Bunga-bunga ini ditanam di sekitar ruangan. Furniturnya sendiri tampil lebih santai dalam balutan warna biru dan putih, berbeda dari furnitur di The Palm Court dengan balutan warna velvet green yang memang terasa lebih elegan, tapi juga austere.

Ukuran ruangan memang tidak begitu besar dan hanya ada beberapa set meja kursi di sini. Karena ukurannya bisa dibilang kecil dengan bentuk memanjang, udara di dalam The Orchid Court terasa jauh lebih sejuk (atau malahan dingin). Sebetulnya, bisa dipahami sih kenapa di pagi hari suhunya terasa dingin karena pasti untuk mengantisipasi suhu yang lebih panas di siang hari, terutama dengan jendela kaca besar yang memungkinkan paparan cahaya matahari secara penuh.

IMG_20190601_103959
IMG_20190601_104004
IMG_20190601_104301

Nautilus Bar

Tidak jauh dari lobi, ada Nautilus Bar yang buka dari jam 12 siang sampai 1 pagi. Di antara dining venues lain di Four Seasons Jakarta, Nautilus Bar ini yang tampak paling dark dan sexy. Konsep interiornya sendiri nautical, tapi dengan pemilihan warna hitam sebagai warna dominan dan palet sepia untuk mural kapal layar di dinding, rasanya saya seperti diceritakan dongeng sejarah zaman dulu.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, interior Nautilus Bar didominasi warna hitam yang elegan dengan aksen emas di sana sini. Ada dua niche di sisi utara dan selatan bar dengan dinding bermotif sisik ikan (atau ular ya) yang berkilau. Waktu ke sana, sayangnya salah satu spot sudah ditempati musisi bar. Satu spot di sampingnya memang sih kosong, tapi saya lagi nggak mau duduk dekat-dekat pengunjung lain. Lagi kumat antisosialnya.

tenor
I hate people!

Sebagian besar furnitur menampilkan desain Art Deco, baik dari bentuk maupun pattern di bagian sampingnya. Langit-langitnya sendiri punya plafon berbentuk chocolate bar, dengan lampu-lampu yang sengaja diredupkan untuk membangun atmosfer yang sexy. Di atas meja, ada lampu berbahan logam berbentuk cendawan. Grand piano ditempatkan di sisi utara ruangan. Saya sempat main beberapa lagu (dan diizinkan untuk main, selama memang kita bisa dan betul mainnya).

IMG_20190531_230545
IMG_20190531_230603
IMG_20190531_232025
IMG_20190531_232122
IMG_20190531_224203

Ketika berkunjung, saya pesan Nutmeg Old-Fashioned, cocktail eksotis dengan rasa pala yang cukup kentara. Tamu yang datang juga disuguhi camilan gratis untuk dinikmati sambil minum dan ngobrol. Buat yang suka cocktail yang lebih ringan, saya sarankan sih pilih menu yang lain karena aroma dan rasa pala di Nutmeg Old-Fashioned ini bisa dibilang sangat kuat. Pilihan cocktail yang ditawarkan di Nautilus Bar terinspirasi dari rempah-rempah khas Indonesia, makanya banyak menu-menu yang mengintegrasikan rempah-rempah dalam campurannya.

La Patisserie

Buka dari jam 11 siang sampai jam 8 malam, La Patisserie ini cocok buat afternoon tea bareng temen-temen sambil ngobrol dan ngemil kue. Lokasinya berada nggak jauh dari lobi dan Nautilus Bar. Dengan langit-langit tinggi dan pemilihan warna-warna cerah, La Patisserie memberikan atmosfer yang lebih santai, tapi tetap mewah.

IMG_20190601_104457
IMG_20190601_104508

Di bagian tengah ruangan, ada semacam lounge chair berbentuk lingkaran besar yang dipisahkan oleh beberapa lengan. Di tengahnya, ditempatkan vas bunga sebagai pemanis. Set kursi dan meja lainnya tampil lebih kasual dalam desain yang lebih sederhana dan warna kuning yang menonjol. Panel dinding menggunakan warna aquamarine yang selaras dengan warna lounge chair di tengah ruangan, sepintas mengingatkan saya dengan ruang Le Mรฉridienne di private apartment-nya Marie Antoinette. Aksen-aksen emas tetap ditampilkan di sini.

IMG_20190601_104528
IMG_20190601_104533
IMG_20190601_104539

Fasilitas Lain

The Library

Berada di lantai lobi dan berseberangan dengan grand staircase yang jadi salah satu spot ikoniknya Four Seasons Jakarta, ada The Library. Ruangan ini ukurannya kurang lebih sama dengan La Patisserie, tetapi menawarkan atmosfer yang lebih serius dan tenang. Desainnya sepintas mirip dengan satu ruangan di Gatsby’s Mansion. Kalau pernah nonton The Great Gatsby, mungkin ingat ada satu ruangan di istananya Gatsby yang menampilkan kumpulan foto-foto dia, grand piano, dan lounge chairs. Kalau nggak salah itu ada di scene pesta pertama Gatsby yang dihadiri sama Nick.

IMG_20190531_230018
IMG_20190531_230041

Meskipun namanya The Library, yang saya sayangkan adalah koleksi bukunya nggak begitu banyak. Sebagian besar sih kalau saya perhatikan, buku-buku yang ada di sini adalah ensiklopedia. Bisa dipahami sih karena dari segi desain, bukunya pas dengan desain ruangan. Tempat duduk yang tersedia di sini nggak banyak, dan saya rasa ini tepat karena ruangan ini lebih cocok buat baca, ngobrol serius (bukan ngobrol hahah heheh), atau kerja. Di salah satu sudut dinding, ada mural bergaya nautical yang senada dengan mural di Nautilus Bar.

Pool Terrace

Nah, ini fasilitas yang saya suka di Four Seasons Jakarta. Berada di lantai yang sama dengan gym dan spa, kolam renang di hotel ini besar dan cukup panjang buat bolak-balik satu lap. Kolam utamanya nggak begitu dalam, sekitar 1,4 meter kalau nggak salah. Di sisi barat juga ada kolam untuk anak. Selain itu, di area ini juga ada pool bar yang menyajikan beragam cocktail. Ada juga tangga menuju sun deck yang ternyata kosong karena, well, siapa juga yang mau dengan sengaja panas-panasan untuk bersantai di bawah teriknya matahari Jakarta yang menyengat banget.

IMG_20190601_121301
IMG_20190601_121237

Ada cukup banyak deck chair dan recliner di area ini. Jadi, pengunjung nggak perlu berebut tempat duduk, meskipun memang area yang teduhnya lebih sedikit. Selain itu, ada juga beberapa bale-bale buat bersantai sambil lihat orang-orang yang berenang. Area kolam sendiri didesain dalam gaya tropis, lengkap dengan pohon-pohon kamboja yang bikin saya seolah lagi ada di sebuah resor di Bali, sampai saya mengalihkan pandangan ke arah utara dan sadar kalau saya ternyata lagi ada di Jakarta.

Ketika berenang, saya sengaja cari area yang diteduhi pepohonan. Air kolam juga terasa hangat karena terpapar cahaya matahari. Oh ya, kolam renang di Four Seasons Jakarta juga buka selama 24 jam ya. Kalau malam-malam, ada beberapa torch raksasa yang dinyalakan untuk menerangi area kolam. Torch-nya gede, kayak yang di film The Mummy.

IMG_20190601_121313

Gym

Berada satu lantai dengan Pool Terrace, gym di Four Seasons Jakarta memiliki peralatan yang cukup lengkap. Saya sendiri nggak pakai gym karena keburu capek berenang. Salah satu sisi ruangan punya jendela yang menghadap ke arah kolam. Untuk masuk, kita bisa masuk lewat pintu kaca utama atau “pintu samping”. Nah, kalau mau akses lewat pintu kaca, kita harus tap kartu kamar ke card reader. Lucunya, waktu itu pintu samping ini terbuka jadi saya (atau siapa pun) bisa masuk tanpa harus tap kartu.

IMG_20190531_190008
IMG_20190531_190017
IMG_20190531_190035

Area gym sendiri sebetulnya cukup luas, hanya saja kurang besar kayaknya kalau mau senam, kecuali peralatannya digeser-geser supaya ada ruang cukup besar di tengah gym. Saya kurang tahu ini ganti pakaiannya di mana, tapi bisa jadi shower area dan ruang ganti pakaiannya bergabung dengan ruang ganti dan bilas kolam renang. Di dekat gym juga ada spa, salon, dan barbershop.

Grand Staircase

Sebetulnya, tangga ini bukan termasuk fasilitas umum di Four Seasons Jakarta, tapi karena desainnya yang majestic, tangga ini jadi salah satu spot foto terbaik di hotel ini. Posisinya berada di lantai lobi, tepatnya di persimpangan antara Palm Court dan Nautilus Bar.

IMG_20190531_190412
IMG_20190531_190429

Area tangga tampak mewah dalam balutan warna krem, handle bar berwarna emas, langit-langit yang tinggi, dan karpet motif floral warna cokelat dan hitam. Sebagian besar tamu yang datang ke sini pasti nyempetin foto-foto di tangga ini, dan para staf pun biasanya dengan senang hati akan bantu fotoin tamu.

Lokasi

Four Seasons Jakarta berada di Jalan Gatot Subroto, salah satu kawasan perkantoran yang cukup sibuk di Jakarta. Hotel ini sendiri berada satu kompleks dengan Capital Place. Dari Stasiun Gambir, perjalanan ke hotel ini memakan waktu sekitar 35 menit menggunakan kendaraan roda empat. Kalau dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, perjalanan ke hotel paling cepat memakan waktu sekitar 50 menit lewat Tol Bandara.

Pihak hotel menyediakan layanan shuttle van gratis ke beberapa destinasi terdekat, seperti SCBD dan Senayan. Waktu itu, saya coba pakai layanan shuttle van mereka ke Pacific Place yang ternyata bisa diakses lewat jalur di belakang hotel. Perjalanan dari hotel ke Pacific Place memakan waktu sekitar 10 menit aja. Lumayan cepat, ‘kan?

Dari segi lokasi sendiri, sebetulnya Four Seasons Jakarta memang sudah strategis. Kalau pesan kamar dengan view ke arah kota pun, view yang didapatkan cantik banget. Yang jadi masalah menurut saya sih kondisi lalu lintas yang kadang-kadang nggak bisa diprediksi. Namun, selama di sana sih lalu lintas dari hotel ke kawasan SCBD lancar-lancar aja. Hanya saja, perjalanan dari Stasiun Gambir ke hotel memang cukup lama karena kejebak macet di beberapa titik.

Kesimpulan

Sebagai salah satu akomodasi bintang lima di Jakarta, Four Seasons Jakarta memang nggak main-main dalam menawarkan pengalaman menginap atau berlibur yang mengesankan untuk para tamu. Dari mulai desain interior, fasilitas, sampai staf, Four Seasons Jakarta berhasil memberikan momen ulang tahun yang berkesan buat saya.

Dari aspek desain interior, Alexandra Champalimaud did a great job. Saya sendiri sebetulnya penggemar desain-desain klasik, meskipun saya nggak menutup diri untuk desain-desain kontemporer. Ukuran kamar yang luas dengan ruang keluarga terpisah, mural bergaya Chinoiserie di dinding, kamar mandi marmer dengan deep soaking tub, dan jendela yang menawarkan view kota bikin saya betah di kamar. If I stayed longer, I would have spend one day staying in my room, reading some books, taking naps, and doing nothing.

Four Seasons Jakarta menawarkan fasilitas umum yang lengkap untuk para pengunjung. Nautilus Bar, Palm Court, Pool Terrace, dan Library jadi fasilitas-fasilitas yang paling saya sukai saat berkunjung. Untuk perpustakaan sendiri sih, sayangnya koleksi bukunya nggak begitu banyak dan kebanyakan buku-buku yang ada memang memiliki desain yang cocok dengan desain interior ruangan. Mungkin kalau koleksinya diperbanyak, akan lebih baik. Ah, hampir lupa! Saya nggak nemu jacuzzi di area kolam renang. Waktu cek ke area ganti, di dalam pun nggak ada sauna atau steam room. Mungkin ketiga fasilitas itu tersedia di spa hotel, tapi karena saya nggak berkunjung ke sana, saya pun nggak sempat tanya-tanya. Padahal, kalau ada jacuzzi, sauna, atau steam room di area yang lebih mudah diakses pengunjung, kayaknya akan lebih baik.

Kualitas layanan dan keramahtamahan para staf harus diacungi jempol. Ms. Dika selaku Guest Experience Supervisor dan Ms. Jani di Alto dengan senang hati menemani dan mengantar saya berkeliling sambil bercerita tentang hotel. Untuk Ms. Dika sendiri, dia yang mewujudkan momen ulang tahun berkesan saya di Four Seasons Jakarta. Staf-staf lain di reception area pun sama ramahnya (sayangnya saya lupa tanyakan nama-namanya).

Dengan rate mulai dari 2,5 juta rupiah per malam (berdasarkan situs web resmi hotel, belum termasuk tax), Four Seasons Jakarta memang salah satu properti dengan harga rata-rata yang cukup tinggi di Jakarta, bahkan di antara properti-properti di kelasnya. Namun, dengan kualitas layanan yang memukau, fasilitas berkelas, dan desain interior yang mewah dan elegan, you will definitely get what you pay for. Ditambah lagi, dengan layanan in-room breakfast dan shuttle van gratis, menurut saya dana yang harus dikeluarkan cukup sepadan dengan sedikit kemewahan dan oasis ketenangan di tengah ingar-bingarnya kota Jakarta.

Pros & Cons

๐Ÿ‘๐Ÿป Pros

  • Desain interiornya keren banget. Untuk penggemar interior bergaya klasik, Four Seasons Jakarta jadi pilihan yang harus dipertimbangkan, terutama dengan wall paneling, chandelier di kamar, dan mural bergaya Chinoiserie di living area.
  • Komunikasi dengan staf bisa melalui aplikasi Four Seasons dari ponsel. Cukup praktis, terutama ketika kita ingin minta jemputan pulang dari mal atau lokasi lain ke hotel.
  • Setiap suite punya living area terpisah. Jadi, tetap ada ruangan terpisah untuk menerima tamu yang datang.
  • Di kamar mandi, ada deep soaking tub yang bisa memuat maksimal 2 orang. Cocok buat mandi mewah atau sekadar menikmati momen galau.
  • Kolam renangnya cantik banget, dengan pohon-pohon kamboja dan tanaman-tanaman eksotis yang membangun atmosfer resor tropis.
  • Ada banyak Instagrammable spot di hotel ini, dari mulai area drop-off tamu, kolam renang, perpustakaan, sampai The Orchid Court.
  • Stafnya ramah dan helpful, terutama Ms. Dika sebagai Guest Experience Supervisor dan Ms. Jani dari Alto
  • Tipe Executive Suite dan Deluxe Suite sebetulnya punya luas yang sama, tetapi view yang beda. Deluxe Suite menawarkan view ke arah perkotaan, tetapi dengan rate yang sedikit lebih tinggi. Worth paying sih menurut saya.
  • Lokasinya dekat dari SCBD dan kawasan Kuningan. Ada juga layanan shuttle van gratis yang bisa kita gunakan untuk menuju tempat-tempat di kedua kawasan tersebut. Dari hotel, Pacific Place bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10 menitan. Di samping hotel juga ada Museum Satria Mandala.

๐Ÿ‘Ž๐Ÿป Cons

  • Kalau bicara soal rate, Four Seasons Jakarta memang salah satu yang rate-nya cukup tinggi, bahkan di antara hotel-hotel bintang lima lainnya. Bisa dibilang, Four Seasons Jakarta ini masuk ke upper-tier hotel bintang lima di Jakarta kalau dari segi rate (ada beberapa hotel bintang lima yang rate-nya di bawah 2 juta soalnya, apalagi kalau dapat kode atau promo diskon).
  • Saya lupa jelaskan di atas. Di dekat hotel ada minimarket yang buka hanya sampai jam 10 malem. Kalau tengah malam tiba-tiba craving ingin camilan, minimarket terdekat ada di seberang jalan. Dan ketika saya bilang seberang jalan, kita harus nyebrangin dulu jalan raya dan jalan tol.
  • Jacuzzi, sauna, dan steam room-nya di mana sih?
  • Koleksi buku di The Library terbatas. Semoga sih bisa diperbanyak dan merangkul lebih banyak genre, termasuk novel.

Penilaian

Kenyamanan: ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ
Desain: ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†
Lokasi: ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ
Harga: ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ

Review: The Westin Jakarta

Sebetulnya baru lewat sekitar sebulan lebih setelah kunjungan saya ke sini, tapi rasanya udah cukup lama. Sepertinya karena kesibukan dan segala macam, saya jadi lupa terus untuk bahas tentang hotel ini. Ditambah lagi, kemarin-kemarin ini perhatian sempat teralihkan sama beberapa hotel lain.

Jadi, saya berkunjung ke hotel ini Desember kemarin tahun 2018 untuk Natal. Sebetulnya Natalannya nggak di sana sih, tapi di Ascott Sudirman. Hanya saja sebelum ngungsi ke Ascott, saya menyempatkan diri untuk nyobain nginep di hotel yang (setidaknya) sampai saat ini masih jadi hotel tertinggi di Jakarta (atau Indonesia). Lebih tepatnya lagi, hotel ini berada di bangunan tertinggi di Indonesia.

westin
The Westin Jakarta. Foto milik pihak manajemen hotel.

The Westin Jakarta adalah sebuah hotel bintang lima yang berlokasi di Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-22 A, Jakarta. Hotel mewah ini menempati 20 lantai teratas Gama Tower yang sejak tahun 2018 memegang rekor bangunan tertinggi se-Jakarta (dan se-Indonesia) dengan tinggi 310 meter ketika dihitung dari dasar sampai puncaknya. The Westin Jakarta sendiri merupakan properti milik Marriott. Di Jakarta sendiri, Marriott memiliki beberapa properti lain seperti Ritz-Carlton, JW Marriott, The Hermitage, Aloft, dan masih banyak lagi.

Ada 256 kamar dan suite room di hotel ini yang terbagi ke dalam beberapa tipe: Westin, Premium, Club Westin, Renewal, Executive Suite, Westin Suite, dan Presidential Suite. Kalau saya baca-baca lagi, untuk Club Westin dan Renewal sendiri sebetulnya versi “club“-nya dari Westin dan Premium yang memberikan akses ke Concierge Lounge untuk para tamu. Tipe Renewal sendiri kalau dilihat dari segi ukuran, lebih besar daripada Premium.

Untuk memenuhi kebutuhan tamu, The Westin Jakarta punya tiga restoran, spa, gym, kolam renang, dan fasilitas penunjang bisnis dan produktivitas. Saat berkunjung, saya sempat coba beberapa fasilitasnya, dan yang paling saya suka adalah kolam renangnya dan Henshin. Oh, ya, waktu berkunjung saya menginap di Premium Room yang berada di lantai 59. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Kamar Premium saya memiliki luas 56 meter persegi. Cukup besar untuk dua orang, apalagi sendirian. Berada di lantai 59 dan di sudut gedung, saya mendapatkan pemandangan kota Jakarta yang keren banget. Posisi kamar saya berada di barat daya Gama Tower. Jadi, pemandangan yang saya dapat adalah kawasan utara Rasuna Said dan Jalan Dr. Satrio (termasuk Mega Kuningan).

IMG_20181222_141517
IMG_20181222_141500
IMG_20181222_141448
IMG_20181222_141505

Bicara tentang desain, menurut saya kamar Premium ini mengusung gaya kontemporer dengan sentuhan mid-century. Pemilihan warna-warna earthy dalam palet cokelat, ash, dan kuning memberikan nuansa hangat dan nyaman. Mengingat space yang ada cukup besar, pemilihan warna yang kurang tepat bisa-bisa bikin atmosfer ruangan terasa dingin. Di atas headboard, ada lukisan floral memanjang yang memberikan semacam color pop di tengah-tengah warna ashy. Meskipun temanya bunga, lukisan tersebut nggak lantas bikin kamar terkesan seperti “kamar anak perempuan” atau “kamar Barbie”.

King bed dengan seprai dan bantal putih cukup besar dan nyaman. Di pojok selatan ruangan, ada sofa, coffee table, dan armchair hijau yang secara otomatis jadi spot favorit saya buat baca buku. Selain tempatnya yang nyaman, posisi sofa berada di samping jendela, memungkinkan saya buat sesekali lihat pemandangan di luar sambil minum teh kalau udah pusing karena baca buku terlalu lama. Untuk hiburan, ada televisi 55 inci dan mini audio system di atas salah satu end table. Ada settee di depan tempat tidur yang nggak dipakai sama saya karena jaraknya terlalu dekat dari televisi. Kalau mau nonton TV, ya saya naik ke tempat tidur dan bersandar ke headboard.

Jadi si settee itu fungsinya buat apa?

Sebut saja dia pemanis suasana.

giphy
Ya begitulah

Area kerja sendiri berada di dekat televisi. Kursi dan meja kerja ditempatkan menghadap jendela, mungkin supaya tamu bisa refreshing lihat pemandangan kota kalau udah jenuh kerja. Oh, ya, curtain dan sheer jendela diatur melalui tombol yang terpasang di dinding, di samping tempat tidur. Praktis banget karena untuk nutup gorden di malam hari, saya nggak perlu turun dari tempat tidur (atau sebaliknya, ketika buka gorden di pagi hari).

IMG_20181222_141703
IMG_20181222_180531

Dari ketinggian 59 lantai, pemandangan kota Jakarta tampak cantik banget. Saya paling suka ketika matahari mulai tenggelam. Dari kamar, saya bisa ngeliat matahari perlahan tenggelam di balik bangunan-bangunan yang menjulang. Gradasi kuning, jingga, violet, biru tua di langit bener-bener menghipnotis. Untung banget saat berkunjung, cuaca lagi cerah. Puji Tuhan.

Kamar Mandi

Kamar mandi unit saya berada di belakang area tidur utama dan bisa diakses lewat pintu di samping area kerja dan satu pintu dari lorong. Kalau dari lorong sendiri, sebelum masuk kamar mandi ada semacam koridor kecil dengan lemari pakaian dan rak sepatu.

IMG_20181222_142431
IMG_20181222_142451
IMG_20181222_141538

Ukuran kamar mandinya luas, mungkin bisa dibilang seluas area tidur utama. Bathtub ditempatkan di samping jendela yang menghadap ke arah utara. Bathtub-nya sendiri menurut saya nggak begitu panjang, tapi cukup dalam. Lumayan lah untuk deep soaking sih. Si bathtub ini “ditanamkan” di dalam semacam fondasi yang dibalut dengan lapisan marmer. Kalau dari samping, keliatannya kayak semacam tembokan “nanggung” karena ujung tembokannya kelihatan jelas. Gimana menjelaskannya ya? Intinya sih secara personal, saya agak kurang suka dengan penempatannya. Saya lebih suka kalau bathtub-nya pakai free-standing bathtub, bukan yang tertanam begitu. Kelihatannya lebih mewah.

Bathroom products yang dihadirkan punya aroma white tea aloe yang subtle, tapi tetap manis. Di end table samping tempat tidur sendiri sebetulnya ada lavender oil yang bisa kita gosokkan ke pelipis. Katanya sih untuk membantu tidur. Ketika mau tidur, saya sempat coba pakai. Lumayan lah efeknya cukup menenangkan.

IMG_20181222_142458
Bathroom sink
IMG_20181222_141535_HHT
Rak-rak sepatu, termasuk in-room safe
IMG_20181222_141547
Area shower. Kloset ada di nook terpisah.

Di kamar mandi memang nggak ada his-and-hers sink, tapi untuk bathroom sink-nya sendiri dilengkapi sama vanity mirror dengan lampu LED. Hair dryer ada di dalam laci. Di rak bawah wastafel ada handuk badan dan handuk muka. Bathrobe sendiri digantung di dinding (penampakannya bisa dilihat di foto).

Area shower-nya cukup luas, dibatasi oleh dinding kaca dari area kamar mandi yang lain. Sayangnya, dinding kacanya menurut saya terlalu tipis, jadi rentan pecah kalau misalnya nggak sengaja kesenggol atau semacamnya. Selain itu, dinding kacanya pun kurang lebar sehingga air masih bisa muncrat ke luar area shower. Bahkan, area dengan split-level pun kurang luas menurut saya. Pada intinya, masih bisa becek ke area kamar mandi yang lain. Saya sendiri sebetulnya nggak begitu mempermasalahkan karena masih ada keset, tapi buat orang yang lebih suka sama kamar mandi kering, mungkin ini bisa jadi sesuatu yang agak unsightly.

Area ini dilengkapi dengan shower tangan dan rainshower. Untuk rainshower-nya sendiri, piringannya nggak begitu besar, tapi keluaran airnya cukup deras. Hanya saja, drainase area shower menurut saya kurang lancar. Air sempat tergenang, meskipun nggak lama. Kalau digabungkan dengan split-leveled area yang kurang luas dan dinding kaca yang kurang panjang, air yang menggenang bisa-bisa malah meleber ke area kamar mandi yang lain. You don’t want a Titanic, don’t you? 

tenor31
No, no, no~

Urusan pencahayaan sih jangan ditanya. Saya suka banget, apalagi dengan perpaduan marmer warna cokelat gading, lampu berwarna kuning, dan pemandangan Jakarta di malam hari. Bisa dibilang, berendam di bathtub sambil minum kopi, baca buku, dan lihat pemandangan dari ketinggian 59 lantai itu definisi dari mandi mewah.

Fasilitas Umum

The Westin Jakarta sebetulnya punya banyak fasilitas, dari kolam renang, spa, gym, sampai ballroom.  Hanya saja, yang saya kunjungi memang nggak banyak. Saya cuma sempat berenang, berendam di vitality pool yang ada di ruang ganti, masuk ke sauna, dan ke Henshin di lantai 67. Untuk Henshin, nanti pembahasannya saya kasih di segmen terpisah.

Sekarang saya mau bahas tentang kolam renangnya. Untuk kolam renangnya sendiri sih ukurannya sebetulnya lumayan besar. Hanya saja, bentuknya ini memanjang, bukan melebar. Jadi, kesannya kayak kecil. Bagian panjang kolam renang menghadap ke jendela yang mengarah ke utara. Meskipun demikian, view dari jendela nggak begitu kelihatan jelas. Kalau mau view yang lebih jelas, bisa lihat dari jendela-jendela di area tempat duduk. Pas berkunjung, kolam renang lagi rame banget. Saya nggak berenang terlalu lama karena pengunjung yang datang banyak. Nggak nyaman juga karena berenang satu lap aja kehalangin orang yang lewat atau sekadar berdiri di tengah kolam.

IMG_20181222_170843
IMG_20181222_170902
IMG_20181222_170832

Untuk handuk, kita bisa pinjam dari petugas di meja resepsionis area kolam renang. Di meja ini juga ada lemon-infused water buat kalau capek habis berenang. Kedalaman kolam sebetulnya nggak begitu tinggi, dan kalau diperhatikan lagi, nggak ada kolam anak. Yang ada sebetulnya semacam area kolam yang lebih dangkal, tapi itu pun nggak ada pemisah dari area kolam dewasa. Jadi, kalau mau bawa anak-anak berenang di sini, pastikan awasi ya anak-anaknya. Oh, ya, suhu air kolam juga cenderung dingin, bukan hangat. Entah kenapa, bahkan di Jakarta pun kalau kolam renang airnya terlalu dingin, saya malah malas berenang.

Sauna dan vitality pool (ini sebetulnya whirlpool) ada di setiap ruang ganti. Sayangnya, saya nggak sempat ambil foto-fotonya karena memang ponsel saya simpan di loker. Selain itu, ruang ganti pada saat itu lagi ramai banget dan pengunjung yang datang nggak bisa ditebak. I mean, ada beberapa pengunjung yang beneran ganti baju di depan loker. Ya, ganti baju dan termasuk buka pakaian dalam. Agak kurang aman sih buat anak kecil sebetulnya. Bahkan, ada bapak-bapak yang masuk ke vitality pool, telanjang bulat, dan nggak berapa lama kemudian ada dua orang anak kecil yang masuk ke kolam. Not the right time for skinny dipping, sir.

IMG_20181222_211624_HHT
IMG_20181222_211537_HHT

Di lantai lobi, ada lounge (tapi bukan executive lounge ya) buat para pengunjung. Interiornya bergaya kontemporer dengan dominasi palet beige, cokelat, dan putih. Di sini juga tamu bisa pesan minuman. Kalau siang-siang, salah satu area di lounge ini dijadikan tempat bermain anak. Pihak hotel menempatkan mainan rumah-rumahan dan semacamnya buat anak-anak. Di bagian tengah lounge, ada tangga menuju lantai 51, dan di lantai tersebut ada Seasonal Tastes.

Seasonal Tastes menyajikan menu sarapan di pagi hari untuk para tamu. Restoran ini juga tetap bisa dikunjungi oleh non-hotel guest dan buka pada jam sarapan, makan siang, dan makan malam. Di The Westin Jakarta, Seasonal Tastes ini mungkin bisa dibilang restoran yang family-friendly.

IMG_20181222_140244

Pengunjung bisa pilih menu a la carte, tapi ketika saya berkunjung, ternyata lagi ada semacam gelaran sajian Asia. Menurut head chef Hajime Kasuga sih, nama Seasonal Tastes sesuai dengan konsep setiap bar menyajikan menu yang beda-beda. Season. Musim. Anggaplah setiap bar mewakili musim yang berbeda. Musim ceri ada nggak ya? Musim kawin? Musim duren?

IMG_20181222_232417_HHT
IMG_20181222_232504_HHT
IMG_20181222_232547_HHT

Area restorannya lumayan expansive. Dari ketinggian 51, para pengunjung bisa bersantap sambil menikmati pemandangan kota Jakarta. Selain itu, pilihan menu yang ditawarkan juga cukup variatif. Sayang banget saya nggak sempat nyoba dimsum-nya. Padahal saya lagi seneng sama dimsum, apalagi yang all you can eat. Oh, dumpling! Come to papa!

Henshin

Bertempat di lantai 67-69, Henshin adalah destinasi yang sayang buat dilewatkan ketika nginap di The Westin Jakarta. Di bawah komando head chef Hajime Kasuga, Henshin menyajikan “perkawinan” antara citarasa Peru dengan Jepang dan pemandangan kota yang mengagumkan dari ketinggian 270 meter.

Setiap lantai di Henshin punya “fungsi” yang berbeda. Lantai 67 adalah rooftop bar & lounge yang paling ramai dikunjungi, terutama outdoor seating area-nya yang paling sering nongol di feed Instagram. Ketika saya datang, saya langsung disambut alunan jazz house yang sexy dengan iringan melodi saxophone. Tujuan saya datang sebetulnya untuk ketemu teman kampus saya, Juwita, yang ternyata udah temenan sebelumnya sama head chef Hajime Kasuga. Karena malam minggu, situasi ramai dan padat pengunjung di lantai 67. Kami hampir nggak dapat tempat duduk, dan akhirnya harus “mojok” di sudut outdoor seating area yang menghadap ke arah timur.

IMG-20181222-WA0055
IMG_20181222_231248_HHT

Di indoor seating area, ada bar yang desainnya mengingatkan saya sama The Flinstones. Nggak jauh dari situ, ada stage kecil tempat bang DJ dan pemain saxophone menghibur kami semalaman. Oh ya, untuk pesanan sendiri, saya dan Juwita hanya pesan minuman. Saya pesan The Eden of Kyoto, cocktail cantik yang dihias edible flower berwarna nila. Juwita sendiri pesan Blackberry Mint Iced Tea.

IMG_20181222_221907_HHT

Nah, kunjungan saya ke Henshin ini semakin spesial karena kami bisa ketemu head chef Hajime Kasuga secara langsung, thanks to Juwita. Yang lebih bikin saya kaget lagi adalah kami diajak private tour keliling Henshin, dan itu bukan cuman ngelilingin lantai 67, tapi semua lantainya. Tur dimulai dari lantai 69 yang merupakan area private dining. Kawasan privat ini merupakan area “dewa”-nya Henshin dan hanya bisa digunakan melalui reservasi.  Bisa dibilang, ini tuh wilayah edarnya Astrid Leong-Teo, Nick Young, Araminta Lee, Colin Khoo, dan keluarganya. Area private dining memiliki ukuran yang nggak begitu besar, tapi punya jendela-jendela besar yang menawarkan pemandangan Jakarta dan suasana yang jauh lebih tenang.

Turun satu lantai ke lantai 68, kami ada di area Nikkei dining. Di sini, atmosfernya cenderung lebih ramai, tapi masih lebih private dibandingkan area lantai 67 yang ramai sama para party animals. Di area Nikkei dining, pengunjung bisa melihat langsung para chef membuat masterpiece-nya yang kemudian dihidangkan di meja untuk disantap.

IMG_20181222_225402_HHT

Oh ya, ada satu spot yang jadi spot foto favorit di Henshin, menurut head chef Hajime Kasuga. Spot itu adalah tangga yang menghubungkan lantai 68 dengan lantai 69. Dilatarbelakangi dinding kaca setinggi 2 lantai dan pemandangan kota yang menakjubkan, nggak salah sih ketika spot ini jadi spot keren pilihan pada pengunjung buat mengabadikan momen kunjungannya ke Henshin. Tentunya, kami juga nggak mau melewatkan spot ini.

1545497081408
Kiri ke kanan: Mike, saya, head chef Hajime Kasuga, dan Juwita

Sebetulnya, chef Hajime nggak hanya mengajak kami berkeliling ke area ini. Di sisi selatan lorong lift di lantai 67, ada satu area yang merupakan semacam private lounge. Ruangan besar ini mirip lounge di lantai 52, lengkap dengan meja bar, tapi kosong (ada sih satu orang perempuan, tapi ketika kami datang, dia langsung pergi lewat pintu dapur).

Oh ya, karena posisinya di sisi selatan, pemandangan dari jendela-jendelanya juga lebih bagus! Halo, kawasan Mega Kuningan dan Dr. Satrio! Di ujung ruangan, ada pintu menuju private balcony yang kosong. Ya, kosong banget! Nggak ada furnitur apa pun, just a plain balcony. Katanya sih ini balkonnya bisa dipakai kalau si lounge-nya disewa. Meskipun demikian, rasanya senang bisa mengakses kawasan-kawasan spesial seperti ini. Samar-samar saya bisa mendengar alunan musik house, meskipun yang lebih dominan terdengar adalah suara angin dan ingar bingar lalu lintas di Jalan Kasablanka dan Rasuna Said.

Lokasi

Bicara soal lokasi, menurut saya udah enak sih The Westin Jakarta ini karena dekat ke mal. Hotel ini memang nggak berada di pusat kota yang sepusat-pusatnya kayak kawasan Bundaran HI, tapi beberapa tempat umum tetap easily accessible. Nggak jauh dari hotel, ada Plaza Festival yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama sekitar 5 menit. Isinya ya ada banyak restoran sih, dan ada kios Chatime yang jelas. Kalau mau sambil belanja, bisa ke Lotte Shopping Avenue di Jl. Dr. Satrio atau ke Kota Kasablanka. Waktu nginap di sana, justru saya makannya ke Pelataran Menteng, dan itu pun karena ada traktiran. Ke Pelataran Menteng sendiri memakan waktu sekitar 10-15 menitan, dengan kondisi lalu lintas yang lancar.

Di depan Gama Tower, Jalan Rasuna Said masih agak hectic dengan pembangunan MRT. Selain itu, kawasan ini juga kalau jam pulang kerja bisa lumayan padat. Untung banget waktu saya berkunjung, jalanan lagi sepi karena sudah masuk masa liburan. Perlu diingat bahwa Gama Tower ini berada di kawasan perkantoran. Jadi, siap-siap aja berpacu dengan para karyawan yang pulang kantor di sore atau malam hari.

Kalau dari Stasiun Gambir sendiri, jarak yang ditempuh sekitar 15-20 menitan, tergantung kondisi lalu lintas, baik lewat jalur Tugu Tani maupun Thamrin (belok ke Sutan Syahrir, terus ambil kanan ke Rasuna Said).

Kesimpulan

You get what you pay for. Mungkin itu yang bisa saya bilang, in a positive way tentu saja. Pelayanan yang mengesankan, interior kamar yang elegan, pemandangan yang keren, fasilitas berkelas, dan kunjungan ke Henshin yang tak terlupakan jadi alasan saya untuk kembali ke The Westin Jakarta. Bicara tentang kamar, saya suka dengan interior bergaya kontemporer yang dipadukan dengan sentuhan mid-century dan warna-warna earthy yang bikin nyaman. Teknologi berperan cukup kentara di kamar, terutama dengan switch khusus untuk buka tutup gorden dan sheer yang ada di dekat end table sehingga saya nggak perlu repot-repot turun dari kasur.

Posisi kamar di sudut gedung membuat saya dapat dua view dari kamar. Meja kerja yang ditempatkan menghadap jendela seolah memberikan saya kesempatan untuk beristirahat sejenak sambil melihat kesibukan di bawah sana setelah lelah bekerja. Selain itu, definisi mandi mewah bisa ditemukan di kamar mandi unit. Bathtub panjang yang ditempatkan di samping jendela bikin saya bisa relaksasi sambil baca buku dan sesekali melihat pemandangan ke arah utara Jakarta di luar jendela. Ditambah lagi, produk-produk mandi beraroma white tea aloe terasa nyaman di kulit, dengan keharuman yang lembut.

Kolam renang hotel yang memanjang mungkin tampak kecil, tapi sebetulnya cukup besar, terutama buat yang suka renang satu lap bolak balik. Hanya saja, waktu saya berkunjung kolam renang sedang ramai. Jadi, berenang pun kurang nyaman pada saat itu. Ruang ganti dilengkapi dengan area bilas, sauna, dan vitality pool. Sayangnya, menurut saya area ini kurang kids-friendly karena ada beberapa tamu dewasa yang buka baju seenaknya di depan anak-anak. Bahkan, anak-anak bisa masuk ke vitality pool yang biasanya digunakan sama orang dewasa yang, beberapa di antaranya, telanjang bulat. I don’t think it’s a good sight for minors.

Henshin sendiri memberikan pengalaman berkunjung ke rooftop bar yang mengesankan. Terlebih lagi setelah bertemu head chef Hajime Kasuga yang sangat ramah dan diajak private tour keliling Henshin, rasanya senang sekali bisa ke sana (and I would love to come back, for sure).

Dengan rate mulai dari 2 juta rupiah per malam (berdasarkan info dari Tripadvisor, harga bisa berubah sewaktu-waktu), The Westin Jakarta menawarkan pengalaman menginap yang berkelas. Dengan pemandangan yang mengesankan dari gedung tertinggi di Jakarta, pelayanan terbaik, dan fasilitas yang lengkap, hotel ini harus dicoba kalau kamu pilih akomodasi bintang lima di Jakarta.

Pros & Cons

๐Ÿ‘๐Ÿป Pros

  • Untuk tipe kamar Premium, posisinya ada di sudut bangunan. Jadi, kita bisa dapat view ke dua arah. Untuk unit saya, view yang didapat adalah view kawasan Mega Kuningan dan Jalan Rasuna Said ke arah Menteng. Kalau pagi-pagi dan udara masih bersih, samar-samar laut bisa keliatan.
  • Bathtub di kamar mandi cukup panjang dan ditempatkan di samping jendela besar (tipe kamar Premium), jadi cocok lah buat memanjakan diri sambil nge-wine, lihat pemandangan di luar, atau baca novel. Mandi mewah lah pokoknya.
  • Kamar mandinya luas dan tampil cantik dalam balutan marmer.
  • Curtain dan sheer diatur lewat tombol-tombol khusus. Jadi, kita nggak perlu repot-repot buka atau tutup secara manual. Cocok buat yang males turun dari tempat tidur.
  • Fasilitasnya lengkap, tapi secara pribadi saya suka dengan vitality pool-nya di ruang ganti pakaian. Karena air di kolam renangnya weirdly terasa dingin (itu untuk ukuran di Jakarta padahal), vitality pool ini pas buat menghangatkan kembali tubuh. Ada juga sauna di ruang ganti.
  • Nginep di sini itu bisa dapat beberapa kebanggaan tersendiri: nginep di bangunan tertinggi di Jakarta dan dapat akses cepat ke rooftop bar tertinggi di Jakarta.
  • Lokasinya strategis. Dekat ke mana-mana, terutama kawasan perkantoran. Kalau mau makan, bisa jalan kaki lima menit ke Plaza Festival, atau ke Seasonal Tastes atau ke Henshin sekalian.

๐Ÿ‘Ž๐Ÿป Cons 

  • Di area shower, split level-nya kurang signifikan dan pembuangan airnya kurang lancar waktu saya ke sana. Genangan air dan split level yang pendek bikin air bisa mengalir ke area kamar mandi yang lain.
  • Kamar gantinya kurang ramah buat anak-anak menurut saya. Beberapa orang dewasa dengan santainya masuk ke vitality pool telanjang bulat, sementara ada anak-anak yang lagi mandi atau ganti baju. Mungkin dikiranya onsen kali ya.
  • Lift dari ground level ke lantai lobi, dan dari lobi ke lantai kamar saya ini beda. Intinya, saya harus naik lift dua kali kalau mau turun dari kamar ke lantai dasar. Agak merepotkan sih, terutama ketika harus buru-buru.
  • Kolam renangnya memanjang, tapi kesannya jadi kecil. Ketika saya ke sana, area kolam renang lagi padat banget sehingga jatuhnya kerasa sempit.
Penilaian

Kenyamanan: ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ
Desain: ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜ถ
Lokasi: ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ
Harga: ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ

Review: Ascott Sudirman Jakarta

Waktu kemarin saya ke Jakarta pas libur Natal, saya cari properti yang pas buat ngundang teman-teman dan ngadain Christmas eve dinner. Awalnya saya sempat kepikiran pesan suite roomย dengan living area terpisah, tapi setelah dipikir-pikir lagi, kayaknya lebih asyik kalo dinner itu kita yang siapin makanannya sendiri. Walhasil, saya pun cari serviced apartment dengan unit yang punya kitchenette dan dining area.

Karena dari tanggal 21-22 Desember saya nginap di kawasan Rasuna Said, saya harus cari properti yang masih deket-deket kawasan sana supaya nggak terlalu capek pindah-pindahnya. Sebetulnya saya suka hotel-hopping, tapi saya nggak suka dengan ribetnya packing dan unpacking. Setidaknya kalau propertinya deket, saya nggak perlu tambah capek dengan kemacetan. Setelah menimbang-nimbang berbagai faktor, akhirnya pilihan saya jatuh kepada Ascott Sudirman Jakarta.

ascott-sudirman-jakrata
Ascott Sudirman Jakarta. Foto milik pihak manajemen.

Berlokasi di kawasan terpadu Ciputra World 2, Ascott Sudirman Jakarta merupakan properti yang masih baru. Seinget saya hotel bintang lima di Jakarta ini buka di pertengahan atau kuartal terakhir 2018 karena di awal 2018, saya belum lihat properti ini di listing Agoda dan Tripadvisor. Akomodasi bintang lima ini punya 192 unit serviced apartment yang terbagi ke dalam empat tipe utama, yaitu Studio Premier, One-Bedroom Premier, Two-Bedroom Premier, dan Three-Bedroom Premier. Untuk unit Studio dan One-Bedroom sendiri, kita bisa pilih mau kamar dengan double bed atau twin bed.

Saya lupa ada berapa lantai pastinya di tower apartemen ini, tapi pengunjung hanya bisa mengakses sampai lantai 30. Sepertinya sih lantai-lantai ke atasnya lagi belum siap dibuka buat publik. Fasilitas yang tersedia di Ascott Sudirman Jakarta cukup komprehensif dan family-friendly. Cocok lah buat yang mau liburan ke Jakarta sama keluarga atau bawa anak kecil.

Kunjungan saya ke apartemen ini selama tiga hari dua malam. Nah, pada awalnya saya pesan unit Studio Premier, tapi karena di malam berikutnya saya berencana untuk adakan makan malam dan undang teman-teman, akhirnya saya upgrade ke unit One-Bedroom Premier. Ada juga cerita lucu tentang teman saya ketika nginap di sini. Ulasan dan cerita lucunya akan saya bahas di segmen berikutnya. Karena saya coba dua unit yang berbeda, saya akan buat dua segmen yang masing-masing subpointsย untuk desain kamar dan kamar mandi.

Studio Premier
Desain Kamar

Sebelumnya, saya sering lihat-lihat properti Ascott yang lain. Di Jakarta sendiri, ada tiga properti Ascott: Ascott Jakarta (di Kebon Kacang, dekat Grand Indonesia), Ascott Kuningan (tetanggaan dengan Raffles Jakarta dan Somerset Grand Citra), dan yang paling bungsu ini Ascott Sudirman Jakarta. Rate hotel memang fluktuatif, dan kadang-kadang naik turunnya signifikan. Waktu merencanakan kunjungan ke Jakarta, rate Ascott Sudirman Jakarta ini yang paling murah di antara properti-properti Ascott yang lain. Dengan rate yang lebih terjangkau dan usia properti yang masih sangat muda, pilihan saya ya jatuh ke sini.

Bicara tentang desain kamar, sebetulnya desain unitnya nggak jauh beda dengan desain unit di Ascott Kuningan. Dua-duanya sama-sama menerapkan interior bergaya kontemporer. Hanya saja, di Ascott Sudirman interior unitnya cenderung terasa lebih ceria dan berwarna karena ada mural di belakang headboard tempat tidur. Ini ngingetin saya sama interior kamar di de Braga by ARTOTEL yang pernah dibahas seblumnya. Bedanya, ambience di sini lebih hangat dan dewasa, sementara di de Braga itu cenderung lebih adem dan youthful.

Unit Studio Premier saya berada di lantai 12, dengan jendela mengarah ke timur. Posisi kamar ini punya keuntungan tersendiri karena ketika pagi, cahaya matahari bisa langsung masuk ke kamar. Kekurangannya ya kalo cahaya mataharinya lagi terik banget, lumayan panas sih suhu kamarnya. Eh, tapi posisi kamar juga memberikan view yang menurut saya sih lebih bagus karena menurut pihak hotel, kamar-kamar yang ada di sisi berlawanan punya view yang kurang asik karena kehalangin Tokopedia Tower.

img_20181223_130006
Area cuci di kitchenette

img_20181223_125943
Entrance dan kitchenette

img_20181223_130104
Living and study area

img_20181223_125952
Tempat tidur dan sofa

img_20181223_130347
View dari kamar

img_20181223_130354
View dari kamar

img_20181223_130122
Studio premier

img_20181223_130010
Mesin kopi. Mesin cuci ada di bawahnya

img_20181223_130333
Living area, dengan Samsung Soundbar

Dengan ukuran 48 meter persegi, unit apartemen saya terasa luas nggak luas. Apa ya istilah yang lebih tepatnya? Mungkin pas-pasan. Unit terasa kecil karena fitur-fitur di dalamnya sebetulnya. Kita mulai dulu dari entrance. Begitu masuk, kita langsung disambut kitchenette berbentuk koridor yang diapit oleh counter dan kabinet di kedua sisinya. Kitchenette ini lengkap dengan kompor induksi, kulkas mini, rice cooker,ย coffee maker, teko pemanas air, bak cuci, dan mesin cuci (plus pengering). Alat-alat makan dan masak disimpan di dalam counter dan kabinet.

Living area punya ukuran yang seadanya, menyatu dengan area tidur. Jarak dari sofa ke televisi cukup dekat dan nggak besar, meskipun meja kopi yang digunakan juga berukuran kecil dan berbentuk silinder. Oh ya, untuk hiburan unit ini dilengkapi dengan entertainment box (ada iFlix) dan Samsung Soundbar yang bisa di-pair ke HP atau laptop buat dengerin lagu sambil goyang dua jari ala lagu tetew.

tenor
Popular culture anak jaman nowย susah dipahami

Furnitur-furnitur di kamar bergaya modern kontemporer, tapi nggak ke arah Scandinavian atau industrial. Atmosfernya lebih ke arah elegan dan bukan minimalis-fungsional. Untuk sejenak, saya bisa “menjauh” sejenak dari interior-interior khas Ikea. Oh ya, dari kitchenette ke area tidur nggak ada pintu atau pembatas yang lebih permanen jadi pastikan nggak masak yang baunya terlalu menyengat. Otherwise, kasurmu nanti bau.

giphy-1
Sehun muntah~

Salah satu spot yang saya suka dari unit Studio Premier ini area kerjanya. Membelakangi jendela, kalau malem-malem area ini bisa jadi spot foto yang bagus buat foto ala ala eksekutif muda dengan latar belakang pemandangan kota. Lampu mejanya punya desain yang unik.

Kamar Mandi

Di unit Studio Premier, kamar mandinya punya ukuran yang cukup luas. Ada lemari pakaian di kedua sisi jalan menuju kamar mandi. Salah satunya memuat ironing board dan bathrobe. Pas lah kalau perlu nyetrika baju, perlengkapannya udah tersedia. Ada juga safe box buat mengamankan barang berharga dan hati yang retak.

tenor3
Hatiku sedih, hatiku gundah

Untuk kamar mandi sendiri sih, desainnya tampak mewah dengan balutan dinding dan lantai berwarna gading. Area wastafel dilengkapi dengan vanity mirror. Kalau mau dandan, kebantu lah. Bath products-nya punya aroma yang beda-beda. Beberapa punya bau yang terlalu menyengat, sementara yang lainnya cukup pleasant di hidung. Oh ya, di kamar mandi juga ada timbangan badan. Waktu saya cek, berat badan saya ternyata 55 kilogram. Apakah ini karena dua hari sebelumnya saya kebanyakan jajan?

img_20181223_130256
Shower area

img_20181223_130232
Area wastafel

img_20181223_130240
Kloset

img_20181223_130155_hht
Safe box

img_20181223_130304
Bathtub

img_20181223_130211
Ironing board dan bathrobe

Area shower berada di samping bathtub dan dibatasi oleh dinding kaca dari area kamar mandi yang lain. Di unit ini, ada rainshower yang cocok untuk saya yang senang merenung. Bathtub-nya sendiri cukup panjang dan dalam, pas buat deep soaking. Intinya sih no objection lah kalau untuk shower dan bathtub. Nah, yang harus saya sesali adalah pintu kamar mandinya. Pintu yang digunakan adalah pintu geser ganda tanpa kunci. Bahkan, ketika pintu ditutup pun saya semacam harus memastikan kedua pintu sudah menempel rapat dan nggak ada celah. Ini jadi hal yang disayangkan karena privasi kita bisa jadi dalam bahaya. Kalau mau tahu apakah ada orang di kamar mandi atau nggak, ya kita harus lihat pintunya ketutup apa nggak. Sayangnya, kadang ada aja orang yang langsung buka pintu tanpa ketuk dulu. Kan nggak lucu kalau lagi doing your business tiba-tiba digrebek.

One-Bedroom Premier
Desain Kamar

Dari segi desain, sebetulnya nggak ada perbedaan signifikan antara setiap kelas unit di Ascott Sudirman Jakarta. Kalau ukuran unit, jelas beda. Unit One-Bedroom yang saya tempati berada di lantai 20, beda 8 lantai sama unit sebelumnya. Namun, jendelanya masih tetap menghadap ke timur dan dengan ketinggian seperti ini, view yang saya dapatkan sedikit lebih bagus (dan lebih tenang karena semakin jauhย dari jalan).

Dengan luas 65 meter persegi, jelas One-Bedroom Premier memberikan lebih banyak ruang. Perubahan yang paling kentara adalah kitchenette-nya. Kalau di unit sebelumnya kitchenetteย menyatu dengan koridor menuju living area, kalau ini dia punya space sendiri yang sebetulnya bergabung dengan living area. Hanya saja, ada meja bar di kitchenette-nya yang menjadi pembatas. Dapurnya juga lebih besar jadi cukup leluasa lah kalau mau masak dengan beberapa orang. Waktu itu, saya masak-masak dengan empat orang dan nggak terasa begitu sesak sih. Senggol sedikit nggak apa-apa, asal nggak pake bacok.

Fasilitas dapur masih sama. Ada mesin cuci, bak cuci, oven, kompor induksi, dan semacamnya. Alat-alat masak dan makan ditempatkan di counter dan kabinet. Ah, perbedaan lainnya dengan unit sebelumnya adalah kulkasnya di sini lebih besar. Kita bisa simpan makanan beku di freezer-nya.

img_20181224_134903
Kitchenette dan mesin cuci

img_20181224_134927_hht
Living area di One-Bedroom Premier

img_20181224_134933
Kamar tidur, masih dengan mural di belakang headboard

img_20181224_134857
Area cuci di kitchenette, ada oven dan alat pembuat kopi

img_20181224_134949
Fasilitas hiburan di kamar tidur

img_20181224_134956_hht
Meja rias di kamar tidur, ada sentuhan midcentury-nya sedikit

Untuk living area, ukurannya memang cenderung lebih luas, tapi kalau rasionya disamakan, jatuhnya sih sama-sama “mepet”. Study area digabungkan dengan living area dan jadi lebih sempit. Di belakang meja kerja ada pintu ke balkon yang dikunci oleh pihak manajemen. Furnitur yang dipakai masih bergaya kontemporer, dengan dominasi warna-warna earthy yang hangat. Samsung Soundbar dan entertainment box juga dihadirkan di unit ini. Waktu malam Natal, saya seneng putar playlist Christmas Jazz di Spotify buat menemani masak-masak.

Kamar tidur berada terpisah dari ruang keluarga dan kitchenette jadi say goodbye to bau asap gorengan! Ukuran kamar tidurnya cukup luas, dengan TV layar datar, meja rias, dan armchair di dekat jendela. Ini jadi spot yang pas buat baca buku sambil ngopi, atau untuk sekadar ngegalau (aktivitas ini tidak disarankan). Mural kontemporer terpasang di belakang headboard. Dominasi warna-warna earthy juga ditemukan di kamar, bikin tidur terasa nyaman.

Kamar Mandi

Luasnya unit One-Bedroom Premier berimbas pada ukuran kamar mandi yang juga lebih besar. Di unit ini, ada his-and-hers bathroom sink. Jadi buat yang datang sama pasangan, nggak perlu takut rebutan wastafel dan bisa dandan bersama. Seperti unit sebelumnya, kamar mandi di unit ini tampak mewah dalam balutan warna beige.

img_20181224_135013
Shower area, sekarang terpisah dari bathtub

img_20181224_135006
His-and-hers bathroom sink

img_20181224_135002
Area bathtub

img_20181224_135027
Kloset kamar mandi

Perlengkapan kamar mandi sendiri ngga berbeda. Bath products seperti yang ada di Studio Premier masih bisa ditemukan di sini. Bathtub-nya dari segi ukuran pun sama. Nah, shower area di unit ini terpisah dari bathtub, dibatasi oleh dinding kaca. Saya sendiri ketika nginap di unit ini nggak sempat pakai bathtub-nya, tapi kehadiran rainshower cukup menjadi pelipur lara.

Kamar mandi bisa diakses melalui “foyer” kecil yang diapit oleh lemari pakaian. Sama seperti unit Studio Premier, lemari ini memuat safe box, ironing board, dan bathrobe. Pintu yang digunakan pun masih sama, double sliding door kayu kunci. Lagi-lagi privasi terpaksa “disunat” di unit ini. Meskipun demikian, kalau kita mau mengundang tamu, mereka nggak harus pakai kamar mandi en suite karena di unit ini, ada half bathroom di koridor menuju kitchenette dan living area.

Fasilitas Umum
Restoran

Untuk bersantap, Ascott Sudirman Jakarta punya restoran yang berada di lantai lobi. Nah, restoran ini punya akses ke taman. Waktu saya berkunjung, tamannya sebetulnya sudah rapi dan cantik. Hanya saja, masih keliatan ada pembangunan yang masih berlangsung. Di outdoor seating area, ada mesin pemanggang yang kayaknya dipakai untuk barbeque party atau semacamnya.

img_20181223_212906
Lobby, dengan pohon Natal

img_20181223_212936_hht
Lobby

img_20181223_212857_hht
Lobby

img_20181223_212926_hht
Restoran

img_20181223_212840
Lobby

img_20181223_212917_hht
Restoran dan tangga menuju The Library

img_20181223_212931_hht
Restoran

Lobinya sendiri menurut saya sih sedikit sempit. Mungkin karena penempatan set meja kursinya terlalu berdekatan satu sama lain. Di dekat restoran, ada tangga menuju The Library, salah satu public space di Ascott Sudirman Jakarta yang saya suka. Oh ya, di tangga juga ada mural besar yang pas buat dijadikan backdrop foto Instagram.

img_20181223_230754_hht

img_20181223_230805_hht

img_20181223_230819_hht

Naik satu lantai dari lobi lewat tangga, ada beberapa hall serbaguna untuk berbagai acara. Nah, di depannya ada area bernama The Library yang pada dasarnya sih semacam lounge dengan bar. Ketika saya keliling-keliling, saya nggak nemu rak-rak berisi buku (despite the name). Mungkin buku-bukunya belum disiapkan ya. Saya datang pas tengah malam jadi The Library ini kosong banget. Ada juga pintu menuju balkon, tapi sayangnya pintunya terkunci jadi saya nggak bisa main di balkon.ย The Library ini tampil mewah dan elegan dalam furnitur bergaya kontemporer, balutan palet warna gading, mahogany, dan putih, dan pencahayaan yang redup, tapi seksi.

Kolam Renang, Sauna, dan Steam Room

Nah, kalau menginap di sini, fasilitas yang satu ini jangan sampai dilewatkan. Berada di lantai 30, kolam renang di Ascott Sudirman Jakarta menghadirkan pemandangan kota ke arah barat. Kolam renangnya sendiri berbentuk memanjang, dengan dinding kaca sebagai pembatasnya.

img_20181224_102439

img_20181224_102350

View dari kolam renang bikin saya dan teman-teman betah nongkrong di sana. Ada juga beberapa kursi santai dan “sarang burung” gantung sebagai tempat duduk pengunjung. Sayangnya, area ini kekurangan tempat duduk. Mungkin karena keterbatasan ruang juga. Untuk bilas, pengunjung bisa pakai shower yang ada di salah satu sudut kolam renang atau langsung ke kamar mandi.

Habis berenang, pengunjung bisa coba relaksasi di sauna dan steam room yang ada di kamar mandi pria dan wanita. Untuk kapasitasnya sendiri memang nggak besar, mungkin sekitar enam atau tujuh orang. Waktu saya berkunjung, kebetulan lagi kosong saunanya jadi kita bisa coba tanpa ngerasa ditungguin.

 

img_20181224_122851
Wastafel

img_20181224_122855_hht
Area shower

img_20181224_122927_hht
Steamroom. Kelihatan masih belum beres

img_20181224_123040_hht
Sauna

Selain sauna, di kamar mandi ada dua shower box. Ada juga steam room di samping suana yang kelihatannya masih unfinished karena di bawah tempat duduk, masih ada keramik-keramik. Untuk ruangannya sendiri sih udah berfungsi karena kerasa banget uapnya. Hanya saja, ya itu tolong mungkin pihak manajemen ruangannya lebih dirapikan.

Gym

Nggak jauh dari kolam renang, ada gym dengan peralatan yang cukup lengkap. Di hari kedua kunjungan, gym ini penuh sama anak-anak kecil yang olahraga. Yap. Anak-anak kecil. Untungnya mereka berada di bawah pengawasan orang tuanya. Ada juga ruang yoga di ujung gym. Saya olahraga di sini di pagi hari terakhir. Kebetulan lagi sepi, saya bisa olahraga tanpa dikejar-kejar waktu.

This slideshow requires JavaScript.

Berseberangan dengan gym, ada satu ruangan bernama The Sanctuary. Sebetulnya, ruangan ini itu semacam ruang relaksasi sederhana dengan tiga massage chair yang menghadap ke arah dinding kaca. Sambil dipijat, kita bisa lihat pemandangan kota dan kolam renang. Fasilitas ini ternyata cukup populer karena yang ngantri pengen coba kursi pijatnya cukup banyak.

Gamesroom & Cubbies Kids’ Club

Di hari terakhir, saya berencana mengunjungi dua fasilitas umum di Ascott Sudirman Jakarta. Kedua fasilitas ini berada di lantai 29, hanya beda satu lantai dari lantai kolam renang. Menurut saya, gamesroom dan Cubbies Kids’ Club ini jadi fasilitas andalan properti.

This slideshow requires JavaScript.

Kalau datang bawa anak-anak, Cubbies Kids’ Club bisa jadi tempat yang pas buat ngasuh. Ruangannya cukup luas, dilengkapi dengan mainan anak, rumah-rumahan, kolam bola, set meja kursi untuk menggambar, dan televisi. Suasananya ceria, dengan mural-mural warna warni di setiap sisi dinding. Lantainya pakai karpet yang empuk. Saya ambil beberapa foto di sana karena properti dan ruangannya gemesin.

Untuk gamesroom, sayangnya fasilitas ini hanya bisa digunakanย by request. Ini artinya kalau mau pakai, kita harus hubungi pihak hotel dulu. Di dalamnya, ada meja bilyar, televisi, dan sofa-sofa empuk. Oh ya, di sini juga kita bisa main PS4, tapi ya begitulah. Kita harus ngomong dulu ke pihak hotel.

Lokasi

Bicara soal lokasi, Jalan Prof. Dr. Satrio memang terkenal cukup padat pas jam berangkat atau pulang kerja. Untungnya, kondisi lalu lintas justru sepi waktu saya ke sana. Mungkin karena lagi musim liburan.

Berada di kompleks Ciputra World 2, Ascott Sudirman Jakarta tetanggaan dengan Tokopedia Tower. Properti ini juga berjarak sekitar 5 menit aja dari Lotte Shopping Avenue dan DBS Tower dengan berjalan kaki. Kalau dari Mega Kuningan, jalan kaki mungkin sekitar 15 menit (saya bahkan sempat joging pagi ke kawasan Mega Kuningan dari hotel).

Soal aksesibilitas, properti ini memudahkan kita buat ke mana-mana. Mau ke mal? Tinggal jalan kaki. Ada rapat di Tokopedia Tower? Tinggal jalan ke tower seberang. Hanya saja karena properti ini masih baru, kadang-kadang orang suka salah kira, seperti kasusnya teman saya. Jadi waktu itu, teman saya mau datang berkunjung untuk nginep. Saya udah bilang bahwa saya nginep di Ascott Sudirman. Karena sama-sama berakhiran “-an” dan berlokasi di Dr. Satrio, teman saya mengira saya nginep di Ascott Kuningan. Walhasil, dia kepaksa jalan kaki dari Ascott Kuningan ke Ascott Sudirman, malam-malam sekitar jam 11.

Kesimpulan

Sebagai properti yang masih seumur jagung, Ascott Sudirman Jakarta punya beberapa hal yang memang harus dibenahi, seperti pembangunan beberapa fasilitas yang belum diselesaikan. Untuk kualitas layanan sendiri, saya nggak ada objection tertentu. Kondisi unit juga bagus, dengan perlengkapan yang berfungsi dengan baik. Bahkan, ada buku manual lengkap yang memuat cara menggunakan berbagai peralatan di kamar, termasuk Samsung Soundbar dan mesin cuci.

Interior kamar bergaya kontemporer dengan balutan warna-warna earthy membangun suasana hangat dan nyaman. Christmas eve dinner saya dengan teman-teman terasaย ceria. Kitchenette yang lengkap dan kehadiran fasilitas hiburan membuat pengalaman menginap jadi lebih menyenangkan. Ukuran unit memang segitu-gitunya, tapi seenggaknya masih terasa nyaman, bahkan untuk menjamu lima orang (termasuk saya).

Yang kurang disukai sih sebetulnya pintu kamar mandinya. Dengan double sliding door tanpa kunci, saya agak takut ada orang yang langsung masuk ke kamar mandi tanpa ketuk pintu, sementara di kamar mandi lagi ada orang yang pakai. Bath products-nya menarik. Memang secara personal saya kurang suka beberapa aromanya.

Dengan rateย mulai dari kisaran 1,2 juta rupiah per malam (berdasarkan rate yang saya dapat waktu booking dari Agoda), saya mendapatkan pengalaman menginap yang cukup menyenangkan. In-room amenities dan fasilitas umum bintang lima tentunya menjadi faktor yang membuat pengalaman saya berkesan. Selain itu, lokasinya juga memudahkan saya untuk pergi ke mana-mana. Kalau ada rencana liburan di Jakarta bersama keluarga, saya rasa Ascott Sudirman Jakarta bisa jadi pilihan hotel bintang lima di Jakarta yang tepat dengan harga yang relatif terjangkau di kelasnya.

Pros & Cons

๐Ÿ‘๐Ÿปย Pros

  • Lokasinya prima. Ke mana-mana deket. Untuk kunjungan bisnis atau liburan, hotel ini menawarkan akses yang mudah, baik ke area perkantoran maupun mal.
  • Dibandingkan dengan teman-teman sejawatnya, Ascott Sudirman Jakarta ini si bungsu dengan rate yang bisa dibilang lebih terjangkau.
  • Usianya masih baru. Jadi, berbagai furnitur dan perlengkapan unit ya masih baru juga. Desain kontemporernya cocok buat orang-orang yang punya preferensi ke arah modern.
  • Fasilitas umumnya lengkap, dari mulai kolam renang, gym, sauna, steam room, sampai gamesroom.
  • Ada Cubbies Kids’ Club buat anak-anak. Cocok lah kalau menginap sama anak kecil.
  • Samsung Soundbar dan entertainment box (iFlix) jadi fasilitas hiburan en suite yang mengasyikkan. Pas banget buat movie night bareng teman-teman.

๐Ÿ‘Ž๐Ÿปย Cons

  • Ukuran living area untuk unit Studio Premier dan One-Bedroom Premier nanggung. Luas nggak, sempit juga nggak.
  • Akses ke tower apartemen dari gerbang Ciputra World 2 lumayan jauh. Datang pakai mobil pun, alur lalu lintasnya agak “membingungkan”.
  • Beberapa area hotel masih belum selesai dibangun. Persentasenya mungkin 80% beres lah. Fungsional, tapi ya secara estetika kurang enak dipandang aja.
  • Kamar mandi di unit Studio Premier dan One-Bedroom Premier pakai double sliding door tanpa kunci. Privasi bisa jadi agak terancam kalau ada orang yang tiba-tiba buka pintu dan nyelonong masuk ke kamar mandi, tanpa ngetuk dulu.
Penilaian

Kenyamanan: ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜ถ
Desain: ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†โšช๏ธ
Lokasi: ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿ˜ถ
Harga: ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ’ฐ