Category Archives: 3 Stars

Review: Holiday Inn Express Matraman

Dari semua kawasan di Jakarta, saya paling jarang berkunjung ke Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Wilayah edar saya bisa dibilang itu lagi itu lagi: Jakpus, Jaksel, dan Jakbar. Teman-teman saya bahkan bisa nebak saya ke mal apa kalau ke Jakarta saking seringnya ke sana (dan seolah nggak ada tempat tujuan lain). Sebagian besar teman-teman saya tinggal di tiga kawasan itu dan jujur aja, dengan kereta api sebagai moda transportasi favorit saya, tiga kawasan itu rasanya lebih nyaman untuk saya kunjungi atau jadikan patokan untuk cari hotel. Maklum. Saya ‘kan turun di Gambir.

Namun, di tahun kemarin saya dan Pak Suneo sempat menginap di salah satu properti di kawasan Jakarta Timur. Nggak begitu jauh dari Jakpus sebetulnya dan surprisingly, pemandangan yang saya dapat dari kamar justru keren banget. Hotel budget di Jakarta Timur ini bisa jadi pilihan akomodasi ramah di kantung yang pas karena fasilitas yang ditawarkan cukup komprehensif untuk properti di kelasnya. Tanpa berlama-lama, langsung aja saya bahas propertinya di bawah ini.

review holiday inn express matraman

Holiday Inn Express Matraman adalah hotel bintang tiga yang berlokasi di Jl. Matraman Raya, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Properti milik IHG ini adalah hotel kedua dari lini Holiday Inn Express yang saya inapi (yang pertama adalah Holiday Inn Express Thamrin). Karena sudah pernah menginap di HIEX sebelumnya, saya bisa tahu what to expect. Hotel ini juga salah satu yang paling baru di antara properti-properti IHG lainnya di Jakarta (saya lupa duluan ini atau InterContinental Pondok Indah, ya?).

Dilansir dari situs resmi hotel, ada 179 kamar yang disebar ke 8 lantai. Untuk tipe kamar sendiri, secara umum sih semuanya sama dan hanya dibedakan oleh tempat tidur (1 queen-size bed atau twin bed). Ya, sama seperti Holiday Inn Express Thamrin. Soal fasilitas, ada gym, laundry room, meeting room, dan restoran di Holiday Inn Express Matraman. Bisa dipastikan keempat fasilitas itu ada di properti-properti lini Holiday Inn Express. Namun, sepengetahuan saya, ada juga beberapa properti di lini ini yang menawarkan kolam renang sebagai pelengkap gym, seperti Holiday Inn Express Clarke Quay di Singapura (hotel ini udah masuk ke list saya. Semoga kondisi bisa segera membaik dan saya bisa berlibur lagi ke luar negeri dengan aman dan mudah).

Saat menginap, saya dan Pak Suneo menempati kamar di lantai 7 dengan posisi jendela menghadap ke arah jalan. Menurut Bu Eka, guest service leader hotel, kamar-kamar yang posisinya di depan ini salah satu pilihan terbaik hotel. Nggak salah sih karena view yang didapatkan memang keren banget. Meskipun nggak berada di jantung kota banget, hotel ini berhasil menawarkan pemandangan kota yang keren banget menurut saya. Sometimes you just have to go farther to have a better view to enjoy. Ulasan lengkapnya seperti biasa saya sajikan di segmen berikutnya.

Desain Kamar

Berbeda dengan Holiday Inn Express Thamrin yang mengusung desain kontemporer yang lebih elegan, Holiday Inn Express Matraman justru mengusung desain yang menurut saya sih lebih youthful dan ceria, dan nggak biru “generic” khas lini Holiday Inn Express. Dengan luas 18 meter persegi, kamar-kamar di properti ini memang nggak begitu luas. Namun, penggunaan warna putih yang mendominasi interior kamar membuat kamar terasa lebih lapang, terutama dibarengi dengan jendela berukuran besar. Elemen-elemen kayu menggunakan warna cokelat dengan hue yang lebih terang sehingga membangun kesan hangat. Sebagai focal point, dinding di belakang tempat tidur digambari pola geometri dengan warna-warna pastel.

Saat ambil foto, sebetulnya ada dua kamar yang digunakan. Kamar yang kami tempati nggak punya connecting door. Namun, besoknya kami diajak Bu Eka lihat-lihat properti dan kamar yang ditunjukkan punya connecting door. Jadi, jangan bingung ya kalau ada yang beda di foto-fotonya. Soal fasilitas kamar sendiri, semuanya sama kok. Ada TV, AC, kursi kerja ergonomis, iPod docking station, electronic safe, kulkas kecil, dan tea/coffee maker. Koneksi WiFi yang tersedia cukup reliable untuk kerja dan nge-YouTube. Kebetulan waktu menginap, saya juga harus beresin kerjaan dan selama kerja, saya ngga mengalami gangguan pada koneksi internet. Closet yang tersedia di kamar konsepnya terbuka. Kalau tertutup, kayaknya sih kamar akan terkesan lebih rapi. Namun, dengan konsep terbuka seperti ini, kamar bisa terlihat lebih luas… selama pakaian yang digantungnya nggak banyak sih.

Selama menginap di Holiday Inn Express Matraman, saya nggak mengalami kendala di kamar terkait aspek fasilitas. Kualitas kanal televisi baik, koneksi WiFi juga baik, dan AC berfungsi dengan normal. Oh, ya! View dari kamar juga keren, terutama di malam hari. Sayangnya, kaca jendelanya ditempeli lapisan berwarna biru. Walhasil, fotonya pun jadi ikut berwarna biru. Gedung-gedung tinggi di kawasan Jakarta Pusat dan SCBD keliatan bagus banget di malam hari. Kalau tahun baru, kayaknya lihat kembang api dari hotel bakalan seru banget.

Sebetulnya, menginap di sini merupakan idenya si Suneo. Sejauh ini, dia lebih senang stay di pusat kota yang lebih bustling. Dia sendiri suka datang kesini di malam tahun baru. Pasalnya, dia pengen cari tenang dan suasana yang lebih nyaman buat menikmati tahun baru. Waktu saya lihat pemandangan dari jendela kamar, well, I can undestand his reason.

Kamar Mandi

Soal kamar mandi, ukurannya memang kecil. Penggunaan dinding marble berwarna putih dan pencahayaan yang cukup terang membuat kamar mandi terkesan lebih luas. Namun, sayangnya terlepas dari penggunaan tersebut, kamar mandi pada akhirnya tetap terasa sempit sih. Yang saya suka adalah adanya rain shower, seperti yang kalian pernah baca di review-review sebelumnya. Keluaran air dari shower pun cukup kencang. Kalau rain shower airnya kecil tuh bakalan kurang seru mandinya.

Bathroom amenities yang lain mencakup peralatan kebersihan pribadi, sampo/sabun, dan hair dryer. Nggak ada timbangan di sini dan entah kenapa, makin ke sini saya makin enggan pakai timbangan. Rasanya kesal sendiri kalau lihat timbangan makin naik. Lihat perut yang makin buncit aja rasanya geregetan sendiri. Secara keseluruhan, nggak ada keluhan terkait kamar mandi di Holiday Inn Express Matraman. Saya bisa mandi dengan nyaman.

Fasilitas Umum

Restoran

Untuk bersantap di Holiday Inn Express Matraman, ada restoran yang di lantai dasar. Bicara soal desain, interiornya mengusung gaya kontemporer yang didominasi warna-warna putih. Penggunaan warna-warna ash dan oranye pada jok kursi, golden oak pada meja, dan hitam pada kerangka kursi dan panel dinding membuat ruangan terlihat lebih elegan. Ukuran restoran sendiri sebetulnya nggak besar-besar banget, tetapi pemilihan warna yang pas dan banyaknya cahaya alami yang masuk lewat jendela-jendela full-height di salah satu sisi ruangan membuat ruangan terasa lebih lapang dan nggak mengekang. Station-station makanan dan minuman ada di sisi ruangan yang lebih dalam.

Sisi dengan station makanan dipercantik oleh penggunaan ubin memanjang berwarna putih yang dipasang dalam pola running bonds. Di dinding pun dipasang semacam rak dengan foto-foto atau gambar-gambar. Dengan berbagai peralatan makan dan memasak di atas counter, area ini terasa seperti dapur rumah sendiri karena cukup cluttered (in a positive way, like a lived-in house). Waktu saya lihat-lihat, meja dan kursi yang tersedia terkesan seperti banyak. Namun, kalau saya hitung-hitung lagi, ketika tingkat okupansi hotel sedang penuh, sepertinya meja dan kursinya akan kurang.

Saya lupa foto menu sarapan saya dan saya juga lupa waktu itu sarapan dengan apa saja (aduh maaf), tapi kalau saya coba ingat-ingat, pilihan menunya untuk properti bintang tiga sih cukup variatif. Kondisi makanan (rasa dan suhu) pun masih bagus, meskipun saya bangunnya agak telat. Yang saya ingat adalah di station minuman, ada teh aroma jeruk purut (kesukaan saya ini!). Sayangnya, di sini tidak tersedia (atau tidak disediakan pada saat itu) hot chocolate, seperti yang pernah saya temukan di Holiday Inn Express Thamrin.

Di lobi, ada satu sudut yang berfungsi sebagai bar, tapi karena di situ juga dijual camilan-camilan, saya melihatnya seperti “kantin” kecil. Saya malah ingat kantin yang jual berbagai jajanan di kampus atau sekolah saya; hanya saja, di sini ditambah meja dan kursi bar. Posisinya tepat di dekat pintu masuk menuju lobi. Sebetulnya, di seberang jalan juga ada Indomaret, tapi kalau mager jalan jauh atau keluar hotel, ya, beli jajanan di sini juga bisa lah. Ada Lay’s juga, lho!

Seriously. I hope Indofood won’t take Lay’s away from me…

Gym, Laundry Room, dan Meeting Room

Fasilitas wajib berikutnya yang tersedia di semua lini Holiday Inn Express adalah gym dan laundry room. Kedua fasilitas ini berada di satu lantai yang sama. Ruangan gym di Holidan Inn Express Matraman bisa dibilang tidak begitu luas. Namun, besarnya jendela dan pencahayaan alami yang maksimal membuat ruangan terkesan luas. Alat-alat olahraga seperti treadmill diposisikan menghadap jendela sehingga tamu bisa berolahraga sambil melihat pemandangan di luar.

Soal alat, menurut saya sih alat-alat yang tersedia sudah cukup pas lah buat basic exercise. Lagipula, ruangan yang ada ‘kan nggak cukup besar. Jadi, kalau dipaksakan tambah alat justru akan bikin ruangan sempit. Saya nggak sempat berolahraga lama-lama di sini karena terlalu capek. Namun, lari di atas treadmill selama sekitar 15 menit sudah dirasa cukup bikin saya berkeringat banyak (dan makin capek).

Di sebelah gym, ada ruang rapat yang kebetulan pintunya terbuka. Walhasil, saya jadi ngintip ke dalamnya karena penasaran. Ukurannya cukup luas dan cocok untuk rapat kecil dengan belasan orang (maksimal). Ruangan ini juga punya jendela-jendela besar yang menghadap ke jalan raya. Jadi, ruangan ini nggak terasa mengekang, apalagi dengan dinding bercat pastel. Sejujurnya, saya merasa senang nulis review untuk Holiday Inn Express Matraman karena dibandingkan properti-properti lainnya, baru kali ini saya sampai bisa cek ruang rapat, salah satu fasilitas yang saya biasanya nggak “sentuh” saat menginap di hotel. Ya, mau rapat sama siapa lagipula? Ha ha ha.

Fasilitas dasar di ruang rapat pun tersedia. Sudah ada proyektor yang terpasang di langit-langit. Meja, papan tulis, screen, dan semacamnya pun sudah ada. Kalau alat tulis, air mineral, dan buku catatan sih, saya yakin akan disediakan oleh pihak hotel saat ada yang pakai ruang rapat ini.

Fasilitas berikutnya yang saya sambangi di Holiday Inn Express Matraman (walaupun nggak saya pakai) adalah laundry room. Ruangan ini berada satu lantai dengan gym dan ruang rapat, tetapi nggak punya jendela. Walhasil, kesannya kayak mengekang. Namun, ada televisi di sana sebagai sarana hiburan buat yang ingin nyuci baju atau nyetrika.

Berhubung nggak ada baju yang saya harus cuci, saya cuman lihat-lihat saja. Setrika (dan ironing board-nya), mesin cuci, dan dryer tersedia sepasang-sepasang. Ada juga wastafel. Televisi dipasang di salah satu sisi ruangan (nggak saya foto). Ada juga kursi dan sofa buat yang mau nunggu cucian sambil nonton televisi. Untuk koin, ini bisa didapatkan di resepsionis. Saya kurang tahu apakah detergen dan pelembut juga disediakan karena saya nggak nemu, tapi sepertinya sih ada (mungkin harus tanya pihak hotel). Hmm… Kalau ngga mau nonton televisi, saran saya sih bisa olahraga sambil nunggu cucian beres. But perhaps, a little Marimar or Rosalinda won’t hurt.

*dancing to Marimar while ironing my clothes*

Lokasi

Sesuai nama properti, Holiday Inn Express Matraman berlokasi di kawasan Matraman. Saya sendiri sebetulnya sangat jarang main atau berkunjung ke kawasan ini. Namun, waktu ke sana dari titik awal Wahid Hasyim, ternyata perjalanan nggak memakan waktu yang terlalu lama. Mungkin karena kondisi lalu lintas lagi relatif sepi, atau memang jaraknya nggak jauh.Β 

Di dekat hotel, ada banyak tempat-tempat yang bisa dikunjungi. Mau ngopi, ada Starbucks dan beberapa kafe lain. Soal makan, di hotel sendiri sudah ada restoranΒ but if you want to choose something else, ada banyak juga kok restoran di sekitar hotel (waktu itu, saya malah pesen makan siang dari HokBen). Nggak jauh dari hotel juga ada Gramedia,Β in caseΒ mau beli bacaan apa gitu. Di depan properti sendiri ada halte Transjakarta. Jadi, bisa dibilang sih dari segi lokasi, properti ini cukup strategis dan memberikan banyak kemudahan untuk bepergian.Β 

Oh, ya! Satu hal lagi yang menurut saya sih jadi kelebihan saat menginap di sini adalahΒ viewΒ dari kamar. Memang sih nggak semua kamar menawarkanΒ viewΒ kota yang cantik, tapi kalau dapat kamar-kamar dengan jendela yang menghadap ke arah jalan, dari kamar kita bisa melihatΒ city viewΒ Jakarta yang cantik dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Waktu diajak ke hotel ini dan dikasih tahu lokasinya, saya sempat ragu soalΒ viewΒ dari kamar. Namun, setelah sampai di kamar, ya,Β viewΒ dari jendela memang bagus sih, terutama di malam hari. Terima kasih lagi buat pihakΒ Holiday Inn Express MatramanΒ karena sudah assign kamar denganΒ viewΒ kota yang keren.Β 

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi.Β ExperienceΒ yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel.Β 

Bicara soal pelayanan, saya terkesan dengan apa yang ditawarkan olehΒ Holiday Inn Express Matraman. ProsesΒ check-inΒ berjalan lancar dan seperti biasa,Β being a social butterfly, Pak Suneo ngobrol lama dulu dengan Puput di resepsionis (but I, too, enjoyed the conversation). Kebersihan kamar terjaga dengan rapi dan perlengkapan kamar pun berfungsi dengan baik. Fasilitas-fasilitas lain juga dirawat dan dikelola dengan baik.Β Kalau ada apa-apa, staf hotel juga cekatan menanggapi kami.Β 

Yang jelas sih, kami (terutama saya karena baru kali pertama ke sana) senang bisa bertemu dengan Bu Eka selakuΒ guest service leaderΒ Holiday Inn Express Matraman. Bu Eka mengajak kamiΒ room tourΒ dan cerita banyak soal hotel, termasuk dunia perhotelan dalam kondisi sebelum pandemi meledak. Saya ikut sedih saat dengar kisah-kisah perjuangan di duniaΒ hospitalityΒ di tengah kondisi pandemi yang tampaknya nggak akan membaik dalam jangka waktu dekat. Semoga semuanya tetap dikasih kekuatan dan kesehatan.Β 

Kesimpulan

A nod to the Holiday Inn Express quality signature. Lini yang satu ini memang tidak se-wah atau selengkap lini IHG lainnya, tetapi dari segi kualitas, properti-properti Holiday Inn Express nggak main-main, termasukΒ Holiday Inn Express Matraman. Untuk sebuah propertiΒ budget, hotel ini memberikan fasilitas dan pelayanan yang saya bisa bilang sih di atas rata-rata. DariΒ gymΒ sampaiΒ laundry room, fasilitas-fasilitas yang tersedia cocok, terutama untuk kalangan pebisnis yang lebih senang denganΒ no-frill thingy: kamar yang cukup luas dengan tempat tidur yang nyaman, fasilitas MICE yang cukup komprehensif,Β gymΒ untuk olahraga, danΒ laundry roomΒ untuk cuci baju (kalau memang mau cuci sendiri). Setidaknya, kebutuhan dasar tuh sudah terpenuhi.Β 

Soal desain kamar, sejujurnya saya memang tidak menemukan sesuatu yang sangat spesial atau unik. Namun, pola geometrik pada dinding di belakang tempat tidur membangun suasanaΒ youthfulΒ dan ceria, tanpa terkesan terlaluΒ β€œnyolot” atau semacamnya. Dalam balutan marmer berwarna putih, interior kamar mandi terlihat sedikit nabrak dengan interior utama kamar. Namun, fasilitas kamar mandi yang lengkap bisa mengalihkan perhatian saya dari ke-nabrak-an itu. Di kamar mandi juga tersediaΒ rainshower, fitur yang saya suka dari kamar mandi. Β Dari segi lokasi, Holiday Inn Express Matraman memang nggak berada tepat di pusat kota. Untuk yang fokus samaΒ nightlifeΒ atauΒ city life, properti ini mungkin bukan opsi yang sempurna. Namun, masih ada taksi daring dan moda transportasi lainnya untuk mengakses pusat kota.Β Lagi pula, untuk urusan makan atau belanja sih, di dekat hotel ada banyak restoran, kafe, hingga pusat perbelanjaan.

Waktu saya cek di aplikasi IHG,Β Holiday Inn Express MatramanΒ menawarkanΒ rateΒ mulai dari 360 ribuan nett per malam. Untuk harga segitu dengan fasilitas yang ditawarkan, menurut saya sih hotel ini layak dipertimbangkan.Β Kawasan Matraman sendiri bukan wilayah edar saya, tapi setidaknya saya tahu bahwa ada pilihan akomodasi yang akan jadi pertimbangan saya kalau sewaktu-waktu saya harus berkunjung ke Matraman.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Fasilitas cukup komprehensif. Ada gym, laundry room, dan meeting room.
  • Rate-nya masih terbilang terjangkau.
  • Dekat dari halte Transjakarta.
  • Area parkir cukup besar.
  • City view dari kamar bagus (untuk kamar-kamar dengan jendela yang menghadap ke jalan raya).

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Lokasi nggak tepat di pusat kota yang ramai. Untuk yang lebih suka berada di jantung kota dan menikmati all the hustle and bustle, harus siap berkendara atau make a longer trip.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😢
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†βšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩😢
Harga: πŸ’°πŸ’°

Review: Yello Paskal Bandung

Mendengar istilah budget hotel, saya nggak bisa bohong kalau salah satu hal yang terpikir adalah hotel-hotel cookie-cutter. Istilah hotel cookie-cutter mengacu pada hotel-hotel (biasanya akomodasi bujet) dengan desain interior yang serupa/senada. Umumnya, hotel-hotel kayak gini menerapkan gaya kontemporer minimalis pada interior kamar yang tidak memiliki keunikan/kekhasan tertentu, dan bisa ditemukan juga di hotel-hotel lain. Makanya, istilah cookie-cutter pun dibuat. In a layman’s term, mungkin sebutannya copy-paste kali, ya, walaupun memang desainnya nggak 100% identik banget.

Nah, beberapa pemilik properti melihat ini sebagai satu aspek yang bisa dimodifikasi supaya hotelnya nggak terkesan “bias-bias anjas” alias biasa aja (kalau pakai bahasanya Tante Debby Sahertian). Meskipun pada dasarnya merupakan akomodasi ekonomis, beberapa properti memainkan aspek desain sebagai keunggulannya. Walhasil, bisa kita lihat banyak banget hotel-hotel budget dengan kamar berdesain unik dan cantik yang Insta-worthy. Nggak bisa dipungkiri lagi deh. Berbagai hal Insta-worthy itu menjual banget di era seperti sekarang. Content, you know. Bahkan, beberapa hotel bujet yang mengusung desain interior unik pada akhirnya nggak lagi dipandang sebagai properti ekonomis. Saya sendiri kadang bingung ketika harus ngelompokkin properti seperti ini. Dibilang hotel budget, bukan. Dibilang hotel butik, juga bukan. Ujung-ujungnya saya selalu tag properti kayak ini ke dua kategori, budget dan midscale.

Di Bandung, ada salah satu properti milik Tauzia Hotels yang, selain lokasinya strategis gilingan alias gila, desain interiornya juga cucok meong wak (buset dah ini gue kesambet apa pake bahasa gaul terus?! Tobat, Hun!). Saya berkesempatan menginap di sini tahun kemarin bareng si Pak Suneo. Dia pilih properti ini, salah satunya karena dekat dari mal. “Supaya gampang liat-liat ke Uniqlo”, katanya. Ya, akses ke mal yang berada tepat di bawah hotel jadi salah satu keunggulan hotel ini.

Yello Paskal Bandung. Foto milik pihak manajemen hotel.

Yello Paskal Bandung adalah hotel bintang 3 yang berlokasi di Kompleks Paskal Hypersquare, Jalan Pasir Kaliki no. 25, Bandung. Properti kelas budget-midscale milik Tauzia Hotels ini merupakan hotel Yello pertama di Bandung. Saya sendiri sebelumnya sudah pernah nginap di Yello Hotel yang ada di Jakarta, tepatnya di Harmoni (udah dua kali sebetulnya. Review nanti menyusul, ya). Dari alamatnya, kita bisa tahu kalau properti ini ada di kompleks perbelanjaan yang nge-hits di Bandung. Lebih tepatnya lagi, tower hotel berada di atas bangunan Paskal 23, mal upscale yang sering jadi tujuan nongkrong anak gahol Bandung, walaupun saya lebih suka ke Paskal Food Market-nya daripada ke malnya.

Dilansir dari situs web resmi hotel, Yello Paskal Bandung mengedepankan seni urban dan teknologi sebagai keunggulannya, serta menargetkan netizen sebagai target tamunya. Well, nggak aneh sih karena dari segi desain, interior-interior hotel, baik ruang publik maupun kamar tamu menampilkan gaya yang youthful dan Instagrammable banget. Sayangnya, situs web resmi hotel nggak banyak menawarkan informasi tentang hotel itu sendiri. Untungnya, masih ada Tripadvisor yang jadi sumber referensi saya. Dilansir dari Tripadvisor, hotel Instagrammable di Bandung ini punya 105 kamar yang terbagi ke dalam dua tipe: Yello Room dan Yello Suite. Nah, yang Yello Suite ini, saya juga nggak dapet banyak informasi. Namun, dari fotonya sih yang jelas kamar terlihat lebih luas dengan sofa memanjang di samping jendela. Soal fasilitas, ada restoran, ruang rapat, kolam renang, netzone, dan gaming station.

Saat berkunjung, saya menginap di kamar tipe Yello Room. Selama menginap, akses cepat ke mal jadi hal yang bikin saya senang. Gimana nggak? Mau cari makan jadi gampang. Namun, ada juga kendala yang menurut saya signifikan dan menyebalkan ketika menginap. Ulasan dan cerita lengkapnya di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Tipe Yello Room di Yello Paskal Bandung memiliki luas 20 meter persegi. Ya, dari segi luas sih, pretty standard untuk ukuran hotel budget dan bintang tiga. Kamar yang saya tempati memiliki jendela dengan view ke arah utara. Jadi, dari kamar saya bisa lihat pemandangan Gunung Tangkuban Parahu. What a nice way to start the day.

Bicara soal angka, 20 meter persegi memang bukan ukuran yang benar-benar luas, terutama saat itu sudah termasuk kamar mandi. Namun penggunaan warna putih sebagai warna dominan dan warna kuning sebagai aksen membuat ruangan terasa luas dan lapang. Apalagi, jendela di ujung ruangan pun besar dan lebar. Sinar matahari juga bisa banyak masuk ke ruangan. Oh, ya! Mohon maaf sebelumnya. Foto diambil waktu tirai jendela ditutup. Nggak ngerti deh si Pak Suneo malah nutup tirai. Silau dan panas, katanya.

Secara umum, skema warna yang diterapkan pada interior adalah putih, kuning, dan abu-abu tua. Komposisi warna ini menurut saya sih sudah pas dan nggak nabrak. Saya malah ingat dulu waktu masih pakai WinAmp di komputer (ada yang inget WinAmp), saya download custom skin dari internet. Nah, si skin ini bertema keju dan skema warna yang digunakannya adalah putih, kuning, dan abu-abu. Di samping jendela, ada chaise lounge berdesain kontemporer dengan beberapa throw pillow, serta meja kerja dengan lampu gantung yang kelihatan seperti awan mini di atasnya.

Di dekat kamar mandi, ada lemari dengan mural kartun yang menjadi salah satu focal point di kamar. Mural serupa juga saya temukan saat menginap di Yello Hotel Harmoni. Sesuai dengan konsep hotel, harus ada elemen seni di kamar. Selain mural, aspek urban art juga tercermin dari slippers yang tersedia. Sendalnya didesain kayak sneakers. Gemes! Fasilitas lain yang tersedia di kamar mencakup coffee/tea maker, electronic safe, dan TV. Sayangnya, di kamar nggak ada mini fridge. Buat yang ingin bawa makanan/minuman, pertimbangkan hal ini ya sebelum bawa makanan atau minuman ke kamar.

Kamar Mandi

Kamar mandi untuk tipe Yello Room di Yello Paskal Bandung memiliki luas yang terbatas. Interiornya didominasi ubin warna abu-abu muda yang dipasang dalam pola running bond. Nah, biasanya pemasangan ubin dalam pola running bond identik dengan gaya Industrial. Namun, kesan Industrial tidak terasa di kamar mandi karena ukuran ubin yang besar, warnanya yang masih gelap, serta nat-nya yang bukan hitam. And I think the developer didn’t intend to design the bathroom in Industrial style.

Semua area kamar mandi serba terbatas dari segi ruang. Area shower-nya segitunya dan hanya dipisahkan sebagian sisinya oleh dinding kaca. Walhasil, air tetap bisa nyiprat ke area kamar mandi yang lain. Namun, yang saya suka dari kamar mandi ini adalah keluaran air dari shower yang kencang, serta sabun dan sampo yang punya aroma citrus. Cermin berbentuk segi empat dengan sudut rounded dipercantik dengan lampu neon yang terpasang dalam cermin. Kesannya mencoba edgy, meskipun kurang greget atau ampuh untuk bikin kamar mandi terlihat lebih stylish. Perlengkapan lain yang tersedia di kamar mandi mencakup alat mandi pribadi dan gelas untuk kumur-kumur. Tidak ada hair dryer di kamar mandi.

Fasilitas Umum

Kolam Renang

Salah satu fasilitas unggulan di Yello Paskal Bandung adalah kolam renangnya. Berada di lantai lobi, kolam renang hotel menawarkan view pusat kota Bandung yang lumayan keren, terutama di sore hari. Ukuran kolam memang nggak besar, tetapi ya cukup besar lah buat sebatas bolak-balik dari ujung ke ujung. Kolam anak juga tersedia dan terpisah dari kolam dewasa.

Sebagian area kolam diteduhi oleh bangunan tower. Seating area yang ada terbatas dan yang bikin saya greget adalah, jarak dari ujung lounger ke dinding pembatas kolam terlalu dekat. Lebih tepatnya lagi, lebar jalur pejalan kaki terlalu sempit sehingga orang-orang yang lalu lalang akan kerasa terlalu dekat dengan orang yang lagi tiduran atau santai di lounger. Secara pribadi, saya sih akan ngerasa risih ketika lagi tiduran santai, dan orang dalam jarak dekat bolak-balik di depan saya. Air di kolam renang ini tidak hangat. Namun, karena konsep kolam yang outdoor dan kemungkinan terpapar cahaya matahari, sepertinya sih nggak begitu dingin. Maklum, waktu menginap saya nggak berenang. Oh, ya. Di dekat kolam renang, sebenarnya ada semacam taman kecil. Namun, menurut saya sih tamannya bukan tipikal taman-taman scenicβ€”lebih ke arah area transisi antara kolam renang dan pintu masuk ke hotel.

Restoran & Lounge

Untuk bersantap, para tamu di Yello Paskal Bandung bisa ke restoran yang berada di lantai lobi. Nah, reservasi si Pak Suneo nggak mencakup sarapan. Walhasil, saya nggak bisa mencicipi menu sarapan yang ditawarkan di restoran ini. Namun, saya tetap ambil foto restorannya sehingga setidaknya bisa bahas aspek arsitekturnya.

Area restoran di Yello Paskal Bandung cukup luas. Di salah satu sisi ruangan, bahkan ada dua meja kayu panjang, masing-masing untuk delapan orang. Saya rasa meja ini bisa dipakai untuk rapat kecil atau semacamnya. Dilihat juga dari banyaknya station yang ada, sepertinya menu sarapan yang ditawarkan sangat beragam. Interior restoran mengusung desain kontemporer yang youthful, thanks to walls lined with colorful geometric-patterned wallpaper. Warna-warna bumi terlihat dari penggunaan furnitur dan beberapa kursi bahkan memiliki bantalan dan sandaran berwarna hijau zamrud (earthy banget, ‘kan?). Area tengah restoran dipercantik juga dengan coffered ceiling dengan pola checkerboard supaya selaras dengan desain wallpaper.

Sebagai ekstensi area restoran, di alley menuju ruang-ruang rapat dan musala ditempatkan beberapa meja dan kursi. Di lounge sendiri ada beberapa meja dan kursi makan, tentunya untuk mengantisipasi kekurangan meja dan kursi kalau okupansi hotel sedang tinggi. Area lounge diterangi oleh cahaya alami dari jendela-jendela besar yang dipasang di setiap sisi ruangan. View dari jendela, ya, lumayan bagus sih. Di salah satu sudut ruangan, ada instalasi seni berbentuk seperti pohon natal.

Gaming Station

Fasilitas yang saya sempat coba saat menginap di Yello Paskal Bandung adalah gaming station-nya. Berada di lantai lobi, area permainan ini dilengkapi televisi, mesin Xbox dan meja fussball. Di area ini juga ada beberapa tablet yang bisa digunakan pengunjung.

Karena ada Xbox, saya dan Pak Suneo pun main dan game yang kami pilih adalah Just Dance. Lumayan lah buat berkeringat. Lagu-lagu yang tersedia memang nggak banyak, tapi saya cukup terhibur dengan duel joget Waka Waka-nya Shakira dan New Face-nya PSY. Sayangnya, area yang tersedia kurang luas buat nge-dance, terutama dengan adanya meja dan kursi untuk para pengguna tablet. Walhasil, kami pun nggak bisa bergerak dengan leluasa dan beberapa kali saya keluar dari sensor konsol karena bergerak terlalu jauh.

Oh, ya! Di sini hanya tersedia satu televisi dan satu konsol. Jadi, kalau lagi rame, you might expect antrean yang lumayan panjang. Untungnya waktu itu, saya dan Pak Suneo datang duluan pas gaming station masih kosong dan bisa main lebih lama.

Lokasi

Ngomongin soal lokasi, Yello Paskal Bandung bisa jadi salah satu opsi hotel Instagrammable di Bandung yang dekat dari Stasiun Bandung. Pasalnya, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 5 menit dari Stasiun Bandung menggunakan kendaraan bermotor (tentunya selama jalanan nggak macet). Mau apa-apa juga gampang karena hotel ini berada di kompleks Paskal Hypersquare. Mau belanja, tinggal turun ke Paskal 23. Mau makan? Di Paskal 23 juga ada banyak restoran dan kafe. Ingin nongkrong malem-malem? Di belakang Paskal 23 ada Paskal Food Market yang konon punya 1.001 menu (saya nggak pernah ngitung sih), tapi tempatnya lumayan asyik buat nongkrong bareng temen-temen, terutama dengan konsep outdoor-nya (tapi bakalan misbar kalau hujan, meskipun ada juga area tertutupnya).

Di luar kompleks Paskal Hypersquare, Yello Paskal Bandung juga cukup dekat ke tempat-tempat lain, seperti Taman Balai Kota Bandung dan Alun-Alun Bandung. Kalau dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15 menitan dengan kendaraan bermotor.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Selama menginap di Yello Paskal Bandung, sebetulnya saya nggak mengalami kendala ketika masih menginap. Menurut saya, staf yang bertugas ramah-ramah. Baik saya maupun Pak Suneo nggak banyak berinteraksi dengan staf hotel memang, tetapi sebagian staf yang berinteraksi langsung menunjukkan keramahan. Waktu saya kebingungan nyari Just Dance di Xbox pun, salah satu staf hotel dengan ramah mencoba bantu saya nyariin game itu dan betulkan controller yang rusak.

Hanya saja, masalah yang menurut saya signifikan dan mengesalkan terjadi setelah check-out dari hotel. Setelah check-out? Kok bisa? Jadi, gini ceritanya. Karena saya datang pakai mobil, saya pun otomatis dapat kartu tiket parkir. Nah, kartu tiket parkirnya ini sama dengan tiket parkir ke area Paskal Hypersquare. Ya, lebih tepatnya sih, saya dapat tiket parkir saat masuk ke Paskal Hypersquare, dan tiket itu juga berfungsi sebagai tiket parkir mobil hotel (lha wong parkir mobilnya aja di parkiran Paskal 23). Supaya nggak perlu bayar parkir, saya harus lapor ke pihak resepsionis. Nah, waktu itu saya lapor ke resepsionis dan staf yang bertugas kasih saya satu tiket baru yang menunjukkan bahwa saya itu tamu hotel. tiket itu nanti tinggal dikasihkan bersama kartu tiket parkir utama ke petugas parkir pas mau pulang.

Ketika mau keluar dari Paskal Hypersquare, si petugas parkir nagih lagi satu tiket. Saya bingung harus kasih tiket yang mana lagi. Ternyata, tamu hotel harus memberikan dua tiket tambahan. Jadi, satu tiket yang saya dapat dari staf itu hanya berlaku untuk satu hari. Kalau ingin gratis selama masa menginap (Sabtu-Minggu), saya harus dapat dua tiket, dan staf yang bertugas hanya kasih saya satu tiket (buat Sabtu aja). Karena saya stay dari Sabtu ke Minggu, dan saya hanya dikasih satu tiket, otomatis si gratisnya itu nggak berlaku dan saya kena charge parkir dari Sabtu ke Minggu. Lumayan tuh sekitar 70 atau 80 ribu, ya, saya lupa juga. Yang jelas saya sama si Pak Suneo sampe kewalahan nyariin uang tunai dan itu bikin saya sampai emosi dan marahin petugas parkirnya (dia juga ngomongnya ketus sih soalnya).

Akhirnya, si Pak Suneo telepon pihak hotel dan marah-marah dia di telepon. Saya juga ikut kesal karena si staf resepsionis yang bertugas kenapa hanya kasih satu tiket, dan bukan dua tiket. Kalau dia tahu bahwa peraturannya adalah tamu harus kasih dua tiket, kenapa dia hanya kasih satu tiket? Untungnya saya masih ingat nama stafnya. Jadi, ketika pihak hotel tanya siapa staf yang kasih saya tiket, saya bisa jawab siapa. Itu pengalaman yang menyebalkan dan jujur aja bikin saya sempat males main ke Paskal 23 (in fact, saya sangat jarang main ke mal itu karena selain jauh, nggak ada banyak hal di sana). Pihak hotel memberikan pengembalian dana ke si Pak Suneo untungnya.

Meskipun memang terjadi di luar masa menginap, kendala tersebut bikin baik saya dan Pak Suneo jadi kesal dan agak pikir-pikir lagi kalau ingin stay di sana. Ya, harapannya sih masalah yang sama jangan sampai terjadi lagi dan staf hotel juga mohon lebih teliti lagi.

Kesimpulan

Berada di kompleks mal yang terkenal dan jadi salah satu destinasi favorit turis domestik (terutama orang-orang Jakarta), Yello Paskal Bandung adalah hotel di Bandung yang menawarkan akses cepat ke mal dan interior kamar yang eye-catching. Dengan konsep interior yang youthful, properti ini lebih cocok buat liburan bareng teman. Namun, keluarga atau pebisnis juga sah-sah aja nginep di sini. Nggak ada larangan kok.

Interior kamar mengusung desain playful ala Yello. Ya, properti-properti Yello punya ciri khasnya tersendiri dari segi desain interior. Palet monokrom dengan sentuhan kuning sebagai colour pop jadi salah satu karakter desain interior Yello. Fasilitas yang tersedia di kamar dirasa sudah cukup, meskipun kalau ada hair dryer, kayaknya akan lebih lengkap. Slippers dengan desain sneakers jadi hal yang saya rasa cute. Sayangnya, saya nggak bawa pulang slippers-nya.

Fasilitas yang ditawarkan sudah cukup mumpuni untuk properti bintang tiga. Apalagi, di hotel ini ada kolam renang dan gaming station, dua fasilitas unggulan yang menurut saya jadi daya tarik tersendiri. Semua properti Yello punya gaming station dan fasilitas olahraga, either a gym or a swimming pool. Tersedianya musala dan meeting room juga membuat properti ini cocok buat mengadakan acara-acara formal.

Akses cepat ke Paskal 23 juga jadi kelebihan tambahan properti ini. Buat yang seneng belanja, Yello Paskal Bandung bisa jadi pertimbangan saat pilih hotel. Paskal 23 sendiri baru berdiri selama sekitar 3-4 tahunan dan jadi salah satu mal middle-upper scale di Bandung dengan tenant-tenant yang cukup terkenal seperti Zara, Uniqlo, H&M, Pull & Bear, dan Puma. In fact, Uniqlo pertama di Bandung itu dibuka di sini. Selain itu, jaraknya dari Stasiun Bandung juga jadi salah satu aspek unggulan properti ini.

Namun, kejadian kurang menyenangkan yang saya alami bikin saya jujur masih agak “trauma”. Mungkin lebih tepatnya, hal tersebut bikin saya secara pribadi mikir-mikir lagi untuk berkunjung ke sini. Saya percaya sih bahwa masalah seperti itu bisa dicegah dengan komunikasi sejak awal, tetapi setidaknya untuk sekarang, saya akan menghindari trigger trauma dulu.

Tripadvisor menyebutkan bahwa rate kamar di sini berkisar 250-514 ribu rupiah. Namun, di Agoda sendiri saya sering lihat properti ini rata-rata berada di kisaran 450 ribuan per malam. Terlepas dari kendala yang saya alami, Yello Paskal Bandung sangat bisa menjadi opsi akomodasi yang nggak hanya menarik dari segi desain, tetapi juga strategis dari aspek lokasi.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Lokasi hotel sangat strategis. Dekat dari Stasiun Bandung. Ada mal di bawah. Di area Paskal Hypersquare sendiri ada banyak kafe dan restoran, terutama Paskal Food Market yang konon punya 1.001 menu (saya nggak pernah hitung sih).
  • Desain interior kamar cukup Insta-worthy, terutama dengan skema warna yang eye-catching.
  • Fasilitas yang tersedia cukup lengkap, terutama karena ada gaming station.
  • Rate hotel masih terbilang terjangkau.
  • Slippers-nya lucu ✨

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Masalah serius yang saya alami bikin saya secara pribadi agak “trauma”.
  • Pilihan tipe kamar yang tersedia nggak banyak.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌βšͺ️βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Ά
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°

Review: Holiday Inn Express Thamrin

Salah satu kawasan favorit saya di Jakarta adalah Dukuh Atas. Bukan tanpa alasan, saya pilih kawasan ini salah satunya karena ada stasiun MRT. Ditambah lagi, kawasan ini juga dekat ke Stasiun BNI Sudirman. Jadi, akan gampang banget buat saya naik kereta bandara kalau stay sementara di kawasan ini. Selain itu, jaraknya ke Grand Indonesia juga nggak begitu jauh. Nyaman deh intinya.

Ada satu properti di kawasan Dukuh Atas yang saya inapi. Secara pribadi, saya lumayan terkesan dengan layanan dan fasilitas yang tersedia di properti ini. Bisa dibilang sih saya nggak menyangka bahwa pengalaman menginap saya di hotel tersebut akan lebih menyenangkan dari dugaan. Tanpa berlama-lama, langsung aja saya bahas hotelnya, ya!

Holiday Inn Express Thamrin adalah hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan Tanjung Karang No. 1, Jakarta Pusat. Dari luar, bangunan hotel di Jakarta ini tampil simpel dalam fasad bergaya modern yang didominasi warna hitam . Oh, ya! Kunjungan saya ke sini jadi pengalaman pertama saya menginap di lini Express-nya Holiday Inn. Seperti yang mungkin sebagian pembaca sudah tahu, lini Express-nya Holiday Inn hadir dengan fasilitas yang lebih terbatas dan mengedapankan konsep cepat dan no-nonsense. Cocok banget buat kalangan pebisnis yang nggak perlu akomodasi yang ribet.

Berada di pusat kota, lokasi jadi salah satu kelebihan properti ini. Pasalnya, bicara soal moda transportasi, hotel ini menawarkan akses mudah ke Stasiun MRT Dukuh Atas yang terkenal dengan tangga dan eskalatornya yang puaaanjaaaang banget (kata Haikal, stasiun ini merupakan stasiun terdalam di Jakarta). Jalan kaki sekitar 2 menit, kita udah sampai di Stasiun BNI City ke bandara. Jalan lagi sedikit dan lewati terowongan, kita sampai di Stasiun Sudirman. Makanya saya bilang sebelumnya, hotel ini cocok buat kalangan pebisnis yang nggak membutuhkan akomodasi yang ribet (atau pelancong yang ingin akses dekat ke stasiun).

Dilansir dari situs web resminya, hotel budget di Jakarta ini punya 101 kamar yang tersebar di 10 lantai. Tipe kamar yang tersedia hanya satu, dan yang membedakan hanya pilihan kasurnya saja. Soal fasilitas, apa yang ditawarkan Holiday Inn Express Thamrin lebih banyak dibandingkan properti-properti bujet lain di kelasnya. Ada gym, laundry room, ruang rapat, dan beberapa perlengkapan penunjang produktivitas. Buat saya, kehadiran gym dan laundry room jadi sesuatu yang sangat membantu. Meskipun kita sibuk dan banyak kerjaan atau dikejar waktu, bisa olahraga pagi atau nyempetin cuci baju tentunya menyenangkan. Saat menginap, saya menempati kamar di lantai 5 yang ternyata merupakan kamar corner dengan ukuran yang relatif lebih luas, dan view ke arah Jalan Sudirman (terima kasih, Pak Slamet sudah di-arrange reservasi saya dengan baik). Pembahasan lebih lengkapnya di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Seperti yang saya bilang di atas, hanya ada satu tipe kamar di Holiday Inn Express Thamrin. Seperti halnya properti-properti lain di lini ini, tipe kamar yang ditawarkan memang sangat terbatas. Namun, yang membedakan ya pilihan tempat tidurnya. Saya pilih kamar dengan double bed. Di situs web resmi hotel, saya nggak dapat informasi luas kamar. Kalau di Agoda, disebutkan bahwa ukuran kamar adalah 20 meter persegi. Kamar seluas itu bisa dibilang cukup lumrah untuk properti-properti kelas ekonomi. Namun, karena kamar saya ada di sudut, ukurannya saya rasa sedikit lebih luas atau, setidaknya, memiliki kesan yang lebih luas karena adanya dua jendela di dua sisi kamar.

Interior kamar mengusung desain kontemporer dan secara pribadi, saya nggak menemukan sesuatu yang benar-benar spesial dari interior kamar. Sleek, rapi, tapi ya ordinary. Penggunaan karpet berwarna biru menunjukkan ke-Holiday Inn Express-an kamar. Oh, ya! Headboard tempat tidur menggunakan semacam bantalan berpelapis kulit dengan dimensi memanjang. Di atas tempat tidur juga ada semacam lukisan (atau wallpaper, ya? Kayaknya sih wallpaper) yang menjadi dekorasi kamar. Ya, oke lah.

Meja kerja ditempatkan di sisi selatan ruangan (oh, ya! Jendela kamar saya menghadap ke utara dan timur). Sayangnya, tepat di atas meja kerja ada televisi. Walhasil, kalau kerja dengan kondisi televisi menyala, saya jadi pusing karena suara dari televisi bisa ganggu kerja. Ya, bisa di-mute sih sebetulnya. Hanya saja, posisi televisi yang dipasang di dinding juga relatif rendah sehingga pas lagi kerja, rasanya kayak lagi lihat dua monitor dalam jarak dekat, dan salah satu monitornya jauh lebih besar. ‘Kan kurang baik buat penglihatan. Solusinya ya kalau mau kerja, jangan nyalakan televisi. Hanya saja, buat orang kayak saya yang kalau kerja di kamar itu nggak bisa dalam keadaan super sepi dan sebisa mungkin harus ada televisi, solusi tersebut rasanya agak gimana…

View yang saya dapat dari jendela kamar cukup mengasyikkan. Jendela yang menghadap ke timur menawarkan view Jalan Sudirman. Nah, meja dan kursi kerja di kamar berada di samping jendela ini. Jadi, kalau sore atau malam saya mulai capek dengan kerjaan dan perlu istirahat sejenak, saya tinggal nyeduh kopi sambil lihat view di luar. Simpel, tapi cukup menenangkan. Sementara itu, jendela yang menghadap ke utara berhadapan dengan UOB Tower dan menara Thamrin 9 yang masih dibangun. Low-key privacy alert sih jendela yang ini, tapi untungnya ada sheer curtain yang setidaknya bisa mengurangi fokus mata-mata kepo yang pengen tahu ada apa di dalam kamar.

Oh, ya! Kelengkapan lain di kamar saya mencakup kulkas, coffee/tea maker, alarm, dan AC (wajib lah ini mah). Pretty standard lah, ya, untuk ukuran properti bintang tiga, tetapi mempertimbangkan konsep no-nonsense dan fokus dalam kecepatan, fasilitas-fasilitas yang ada di kamar sudah mumpuni. Ya, dipikir-pikir lagi aja. Buat orang yang ngga perlu fasilitas dan desain kamar yang neko-neko, udah ada fasilitas-fasilitas itu sih udah cukup, terutama buat orang-orang yang bakalan fokus kerja atau nggak akan stay lama di hotel karena harus ngejar flight ke bandara.

Kamar Mandi

Kamar mandi di kamar tamu Holiday Inn Express Thamrin Jakarta pun mengusung konsep yang nggak neko-neko, tapi bisa memenuhi kebutuhan tamu. Desainnya simpel dan seperti halnya interior kamar, nggak ada yang benar-benar spesial. Namun, seperti yang saya sebut di atas, kebutuhan saya sudah terpenuhi saat menginap.

Dimensi yang memanjang membuat kamar mandi terkesan sempit. Namun, pencahayaannya relatif baik sehingga ruangan nggak memicu klaustrofobia. Shower area di kamar mandi relatif kecil dan dipisahkan oleh dinding kaca. Di sini juga nggak ada rainshower, hanya shower tangan. Seandainya ada rainshower, bisa jadi nilai tambah, tapi ya, segini pun udah cukup sih sebetulnya. Kelengkapan kamar mandi yang lain mencakup hairdryer dan produk kebersihan pribadi. Ya, lumayan lah segini sih menurut saya.

Fasilitas Umum

Restoran

Holiday Inn Express Thamrin Jakarta punya satu restoran di lantai lobi yang juga berfungsi sebagai tempat rapat (disebut sebagai The Great Room). Dari segi ukuran, restoran hotel sebetulnya tidak begitu besar. Namun, di salah satu sisi ruangan, dipasang meja memanjang dengan kursi-kursi yang menghadap ke jendela. Nah, pas sarapan, saya duduk di kursi ini supaya bisa makan sambil lihat pemandangan ke arah luar (sebenernya nggak begitu asyik sih view-nya). Oh, ya! Reservasi di sini sudah termasuk sarapan, ya.

Saya sendiri nggak sempat foto-foto banyak di restoran ini karena pada jam sarapan, keadaan restoran cukup ramai. Ada juga pintu menuju teras kecil yang berfungsi sebagai smoking area. Dari segi interior, menurut saya sih restoran cukup cantik dalam balutan desain kontemporer yang menonjolkan warna maple pada elemen-elemen kayu. Simpel, tapi nggak terkesan biasa-biasa aja.

Soal menu, pilihan yang ada memang tidak begitu variatif. Bisa dipahami sih sebetulnya, mengingat properti ini pada dasarnya masuk ke kategori hotel budget di Jakarta. Kalau ingin scrambled egg, bisa minta ke staf yang bertugas. Oh, ya! Waktu saya menginap, salah satu pilihan minuman panas yang tersedia adalah hot chocolate. Wih! Saya jarang nemu properti yang menawarkan hot chocolate sebagai minuman panas untuk sarapan (for free). Hot chocolate disediakan sebagai produk sachet. Jadi, kita yang seduh sendiri (ya, sama seperti kopi dan teh di sini sih). Hanya saja, pas sarapan di hari terakhir, hot chocolate-nya sudah nggak ada. Duh! πŸ˜“ Selain itu, buat yang nggak sempat sarapan karena harus ngejar flight atau apa, Holiday Inn Express Thamrin menawarkan opsi express breakfast yang bisa kita pesan sejak awal. Jadi, pihak hotel akan siapkan menu breakfast simpel buat kita takeaway. Pas banget nih buat yang harus meninggalkan hotel pagi-pagi buta.

Yang saya sayangkan adalah staf yang bertugas di hari kedua menginap (saya nginap selama 3 hari) kurang gesit. Minta sendok, baru datang sekitar 10 menit kemudian. Soal keramahan sih, para staf memang ramah. Hanya saja ya, itu tadi, kalau bisa sih lebih gesit lagi dan jangan sampai lupa pesanan tamu.

Gym & Laundry Room

Dua fasilitas berikutnya yang ada di Holiday Inn Express Thamrin adalah gym dan laundry room. Keduanya berada berdekatan dan di satu lantai yang sama. Jadi, saya pikir sih, sambil nungguin cucian beres, kita bisa sambil nge-gym. Luas gym hotel sih memang tidak begitu besar, tetapi dari segi peralatan, jenis yang ditawarkan cukup beragam.

Karena space yang tidak besar, penempatan alat-alat gym menurut saya sangat berdekatan satu sama lain. Ada dua treadmill dan satu stationary bike yang ditempatkan menghadap jendela (eh, kalau si bike sih nggak karena justru menghadap ke arah cermin). Sambil lari di atas treadmill, saya bisa lihat pemandangan Jalan Sudirman. Ya, lumayan lah setidaknya ada view. Beberapa barbel juga tersedia dalam berbagai ukuran. Ngomongin soal barbel, saya pengen ngelatih dan ngebentuk otot lengan nih. Saya juga lagi ingin olahraga buat mengatasi perut buncit. Selama pandemi ini, saya banyak di rumah dan bisa ditebak, dengan tersedianya makanan hampir setiap saat, saya hobinya ngemil dan berdampak ke food baby yang makin sulit dikendalikan.

Oh, ya! Kamar mandi juga tersedia di dalam gym. Namun, kamar mandi ini sifatnya half-bath, ya. Jadi, kalau habis nge-gym ingin mandi, ya harus mandi di kamar. Selama menginap 3 hari, saya nggak pernah ketemu tamu lain di gym. Senangnya adalah saya bisa pakai gym dengan leluasa, tanpa harus diburu-buru karena gantian mesin dengan tamu lain.

Di samping gym, ada laundry room. Untuk menggunakan mesin yang ada, kita bisa beli koin dari resepsionis. Jumlah mesin yang ada terbatas sehingga ketika ada tamu lain, mau nggak mau kita harus ngantri. Di ruangan ini juga terdapat ironing board dan setrika. Urusan cuci dan setrika memang harus dilakukan sendiri oleh tamu dan saya rasa, inilah yang membuat rate lini Holiday Inn Express lebih terjangkau (ya, nggak murah-murah banget sih sebetulnya).

Fasilitas Lain

Selain restoran, gym, dan laundry room, di lantai lobi ada satu area yang saya rasa merupakan business center (karena ada dua iMac). Namun, di area ini ada satu ruangan dengan pintu lipat yang kalau dibuka, bisa berfungsi seperti ekstensi restoran. Saya sempat nongkrong di sini sebentar setelah balik dari Stasiun BNI City buat lanjutin kerjaan yang tertunda. Sambil duduk dan gawe di sini, kita juga bisa pesan makanan atau minuman.

Saat kerja, saya lihat ada beberapa tamu lain yang ngobrol dan ketemuan di area ini. Jadi, ya mungkin bisa dibilang area ini juga berfungsi sebagai kafe atau ekstensi lobi lah kurang lebih. Namun, karena tempatnya yang tertutup tanpa jendela, saya jujur ngerasa agak klaustrofobik di sini. Mungkin salah satu aspek pendukungnya adalah pencahayaan yang nggak begitu terang.

Lokasi

Kalau ngomongin soal lokasi sih, beuh, Holiday Inn Express Thamrin jangan diragukan. Ke mana-mana mudah. Stasiun MRT Dukuh Atas dan Stasiun BNI City bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 menitan aja. Jalan lagi sedikit dan lewati terowongan, ada Stasiun Sudirman. Untuk yang singgah sejenak di Jakarta dan harus ke bandara sih, properti ini layak dipertimbangkan. Taksi atau ojek online juga bertebaran di sekitar hotel. Nggak akan susah lah intinya buat bepergian, apalagi properti ini juga berlokasi di pusat kota.

Di sekitar hotel, sebetulnya ada banyak restoran dan kafe. Namun, sebagian berlokasi di seberang jalan dan ketika saya bilang seberang jalan, kita harus nyeberangin Jalan Sudirman yang lebar banget. Tentunya, kita bisa ke area sana lewat terowongan. Nah, minimarket terdekat juga adanya di Jalan Blora. Jadi, ya mau nggak mau harus lewat terowongan sih (tapi aman kok, tenang aja, dan banyak orang). Selain itu, hotel ini juga dekat dari Grand Indonesia. Kalau jalan kaki, mungkin jarak tempuhnya sekitar 3 menitan. Deket banget, lho, sebetulnya.

Dari Stasiun Gambir, Holiday Inn Express Thamrin Jakarta bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar 10-15 menitan, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pakai KA Bandara yang turun di Stasiun BNI City sih jarak tempuhnya sekitar 45-50 menit. Dari stasiun, tinggal jalan sebentar, nyampe deh di hotel.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi.Β ExperienceΒ yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel.Β 

Saat menginap selama 3 hari 2 malam, saya bisa bilang pelayanan yang diberikan pihak hotel cukup memuaskan dan menyenangkan. Saat check-in, saya berkesempatan bertemu dengan Pak Slamet selaku general manager hotel. Nah, Pak Slamet membantu nge-assign kamar untuk saya di posisi yang cukup tinggi dan tenang, tapi masih punya view yang bagus. Terima kasih banyak, Pak Slamet! Beliau juga sebetulnya menawarkan saya check-out jam 2 siang, tapi saat saya konfirmasi lagi ke pihak resepsionis, staf bilang saya bisa dapat late check-out jam 1 siang. Mungkin ada informasi yang nggak tersampaikan ke staf resepsionis atau gimana, but it wasn’t a big problem sih.

Soal kebersihan dan kerapian kamar, saya ngga ada keluhan. Oh, ya! Waktu saya tiba, saya sebetulnya dikasih buah-buahan potong. Terima kasih banyak, Holiday Inn Express Thamrin Jakarta! Kebutuhan vitamin dan serat saya terpenuhi pada hari itu πŸ˜† Yang saya sayangkan dari aspek pelayanan sebetulnya hanya di restoran saja. Seperti yang saya bilang di segmen sebelumnya, saya harus nunggu lama setelah minta diambilkan sendok. Menurut saya, nunggu 10 menit untuk satu sendok sih keterlaluan. Namun, para staf restoran yang bertugas ramah-ramah. But still, next time sih semoga jangan sampai terjadi lagi.

Secara keseluruhan, pelayanan di Holiday Inn Express Thamrin sudah cukup memuaskan dan menyenangkan. Meskipun ada gangguan atau masalah sepele, pengalaman menginap saya nggak sampai rusak.

Kesimpulan

Antiribet club. Holiday Inn Express Thamrin Jakarta, sesuai namanya, mengedepankan konsep ekspres, tapi tanpa mengesampingkan kualitas. Proses check-in berjalan dengan mulus dan cepat. Kebutuhan dasar di kamar dan kamar mandi sudah tersedia. Opsi express breakfast tersedia. Lokasi juga strategis. Untuk kalangan pebisnis dan “pengejar” flight sih, menurut saya hotel ini layak dilirik.

Interior kamar mengusung desain kontemporer yang menurut saya tidak begitu spesial. Namun, suasana kamar cukup nyaman untuk kerja dan istirahat, terutama untuk kamar corner. Kalau pusing dengan kerjaan dan perlu istirahat, cukup ngeteh dan lihat view Jalan Sudirman, atau nonton TV sebentar. Gym hotel jadi my go-to place di pagi hari buat olahraga. Sarapan tersedia dan, meskipun menunya nggak super variatif, setidaknya menunya decent (dan ada hot chocolate pula). Kunjungan saya sudah terasa lengkap sebetulnya, tentunya dengan mindset yang disesuaikan dengan apa yang hotel tawarkan dan konsep hotel (ya masa sih hotelnya akomodasi budget no-frill untuk pebisnis, tapi ekspektasinya ada lagoon pool dan whirlpool?).

Soal pelayanan, secara keseluruhan sih baik dan menyenangkan. Dari aspek lokasi, duh jangan ditanya lagi. Soal harga, menurut saya sedikit lebih mahal, meskipun masih masuk kategori akomodasi budget atau express. Mungkin semi-budget kali, ya, istilah yang lebih tepatnya? Tripadvisor menyebutkan rate hotel ini mulai 400 ribuan per malam. Kalau di aplikasi resmi IHG sendiri, saya sering lihat rate-nya pun di kisaran segitu (kadang-kadang 500an sih). Overall, pengalaman menginap di Holiday Inn Express Thamrin Jakarta sudah menyenangkan dan no ribet. Will I come back again? I guess I will kalau saya harus ke bandara dan singgah sejenak di Jakarta.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Lokasinya strategis banget. Mudah ke stasiun MRT, stasiun kereta bandara, dan stasiun KRL. Ke Grand Indonesia juga deket dan bisa jalan kaki.
  • No ribet. Untuk kalangan pebisnis, menurut saya konsep hotel ini cocok.
  • Setiap reservasi sudah mencakup sarapan. Ada juga opsi express breakfast buat yang harus ngejar flight pagi dan nggak sempat sarapan di hotel.
  • Ada fasilitas gym dan laundry room (berbayar, dan nyuci sendiri ya).

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Rate masih terbilang tinggi untuk properti kelas budget/ekspres, terutama ketika harga lagi menyentuh kisaran 500an.
  • Desain kamar tidak begitu spesial.
  • Opsi menu sarapan kurang variatif.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌βšͺ️
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Άβšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩🀩
Harga: πŸ’°πŸ’°

Review: Ibis Styles Jakarta Gajah Mada

Sudah hampir setahun sejak terakhir kali saya ke Jakarta. Kunjungan terakhir saya ke ibukota adalah di bulan Februari. Waktu itu, saya menginap di tiga properti yang lokasinya bisa dibilang saling berjauhan (si Pak Suneo milih lokasi dari ujung ke ujung banget soalnya). Oh, ya! Pada waktu itu juga, berita COVID-19 masih hangat-hangatnya dan kalau nggak salah, waktu saya di Jakarta itu, ada kabar soal kasus kedua apa ketiga gitu. Orang rumah sudah panik dan nyuruh saya segera pulang.

Nah, di kunjungan itu, saya sempat menginap di salah satu properti yang berada di kawasan Harmoni. Nah, saya baru tahu kalau ternyata Harmoni ini merupakan nama bangunan. Dilansir dari Liputan6.com, nama Harmoni berasal dari sebuah bangunan bernama SociΓ«teit Harmonie. Sayangnya, bangunan ini diruntuhkan di tahun 1985. Saya sendiri sudah nggak asing dengan istilah sociΓ«tiet. Di era kolonial, sociΓ«teit adalah tempat nongkrongnya orang-orang Belanda, terutama dari golongan elit. Di sana, mereka bisa berdansa, ngegosip, minum, dan berpesta. Saya jadi ingat lagu berjudul Toean dan Njonja yang dinyanyikan oleh Wieteke van Dort. Lagu tersebut menceritakan orang-orang Belanda, “tuan dan nyonya, sinyo dan noni” yang masih asyik dansa, sementara si sociΓ«teit sudah masuk jam tutup dan para pegawainya sudah gereget pengen balik.

Anyway, daripada saya melenceng makin jauh dari topik utama, langsung aja saya akan bahas salah satu hotel yang saya kunjungi di bulan Februari.

Sudut kamar di Ibis Styles Jakarta Gajah Mada dengan jendela memanjang. Foto milik pribadi.

Ibis Styles Jakarta Gajah Mada adalah hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan KH. Zainul Arifin No. 5 & 7, Jakarta Pusat. Meskipun nggak secara tepat berlokasi di Jalan Gajah Mada, nama jalan tersebut tetap disebutkan dalam nama hotel. Oh, ya! Hotel ini juga dulunya bernama All Seasons Gajah Mada dan dilansir dari Hotel.com.au, properti ini menyandang nama Ibis Styles sejak bulan Januari 2019. Namun, kalau saya nggak salah ingat, ya, dari tahun 2018an pun, hotel ini namanya sudah jadi Ibis Styles (correct me if I’m wrong).

Berdasarkan informasi dari situs resmi hotel, ada 143 kamar dan 7 suite room di hotel budget Jakarta dengan desain yang unik ini. Secara total, ada 150 unit yang terbagi ke dalam tiga tipe: Superior, Deluxe, dan Deluxe Suite. Soal fasilitas, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada punya kolam renang, bar, restoran, dan ruang rapat. Ada juga kids corner di lantai lobi yang saya kunjungi untuk main lego dan mewarnai (I’m not kidding, lho). Saya ada buktinya, lho! Ntar saya kasih lihat (and I’m still good at colouring pictures, tho!). Satu hal yang saya sukai dari properti ini adalah lokasinya. Jadi, saya dan si Suneo baru tahu kalau ternyata ada pintu menuju Gajah Mada Plaza di hotel. Walaupun memang bukan akses langsung ke mal (tetap harus jalan sedikit ke pintu samping mal), tapi seenggaknya saya nggak harus jalan kaki lebih jauh ke jalan besar dulu.

Saat berkunjung, saya menempati kamar tipe Superior. Sejujurnya, begitu masuk ke kamar, ada beberapa aspek yang melebihi ekspektasi saya. Ulasan lengkapnya saya kasih di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Mengusung konsep design economy hotel, Ibis Styles Gajah Mada memang mencerminkan aspek desain dalam interior kamarnya. Dengan luas 21 meter persegi, sebetulnya tipe Superior tidak menawarkan space yang besar. Furnitur-furnitur utama ditempatkan saling berdekatan sehingga memberikan kesan “mepet”. Namun, penggunaan warna krem dan beige sedikitnya membangun kesan ruangan yang lebih lapang. Ditambah lagi, jendela yang besar dengan bentuk memanjang dan semacam ambalan kayu pada bagian bawahnya membuat ruang jadi terasa lebih luas.

Double bed yang tersedia nggak dilengkapi headboard terpisah, tetapi dinding belakang tempat tidur terdapat mural avant garde (saya kurang tahu gaya-gaya seninya jadi mohon maaf kalau salah) yang sepertinya sih menggambarkan Jakarta (garis tinggi yang mencuat ke arah atas sepertinya mewakili Monas). Di pojok ruangan, ada kursi berwarna merah dengan bentuk mbulet yang memberikan kontras warna pada interior ruangan. Nah, penempatan meja kerja di samping jendela menurut saya jadi ide yang tepat karena seru rasanya bisa kerja sambil lihat view. Apalagi, jendela yang memanjang ini punya ambalan yang cukup kuat buat diduduki. Malam-malam, saya dan Pak Suneo kedatangan teman-teman. Jadi, sambil ngobrol dan ngemil, saya sambil duduk di ambalan itu dan sesekali lihat pemandangan ke luar jendela. Asyik juga. Rasanya kayak punya bay window seat.

Lemari pakaian, electronic safe, dan set coffee/tea maker berada di hallway menuju bagian utama kamar tidur. Untuk televisi, ukurannya memang kecil, tetapi seenggaknya berfungsi dan pilihan channel-nya cukup variatif. Koneksi internet pun cukup cepat dan bisa diandalkan. Kalau saya pikir-pikir lagi desain furniturnya, sebenarnya senada dengan desain furnitur di properti-properti Ibis Budget dan Ibis biasa. Namun, balik lagi ke sebelumnya, dengan konsep design economy hotel, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada hadir dengan interior yang lebih bergaya.

Oh, ya! Hampir lupa! Satu hal lagi yang saya suka dari kamar ini, selain jendela besar dengan ambalannya adalah hadirnya guling sebagai pelengkap tempat tidur. Oh, God! Yang belum tahu nikmatnya tidur pake guling itu, aduh, I pity you. Asli! Cobain deh tidur pake guling! Nyenyak tahu tidurnya! Nah, sisa-sisa All Seasons Gajah Mada juga bisa terlihat di sarung bantal dan guling yang dipakai. Sarung-sarung ini masih memiliki label All Seasons. Meskipun nama propertinya sudah ganti, saya pikir ini masih sah-sah aja dan bisa dipahami sih. Lha wong Ibis dan All Seasons itu brand punya chain hotel yang sama.

Kamar Mandi

Soal kamar mandi tipe Superior di Ibis Styles Gajah Mada, saya perlu bilang kalau ukurannya tidak sekecil yang saya duga. Terlepas dari luas kamar 21 meter persegi secara keseluruhan, kamar mandi masih memiliki ruang yang cukup lega. At least, lebih luas daripada kamar mandi di Ibis Budget.

Amenities di kamar mandi mencakup produk kebersihan pribadi (oh tentu saja!), handheld shower, kloset, dan hairdryer. Nggak ada rainshower dan keran terpisah. Jadi, buat teman-teman yang Muslim, kalau mau wudhu ya harus pegang kepala shower-nya. Kehadiran hairdryer di kamar mandi menjadi salah satu fasilitas yang saya apresiasi. Berhubung saya suka diinget bahwa nggak boleh langsung tidur kalau rambut masih basah, saya suka keringin dulu rambut (tapi nggak sampai kering banget) sebelum istirahat. Nah, hair dryer ini membantu mempercepat proses pengeringan ke tingkat kelembapan yang saya inginkan.

Soal desain, interior kamar mandi bisa dibilang so-so. Dibilang keren banget ngga, tapi kurang atraktif juga nggak. Biasa aja. Penggunaan ubin berwarna beige keabu-abuan membangun kesan ruang yang lebih luas dan nggak claustrophobic. Shower area memang tidak luas, tetapi punya sandblasted window yang menjadi salah satu sumber pencahayaan. Oh, ya! Yang saya kurang sukai adalah lantai kamar mandinya terlalu licin, terutama di shower area. Harus hati-hati deh pokoknya kalau mandi. Selain itu, handheld shower-nya juga bocor. Ini jadi PR deh buat Ibis Styles Jakarta Gajah Mada. Di luar kedua hal tersebut, nggak ada keluhan lain mengenai kamar mandi.

Fasilitas Umum

STREATS & Lounge Bar

Ibisi Style Jakarta Gajah Mada punya restoran bernama STREATS. Restoran ini letaknya di lantai lobi, nggak jauh dari area lift. Sarapan diadakan di sini. Nah, STREATS sendiri sebetulnya satu area dengan lounge bar. Keduanya sama-sama menawarkan pemandangan courtyard yang juga jadi area merokok untuk para tamu.

Restoran di Ibis Styles Gajah Mada memiliki luas yang cukup besar. Soal desain, warna putih menjadi warna dasar interior bergaya komtemporer yang kemudian dilengkapi warna-warna yang vibran dan kontras untuk membangun kesan ceria dan playful. Jendela-jendela setinggi dua lantai menjadi jalan masuk pencahayaan alami ke dalam ruangan, sekaligus memungkinkan para tamu untuk melihat courtyard dan area kolam renang. Waktu tiba, saya dan si Suneo nukerin voucer welcome drink ke bar dan saat itu sekitar pukul empat sore. Cahaya matahari yang masuk ke area restoran lewat jendela menciptakan pemandangan yang kata saya sih Instagrammable. Entahlah, tapi saya suka lihat cahaya matahari sore yang masuk lewat jendela. Ada aura syahdunya soalnya. Di langit-langit restoran pun ada semacam instalasi seni berbahan logam yang kalau dari bawah kelihatan seperti, kalau nggak origami kapal laut, bentuk burung.

Lounge bar sendiri saya rasa bisa dibilang sebagai salah satu ekstensi area restoran (selain smoking area di luar). Interiornya pun mengusung konsep yang sama, tapi tentunya dengan bar di salah satu sisi ruangan. Welcome drink yang waktu itu kami tukar adalah lemon tea (atau lychee tea, ya? Saya lupa, tapi intinya sih masih teh lah). Nah, di dekat area resepsionis sendiri, saya ingat ada minuman infusion yang katanya berkhasiat menjaga imunitas tubuh. Saya juga lupa nih minumannya apa, tapi rasanya dingin dan agak hangat pas nyampe tenggorokan. Soal menu sarapan, duh maaf banget, saya lupa foto. Namun, menu-menunya sih cukup variatif dan kurang lebih tipikal menu sarapan hotel-hotel bintang tiga. Kalau untuk saya sih, menu yang disajikan sudah decent.

Courtyard & Kolam Renang

Untuk fasilitas hiburan, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada punya kolam renang. Kata si Pak Suneo sih, kolam renang ini merupakan fasilitas baru karena di era All Seasons dulu, kolam renang ini belum ada. Kebetulan dia udah pernah ke sini sebelumnya. Cuman, baik saya dan si Suneo nggak tahu pasti kapan kolam renang ini dibangun. Kolam renang di sini juga berfungsi sebagai fasilitas kebugaran satu-satunya di hotel. Posisinya mojok dan salah satu sisi kolam renang nempel dengan dinding. Nggak nempel banget sih karena masih ada jalan selebar mungkin 50-100 sentimeter buat orang lewat. Namun, jalan ini menurut saya masih terlalu sempit. Agak concerned sih, takutnya orang malah jatuh ke kolam.

By the way, waktu melihat bangunan hotel dari area kolam renang, saya jadi ingat desain atau pemandangan serupa dari Park Regis Singapore. Hotel bintang empat di Clarke Quay, Singapura ini juga punya desain eksterior yang serupa saat dilihat dari area kolam renangnya. Saya sempat komentar ke si Suneo kalau eksterior hotel mengingatkan saya sama suatu hotel di Singapura, tapi waktu itu saya lupa nama hotelnya apa dan si Suneo pun jadi nggak bisa browsing di internet buat membuktikan sendiri.

Park Regis Singapore. Sumber foto: Agoda

Ukuran kolam renang saya pikir cukup besar. Kolam anak dan kolam dewasa hanya dipisahkan semacam tembok pendek di dalam kolam. Soal panjang, yang jelas sih memang tidak memenuhi standar kolam olimpik, tapi untuk renang bolak-balik sih masih tetap bisa dan lancar tentunya. Sisi kolam yang menghadap ke courtyard dihiasi pot-pot tanaman dan pohon yang juga berfungsi sebagai pembatas. Oh, ya! Kolam renang ini posisinya lebih tinggi dari lantai lobi. Area bilas dan ganti pun ada di sisi yang berseberangan dengan area santai (yang ada bean bag-nya). Di kolam sendiri, ada banyak bola-bola plastik buat mandi bola. Jadi, kalau bawa anak-anak ke sini, kayaknya bakalan senang.

Courtyard di Ibis Styles Gajah Mada punya ukuran yang, saya nggak bisa bilang sangat luas, tetapi cukup lapang. Untuk acara skala kecil sih, kayaknya masih pas. Ada beberapa set high table/chair di area teduh. Beberapa set meja dan kursi di courtyard sendiri dibiarkan terbuka tanpa parasol (ada juga yang terlindungi parasol). Ubin batu alam dipasang untuk memenuhi seluruh area courtyard. Kesannya jadi terasa lapang, tapi di sisi lain kayak kosong. Tanaman-tanaman hias dan pohon ditempatkan di sisi-sisi courtyard sehingga bagian tengah halaman ya, sekali lagi, kosong. Namun, sepertinya area ini sering digunakan untuk gelaran kuliner atau semacamnya. Jadi, mungkin memang sengaja didesain agar lapang.

Oh, ya! Sebelumnya saya sempat bilang kalau Ibis Styles Jakarta Gajah Mada punya pintu ke Gajah Mada Plaza. Nah, pintu ini ada di area courtyard, tepatnya di dekat bangunan restoran (di foto di atas, mungkin kelihatan ada pintu kecil dengan papan pengumuman warna teal). Sebetulnya, pintu tersebut nggak menjadi akses langsung ke mal (nggak seperti Aryaduta Bandung atau Holiday Inn & Suites Gajah Mada). Namun, bikin saya cukup menghemat waktu kalau mau ke mal. Dari pintu tersebut, saya diarahkan ke jalan menuju pintu belakang Gajah Mada Plaza. Jadi, saya nggak perlu jalan jauh dulu sampai Jalan Gajah Mada buat ke mal. Hanya saja, pintu ini dibuka sampai jam tertentu (kalau nggak salah, jam 9 atau 10 malam), tapi seenggaknya sudah ada akses seperti ini aja cukup membantu.

Kids Corner

Selain kolam renang, anak-anak juga saya rasa akan senang menggunakan fasilitas ini. Berada di lantai lobi, kids corner di Ibis Styles Gajah Mada menjadi ruang bagi anak-anak untuk main dan berkreasi. Areanya sendiri tidak dibatasi oleh dinding, tetapi ditandai oleh penggunaan karpet busa puzzle warna-warni. Meja dan kursi plastik yang tersedia bisa untuk 8 anak. Di salah satu sudut kids corner, ada meja dan rak untuk menyimpan mainan dan media kreativitas. Di dekat kids corner juga ada internet corner untuk tamu yang perlu pakai komputer.

Oh, ya! Untuk main, menggambar, dan mewarnai, tamu nggak dikenai biaya, ya. Makanya, saya juga bisa main dan ngewarnain gambar di sini (aduh, kayak anak kecil, ya? He he he). Sementara saya mewarnai gambar, si Suneo sih main game di HP, tapi tetap duduknya di kids corner juga. Mungkin karena nggak ada anak-anak yang main di kids corner, saya nggak ditegur sama staf hotel. Lagi pula, hasil mewarnai saya lumayan bagus, ‘kan? He he he. Bukan mahakarya hebat sih, tapi saya bangga dengan kerjaan saya. Bahkan, gambarnya saya bawa ke Bandung dan masih ada sampai sekarang.

Lokasi

Bicara soal lokasi, sejujurnya kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk itu nggak menempati urutan teratas kawasan favorit saya di Jakarta. Namun, ada perasaan homy (?) ketika saya menginap atau main ke kawasan ini, terlepas dari hiruk pikuknya kawasan tersebut. Bisa jadi, mungkin karena waktu saya kecil, saya pernah tinggal di Kuningan, Jawa Barat dan rumah nenek saya (rumah yang saya tempati) berada di jalan utama. Jadi, hiruk pikuk kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk semacam mengingatkan saya dengan suasana di rumah nenek saya dulu.

Eh, maaf. Kok jadi nostalgia?

Ibis Styles Gajah Mada, meskipun nggak berdiri tepat di Jalan Gajah Mada, menawarkan kemudahan dalam bepergian. Jaraknya dari Jalan Gajah Mada nggak jauh. Mau ke mal, ada pintu akses cepat. Halte bis Sawah Besar juga jaraknya mungkin sekitar 5-10 menit dengan berjalan kaki dari hotel. Masih deket, lah.

Urusan cari makanan, saya pikir ini gampang banget saat menginap di hotel ini. Di seberang hotel sendiri, kalau malam hari, banyak kios-kios yang menjajakan beragam jenis makanan, dari ayam goreng sampai pecel lele. Macem-macem deh pokoknya! Minimarket pun ada di dekat hotelβ€”sekitar 5 menit dengan berjalan kaki. Kalau ingin yang lebih lengkap sih, ya tinggal loncat ke Gajah Mada Plaza aja. Dari Stasiun Gambir, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan bermotor. Kalau dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, perjalanan ke hotel membutuhkan waktu sekitar 30-35 menit, tergantung kondisi lalu lintas sih sebetulnya. Pada prakteknya, jarak tempuh sering kali lebih lama karena, well, you know lah Jakarta.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Bicara soal pelayanan, selama menginap saya nggak mengalami kendala. Bisa dibilang, my stay experience was nice and smooth. Segala perlengkapan di kamar masih berfungsi dengan baik. Koneksi WiFi juga lancar (saya nggak perhatikan kecepatannya karena waktu menginap, saya hanya pakai internet untuk cek Instagram dan buka e-mail, tanpa download atau streaming konten yang berat). Kebersihan kamar pun terjaga. Hanya saja, soal kamar mandi, jujur lantainya licin. Saya kurang tahu apakah ini karena tekstur ubinnya atau pembersihan kamar mandinya kurang teliti.

Waktu saya menginap, saat itu wabah COVID-19 bisa dibilang baru tahap awal di Indonesia. Namun, pihak hotel sudah menerapkan berbagai protokol yang ketat. Saat mau masuk ke hotel, suhu tubuh sudah harus dicek dulu. Tamu harus pakai hand sanitizer dan masker. Intinya sih pihak hotel sudah mempersiapkan diri sejak tahap-tahap awal. Adanya minuman infusion untuk meningkatkan daya tahan tubuh di lobi untuk para tamu juga jadi sesuatu yang saya apresiasi. Setelah check-out, saya dan si Suneo sempat ngobrol panjang lebar dulu dengan Ms. Anisa (kalau saltik, mohon maaf ya) di resepsionis. Segala macem dibahas! Senang rasanya bisa bertemu staf-staf hotel yang ramah dan hangat.

Kesimpulan

Ibis dengan style. Ya, sesuai namanya sih, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada menawarkan akomodasi khas properti Ibis, tetapi dengan desain ruangan yang lebih youthful dan unik. Saya kurang tahu sesignifikan apa perubahan properti ini setelah melepas nama All Seasons dan menyandang nama Ibis Styles. Namun, yang jelas sih pengalaman saya menginap di sana positif.

Pilihan fasilitas yang tersedia, di antaranya adalah kolam renang, meeting room, ruang serbaguna, dan kids corner. Nggak ada gym, tapi saya pikir masih bisa berolahraga buat berenang. Lagi pula, kalau renang ‘kan, semua badan gerak. Dari segi kamar, ukurannya memang nggak luas-luas banget. Ya, standar kamar tipe Superior Ibis Styles, lah. Namun, dari segi desain, jelas ada keunikan tersendiri. Desain interior kamar memang bukan desain yang super unik atau spesial. Namun, kalau dibandingkan dengan line Ibis biasa, jelas ada perbedaan. Untuk properti ini, salah satu ciri khasnya adalah mural di dinding. Selain itu, saya juga suka dengan jendela besar memanjang yang punya ambalan untuk duduk-duduk sambil lihat pemandangan. Untuk kamar mandi, ukurannya lebih luas dari dugaan. Hanya saja, lantai area shower-nya terlalu licin.

Lokasi juga jadi salah satu keunggulan properti ini. Bisa dibilang sih, properti-properti yang berdiri di kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk itu unggul dalam aspek lokasi. Secara lah di kiri kanan banyak restoran, kafe, mal, minimarket, dan tempat-tempat semacamnya. Kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk sendiri masih relatif dekat dari Stasiun Gambir (buat saya secara pribadi sih, selama belum nyampe area LTC Glodok dan Glodok Plaza, masih deket lah dari stasiun). Jadi, untuk yang datang dari luar kota dan turun di Stasiun Gambir, perjalanan ke hotel ini nggak akan memakan waktu yang terlalu lama. Ditambah lagi, ada akses menuju mal (meskipun bukan direct access) sehingga saya nggak perlu repot-repot jalan kaki ke mulut jalan dulu kalau mau ke Gajah Mada Plaza.

Dengan rate dari 550 ribuan (berdasarkan info dari Tripadvisor), harganya memang bisa dibilang di atas rata-rata untuk economy hotel. Namun, mempertimbangkan fasilitas yang tersedia dan desain kamar, saya bisa paham. Kalau cek harga di aplikasi ALL, mungkin bisa dapat rate yang lebih murah karena kadang-kadang suka ada diskon atau promo. Secara keseluruhan, pengalaman menginap saya positif dan dengan lokasi strategis, Ibis Styles Jakarta Gajah Mada bisa jadi properti ekonomis untuk siapa pun yang ingin step up their staycation game, tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Lokasinya masih strategis walaupun tidak berada di Jalan Gajah Mada. Depan hotel ada banyak warung makanan, in case malam-malam pengen makan apa gitu.
  • Ada pintu akses cepat ke Gajah Mada Plaza, walaupun bukan direct access ke bangunan malnya.
  • Tersedianya fasilitas kolam renang jadi salah satu kelebihan untuk hotel ini, terutama dengan adanya pernak-pernik macam bola-bola plastik dan bean bag buat nyantai.
  • Jendela kamar punya dimensi yang besar dan ambalan buat duduk-duduk.
  • Interior kamar cukup stylish.
  • Ada guling! Oh! I love bantal guling so much!

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Lantai di area shower terlalu licin.
  • Area courtyard terasa nanggung. Dibilang kosong banget sih nggak, tapi dibilang terisi juga nggak juga.
  • Jalur untuk orang lewat di pinggir kolam renang rasanya terlalu sempit. Saya agak khawatir orang jatuh ke kolam.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😢 (bonus setengah poin karena ada guling!)
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Άβšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩😢
Harga: πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Review: Hotel California Bandung

Mencoba flashback ke beberapa tahun silam, saya cukup sering ke BEC 2 Mall. Mal ini sendiri sebetulnya merupakan ekstensi dari BEC yang sudah berdiri dari jaman saya SD. Alasan saya ke BEC 2 adalah makan dan main game karena meskipun BEC 2 konsepnya sudah lebih general, bukan sebatas mal khusus elektronik, sebenarnya nggak banyak opsi toko yang ada di sana. Namun, karena ada bioskop, massage parlor, dan tempat main game, jadilah saya cukup sering ke sana. Setiap ke BEC, saya selalu melewati sebuah hotel yang berlokasi di Jalan Wastukencana. Saya sebenarnya cukup penasaran dengan hotel itu dulu karena tangga utamanya terlihat dari luar (kita sebut grand staircase, ya) dan saya suka menebak-nebak, grand piano-nya ditempatkan di sebelah mana (ternyata nggak ada grand piano). Akhirnya, di akhir tahun 2019 kemarin, saya berkesempatan menginap di hotel tersebut. Skor di atas 8 di Agoda, di atas 8,5 di Traveloka, dan 4 koma lebih di Google bikin saya penasaran. Ditambah lagi, Nita (teman sekelas di kampus dan sekarang rekan kerja) pernah minta saya nge-review hotel ini dan belum kesampaian. So, Nita, utangku lunas, ya. He he he.

Jendela besar di suite room. Foto milik pribadi

Hotel California Bandung adalah properti bintang 3 yang berlokasi di Jalan Wastukencana No. 48, Bandung. Lokasinya yang strategis jadi salah satu keunggulan hotel ini. Gimana nggak? Kawasan ini cukup ramai dan sering dilewati, terutama oleh orang-orang yang mau ke BEC dan BIP. Waktu pertama kali dengar nama hotel ini, saya langsung ingat salah satu lagu legendaris yang dipopulerkan oleh The Eagles, Hotel California. Dalam lagu tersebut, Hotel California digambarkan sebagai hotel hantu yang membuat para tamunya terjebak dan nggak bisa keluar. Namun, hotel yang satu ini nggak begitu, ya. Buktinya, saya bisa check-out dan pulang. No hantu-hantuan.

Dilansir dari situs resminya, hotel ini memang terinspirasi dari Hotel California, lagu dan album milik The Eagles yang dirilis di tahun 1976. Sebenarnya, waktu saya menginap, hotel ini nggak hanya menonjolkan sisi “The Eagles” saja; beberapa fasilitas hotel juga terinspirasi dari musik-musik lain (walaupun dari aspek nama saja). Nah, soal fasilitas, Hotel California Bandung memang nggak menawarkan banyak pilihan. Ada toko suvenir, spa, aula serbaguna, ruang rapat, restoran, dan lounge. Kalau melihat dari pilihan fasilitas yang ada, saya rasa hotel ini cocok untuk kalangan pebisnis. Lokasinya pun strategis dan dekat dari area perkantoran, terutama perkantoran Pemkot Bandung.

Sayangnya, website resmi hotel tidak menampilkan banyak informasi soal hotel ini (saya dapat link-nya dari profil Instagram resmi hotel). Namun, kalau lihat di Agoda (dan seingat saya, ya), ada tiga tipe kamar yang ditawarkan Hotel California Bandung, yaitu Deluxe, Executive, dan Suite. Waktu menginap, saya memesan kamar Suite di lantai tujuh. Tipe Suite ternyata merupakan corner room dengan keunikan yang melebihi ekspektasi saya. Ulasan lengkapnya di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Bicara soal desain kamar, tipe Suite (dan tipe-tipe lainnya) di Hotel California Bandung hadir dengan interior yang didominasi warna-warna earthy dengan kontras warna yang jelas antara lantai dan dinding. Hal pertama yang saya suka dari hotel ini adalah semua kamarnya menggunakan lantai parket. Oh, ya! Di depan pintu, kita juga bisa melihat CD The Eagles sebagai penanda nomor kamar. Dengan luas 37 meter persegi, tipe Suite menawarkan ruang yang ternyata cukup luas. Meskipun demikian, ada sesuatu yang menurut saya nanggung dengan layout-nya.

Berada di pojok bangunan, kamar saya memiliki dua jendela yang menghadap ke arah berbeda sehingga saya bisa menikmati dua view, Jembatan Pasupati dan area perkotaan. Jendela yang menghadap ke arah perkotaan merupakan jendela full-height sehingga saya bisa menikmati view dengan puas. Apalagi di dekat jendela, ada chaise lounge untuk bersantai. Seru banget! Nah, di tengah ruangan terdapat dinding yang memisahkan area utama kamar dengan area santai ini. Sayangnya, adanya dinding ini juga membuat view perkotaan nggak bisa terlihat dari tempat tidur. Namun, dari tempat tidur kita masih bisa lihat view Jembatan Pasupati dan Gunung Tangkuban Parahu.

Hampir lupa! Kelengkapan kamar mencakup televisi, AC, meja kerja, sepasang armchair dan meja kopi, chaise lounge, coffee/tea maker, dan kulkas mini. Untuk tempat tidur, ukurannya cukup besar dan nyaman. Desainnya simpel dengan headboard pendek dari blok-blok kayu berwarna cokelat muda dan gading. Sayangnya, pencahayaan di kamar menurut saya cenderung terlalu remang di malam hari. Selain itu, kualitas channel TV pun kurang bagus. Gambarnya masih banyak semutnya. Untuk koneksi internet sendiri, saya sempat nggak bisa hubungkan laptop dan ponsel ke WiFi. Mungkin karena waktu itu tamu hotel sedang banyak kali, ya?

Lemari pakaian di kamar memiliki konsep terbuka, bukan lemari yang berpintu. Ukurannya sih cukup besar. Hanya saja, gantungan yang disediakan terlalu sedikit. Untuk area kerja sendiri, posisi meja kerja memang berada di samping jendela dan kalau buat kerja siang-siang atau sore-sore sih, ini asyik banget. Kalau udah jenuh, tinggal lihat view di luar sambil ngeteh. Ah! Kalau ngeteh sih lebih asyik sambil duduk santai di chaise lounge. Di malam hari, pencahayaan area kerja hanya bergantung pada satu drop light kecil di langit-langit dan ternyata, pencahayaan ini pun kurang cukup. Saya niatnya malam-malam mau beresin kerjaan, tapi karena kondisinya remang, niat kerja pun saya urungkan. Ya, daripada matanya pegal dan rusak, ‘kan?

Sekali lagi, area santai di kamar Suite ini jadi tempat favorit saya. Bahkan, saya sampai foto-foto di area ini karena jendela-jendelanya yang besar. View yang ditawarkan juga cantik. Saya bisa bilang bahwa jendela-jendela besar ini jadi kelebihan kamar tipe Suite, tentunya selain ukuran ruangan yang paling luas di antara tipe-tipe lain.

Kamar Mandi

Untuk kamar mandi di tipe Suite Hotel California Bandung, salah satu aspek yang langsung terpikir sama saya adalah ukurannya. Dibandingkan dengan area utama kamar, ukuran kamar mandi masih tergolong kecil. Apalagi, di kamar mandi tidak tersedia bathtub. Ini jadi sesuatu yang saya sayangkan.

Kamar mandi dilengkapi wastafel, kloset duduk, dan area shower. Nah, area shower yang ada pun terbilang kecil. Ya, balik lagi karena ukuran kamar mandinya memang kecil. Area shower dipisahkan sebagian oleh kaca dan tidak ada pintu pemisah. Ini artinya saat mandi, air tetap bisa keciprat ke area kamar mandi yang lain. Meskipun bukan jadi masalah yang besar, setelah dipikir-pikir lagi, saya suka agak kesal ketika keset dan lantai area kamar mandi yang lain jadi cepat banget basah hanya karena air dari area shower meluap atau terpercik ke luar. Di area shower pun hanya ada fixed shower, tanpa rainshower atau shower tangan. Keluaran air dari shower memiliki tekanan yang cukup. Nggak kencang, tapi nggak pelan juga.

Soal kelengkapan yang lain, di kamar mandi sudah tersedia produk-produk mandi dan perawatan pribadi yang disimpan dalam boks transparan untuk menjaga agar semuanya tetap bersih dan kering. Hair dryer juga tersedia di kamar mandi. Overall sih tidak ada yang bermasalah dengan aspek ini, dan jujur saja, ketersediaan hair dryer jadi sesuatu yang sangat diapresiasi.

Restoran

Untuk bersantap sarapan saat menginap di Hotel California Bandung, saya mengunjungi Brown Sugar Cafe di lantai dasar. Bicara soal luasnya, restoran ini memang tidak besar. Dibandingkan dengan jumlah meja dan kursi yang disediakan, ruangan yang ada sepertinya kurang luas sehingga restoran kesannya sempit. Saat tamu sedang ramai, bisa saya bayangkan situasinya akan crowded. Meskipun demikian, ada area teras yang diperuntukkan sebagai area merokok.

Interior restoran didominasi jendela-jendela full height yang menawarkan pemandangan area parkir dan jalan raya. Nggak ada yang sangat spesial kalau soal pemandangan. Namun, banyaknya jendela di restoran membuat interior restoran setidaknya terasa lebih lapang dan terang. Desain yang diusung pun senada dengan desain interior kamar, tetapi dengan dominasi warna krem/beige sebagai pengganti palet warna cokelat yang lebih tua/hangat.

Soal menu, pilihan yang ditawarkan memang tidak sampai supervariatif. Namun, menu wajib seperti nasi (waktu saya berkunjung, nasi goreng) dan sumber protein sih pasti ada. Station bubur ayam pun tersedia untuk yang ingin sarapan dengan bubur. Karena bangunnya telat, saya datang ketika restoran sudah hampir tutup jam sarapan. Untungnya, makanan masih hangat dan enak untuk dimakan.

Fasilitas Lain

Seperti yang saya bilang sebelumnya, Hotel California Bandung memang tidak menawarkan fasilitas yang sangat beragam. Selain restoran, terdapat beberapa ruang rapat dan ballroom untuk mengadakan berbagai acara. Layanan spa dan toko souvenir pun tersedia di hotel ini. Kalau dilihat dari pilihan fasilitas yang ditawarkan, hotel ini memang cocok untuk kalangan pebisnis yang berkunjung ke Bandung untuk keperluan pekerjaan. Meskipun demikian, keluarga atau wisatawan ya tetap boleh menginap di sini, terutama karena aspek lokasinya yang strategis.

Di sudut lobi, terdapat lounge bernama Penny Lane. Dari segi ukuran, lounge ini memang tidak besar dan posisinya pun nyΓ©ngclΓ© (kalau kata orang Sunda) di pojokan. Saya nggak sempat menelusuri area lounge dan bawah tangga. Jadi, saya nggak punya dokumentasi apa pun mengenai lounge tersebut (mohon maaf, ya). Namun, dari segi interior, Penny Lane lounge menawarkan sudut yang cukup cozy untuk sekadar ketemu teman/keluarga sambil ngeteh dan ngopi.

Lokasi

Hotel California Bandung adalah salah satu akomodasi yang berada di kawasan yang strategis. Berlokasi di Jalan Wastukencana, hotel ini bisa dibilang cuman sepelemparan batu dari Bandung Indah Plaza, Bandung Electronic Center, dan BEC Mall 2. Beberapa universitas seperti UNISBA dan UNPAS bisa dicapai bahkan dengan jalan kaki (sekitar 10 menit sih kalau jalan kaki). Berbagai kawasan berada cukup dekat dari hotel. Ke Cihampelas atau Balai Kota? Deket. Ke Pasteur? Deket. Ke kawasan Jalan Riau? Deket juga. Ke Alun-Alun dan Jalan Braga? Lumayan deket. Intinya sih ke mana-mana itu gampang. Hanya saja, hotel ini berada di jalan yang menerapkan sistem one-way. Namun, kalau pun harus muter balik pun, rutenya nggak jauh kok.

Dari Stasiun Bandung, Hotel California Bandung hanya berjarak sekitar 15 menit dengan kendaraan bermotor. Dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, hotel ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit. Lumayan dekat, ‘kan?

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Bicara soal pelayanan, satu hal yang pasti sih tidak ada keluhan signifikan. Bahkan, selama menginap pun saya nggak mengeluhkan apa pun ke staf hotel (kecuali koneksi internet yang susah diakses dari laptop, tapi karena saya pun urung niat untuk kerja, ya, nggak masalah jadinya). Proses check-in berlangsung lancar dan cepat. Resepsionis yang handle proses pun ramah. Para staf restoran pun ramah dan helpful.

Urusan kebersihan kamar pun masih terbilang baik. Jendela kamar (tepatnya jendela yang menghadap ke utara) memang kotor dan kusam. Kalau di foto sih, kelihatannya kayak bersih, tapi sebetulnya itu kotor, lho. Ke depannya, semoga saja kebersihan jendela bisa lebih dijaga oleh pihak hotel. Mengenai parkir, saya agak khawatir dengan banyaknya lahan parkir yang tersedia. Untungnya, waktu menginap saya masih dapat spot parkir kosong. Nah, kalau penuh, mungkin ada staf hotel yang akan mencarikan tempat parkir. Soal ini sih saya kurang tahu pasti, cuman masa sih nggak ada valet, ya? Saya rasa sih ada. Kasihan banget soalnya kalau tamu yang datang ternyata kehabisan tempat parkir.

Kesimpulan

No nonsense. Saya kepikiran frasa ini kalau diminta mendeskripsikan Hotel California Bandung. Dari proses check-in yang cepat hingga fasilitas yang diberikan, rasanya saat menginap semuanya berjalan lancar. Memang sih ada beberapa hal yang saya sayangkan, seperti area shower yang kecil, pencahayaan di study area yang kurang baik, dan koneksi internet yang susah diakses. Namun, selebihnya sih semuanya baik-baik saja. Kondisi kamar baik, furnitur dan room amenities masih rapi dan berfungsi, dan view dari kamar pun bagus. Untuk kalangan pebisnis yang datang, kelancaran dan kemudahan seperti ini tentunya sangat diharapkan dan diapresiasi.

Tipe Suite menawarkan ukuran yang, jika dibandingkan suite room di properti-properti lainnya, memang kalah besar. Namun, unit terbesar di Hotel California Bandung ini hadir sebagai corner room dengan dua view yang memanjakan mata. Kamar pun tetap terasa lapang. Untuk menunjang santai-santai, tersedia chaise lounge di samping jendela. Cocok lah buat rehat sejenak setelah sibuk kerja atau rapat. Ukuran kamar mandi di tipe Suite memang kecil dan ini jadi hal yang sebetulnya disayangkan, mengingat tipe unit adalah Suite (dan akan lebih baik kalau kamar mandinya pun lebih besar), tetapi hal tersebut memang nggak jadi masalah besar karena kamar mandi berfungsi dengan baik.

Fasilitas-fasilitas lain beroperasi dengan baik. Tidak ada keluhan mengenai restoran. Makanan yang disajikan pun hangat dan enak. Kondisi restoran pun baik dan bersih. Dari aspek lokasi, hotel ini pun dekat ke mana-mana dan dilewati jalur angkot. Hanya saja, kalau saya kaitkan lagi dengan para tamu yang datang untuk keperluan bisnis/pekerjaan, yang saya agak cemaskan ya koneksi internetnya. Saya nggak tahu apakah para tamu lain mengalami kesulitan yang sama saat ingin menghubungkan perangkat/laptopnya ke WiFi hotel, tetapi saya mengalami masalah seperti itu. Ditambah lagi, kecepatan jaringan pun terbilang lambat. Untuk buka e-mail sih mungkin cepat, tapi saya nggak tahu kalau harus upload/download file besar. Ya, semoga aja sih sekarang koneksinya sudah jauh lebih baik, mengingat saya nginap di sana pun setahun yang lalu (tapi semoga aja ulasannya nggak jadi obsolete banget).

Situs Tripadvisor menyebutkan rate hotel ini mulai dari 397 ribu rupiah per malam. Pada kenyataannya, kalau saya lihat di Agoda atau Traveloka, rate yang ditawarkan bisa lebih rendah daripada itu (dan sudah dengan pajak). Dengan rate yang reasonable, lokasi yang strategis, serta kamar yang luas dan beratmosfer hangat, Hotel California Bandung bisa jadi pilihan akomodasi yang terjangkau, terutama untuk kalangan pebisnis di pusat Bandung.

Pros & Cons

πŸ‘πŸ» Pros

  • Soal rate, hotel ini masih menawarkan harga yang terjangkau. Saya pikir ini bisa jadi opsi yang ramah di kantong, terutama untuk para young traveler.
  • Lokasi hotel strategis. Ke mana-mana deket.
  • Ukuran kamar relatif besar, bahkan untuk tipe terkecil. Seingat saya, tipe terkecil punya luas di atas 20 meter persegi (23 atau 25 gitu ya?).
  • Tipe Suite menawarkan dua view dan jendela-jendela yang besar. Cocok buat nyantai sambil lihat pemandangan.
  • Fasilitas yang tersedia di hotel cocok untuk kunjungan kerja/bisnis, terutama untuk rapat, seminar, dan semacamnya.
  • No nonsense. Proses check-in terbilang cepat. Fasilitas yang ada memang tidak muluk-muluk, tapi beroperasi/berfungsi dengan baik.

πŸ‘ŽπŸ» Cons

  • Hotel ini klaimnya mengusung konsep musik, tetapi elemen-elemen musik di sini terasa kurang kuat.
  • Kamar mandi tipe Suite terbilang kecil, serta tidak dilengkapi bathtub.
  • Koneksi internet kadang susah diakses.
  • Kualitas channel televisi kurang baik.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😢
Desain: πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜Άβšͺ️
Lokasi: 🀩🀩🀩🀩😢
Harga: πŸ’°πŸ’°