Review: InterContinental Bandung Dago Pakar

Salah satu kawasan di Bandung yang jarang saya sambangi adalah Dago. Dari kecil, saya jarang banget main ke kawasan ini. Selain karena cukup jauh dari rumah, kawasan ini biasanya macet dan ramai di akhir pekan. Makanya, saya biasanya berkunjung atau menginap di hotel di kawasan ini di hari kerja (sempat sih mendekati akhir pekan, tapi itu pun check-in-nya hari Jumat di Sheraton Bandung). Selain itu, menurut saya kawasan Dago ini terlalu jauh dari pusat kota (nggak jauh-jauh banget sih sebetulnya, cuman saya lebih seneng kawasan yang memang ada di pusat kota biar gampang ke mana-mana). Maklum, anaknya tuh anak mal banget (nggak juga sih).

Namun, ada satu properti di kawasan Dago Atas yang, duh, buat properti in sih, saya nggak keberatan nyetir jauh dan stay jauh dari pusat kota. Suasana yang tenang, pemandangan yang keren, dan fasilitas yang ditawarkan jadi beberapa hal yang bikin saya suka dengan properti ini. Di tahun 2020 kemarin, saya dua kali menginap di hotel ini. Kuy ah tanpa berlama-lama, langsung aja masuk ke pembahasan!

review intercontinental bandung
InterContinental Bandung Dago Pakar

InterContinental Bandung Dago Pakar adalah sebuah hotel bintang 5 yang berlokasi di Jalan Resor Dago Pakar Raya No. 2B, Resor Dago Pakar, Bandung. Sesuai alamatnya, hotel mewah di Bandung ini berada di kompleks perumahan/resor yang cukup bergengsi. Waktu kali pertama ke sini, saya sampai minta tolong Andreyan, teman saya di Sheraton Bandung untuk nganterin ke properti supaya nggak kesasar. Pasalnya, properti ini lokasinya remote banget! Saya kira udah mau nyampe, ternyata masih jauh lagi. Pantesan aja waktu itu si Andre nyetirnya agak ngebut as if propertinya nggak bakalan terlewat. Ternyata memang jauh 😢

Ternyata, faktor lokasi ini pula yang menjadi daya tarik InterContinental Bandung. Berada jauh dari ingar bingar perkotaan, properti kelas teratas IHG ini menawarkan suasana tenang dan damai, dengan lingkungan sekitar yang masih cukup alami. Kamar-kamar di hotel ini menawarkan view perbukitan atau padang golf dan kota dari ketinggian. Dua kali menginap di sini di tahun 2020, dua kali juga saya dapat kamar dengan view padang golf dan kota. Oh, ya! Waktu menginap di sini, saya juga dikasih upgrade oleh pihak hotel (terima kasih banyak, InterCon Bandung!).

review intercontinental bandung
Lobi InterContinental Bandung Dago Pakar, tampil memukau dengan pemandangan padang golf dan kota.

Fasilitas yang tersedia di hotel ini cukup lengkap. Salah satu fasilitas unggulannya adalah infinity swimming pool. Sebetulnya, kolam renang di hotel ini terisi dengan air hangat. Hanya saja, waktu menginap di sana, airnya sedang tidak dihangatkan (kecewa sih saya). Meskipun demikian, saya tetap bisa seru-seruan berenang di sini (dan gantian foto buat Instagram bareng Andre). Fasilitas-fasilitas lain yang tersedia termasuk dua restoran, ballroom, ruang rapat, wedding hall, gym, sauna, spa, dan kids’ corner. Kalau weekend, suka ada penyewaan kuda di depan hotel. Karena kondisi masih belum kondusif, nggak semua fasilitas beroperasi selama saya menginap (dan di dua kunjungan saya), termasuk Tian Jing Lou, Chinese restaurant yang berada di lantai 18 hotel. Restoran ini sendiri terkenal dengan menu-menu dim sum-nya.

Ada 8 tipe kamar yang tersedia di InterContinental Bandung, termasuk vila-vila yang berada di bagian belakang bangunan hotel. Di kunjungan pertama, saya menginap di kamar tipe King Club Room atau Club InterContinental Room. Di kunjungan kedua, saya dapat tipe Premium Room with Golf View. Sebetulnya, kedua tipe ini nggak berbeda jauh dari segi interior dan room amenities. Namun, dari segi layanan tambahan, tipe King Club Room sudah mencakup akses ke Club InterContinental di lantai 18 yang—sayangnya—masih belum beroperasi. Selama menginap, ada beberapa kendala kecil yang saya alami. Namun, yang saya apresiasi adalah langkah yang diambil pihak hotel untuk menangani kendala tersebut. Pembahasan lebih lanjut, seperti biasa, saya sajikan di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, di tahun kemarin saya menginap dua kali di InterContinental Bandung dan mendapatkan dua tipe kamar yang berbeda. Namun, dari segi arsitektur, keduanya sebetulnya sama saja. Yang membedakan hanya akses ke Club InterContinental dan Bluetooth alarm saja. Baik tipe King Club Room dan Premium Room with Golf View sama-sama punya luas 46 meter persegi. Menurut informasi dari situs resmi hotel, tipe kamar terkecil (Classic Room) punya luas 41 meter persegi. Sejauh ini, saya bisa bilang bahwa InterContinental Bandung Dago Pakar adalah salah satu hotel di Bandung yang menawarkan kamar terluas.

Interior kamar mengusung desain kontemporer dengan palet warna-warna earthy dan pencahayaan berwarna hangat. Mengingat udara di kawasan Dago Atas terbilang dingin, skema warna yang hangat bikin suasana kamar makin nyaman. Tidak banyak ornamen yang rumit di kamar dan buat saya, kesederhanaan ini yang bikin kamar justru terasa elegan. Bagian dinding di atas headboard punya motif geometrik yang subtle. Di kedua sisi tempat tidur, terpasang wall lamp dengan gaya modern classic. Pencahayaan di kamar bisa dibilang cukup kompleks. Saya tipe orang yang sejujurnya nggak bisa tidur dalam keadaan gelap gulita. Jadi, saya selalu perlu satu atau dua lampu yang menyala di kamar, dan opsi pencahayaan yang tersedia di kamar mengakomodasi kebutuhan saya itu.

Ketika masuk ke kamar, hal yang langsung menarik perhatian saya adalah daybed-nya. Di properti ini, hanya tipe Classic yang nggak dilengkapi daybed. Memiliki dimensi yang cukup luas, daybed ditempatkan di atas platform yang menjorok ke luar dan dikelilingi jendela kaca. Ini jadi tongkrongan yang nyaman banget, terutama di pagi hari. Di sisi kiri dan kanan daybed juga terpasang panel dekoratif berbahan besi yang subtly memberikan kesan tropis ala-ala resor atau vila di Bali. Oh, ya! Di kunjungan saya yang kedua, pihak hotel memberikan complimentary chocolate cake. Terima kasih banyak, InterContinental Bandung! Kok bisa tahu kalau saya suka kue cokelat, ya? He he he. Jadi, sore itu, saya habiskan dengan menikmati kue dan pemandangan padang golf dan kota. So relaxing! Di area daybed pun sudah ada penerangan. Jadi, buat yang ingin baca malem-malem di sini, bisa banget. Malah saya sempet kepikiran kayaknya seru kalau tidur malam di sini.

Di kunjungan kedua, saya sempat mengalami kendala dengan daybed. Lebih tepatnya, tirai yang mengelilingi daybed. Jadi, si sheer curtain ini nggak bisa dibuka. Walhasil, saya harus telepon dulu pihak teknisi untuk memperbaiki rel tirai. Untungnya, masalah bisa ditangani dengan cepat dan mudah. Saya sangat mengapresiasi bantuannya.

Hal yang saya amati lagi dari kamar adalah storage. Baik tipe King Club Room maupun Premium Golf sama-sama punya walk-in closet yang cukup besar, dan ruangan ini dibatasi dengan pintu. Jadi, baju-baju yang digantung dan koper atau berbagai barang bawaan yang mungkin berantakan nggak akan terlihat dari area utama kamar saat pintu walk-in closet ditutup. Oh, ya! Room amenities mencakup televisi, AC, WiFi (jelas lah), Bluetooth alarm (untuk tipe King Club Room), coffee/tea maker, dan mini fridge. Nah, coffee/tea maker, mini fridge, dan beragam pilihan teh dan kopi disimpan dengan rapi di dalam lemari kecil yang ada di belakang area kerja. Jadi urusan pertehan dan perkopian nggak bikin kamar terlihat “kebanyakan barang” (or rather, cluttered). Untuk telepon sendiri, ada 3 unit telepon di kamar, dan satu dipasang di kamar mandi.

Meja kerja yang tersedia cukup besar. Kursi kerja yang ada pun cukup nyaman dipakai duduk dan ngetik cukup lama. Koneksi internet bisa diandalkan dan cukup cepat. Stopkontak ada banyak. Channel TV pun beragam. Hmm… Apa lagi, ya? Soal hiburan dan produktivitas sih, saya nggak ada keluhan. It was all good.

Kamar Mandi

Semua tipe kamar di InterContinental Bandung Dago Pakar, kecuali tipe Classic, dilengkapi dengan oversized bathtub. Namun, untuk tipe-tipe yang lebih tinggi, bathtub-nya merupakan whirlpool bathtub. Jadi, setingkat lebih mantap, lah. Selama dua kali menginap di sini, kamar mandi jadi salah satu the best part yang saya rasakan.

Atmosfer natural terasa melalui penggunaan dinding batu. Untuk lantai sendiri, digunakan ubin bertekstur dengan warna yang kurang lebih sama dengan warna dinding. Skema warna interior kamar mandi yang gelap untungnya diseimbangkan oleh pencahayaan yang mumpuni dan terang, bahkan di shower area yang terbilang lebih tertutup. Ditambah lagi, di siang hari roller blind di samping bathtub bisa dibuka sehingga cahaya alami bisa masuk.

Produk-produk Mandarin Tea hadir sebagai sampo, sabun, kondisoner, dan body lotion. Ada juga face soap (saya lupa brand-nya) yang hadir dalam bentuk sabun batangan. Saya sempat coba sih, walaupun saya lebih suka facial wash punya saya sendiri. Soal aroma sih enak dan nggak menyengat. It was okay, meskipun produk Asprey-nya Ritz-Carlton Mega Kuningan dan Appelles Apothecary & Lab-nya Ascott Sudirman secara pribadi sih saya lebih suka.

Nah, waktu saya menginap untuk kali kedua, saya mengalami kendala di kamar mandi, tepatnya di shower area. Kendala ini saya rasa cukup serius karena berimbas luka ke badan saya. Shower tangan yang dipasang di area shower berbahan semacam plastik yang dilapisi cat/lapisan khusus sehingga kesannya berbahan logam. Nah, lapisan cat di bagian sudut kepala shower terkelupas sehingga sudut shower jadi runcing. Saya nggak sadar dengan hal itu pada awalnya. Walhasil, pas mandi, dada dan perut saya beberapa kali kena ujung yang runcing itu dan kena lecet yang bentuknya memanjang (awalnya saya bingung kenapa bisa lecet, ternyata penyebabnya ya si sudut kepala shower itu).

Kepala shower dengan sudut yang runcing.

Saya pun akhirnya langsung telepon operator untuk menyampaikan keluhan. Nah, sebetulnya waktu awal tiba di kamar pun, saya sempat komplain juga karena roller blind di kamar mandi nggak ada talinya. Walhasil, si tirai nggak bisa dibuka. Kendala roller blind kamar mandi ditangani berbarengan dengan sheer curtain di area daybed yang nggak bisa dibuka. Saya sempet kesal karena maintenance kamar seolah-olah kurang bagus, ditambah dengan masalah kepala shower. Untungnya, pihak teknisi dengan cepat langsung tiba di kamar dan mengganti kepala shower. Pihak hotel sendiri menawarkan saya untuk pindah kamar, tapi berhubung saya komplain di malam terakhir menginap dan saya malas packing segala macem, akhirnya saya bilang nggak perlu ganti kamar. Toh masalah shower pun sudah ditangani dengan baik. Still I appreciated the kind gesture, tho. Namun, baiknya sih urusan maintenance kamar perlu diperhatikan lebih detail oleh pihak hotel.

Fasilitas Umum

Damai Restaurant

InterContinental Bandung punya dua restoran, yaitu Damai Restaurant dan Tian Jing Lou. Sarapan untuk tamu diadakan di Damai Restaurant yang berada satu lantai dengan lobi. Kesan pertama yang saya dapatkan dari restoran ini adalah luas. Let me tell you something: the restaurant is pretty huge! Interior restoran mengusung desain kontemporer yang elegan, dengan beberapa sudut yang terlihat lebih chic berkat dekorasi dinding. Area indoor-nya sendiri cukup luas dan punya banyak meja. Kalau nggak cukup (atau ingin merokok), bisa pilih meja di area outdoor. Area outdoor restoran sendiri merupakan balkon besar yang menawarkan pemandangan padang golf dan kawasan pusat kota Bandung.

Menu sarapan yang disajikan sangat variatif. Dari roti-rotian sampai sushi pun tersedia. Ada cukup banyak station di restoran ini yang masing-masing menawarkan sajian yang berbeda. Di kunjungan pertama, saya sarapan bareng Andreyan (dia datang pagi-pagi karena kita udah janjian mau berenang bareng). Menu yang saya pilih standar sih: nasi goreng, tumis sayuran (lagi berusaha memperbanyak asupan sayuran), dan scrambled egg. Soal rasa sih, oke lah. Decent. Di kunjungan kedua, saya pilih sushi dan dim sum. Yes, you read it right. Dim sum! Ada juga stan seblak untuk yang senang jajanan pedas yang satu ini. Untuk minuman, staf restoran akan tanya kita mau minum apa. Saya sih nggak jauh-jauh dari teh, meskipun di kunjungan pertama, saya pesan capuccino.

Ada satu area di dekat bar yang dilengkapi meja-meja bundar. Area ini sendiri kelihatan lebih mewah menurut saya, terutama dengan jendela-jendela kaca besar dan grand piano di salah satu sudutnya. Saya sempat main piano ini. Sayangnya, pianonya perlu distem karena beberapa nadanya fals.

Waktu sarapan di kunjungan pertama, saya dan Andreyan sempat mengalami kejadian nggak enak. Saat saya dan Andre (sebetulnya) masih makan, kami sempat ngobrol dan nggak menyentuh piring dan gelas sama sekali (ya, namanya juga lagi ngobrol). Tiba-tiba, ada staf restoran yang datang dan begitu saja ngambil piring-piring kami, tanpa permisi atau bilang apa pun, dan langsung pergi. Andreyan (yang notabene orang hotel) dan saya sampe lihat-lihatan karena kaget dan kesinggung. Di kunjungan kedua pun, saya sempat kesal karena staf yang jaga stan dim sum kurang ramah dan mempersiapkan dim sum saya seperti dilempar begitu aja ke kukusan. Nggak ada bicara apa pun, benar-benar dingin dan nggak bersahabat. Saya udah keluhkan hal ini ke pihak hotel lewat kuesioner yang disediakan.

Tian Jing Lou & Club InterContinental

Di lantai 18 InterContinental Bandung, ada Tian Jing Lou dan Club InterContinental. Tian Jing Lou sendiri merupakan Chinese restaurant yang terkenal, salah satunya karena menu dim sum-nya. Waktu saya menginap, baik. Tian Jing Lou dan Club InterContinental belum beroperasi. Namun, kata staf yang bertugas, saya boleh lihat-lihat.

Salah satu claim to fame-nya Tian Jing Lou adalah pemandangan kota dan padang golf. Mereka menawarkan pengalaman bersantap hidangan Tiongkok dan pemandangan yang cantik. Jendela-jendela floor-to-ceiling mendominasi interior. Ada satu sudut yang lebih menjorok ke luar, dan saya pikir area ini bakalan lebih banyak peminatnya, unless you’re acrophobic, of course. Beberapa chandelier menambah kemewahan interior restoran. Nah, kalau bicara soal Chinese restaurant, biasanya kan interiornya didominasi oleh warna merah. Sayangnya, di sini warna merah nggak begitu mendominasi. Kalau saya lihat, hanya beberapa area atau sudut yang dipercantik dengan warna merah. Selain itu, sentuhan khas Tionghoa juga kurang terasa kental. Lukisan dan partisi kayu memang jadi elemen yang memberikan sentuhan tersebut. Hanya saja, vibe-nya masih kurang kerasa, terutama kalau saya bandingkan dengan Cha Yuen-nya Aryaduta Bandung (sayangnya sudah tutup restorannya) atau Li Feng-nya Mandarin Oriental Jakarta (ini nanti akan ada review-nya. Tunggu aja, ya!).

Di dekat pintu masuk ke Tian Jing Lou, ada pintu menuju Club InterContinental. Seperti Tian Jing Lou, saat saya berkunjung pun klub masih belum beroperasi. Beberapa tipe kamar sudah dilengkapi akses ke klub ini. Luasnya sih nggak besar dan ada semacam pintu geser yang memisahkan antara Club InterContinental dengan Tian Jing Lou. Mungkin kalau ada acara apa, pintu ini akan dibuka untuk mengakomodasi lebih banyak tamu.

Seating yang tersedia bisa dibilang sangat terbatas. Interior klub pun punya dekorasi yang terbilang minimalis. Penggunaan warna-warna earthy memberikan kesan nyaman dan hangat. Untuk klub, pemandangan yang ditawarkan adalah pemandangan perbukitan. Jadi, kalau ingin lihat pemandangan kota sih kehalangin bukit. Ada juga LED TV yang cukup besar di tengah ruangan. So far sih nggak ada sesuatu yang benar-benar spesial. Ya, mungkin juga ini karena klub belum beroperasi, ya.

Kolam Renang & Kids’ Corner

Nah! Ini nih fasilitas yang saya paling suka dari InterContinental Bandung: kolam renang! Untuk mengakses kolam renang, kita perlu turun satu lantai dari lantai lobi. Turunnya bisa lewat tangga atau lift. Kalau dari lobi sih, sepertinya kita bisa dapat view yang bagus dari kolam renang. Sayangnya, pemandangan kota atau padang golf-nya terhalangi oleh pohon-pohon.

Kolam renang di InterContinental Bandung Dago Pakar terbilang besar. Area kolam anak dipisahkan oleh pembatas kaca dari area kolam dewasa. Untuk kedalamannya sendiri sih, kalau saya berenang, area kolam yang paling dalam tuh sekitar sebahu saya (maklum saya pendek). Ada dua cocoon di dekat kolam anak, tapi karena di belakangnya itu pepohonannya sangat rimbun, saya jadi agak ngeri lihatnya. Ada juga beberapa pool lounger yang, sayangnya, tidak diteduhi parasol atau semacamnya. Untuk kamar mandi dan toilet, ada di bangunan tersendiri. Oh, ya! Yang saya sayangkan lagi adalah air kolam renang nggak hangat. Padahal, di situs web hotel disebutkan kalau kolam renang hotel punya air hangat. Cukup kecewa sebetulnya, tetapi untungnya waktu itu cuaca nggak dingin.

Masih berada di sekitar kolam renang, ada kids’ corner. Fasilitas ini jadi salah satu amenities yang belum beroperasi saat saya menginap. Namun, karena berada di dekat kolam dan punya pintu kaca, saya jadi bisa mengintip ke dalamnya. Areanya cukup besar sih, dan ada semacam treehouse. Karena nggak beroperasi, lampu-lampu di dalamnya dimatikan dan foto di atas jadi satu-satunya dokumentasi yang saya punya. Ruangan juga terlihat kosong. Mungkin kalau beroperasi, akan ada banyak mainan, boneka, buku-buku, dan semacamnya. Gambar beruang di dinding (di atas rak sepatu) jadi sesuatu yang saya rasa lucu dan menggemaskan. Mungkin anak-anak yang habis berenang, bisa mandi dulu, terus main di sini.

Lokasi

Bicara soal aspek ini, jangan berharap InterContinental Bandung ada di kawasan yang strategis. Nggak, bro. Dari kawasan pusat kota Bandung, perjalanan ke hotel ini bisa makan waktu setengah jam lebih, tergantung kondisi lalu lintas. Hotel ini berada di kompleks Resor Dago Pakar yang luas banget dan jauh dari jalan besar (Jalan Dago). Namun, perjalanan ke sini nggak sia-sia karena meskipun jauh dari mana-mana, properti ini menawarkan suasana yang lebih alami dan pemandangan yang keren dari setiap kamarnya. Buat yang niatnya ingin staycation mewah dan menikmati suasana yang lebih tenang, hotel ini bisa jadi pilihan yang pas.

Sejauh yang saya tahu dan amati sendiri, nggak ada minimarket atau toko swalayan di dekat hotel. Ada sih restoran di luar hotel, tapi buat ke sana kita harus berkendara selama sekitar 5 menitan (lumayan jauh kalau jalan kaki. Serius). Untuk ke minimarket sendiri, kita harus berkendara dulu sekitar 10 menitan karena Indomaret terdekat ada di Jalan Dago. Nah, kalau kita udah tiba di kawasan Dago Atas sendiri sih, udah gampang lah ke mana-mana. Soal makan, ada beberapa restoran yang menawarkan pemandangan Bandung dari ketinggian seperti Cocorico dan Sierra. Soal tempat wisata, ada Tahura alias Taman Hutan Raya. Semuanya berjarak sekitar 10-15 menitan aja dari hotel. Nah, saran saya sih karena hotel ini jauh dari mana-mana, sebelum ke sini, ada baiknya sudah beli jajanan atau bekal dari awal. Bawa juga makanan atau minuman sendiri kalau nggak ingin pesan dari restoran hotel atau pergi ke kafe/restoran di luar hotel.

Dari Stasiun Bandung, InterContinental Bandung Dago Pakar bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30-40 menit, tergantung kondisi lalu lintas. Dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, waktu tempuhnya pun kurang lebih sama. Titik macetnya biasanya di kawasan Dago Atas. Jadi, harap waspada aja, terutama di jam-jam sibuk atau akhir pekan.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Menginap dua kali di InterContinental Bandung dalam jangka waktu yang cukup dekat membuat saya bisa mengevaluasi kualitas pelayanan yang, jujur saya, membuat saya terkesan. Kekurangan yang saya lihat dan alami di kunjungan pertama terbayar di kunjungan kedua. Kendala yang terjadi, terutama di kunjungan kedua, ditangani oleh pihak hotel dengan baik dan profesional.

Secara keseluruhan, kualitas pelayanan di properti ini saya bisa bilang bagus. Saat masuk ke hotel, check-in, menginap, hingga check-out, jauh lebih banyak positifnya yang saya rasakan daripada negatifnya. Di kunjungan pertama, misalnya. Proses check-in memakan waktu lebih lama dari yang dijanjikan. Ditambah lagi dengan tidak adanya recognition untuk saya sebagai member IHG Rewards Club, saya agak kecewa sebetulnya. Namun, kekecewaan ini terbayar ketika saya dapat upgrade beberapa tingkat (dari tipe Classic ke King Club). Room service cukup lama menurut saya. Ketika saya minta dibawakan gelas wiski dan es, pesanan saya datangnya lama, meskipun ya tetap dibawakan. Dan juga, mengenai insiden di restoran, itu pun bikin saya dan Andre kesal sebetulnya. Namun, keluhan kami dapat tanggapan dari pihak hotel dan saya secara pribadi mengapresiasi hal tersebut.

Di kunjungan kedua, kendala yang terjadi lebih ke aspek fasilitas kamar. Semuanya berhasil ditangani dengan baik oleh tim housekeeping dan teknisi. Soal shower tangan yang rusak pun, saya makin mengapresiasi pihak InterContinental Bandung karena menawari saya untuk pindah kamar, padahal masalahnya hanya ada di shower dan itu pun sudah diselesaikan. Keesokan paginya saat saya sarapan, saya lupa itu GM atau siapa, tapi yang jelas saya dengan Ibu tersebut ngobrol soal kendala yang saya alami. Beliau meminta maaf dan kasih kuesioner untuk saya isi. Sikap atau langkah seperti ini memang nggak lantas menyelesaikan kendala yang sempat dialami (lagi pula sudah beres ‘kan), tapi tentunya jadi sesuatu yang saya apresiasi dan bikin kesan saya tentang properti jadi lebih positif. Saat sarapan di hari terakhir, memang ada beberapa staf di beberapa station yang saya rasa kurang ramah, tetapi selebihnya para staf sih ramah dan helpful. Ya, ke depannya sih harapannya semua staf bisa lebih ramah.

Kesimpulan

A luxury seclusion. Saya bisa bilang bahwa InterContinental Bandung Dago Pakar adalah hotel yang tepat untuk “mengasingkan diri” in a luxurious fashion, tanpa harus berkendara terlalu jauh di Bandung. Dari segi fasilitas, properti ini sudah lengkap. Hanya saja, waktu saya berkunjung memang belum semua fasilitas bisa digunakan. Setiap kamar menawarkan view yang cukup menarik, meskipun memang pemandangan padang golf dan pusat kota Bandung tentunya lebih menarik. Beberapa kamar, seperti tipe Premium Golf View dan King Club yang saya tempati dilengkapi daybed yang cocok banget buat bersantai, rebahan, dan tidur siang (atau malam-malam tidur di sini pun nggak masalah karena bisa sambil lihat bintang). Oversized, freestanding bathtub pun jadi kelengkapan kamar yang saya rasa layak diapresiasi. Apalagi dengan penempatan di samping jendela. Duh! Seru banget rasanya bisa berendam, merilekskan tubuh, sambil melihat view Bandung dari ketinggian. Interior kamar pun menampilkan desain kontemporer yang elegan dan mewah dalam balutan warna-warna earthy.

Soal lokasi, InterContinental Bandung saya pikir bukan pilihan yang pas buat orang-orang yang ingin tinggal di kawasan pusat kota dan gampang bolak-balik ke mal atau tempat-tempat lain di area downtown. Perjalanan ke hotel ini sendiri bisa dibilang cukup jauh. Mungkin nggak jauh-jauh amat buat yang terbiasa main atau bolak-balik ke kawasan Dago Atas, tapi berdasarkan komentar dari teman-teman saya, ketika saya ajak meet-up buat renang atau makan malam di hotel, mereka nolak ajakan dengan alasan kejauhan. Bisa dipahami sih karena dari mulut Jalan Resor Dago Pakar saja, perjalanan ke hotel masih memakan waktu sekitar 10 menitan dengan mobil/motor. Ditambah lagi, minimarket terdekat pun perlu ditempuh dalam waktu sekitar 10-15 menitan. Namun, untuk yang cari suasana tenang dan pemandangan yang lebih alami, properti ini layak banget diperhitungkan. Saya sendiri secara pribadi merasa bahwa hotel ini bisa jadi pelarian saya di masa mendatang ketika saya lagi mumet atau sekadar ingin menenangkan diri di lingkungan alami, tetapi masih dalam naungan “kemewahan” dan tanpa harus berkendara jauh dari Bandung.

Soal pelayanan, kendala-kendala yang saya alami untungnya dapat ditangani dengan baik oleh pihak hotel, dan saya sangat mengapresiasi hal tersebut. Beberapa fasilitas kamar perlu dibenahi memang. Ya, semoga saja kendala yang saya alami tidak sampai terulang dan keramahan staf pun bisa lebih ditingkatkan. Kesan positif, fasilitas properti yang mumpuni, kondisi kamar yang nyaman, serta kecepatan dan bantuan para staf dalam menanggapi request saya outweighted the cons.

Kalau saya amati di aplikasi IHG, InterContinental Bandung Dago Pakar menawarkan kamar dengan average rate di kisaran 1,2-1,3 juta rupiah per malam (biasanya sudah dengan pajak). Di Bandung, rate segitu sudah terbilang cukup tinggi sebetulnya. Namun, dengan fasilitas lengkap, desain kamar yang elegan, dan pengalaman closer to the nature dalam naungan kemewahan, saya rasa haga segitu masih berterima dan properti ini bisa jadi pilihan yang pas untuk yang ingin menikmati staycation di lingkungan yang lebih alami dengan view yang keren, tanpa harus berkendara jauh dari pusat kota Bandung.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Semua kamar, kecuali tipe Classic sudah dilengkapi daybed dengan pemandangan perbukitan atau padang golf (yang lebih bagus memang view padang golf sih)
  • (LAGI) Semua kamar, kecuali tipe Classic, dilengkapi freestanding bathtub yang ditempatkan di samping jendela. Cocok banget buat self-pampering sambil lihat pemandangan.
  • Interior kamar mengusung desain kontemporer yang elegan dan mewah.
  • Ukuran kamar (bahkan tipe terkecil) relatif lebih besar untuk hotel-hotel di kelasnya.
  • Restorannya besar dan menu yang disajikan sangat beragam (dim sum-nya enak!)
  • Kolam renangnya besar dan menawarkan pemandangan alam yang cantik (harusnya view kota, tapi terhalangi pepohonan besar but still, it’s pretty Insta-worthy)
  • Fasilitas yang ditawarkan sudah lengkap. Meskipun jauh dari mana-mana, dengan adanya kids club, kolam renang, gym, dan area terbuka (bahkan kalau weekend itu suka ada penyewaan kuda), kayaknya stay di hotel aja nggak akan kerasa bosan.
  • InterContinental Bandung punya wedding hall yang cakep banget (saya lupa foto. Maaf). Buat yang mau nikahan, nggak ada salahnya ngelirik properti ini.
  • Nggak perlu repot soal parkiran. Area parkirnya luas banget.

👎🏻 Cons

  • Terkait pengalaman menginap saya, maintenance kamar (terutama kamar mandi) rasanya kurang. Shower tangan yang rusak dan ujungnya runcing itu sangat disayangkan.
  • Ini bisa jadi nilai positif sebetulnya, cuman bagi sebagian orang, lokasi hotel yang cenderung remote mungkin bakalan jadi sesuatu yang kurang bikin nyaman.
  • Kualitas pelayanan staf saat saya menginap agak kurang. Semoga ke depannya bisa lebih baik lagi. Meskipun demikian, kendala yang saya alami bisa ditangani oleh pihak hotel dengan baik. Sangat saya apresiasi.
  • Meskipun view-nya bagus, sayangnya air kolam lagi nggak dihangatkan.

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😶
Desain: 😆😆😆😆😶
Lokasi
– Untuk “menyepi”: 🤩🤩🤩🤩😶
– Untuk yang ingin gampang ke mana-mana: 🤩🤩😶⚪️⚪️
Harga: 💰💰💰💰💰

Leave a comment