Review: Tama Boutique Hotel Bandung

Masa pandemi ini tampaknya akan berkepanjangan. Saya sendiri diam di rumah sudah sekitar tiga bulanan, dan baru kemarin ini sempat staycation selama sekitar seminggu, tapi masih di Bandung. Pada awalnya, saya pun sempat ragu dan takut. Namun, saya tetap ikuti protokol keselamatan di hotel, nggak banyak keluyuran, dan menjaga jarak dengan orang lain. Selama ketiga hal itu tetap diperhatikan, saya rasa staycation bisa tetap dinikmati dengan aman. I really needed a change of scenery sih.

Kembali ke tujuan utama post ini. Ulasan terakhir yang saya tulis diunggah pada bulan April 2020 dan sekarang, saya ingin menyempatkan menyelesaikan ulasan untuk hotel yang satu ini, dan lagi-lagi hotel di Bandung. Sebetulnya, saya menginap di sana pada tahun 2019, tapi baru sempat tulis ulasannya sekarang. Sudah cukup lama, ya. Ah, daripada saya terus memberikan excuse yang sama, lebih baik saya langsung ulas hotel unik di Bandung yang satu ini.

review tama boutique hotel
Kamar tidur di Tama Boutique Hotel. Foto milik pribadi

Tama Boutique Hotel Bandung berlokasi di Jalan Dr. Rajiman No. 5-7, Bandung. Hotel unik di Bandung ini adalah salah satu properti yang sebetulnya sudah lama saya ingin kunjungi, tetapi baru sempat di tahun kemarin. Untuk orang Bandung, kalian mungkin tahu Collector Parfum, tempat jual parfum refill murah berkualitas di dekat persimpangan Jalan Pasir Kaliki dan Jalan Dr. Rajiman. Nah, hotel ini hanya berjarak sekitar 5 menit dengan berjalan kaki dari Collector Parfum. Meskipun terbilang berada di pusat kota dan berlokasi di jalan yang sering dilewati banyak kendaraan, hotel ini menawarkan suasana yang cukup tenang. Hotel bintang tiga ini hadir dengan 24 kamar yang tergolong ke dalam 4 tipe: Superior, Deluxe, Deluxe Balcony, dan Suite. Saat menginap di Tama Boutique Hotel Bandung, saya memilih kamar Deluxe. Namun, setelah check-in dan masuk ke kamar, saya sadar bahwa sepertinya saya dapat upgrade satu tingkat ke tipe Deluxe Balcony. Terima kasih banyak untuk pihak hotel atas upgrade gratisnya.

Hotel ini sendiri mengusung konsep yang unik. Semua kamarnya didesain dalam gaya kontemporer dengan sentuhan tradisional Korea. Ini bukan hal yang mengejutkan sebetulnya karena hotel ini menempati bangunan yang sama dengan restoran Korea Bornga. Restoran menempati lantai dasar, sementara hotel menempati lantai 2 hingga 5. Area parkir hotel pun berbagi dengan restoran, dan tidak besar. Saya awalnya sempat bingung harus parkir di mana karena area parkir cukup ramai. Namun, saya dapat satu spot kosong yang tidak jauh dari pintu masuk ke hotel. Petugas keamanan hotel sendiri bilang bahwa ada layanan valet gratis dari hotel. Jadi, kita nggak perlu repot-repot cari sendiri tempat parkir.

Dari segi fasilitas, hotel ini tidak menawarkan banyak pilihan. Hanya ada restoran dan lounge di properti ini. Namun, bagi saya, hotel ini menonjol dari segi desain, lokasi, dan menu breakfast. Ulasan lengkapnya saya ceritakan di segmen berikutnya, ya!

Desain Kamar

Saat menginap di Tama Boutique Hotel Bandung, saya menempati kamar Deluxe Balcony. Assignment ini saya perhatikan sepertinya merupakan upgrade dari pihak hotel karena saat reservasi, saya memesan kamar Deluxe. Terima kasih banyak, Tama Boutique! Berdasarkan informasi dari situs web resmi hotel, kamar Deluxe Balcony memiliki luas 25 meter persegi. Nah, tipe terkecil (Superior) memiliki luas 15 meter persegi. Kamar berukuran 25 meter persegi sebetulnya bukan hal aneh di hotel-hotel bintang tiga, terutama untuk kamar-kamar dengan tipe yang lebih besar. Namun, pada kenyataannya, saya merasa kamar terasa sangat lapang. Saat masuk, ada hallway yang luas dan justru terkesan kosong. Di hallway ini, terdapat lemari pakaian yang cukup tinggi.

IMG_20191203_152256
IMG_20191203_152035

Hallway ini sendiri terasa kosong karena memang tidak ada furnitur selain lemari pakaian. Selain itu, pencahayaan di hallway ini cenderung redup. Jadi, area ini kesannya seperti area nanggung. Transisi dari hallway ke area utama kamar ditandai oleh perubahan dari lantai ubin berwarna abu-abu menjadi lantai kayu. Area utama kamar tidur terasa hangat dan cukup elegan melalui penggunaan warna-warna earthy yang hangat. Seperti yang sebelumnya saya bilang, interior kamar memiliki sentuhan tradisional Korea, dan elemen ini ditandai oleh bilah-bilah kayu yang menyerupai jendela atau sekat yang biasanya ada di rumah-rumah tradisional Korea. Di belakang bilah-bilah ini terdapat mural monokrom istana kerajaan Korea berukuran besar. Mural ini sendiri menjadi focal point kamar dan background yang cukup cantik buat foto-foto.

IMG_20191203_152202
IMG_20191203_152146
IMG_20191203_152240
IMG_20191203_152325
IMG_20191203_152329

Meja belajar dan kabinet minibar didesain menyatu dengan headboard tempat tidur. Ini bisa jadi trik yang bagus, terutama untuk kamar-kamar berukuran kecil. Kalau diamati, meja belajar memiliki bentuk kaki yang “nyentrik” (miring ke arah dalam) dan kaki saya beberapa kali kesandung kaki ini. Ngilu banget lumayan. Stopkontak yang tersedia cukup banyak dan ada beberapa yang dipasang pada headboard (di belakang bantal-bantal). Kulkas mini ditempatkan di dalam kabinet, di bawah coffee maker dan cangkir.

Di salah satu sudut ruangan, terdapat kursi tangan berwarna cobalt blue yang menjadi colour pop di tengah-tengah warna-warna bumi yang hangat. Televisi dipasang pada dinding dan berada di samping pintu kaca menuju balkon. Nah, balkon kamar sendiri sebetulnya tidak luas dan tidak punya furnitur apa pun. View dari balkon pun biasa-biasa aja. Namun, setidaknya balkon menjadi area tambahan bagi saya untuk menikmati suasana outdoor. Selain itu, ada banyak pohon di sekitar hotel yang membuat pemandangan dari balkon tampak lebih hijau. Also, more oxygen for your lungs! Oh, ya. Pintu menuju balkon ini buat saya kurang rapat atau kurang insulasi. Suara-suara dari luar masih bisa terdengar ke kamar cukup jelas. Sebetulnya, ini salah satu risiko kamar dengan balkon, sih, terutama pada hotel-hotel yang berlokasi di kawasan yang ramai.

Kamar Mandi

Atmosfer natural terasa di kamar mandi melalui penggunaan batu-batu alam berwarna hitam pada dinding. Interior yang sama diterapkan ke semua kamar mandi di Tama Boutique Hotel Bandung. Kamar mandi memiliki bentuk memanjang dan dipisahkan oleh dinding dan pintu geser berbahan kaca berwarna teal. Namun, penggunaan pintu kaca geser ini saya rasa agak riskan karena celah di antara pintu dan dinding tidak begitu rapat. Selain itu, jujur aja saya masih ada rasa takut kalau dinding atau pintu kaca akan pecah ketika (knock on the wood) kita terpeleset dan menubruk dinding atau pintu. Agak morbid sih pikirannya, tapi saya sering terbayang seperti itu.

IMG_20191203_152106
IMG_20191203_152124
IMG_20191203_152138

Meskipun didominasi oleh warna hitam, kamar mandi tidak terasa gelap dan mencekam karena diseimbangkan oleh penggunaan drop lights terang berwarna hangat. Malah, rasanya saya cukup nyaman saat mandi di area shower yang ternyata cukup luas. Shower box juga dilengkapi rain shower, salah satu fitur kesukaan saya. Oh, ya. Di bawah tiang shower pun ada semacam tempat duduk berbahan batu. Meskipun memang area ini tidak langsung terkena semburan air dari rain shower, duduk di sini sambil mandi menggunakan shower tangan rasanya cukup relaxing. Elemen kayu ditampilkan oleh frame cermin besar dan dispenser sabun tangan. Split level yang memisahkan shower area dengan area lain kamar mandi dirasa kurang kentara. Walhasil, air pun tetap bisa meleber ke area-area lain di kamar mandi dengan mudah. Selain itu, rak handuk justru dipasang di dekat kloset, dan bukan di dekat shower area. Saya harus ambil dulu handuk dan simpan di atas counter wastafel.

Fasilitas Umum

Lounge

Tama Boutique Hotel Bandung memang nggak punya banyak pilihan fasilitas untuk tamu. Hotel ini hanya memiliki restoran dan lounge. Sarapan pagi sendiri disajikan di lounge. Untuk restoran, ya, ada Bornga sih di lantai 1. Namun, desain lounge di hotel ini cukup Instagrammable kalau buat saya. Oh, ya. Lounge ini juga berfungsi sebagai lobi hotel. Jadi, saat check-in kita naik dulu ke lantai 5. Kamar-kamar berada di lantai 2 dan 3.

IMG_20191204_091559
IMG_20191204_091819
IMG_20191204_091800

Area lounge tampak segar dan rimbun dengan tanaman-tanaman hias dan pohon artifisial yang ditempatkan di dekat bar. Di sisi utara ruangan, terdapat jendela dengan pemandangan dinding yang dipasangi tanaman-tanaman rambat. Ini keren banget menurut saya karena suasana lounge jadi terasa lebih segar. Oh, ya. Karena lounge berada di lantai teratas hotel, udara di sini terbilang cukup panas. Kedua sisi lounge punya jendela floor-to-ceiling yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan secara optimal. Downside-nya adalah suhu ruangan jadi lebih panas. Namun, dinding dengan tanaman rambat di utara ruangan cukup menyegarkan mata.

Soal furnitur, sebagian besar meja dan kursi di sini memiliki sentuhan mid-century. Set meja kursi yang ditempatkan di sisi utara (di dekat jendela) punya desain yang lebih simpel dan ke arah utilitarian dengan warna hitam pekat. Oh, ya! Set meja kursi di area ini dipisahkan oleh semacam lemari display yang mengingatkan saya dengan lemari display yang ada di expansion pack terbaru The Sims 4, Eco-Lifestyle. Di sisi selatan lounge, ada pintu menuju area balkon. Saya nggak berlama-lama di sana karena cuaca cukup panas saat itu dan matahari sedang terik-teriknya. View dari balkon cukup keren, terutama di malam hari.

IMG_20191204_091540
IMG_20191204_091526
IMG_20191204_091846

Nah, untuk sarapan, ini yang menurut saya aspek unik dari Tama Boutique Hotel Bandung. Saat check-in, saya diberikan pilihan menu sarapan. Di hotel ini, kita bisa menikmati sajian internasional atau masakan Korea untuk sarapan. Mumpung lagi di sini, ya, saya pilih makanan Korea. Menu yang disajikan adalah ayam goreng  gochujang, salad, nasi dengan bubuk nori, dan banchan. Ada juga jus semangka, hot chocolate, dan puding cokelat berbentuk hati. Untuk saya yang nggak biasa sarapan dengan masakan Korea, ini jadi semacam culture shock karena sarapan rasanya nggak seperti sarapan. Secara keseluruhan, menu sarapan yang disajikan lezat dan pas di lidah. Biasanya, saya agak picky dengan makanan pedas. Namun, ayam goreng yang disajikan ternyata rasanya pas buat lidah saya. Manis dan pedasnya seimbang.

IMG_20191204_092835
IMG_20191204_092447
IMG_20191204_100252

Lokasi

Tama Boutique Hotel Bandung berada di kawasan yang cukup strategis. Jalan Dr. Rajiman sendiri sering dilewati sebagai jalan pintas ke beberapa kawasan. Selain itu, hotel pun berjarak cukup dekat dari mal Istana Plaza. Kalau dengan berjalan kaki dari hotel, mal bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10 menit. Mal lain yang menurut saya cukup dekat dari hotel adalah Paris van Java. Dengan kendaraan bermotor, mal bisa dicapai dalam waktu sekitar 15 menit, tergantung kondisi lalu lintas.

Untuk siapa pun yang berlibur ke Bandung menggunakan kereta api, Stasiun Bandung berjarak sekitar 15-20 menit dari hotel. Bandara Internasional Husein Sastranegara berjarak sekitar 20-30 menit dari hotel. Semua estimasi ini bergantung pada kondisi lalu lintas, ya. Bandung soalnya macetnya bisa parah banget. Jarak dekat pun kadang sampai ditempuh dalam waktu yang unnecessarily lebih lama.

Soal bersantap, di sekitar hotel sebetulnya ada banyak opsi makanan. Di lantai dasar bangunan, ada Bornga, restoran Korea. Di samping hotel, ada Sushi SBA. Jalan Dr. Rajiman sendiri jadi semacam pusat makanan, terutama di malam hari. Salah satu makanan yang terkenal adalah Nasi Uduk Cinta 97. Ya, bisa jadi pilihan alternatif deh kalau menginap di Tama Boutique Hotel.

Pelayanan

Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi. Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami. Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel. 

Bicara soal service di Tama Boutique Hotel Bandung, buat saya pelayanan yang diberikan sudah baik. The fact that I got an upgrade sebetulnya sudah menjadi sesuatu yang saya apresiasi, terutama karena itu kali pertama saya menginap di sana. Kecepatan staf dalam menangani pesanan saya pun patut diacungi jempol. Para staf yang bertugas juga cukup ramah.

Saat menginap, sebetulnya interaksi saya dengan para staf tidak intense. Saya lebih banyak diam di kamar karena memang harus kerja. Namun, ketika bertemu dengan para staf lain, interaksi yang berlangsung terbilang positif. Saat check-in, saya diminta oleh salah satu staf (sepertinya general manager hotel karena dari pakaian saja kelihatan beda) untuk memilih menu sarapan dan menentukan jam sarapan dari sekarang supaya besok, makanan bisa disiapkan sejak awal dan saya juga bisa menikmati makanan dalam kondisi masih hangat. Menurut saya, ini sesuatu yang perlu diapresiasi karena pihak hotel ingin menjamin tamu bisa menikmati makanan dalam kondisi yang masih segar dan panas. Staf di dapur juga bisa bekerja secara lebih terjadwal.

Kesimpulan

Meskipun bukan properti yang besar, Tama Boutique Hotel Bandung menawarkan pengalaman menginap yang menyenangkan. Dengan 24 kamar saja, staf hotel bisa memberikan perhatian yang lebih besar untuk para tamu. Selain itu, untuk orang seperti saya yang sering “kikuk” saat ada di tempat yang ramai banget, jumlah tamu yang lebih sedikit bikin saya bisa menikmati suasana dengan lebih nyaman.

IMG_20191203_152423
IMG_20191204_100409
IMG_20191204_013259

Kalau dipikir-pikir lagi, tipe kamar yang ditawarkan pun memiliki luas yang cukup besar. Tipe terkecil (Superior) punya luas 15 meter persegi dan tipe yang saya tempati (Deluxe Balcony) punya luas 25 meter persegi. Namun, saya rasa efek ruang yang luas ini terbantu oleh tingginya langit-langit kamar (ini saya lupa bahas). Interior kamar bergaya kontemporer dengan sentuhan tradisional Korea jadi salah satu kelebihan hotel ini. Sejauh ini, hotel yang mengusung konsep tersebut baru Tama Boutique Hotel. Konsep ini makin terasa dengan disajikannya hidangan Korea sebagai menu sarapan. Porsi dan menu yang disajikan pun decent. Saya nggak ada keluhan soal itu.

Berdasarkan informasi dari Tripadvisor, rate hotel ini mulai dari 430 ribu rupiah per malam. Jika dibandingkan dengan fasilitas yang ada, saya rasa rate yang ditawarkan tidak bisa dibilang murah juga. Hanya memiliki lounge dan restoran, bisa dibilang pilihan aktivitas yang bisa dilakukan di hotel sangat terbatas. Namun, kalau ingin menikmati pengalaman menginap yang unik dalam atmosfer tradisional Korea, saya rasa Tama Boutique Hotel Bandung bisa jadi pilihan yang layak dipertimbangkan.

Pros & Cons

👍🏻 Pros

  • Desain interior kamar unik, menggabungkan gaya kontemporer dengan sentuhan tradisional Korea. Cukup Insta-worthy.
  • Sajian Korea hadir sebagai salah satu opsi menu sarapan. Sejauh pengalaman saya, di Bandung sih baru Tama Boutique Hotel yang menawarkan menu tersebut sebagai menu sarapan.
  • Ukuran kamar terasa besar dan lapang, terutama dengan langit-langit yang tinggi.
  • Lokasi hotel strategis. Mal berjarak beberapa menit saja dari hotel. Di sekitar hotel pun ada banyak restoran dan kedai makanan.
  • Lounge punya interior yang keren. Elemen-elemen alam bikin lounge terasa teduh dan nyaman.

👎🏻 Cons

  • Kamar mandi dipisahkan oleh dinding dan pintu geser kaca. Sebetulnya, ini nggak benar-benar menjadi masalah. Hanya saja, masih ada celah yang cukup riskan di antara pintu geser dan dinding kaca.
  • Fasilitas yang ditawarkan hotel sangat sedikit.
  • Area parkir tidak banyak dan harus berbagi dengan tamu restoran Bornga (tapi ada layanan valet).

Penilaian

Kenyamanan: 😌😌😌😌😶
Desain: 😆😆😆😆😶
Lokasi: 🤩🤩🤩🤩😶
Harga: 💰💰

One thought on “Review: Tama Boutique Hotel Bandung”

Leave a comment